1. Pembersihan kolam (budidaya dan tandon) dari : lumpur, tiram/kerang2an, trisipan, barnacle.
2. Penyemprotan seluruh permukaan kolam (budidaya dan tandon) dengan HCl 1%.
3. Permukaan kolam setelah disemprot dengan HCl, 2 hari kemudian dibilas dengan air.
4. Persiapan alat-alat perlengkapan budidaya spt. : saringan pada inlet, outlet dan central drain,
tampar/tali untuk jalur rakit, kincir, tag air, anco, dll.
1. Guna persiapan pengelolaan air yang optimal, hendaknya memulai pengisian air 12-15 hari
sebelum penebaran benur.
2. Isi kolam-kolam budidaya dengan menggunakan air laut secara langsung hingga ketinggian
maksimum (1.2 – 1.5 m), pada tahap pengisian air terakhir adalah kolam tandon.
1. Hari ke-3 sesudah sterilisasi air kolam, beberapa pelakuan mulai dijalankan dengan program
sbb. :
• Kaptan/CaCO3 : 10 – 15 ppm diberikan setiap 2 hari sekali pada jam 07.00-09.00. Pada
kondisi pertumbuhan Dinoflagellata maupun Diatom yang pesat (>4 x 104 cell/cc),
dilakukan setiap hari hingga tertekan.
• ZA (Ammonium Sulfat) : 3 ppm setiap 3 hari sekali pada jam 07.00-08.00 (4 x perlakuan)
dilanjutkan dengan dosis 5 ppm setiap 5 hari sekali (hingga usia udang sekitar 50 hari).
Pada kondisi pertumbuhan Blue Green Algae yang pesat (>5 x 104 cell/cc), perlakuan
bisa diulang interval 1 hari.
• Biakan Bacillus spp. : 5-8 ppm diberikan setiap sore hari jam 15.00 -16.00 sampai dengan
sekitar 1 minggu menjelang panen. (Cara pembuatan biakan Bacillus spp. untuk 100 liter
biakan : 1 ltr sediaan Bacillus spp. + 1 kg media/nutrient Bacillus spp. + 1 kg pakan udang
halus dicampur dengan air tawar/laut hingga 100 liter -------> diaduk dan diaerasi selama
24 jam).
• Biakan Thiobacillus sp. : 1-2 ppm diberikan setiap pagi hari jam 07.00-08.00 sampai
dengan sekitar 1 minggu menjelang panen. (Cara pembuatan biakan Thiobacillus sp.
untuk 100 liter biakan : 1 ltr sediaan Thiobacillus sp. + 1 kg media/nutrient Thiobacillus
sp. dicampur dengan air tawar/laut hingga 100 liter -------> diaduk dan diaerasi selama 24
jam).
2. Pembuangan lumpur dari central drain dilakukan pertama kali pada usia udang 30-35 hari,
dilakukan 1-2 kali setiap hari (pagi & sore) tertgantung kondisi lumpur. Pada kondisi tertentu
bilamana diperlukan bisa dilakukan siponisasi secara berkala untuk mengontrol ketebalan
lumpur pada central drain.
3. Pemasukan air dari kolam tandon ke kolam budidaya, dilakukan hanya untuk mengembalikan
ketinggian air yang susut akibat pembuangan lumpur, penguapan dan peresapan. Contoh,
misalkan dalam waktu 4-5 hari air susut 5-10 cm, maka pada hari ke-5 dilakukan penambahan
air setinggi penyusutan tersebut.
4. Kondisi Khusus (pertumbuhan BGA dan Dinoglagellata yang sulit dikontrol/bila dijumpai
tanda-tanda serangan penyakit pada udang), melakukan aplikasi pembuatan Calsium
Peroksida dengan dosis 10-20 gram Ca(OH)2/m2 luas kolam. Adapun cara pembuatan
Calsium Peroksida (CaO2) adalah dengan mencampur Ca(OH)2 25 kg + Air kolam 100 ltr
diaduk secara merata dan perlahan-lahan dimasukkan H2O2 17.5 liter sambil terus diaduk-
aduk (reaksi eksoterm pada suhu sekitar 60oC), sesudah itu masukkan Na2SiO3 sebanyak 5
liter hingga terbentuk pasta. Tebar merata pada kolam pada pagi hari. Bila perlu perlakuan
diulang 3-4 hari kemudian.
