A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer,
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
diakibatkan oleh:
1. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala Stroke
kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang
(paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang
adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif.
3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang
dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
3. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
4. Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam atau
beberapa hari.
7. Stroke Komplit
8. Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari
thrombosis cerebral yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah atau otak.
Sedangkan penyakit jantung yang lain seperti kelainan pada jantung kiri,
endokarditis, PJR dan infark miokard dapat menimbulkan emboli cerebral yaitu
bekuan darah atau tempat material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
sehingga terjadi intoleransi aktivitas. Jika terkena pada batang otak maka akan
kemudian reflek batuk juga menurun sehingga terjadi bersihan jalan napas tidak
posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
ke permukaan otak.
2) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)
1. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
2. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
konservatif meliputi:
a) Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat
atau paralysis, mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Tanda : Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot (flaksid atau
penglihatan
b) Sirkulasi
aorta abdominal.
c) Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Tanda : Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediaan,
faring). Obesitas.
f) Sensori Neural
Gejala : Pusing, Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang
pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
g) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
h) Respirasi
Gejala : Perokok (faktor resiko).
i) Keamanan
Tanda : Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan. Perubahan
objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali. Gangguan berespon
kesadaran diri.
j) Interaksi sosial
Gejala : Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan,
perceptual / kognitif.
b) Kerusakan komunikasi verbal dan atau tertulis b.d kerusakan sirkulasi
perceptual/kognitif.
Tujuan :
- Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh
dan kaki/telapak.
- Tinggikan tangan dan kepala.
- Observasi daerah yang tertekan termasuk warna, edema, atau tanda
dan beriakan alat bantu seperti bantalan lunak kulit sesuai dengan
kebutuhan.
- Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
kelemahan.
- Konsultasikan dengan ahli fisiotrapi secara aktif, latihan resestif,
diekspresikan.
- Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Perencanaan tindakan :
- Kaji tipe atau derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak
pengertian sendiri.
- Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan memberikan umpan
balik.
- Tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut.
- Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti SH
atau pus.
- Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika
pendek.
- Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien.
- Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
sendiri.
Perencanaan tindakan:
- Kaji kemampun dari tingkat kekurangan untuk melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC
NANDA, Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2001-2002 , Philadelphia
Hudak, C.M dan B.M Gallo.1997. Keperawatan Kritis: pendekatan Holisti. Edisi 6.
Jakarta. EGC
Muttaqim, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan