A. Pengertian
B. Etiologi
C. Pathways
D. Manifestasi klinis
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan medis
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS
A. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Suddarth, 2003).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat
kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai
semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).
B. Etiologi
Agen infeksius utama, M. tuberculosis adalah batang aerobic tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
matahari. M. tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceace yang
mempunyai berbagaigenus, salah satunya adalah Mycobaterium dan salah
satu speciesnya adalah M. tuberculosis. Bakteri ini berbahaya bagi
manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri
ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. M. tuberculosis sangat
rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam
beberapa menit akan mati. Bakteri ini juga rentan terhadap panas – basah
sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam lingkungan basah sudah
mati bila terkena air bersuhu 100 C. Bakteri ini juga akan mati dalam
beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso,
2012).
C. Patofisologi
M. tuberculosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada di ruang alveolus di bagian bawah
lobus atau bagian atas lobus bakteri M. tuberculosis ini membangkitkan
reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan
mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari
pertama maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel.
Bakteri juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag
yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini biasanya berlangsung 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru – paru disebut focus ghon
dan gabungan terserang kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan
komplek ghon. Komplek ghon yang mengalami perkapuran ini dapat
dilihat pada orang sehat yang mengalami pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan di
mana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan treakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau bakteri M. tuberculosis dapat terbawa ke laring,
telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang tedapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan
mencapai aliran darah dalam jumlah lebih kecil yang kadang – kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Hal ini terjadi bila focus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam
sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ
tubuh (Wijaya & Putri, 2013).
D. Pathways
E. Manifestasi klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejaa tuberkulosis adalah:
1) Demam
2) Malaise
3) Anoreksia
4) Penurunan berat badan
5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan)
6) Peningkatan frekuensi pernafasan
7) Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
8) Bunyi nafas dan ronkhi kasar, pekat pada saat perkusi
9) Demam persisten
F. Komplikasi
1) Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas).
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3) Bronkiektasi (pelebaran bronkus setempat) fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraksi) pada paru.
4) Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura spontan kolaps
karena kerusakan jaringan paru).
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6) Insufisiensi kardio pulmoner.
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboraturiom
2) Pemeriksaan sputum
H. Penatalaksanaan medis
LAPORAN PENDAHULUAN SOL (Space Occupying Lesion)
A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf
pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam
kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas
spesifik seperti yang berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga
tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan
selaput otak. (Fransisca, 2008: 84).
B. ETIOLOGI
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala
yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama :
C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
- Hidrosefalus
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,
infiltrasi leukosit melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari
atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi
pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul
meningitis.
Idiopatik
Tumor otak
Penekananjaringanotak Bertambahnyamassa
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu
akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor.
Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera
bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya
adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan
tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya
gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga
menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sumsum
tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima
kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong
pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi
radiasi.Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
3. Pendekatan stereotaktik
1. Kehilangan memory
2. Paralisis
3. Peningkatan ICP
6. Mental confusion
3. Perubahan pupil
5. Perubahan pernafasan
4. Disfungsi seksual
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
2. Breathing
3. Circulation
4. Disability
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi inline harus dikerjakan.
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema),
jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
6. Pemeriksaan Fisik
a) Sirkulasi
Tanda : TD : meningkat
b) Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
c) Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
d) Hygiene
e) Neurosensori
f) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung
kaku.
g) Pernapasan
h) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah,
sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal, pembedahan,
fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
Kriteria Hasil :
Intervensi :
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar
(GCS )
c. Pantau TTV
Kolaborasi :
c. Berikan oksigenasi
Pasien dapat, dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA
dalam batas normal
Intervensi :
d. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik,
catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
Kolaborasi:
3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,
peningkatan TIK,
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan
klien
b. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( Misal : ekspresi wajah,
gelisah,menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung,
pernapasan dan tekanan darah.
d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat
toleransi terhadap sentuhan
Kolaborasi :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Kolaborasi :
Krieteria Hasil :
Intervensi :
c. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien sesui program
d. Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan terlalu manis,
berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Kolaborasi :
b. Vitamin A, D, E dan B6
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E, Moorhouse M.F & Geissler A.C (2009). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasin
Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ Proses
Penyakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wilkinson, J.M. & Ahern R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Edisi Ke-9 Penerbit :
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.