Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PERMASALAHAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai Ibukota Negara

Republik Indonesia nampaknya masih menjadi tempat ideal untuk mencari

sumber kehidupan bagi penduduk Indonesia dari segala penjuru dan etnis.

Disisi lain, Jakarta memiliki keterbatasan area tempat tinggal. Banyaknya

jumlah penduduk yang mengalir dan tidak seimbangnya luas areal untuk

tempat tinggal, mengakibatkan di beberapa wilayah di Jakarta terdapat areal

pemukiman padat penduduk. Disini, kompleksitas permasalahanpun

bermunculan. Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat perkotaan

adalah ancaman bahaya kebakaran yang dapat terjadi kapanpun.

Pemukiman padat yang ada di Ibukota DKI Jakarta ditandai dengan

bangunan rumah yang berhimpitan satu sama lain. Setiap jengkal tanah

dimanfaatkan untuk membuat bangunan, baik itu untuk kamar

(kontrakan/kost-kostan) atau tempat usaha (toko/konveksi). Material

pembentuk bangunan atau rumah tinggal rata-rata terbuat dari bahan yang

mudah terbakar, seperti kayu, tripleks, kain, dan kardus. Akses jalan yang

sempit serta sumber air bersih yang terbatas merupakan ciri dari pemukiman

padat di kota ini. Kepadatan yang terjadi membuat akses jalan pun menjadi

1
sulit untuk dilalui, terutama jika terjadi kebakaran pada pemukiman padat

penduduk.

Kurangnya kepedulian dan kesadaran penduduk terhadap potensi

yang menimbulkan bencana kebakaran dikarenakan keterbatasan

pengetahuan dan pendidikan. Hal ini diperparah dengan sikap dan perilaku

warga yang gemar melakukan pencurian listrik. Tercatat sebanyak 537 kasus

kebakaran dikarenakan hubungan arus pendek/korsleting listrik. Berikut ini

adalah data kejadian kebakaran di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada

Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1
REKAPITULASI KEJADIAN KEBAKARAN BULANAN
PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2013
Frek

Wilayah Dugaan Penyebab


No. Bulan JP JU JB JS JT PS KP LP LS RK LN
1 Januari 89 19 10 23 12 25 0 1 1 65 0 22
2 Pebruari 55 7 9 13 13 13 0 4 0 43 1 7
3 Maret 81 12 7 19 22 20 1 6 0 58 0 17
4 April 70 11 15 25 9 10 0 1 0 56 5 8
5 Mei 66 3 9 16 27 11 0 5 0 50 1 10
6 Juni 83 13 18 18 23 11 0 4 0 69 4 6
7 Juli 80 8 17 25 15 15 0 6 0 56 1 17
8 Agustus 112 16 15 36 20 25 0 7 0 79 5 21
9 September 85 10 11 24 13 27 0 5 0 61 3 16
Jumlah
Total 721 99 111 199 154 157 1 39 1 537 20 124
Sumber: Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013.

2
KETERANGAN:

JP : Jakarta Pusat KP : Kompor


JU : Jakarta Utara LP : Lampu
JB : Jakarta Barat LS : Listrik
JS : Jakarta Selatan RK : Rokok
JT : Jakarta Timur LN : Lain - lain

PS : Pulau Seribu

Berdasarkan data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Provinsi DKI Jakarta, terlihat

bahwa wilayah kebakaran yang tertinggi hingga bulan September 2013

adalah di wilayah Jakarta Barat sebanyak 199 kejadian. Dari keseluruhan

musibah kebakaran yang terjadi di wilayah Jakarta Barat ini disebabkan

sebagian besar oleh hubungan arus pendek listrik. Total kerugian di wilayah

DKI Jakarta mencapai Rp.176,138,700,000 akibat dari bencana ini, taksiran

kerugian dari Dinas Damkar dan PB Provinsi DKI Jakarta. Permasalahan

kebakaran yang sering terjadi akibat hubungan arus pendek listrik pada

pemukiman padat penduduk disebabkan karena:

1. Kabel instalasi tidak sesuai dengan standar PLN,

2. Banyaknya steker/colokan yang digunakan secara bersamaan atau

tumpang tindih,

3. Pemakaian daya berlebihan, dan

4. Tindak pencurian yang dilakukan warga secara ilegal.

Sejatinya bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran

tidak semata-mata dibebankan hanya kepada Instansi Dinas Damkar dan PB,

3
karena dinas ini tidak akan sanggup mengatasi masalah kebakaran secara

sendiri tanpa bantuan dari pihak lain.

