Disusun Oleh:
NIM. 1702026031
HPI A4
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memperbandingkan sistem hukum suatu negara dengan negara lainnya bukanlah
merupakan pekerjaan yang mudah. Maksudnya, dalam pengertian jika hanya melihat dan
memperbandingkan bunyi ketentuan sebuah aturan saja. Karena, dalam sebuah aturan
hukum melekat juga konteks soial dan tujuan dilahirkannya ketentuan-ketentuan hukum
tersebut. Perbandingan harus dinilai berdasarkan norma yang ada dalam negara tersebut,
social-historis, kultur, dan sosio-geografis juga. Antara Indonesia dengan Malaysia
memiliki latar belakang yang sama berkaitan dengan kekerasan terhadap anak, namun
memiliki pengaturan yang berbeda terkait tindak kekerasan terhadap anak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana formulasi aturan hokum pidana kekerasan terhadap anak antara Indonesia
dan Malaysia?
2. Bagaimana perbandingan sanksi hokum pidana kekerasan terhadap anak antara
Indonesia dan Malaysia?
BAB II
PEMBAHASAN
1
R.A. Koesnan, 2005, Susunan Pidana Dalam Negara Sosialis Indonesia, Bandung , Sumur, hlm. 113.
2
Arif Gosita, 1992, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 28
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak
4
Iman Jauhari, Perbandingan Sistem Hukum Perlindungan Anakan antara Indonesia dan Malaysia,Jurnal:
UNSYIAH Vol. 47 No.2, Desember 2013.
Akta perlindungan kanak-kanak 1991 (Akta 468) menyebutkan kanak-kanak
adalah seseorang yang di bawah umur 18 (delapan belas) tahun.15Sedangkan dalam Akta
Perlindungan Wanita dan Gadis adalah meliputi umur 21 (dua puluh satu) tahun. Namun
dengan adanya akta kanak-kanak 2001, maka wanita yang berumur di antara 18 hingga
21 tahun perlu dilindungi di bawah kanun keseksaan.Dengan demikian batas usia anak di
Malaysia berkisar antara 14 dan 18 tahun, dan umur yang berada di bawah 7 tahun
disebut budak-budak, bukan anak-anak dan juga bukan orang muda.Untuk negara
Indonesia bahwa pengertian dan batas usia anak secara eksplisit, bunyi Pasal 1 butir 1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah sebagai
berikut: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan”.5
Penjelasan aturan mengenai anak secara sederhananya yaitu, Indonesia (UU No.
35/2014) anak ialah yang belum berusia 18 tahun dan anak dalam kandungan. Secara
KUHP Indonesia anak ialah yang belum berusia 16 tahun. Sedangkan Malaysia (Akta
2001) belum berusia 18 tahun dan KUHP nya dibawah 12 tahun.
5
Ibid.
menjadikan dunia tanpa batas, sehingga hukum pun bergerak.4Ketiga, bahwa Indonesia
dan Malaysia adalah negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan tujuan
penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial bagi anak, perlindungan
terhadap anak dari situasi membahayakan.
Berkaitan dengan perbedaan dan persamaan terkait perkembangan peraturan
tentang anak antara Indonesia dan Malaysia yaitu:
Pertama, dilihat dari progresifitas hukum terhadap kepekaan permasalahan anak.
Malaysia sudah mengatur tentang perlindungan anak sejak tahun 1947 sedangkan
Indonesia sejak tahun 1979. Namun jika dilihat dari proses ratifikasi Konvensi Hak Anak,
Indonesia telah meratifikasinya pada tahun 1990 sedangkan Malaysia pada tahun 1994.
Ketiga,mengenai badan khusus perlindungan anak, perbedaannya adalah bahwa negara
Malaysia tidak memiliki badan atau lembaga nasional khusus untuk menangani
permasalahan anak, tetapi Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) atau Departemen
Kesejahteraan Sosial, Suruhanjaya Hak Asasi Manusia atau Komisi Hak Asasi Manusia
(SUHAKAM), Departemen Pendidikan Malaysia, Departemen Penjara Malaysia,
Pemerintah Daerahdan peradilan negara bagian adalah lembaga-lembaga yang terlibat
dalam perlindungan terhadap anak.6 Namun hal tersebut tentunya tidak ada lembaga yang
fokus untuk melakukan pengawasan perlindungan anak dan tidak efektif dalam
penyelenggaraan pengawasan. Sementara itudi Indonesia megenai badan khusus tersebut
sudah terbentuk yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2002 dan
sebelumnya telah terbentuk Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 1998.
Dapat dilihat bahwa bentuk tindak kekerasan terhadap anak di Indonesia
berdasarkan UU No. 35 Tahun 2014 yaitu:
1) diskriminasi artinya pada perbuatan yang menimbulkan kerugian materiil dan morill.
dimana bentuk diskriminasi berdasarkan korban (anak) dibagi menjadi dua yaitu;
diskriminasi pada anakdisabilitas dan; diskriminasi pada anak non disabilitas.
6
Pathmanathan AIL R. Nalasamy": Siti Hajar Abu Bakar Ah (ph.D), Implement Asi Hak Kanak-Kanak (Crc)
Di Rumah Kanak-Kanak: Dapatan Kajian Rintis,hlm.2.
PENUTUP
Simpulan
Pengertian anak secara hukum ialah Indonesia (UU No. 35/2014) anak ialah yang
belum berusia 18 tahun dan anak dalam kandungan. Secara KUHP Indonesia anak ialah
yang belum berusia 16 tahun. Sedangkan Malaysia (Akta 2001) belum berusia 18 tahun
dan KUHP nya dibawah 12 tahun.