5. Kincir, jumlah kincir didasarkan pada perhitungan carrying capacity dengan rasio biomass 700
kg /unit kincir + 2, dipersiapkan mulai dari awal pengisian air dan disetting guna menghasilkan
arus, meratakan Oksigen terlarut (DO), serta mampu mengumpulkan lumpur yang
memudahkan untuk dikeluarkan lewat central drain. Adapun jadwal pengoperasian kincir
diatur sbb. :
1. Carrying Capacity :
Carrying capacity sebagai dasar penentuan density/jumlah benur yang hendak ditebar untuk
dibudidayakan hendaknya dihitung secermat mungkin dengan beberapa pertimbangan, spt.
• Kemampuan penyediaan sumber energi utama (PLN/Genset), serta penyedian air baku
budidaya yang memadai.
• Ketersediaan sarana & prasarana budidaya (konstruksi kolam, kincir, pompa,
laboratorium & peralatan penunjang lain).
• Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjalankan SOP secara tepat &
disiplin.
2. Biosecurity :
Guna mencegah masuknya penyakit dalam sistem budidaya, hendaknya penerapan
biosecurity dijalankan secara konsisten dan konsekuen, khususnya dalam mempersiapkan air
baku pada kolam tandon adalah merupakan keharusan, terutama pada daerah-daerah yang
sudah menjadi endemi suatu penyakit.
Benur merupakan faktor utama dalam penentu keberhasilan budidaya udang. Oleh karena itu,
agar dalam budidaya tingkat keberhasilannya tinggi maka harus digunakan benur yang
kualitasnya baik, artinya baik dari segi pertumbuhan maupun angka kehidupan (Survival
Rate/SR), bebas penyakit (baik penyakit akibat virus, bakteri atau penyebab lainnya). Untuk
itu pada saat pembelian benur hendaknya menenyakan ada tidaknya keterangan/sertifikat
Bebas dari beberapa jenis virus spt IHHNV, TSV, WSSV maupun IMNV yang dikeluarkan oleh
pihak yang berkompeten.
Pada saat penebaran benur harus melakukan aklimatisasi (suhu, salinitas, pH, DO) dengan
sebaik2nya agar diperoleh SR awal setinggi mungkin, sehingga bisa lebih akurat dalam
pemrograman pemberian pakan di masa awal budidaya yang sangat menentukan perjalanan
budidaya selanjutnya.
Monitor kualitas air dilakukan secara rutin dan teratur, agar mendapatkan data yang akurat
yang bisa menggambarkan dengan sebenarnya apa yang terjadi di dalam kolam kolam
budidaya baik yang biologis, fisik maupun kimiawi. Monitoring kualitas air yang setiap hari
dilakukan secara rutin meliputi : Tinggi air, kecerahan, Salinitas, Suhu, pH, DO.
Monitoring kualitas air yang dilakukan setiap 4 hari adalah meliputi : Plankton, Vibrio, Total
Bakteri, Alkalinitas, Amonium, Nitrit, Nitrat, Phospat, TOM.
Khusus untuk kolam tandon, sebelum disedot untuk menambah ketinggian kolam budidaya,
hendaknya dilakukan analisa TOM & Vibrio terlebih dahulu. (konsentrasi yang disarankan :
TOM < 50 ppm, Total vibrio < 102 cfu/cc)
6. Record data :
Setiap perlakuan, kejadian, analisa kualitas air, dsb. hendaknya senantiasa direkam sebagai
data yang bisa digunakan sebagai bahan evaluasi harian maupun untuk kepentingan siklus
budidaya selanjutnya.