Dalam kaitan ini, dibutuhkan kepedulian dan kerjasama seluruh

lapisan komponen, khususnya dalam melaksanakan Peraturan Daerah

(Perda) Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Bahaya Kebakaran, sebab ancaman bahaya kebakaran

dapat terjadi kapanpun tanpa mengenal waktu dan akibat yang ditimbulkan

dari bencana tersebut.

Adapun data kejadian kebakaran pada per wilayah/kecamatan sektor

Kecamatan di wilayah Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2
REKAPITULASI KEJADIAN KEBAKARAN BULANAN PER WILAYAH/KECAMATAN
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TAHUN 2013
FREK

NO BULAN WILAYAH/ KECAMATAN SEKTOR DUGAAN PENYEBAB


I II III IV V VI VII VIII KP LP LS RK LN

1 JANUARI 23 4 3 3 2 1 2 7 1 0 1 15 0 5

2 FEBRUARI 13 1 0 1 1 2 1 4 3 1 0 10 0 1

3 MARET 19 2 1 3 3 1 3 3 3 0 0 15 0 2

4 APRIL 24 3 2 3 2 1 3 2 8 1 0 15 3 3

5 MEI 17 1 2 4 1 2 5 0 2 1 0 12 0 3

6 JUNI 19 1 5 4 3 2 1 3 3 2 0 10 1 1

7 JULI 26 1 1 6 3 3 2 4 3 1 1 17 0 2

8 AGUSTUS 34 2 1 4 6 9 2 6 4 0 0 23 2 6

9 SEPTEMBER 24 4 1 6 0 5 1 2 5 1 0 10 1 5

JUMLAH 199 19 16 34 21 26 20 31 32 7 2 127 35 28

Sumber: Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Administrasi Jakarta Barat
Tahun 2013.

4
KETERANGAN:

I : Grogol Petamburan V : Kebun Jeruk KP : Kompor

II : Palmerah VI : Kembangan LP : Lampu

III : Tambora VII : Cengkareng LS : Listrik

IV : Tamansari VIII : Kalideres RK : Rokok

LN : Lain - lain

Tercatat sejak bulan Januari hingga September 2013 telah terjadi 186

kasus kebakaran di Kota Administrasi Jakarta Barat. Untuk tingkat

kecamatan, Kecamatan Tambora (Sektor III) yang tertinggi jumlah kasusnya

dibandingkan dengan wilayah/kecamatan sektor lainnya. Sebanyak 34

kejadian kebakaran terjadi di wilayah Kecamatan Tambora hingga akhir bulan

September 2013, disusul dengan Kecamatan Kalideres sebanyak 32 kejadian

kebakaran. Guna menekan angka kebakaran di wilayah Kota Administrasi

Jakarta Barat, tentunya perlu dilakukan kerjasama antar warga sekitar dan

lembaga atau instansi terkait sebagai bentuk upaya pencegahan kebakaran,

agar jumlah kebakaran dapat diminimalisir dengan baik.

Untuk wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, unit kerja Suku Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana dibagi menjadi 8 Sektor

sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di Kota Administrasi Jakarta

Barat, yakni Sektor I untuk Kecamatan Grogol Petamburan, Sektor II untuk

Kecamatan Palmerah, Sektor III untuk Kecamatan Tambora, Sektor IV untuk

Kecamatan Tamansari, Sektor V untuk Kecamatan Kebun Jeruk, Sektor VI

5
untuk Kecamatan Kembangan, Sektor VII untuk Kecamatan Cengkareng, dan

Sektor VIII untuk Kecamatan Kalideres.

Melihat korban material yang tidak terbatas serta hilangnya

nyawa/korban luka-luka yang tidak bisa dinilai dengan uang, maka terlihat

betapa mengerikan akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran. Oleh karena itu

dalam pelaksanaan kebijakan, banyak faktor dan kendala yang harus diatasi

oleh Suku Dinas Damkar dan PB Kota Administrasi Jakarta Barat sesuai

dengan misinya menjadikan wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat sebagai

rumah yang aman dan nyaman dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.

Suku Dinas Damkar dan PB Kota Administrasi Jakarta Barat

menyimpulkan bahwa kelalaian masyarakat menjadi penyebab utama

terjadinya kebakaran. Kelalaian dalam penggunaan listrik meyebabkan

seringkali terjadinya korsleting listrik yang berkibat kebakaran. Selain itu

kelalaian dalam penggunaan dan perawatan kompor juga menjadi penyebab

terjadinya kebakaran di pemukiman padat penduduk. Adapun data kejadian

kebakaran pada Kecamatan Tambora dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

6
Tabel 3
REKAPITULASI KEJADIAN KEBAKARAN DI WILAYAH KECAMATAN TAMBORA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TAHUN 2013

KELURAHAN DUGAAN PENYEBAB


NO BULAN FREK
I II III IV V VI VII VIII IX X XI KP LP LS RK LN
1 JANUARI 3 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0
2 FEBRUARI 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
3 MARET 3 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1
4 APRIL 3 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 0 0
5 MEI 4 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 0 0 4 0 0
6 JUNI 4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 1 0 2 1 0
7 JULI 6 2 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 5 0 1
8 AGUSTUS 4 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1
9 SEPTEMBER 6 0 2 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 0 6 0 0

JUMLAH 34 3 2 3 3 5 6 4 1 2 3 2 1 0 29 1 3

Sumber: Sektor III Tambora Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota
Administrasi Jakarta Barat Tahun 2013.

KETERANGAN:
I : Kali Anyar VII : Angke
II : Duri Utara VIII : Jembatan Lima
III : Duri Selatan IX : Tambora
IV : Tanah Sereal X : Pekojan
V : Krendang XI : Roa Malaka
VI : Jembatan Besi

Dari Tabel 3 di atas terlihat jelas bahwa Kecamatan Tambora yang

terdiri dari 11 kelurahan, ternyata hampir di setiap kelurahannya terjadi

kebakaran setiap bulannya. Kejadian kebakaran paling banyak disebabkan

oleh hubungan arus pendek listrik, yakni 29 kali kejadian.

Kecamatan Tambora memiliki luas wilayah terkecil kedua di Kota

Administrasi Jakarta Barat setelah Kecamatan Taman Sari yaitu seluas

539,84 Km. Dibandingkan kecamatan lain di Jakarta Barat, Kecamatan

Tambora memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan kepadatan

7
penduduk sebesar 400 jiwa/Ha. Tambora terdiri atas 96 Rukun Warga (RW)

dan 1.063 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah penduduk sebanyak

215.938 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 51.134. Dari 539,84 Ha

luas wilayah Kecamatan Tambora, 78,98 persen dipergunakan untuk

perumahan, 5,71 persen untuk industri, 11,59 persen untuk

perkantoran/gudang, 0,27 persen untuk taman dan sisanya yaitu 3,45 persen

untuk lainnya.

Mengacu pada permasalahan tersebut, dapat dikatakan bahwa

wilayah Kecamatan Tambora memiliki tingkat kerawanan bahaya kebakaran

yang sangat tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Oleh karena itu

Sudin Damkar dan PB Kota Administrasi Jakarta Barat berupaya melakukan

pencegahan kebakaran dengan melibatkan peran serta masyarakat dan

instansi terkait, yang menjadi salah satu program kebutuhan mendesak

sebagai bagian dari manajemen penanggulangan bencana.

Sebagaimana diberitakan dalam www.pelita.or.id yang diposting

tanggal 9 Januari 2011, berbuah:

Masyarakat diharapkan bisa tanggap dalam mengantisipasi bahaya


kebakaran. Karena jika terjadi kebakaran, yang tahu terlebih dahulu
adalah warga sekitar lokasi.

8
Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana juga ditegaskan bahwa:

Dalam upaya penanggulangan bencana kebakaran petugas pemadam


kebakaran tidak dapat bekerja sendiri tapi perlu peran aktif dan sinergitas
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov)

DKI Jakarta untuk meminimalisir bahaya kebakaran. Dinas Damkar dan PB

Provinsi DKI Jakarta antara lain telah mengadakan pendidikan pencegahan

dan penanggulangan dini bahaya kebakaran kepada warga Provinsi DKI

Jakarta. Selain itu, Dinas Damkar dan PB Provinsi DKI Jakarta juga telah

membentuk Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL) dan Barisan

Sukarela Kebakaran (BALAKAR) sebagai wadah pemberdayaan masyarakat

sekaligus mengakomodir peran serta masyarakat di tingkat RW. Program ini

bertujuan untuk membentuk suatu lingkungan pemukiman yang aman dan

terhindar dari bencana kebakaran.

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam Pembentukan SKKL dan

BALAKAR ini adalah Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2008

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, khususnya

pada Pasal 55 Bab VIII tentang Peran Serta Masyarakat, yang berbunyi:

1) Masyarakat harus berperan aktif dalam:


a. Melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini di
lingkungannya;
b. Membantu melakukan pengawasan, menjaga dan memelihara
prasarana dan sarana pemadam kebakaran di lingkungannya;

9
c. Melaporkan terjadinya kebakaran; dan
d. Melaporkan kegiatan yang menimbulkan ancaman kebakaran.
2) Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) di tingkat RW dan
Kelurahan dapat dibentuk Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan
SKKL;
3) SKKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari Barisan
Sukarela Kebakaran (BALAKAR), prasarana dan sarana, serta
Prosedur Tetap (PROTAP);
4) Di provinsi, kota/kabupaten administrasi dan kecamatan dapat
dibentuk Forum Komunikasi Kebakaran (FKK);
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
pembentukan SKKL, FKK dan BALAKAR sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Gubernur.

Dari Pasal 55 tersebut di atas ditegaskan, bahwa peran serta

masyarakat sangat dibutuhkan dalam membantu pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran di lingkungannya. Tanpa adanya peran

serta masyarakat, Dinas Damkar dan PB Provinsi DKI Jakarta tidak akan

dapat bekerja secara maksimal.

Dari uraian di atas, penulis menyadari betapa pentingnya

pelaksanaan kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat/kelompok peduli

bahaya kebakaran dan bencana khususnya di wilayah pemukiman padat

penduduk. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mendalam dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Peran

Serta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi DKI

Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan

10
Bahaya Kebakaran di Kelurahan Tambora Kecamatan Tambora Kota

Administrasi Jakarta Barat”.

B. Fokus Permasalahan

Dari latar belakang permasalahan di atas, yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana peran serta masyarakat dalam Pelaksanaan

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Kelurahan Tambora

Kecamatan Tambora Kota Administrasi Jakarta Barat?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

serta masyarakat dalam pelaksanaanan kebijakan penanggulangan dini

bahaya kebakaran, sehingga dapat terjalin kemitraan dan terbangunnya pola-

pola kerja yang efektif dan efisien melalui keaktifan peran serta masyarakat

bersama aparat pemadam kebakaran.

11
2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Terhadap Dunia Akademik

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian

lain sejenis berikutnya dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

di bidang peran serta masyarakat, khususnya dalam bidang pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran.

b. Manfaat Terhadap Dunia Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Suku

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulanggan Bencana Kota

Administrasi Jakarta Barat, khususnya Sektor III Tambora untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rangka pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran.

12

Anda mungkin juga menyukai