Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara berkembang, hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan di Indonesia. Dewasa ini
kita melihat bahwa pertumbuhan industri, perkantoran, teknologi dan perdagangan
di Indonesia semakin meningkat. Salah satu tolok ukur peningkatannya adalah
perekonomian Indonesia yang saat ini semakin meningkat. Peningkatan
perekonomian di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan tenaga kerja. Namun
dalam pelaksanaannya seringkali terjadi kecelakaan yang menimpa tenaga kerja.
Hal ini tidak lepas dari buruknya penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(K3).
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia. Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Jenis kecelakaan kerja sendiri banyak sekali, antara lain kecelakaan kerja
industri, kecelakaan kerja listrik, kecelakaan kerja lingkungan hidup dan
sebagainya. Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut kita harus
menerapkan K3 yang terkait dengan kecelakaan tersebut. Salah satunya adalah K3
listrik untuk menghindari kecelakaan kerja listrik.
Mengapa diperlukan sebuah pedoman untuk kesehatan dan keselamatan
kerja dalam sebuah tindakan terutama di bidang kelistrikan? Seberapa perlukah
itu? Bukannya hal itu akan muncul dengan sendirinya tanpa dibutuhkan sebuah
pegangan?

Mungkin ada segelintir orang yang akan berasumsi seperti di atas ketika di
paparkan sebuah pembahasan yang seakan di pentingkan mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja atau di biasa di sebut K3 terutama di bidang kelistrikan.
Tapi ada juga sebagian lagi bahkan mungkin sebagian besar dari mereka
berasumsi sebaliknya yang mengatakan bahwa K3 itu sangatlah penting dalam
dunia kerja terutama bagi mereka yang tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak
mereka inginkan tentunya maupun yang sudah mereka saksikan, entah itu
pengalaman sendiri maupun yang terjadi pada orang lain yang telah mereka
saksikan.

Hingga saat ini sering terjadi kecelakaan kerja di bidang industri


kelistrikan yang dapat menyebabkan kematian pada lapangan kerja. Bahkan
hingga saat ini, kecelakaan kerja di bidang industri menjadi momok yang
menakutkan di kalangan pekerja industri.

Maka untuk membantu mereka yang takut akan kejadian itu ataupun yang
trauma maka memang sangat penting di paparkannya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di bidang kelistrikan itu guna menunjang karir para pekerja
supaya tidak perlu lagi merasa takut jika mengikuti setiap keselamatan yang di
beri tahukan.

Disini akan lebih ke listrik dimana listrik ini sendiri merupakan aliran
electron dari sebuah objek melalui konduktor (penghantar listrik yang baik),
electron juga merupakan partikel terluar dari atom yang bermuatan negatif.

Perasaan takut ataupun trauma dari serangan listrik yaitu adanya


merusakan yang disebabkan oleh aliran listrik yang tinggi maupun rendah yang
mengaliri tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun terganggunya fungsi
organ.

Namun tingkat cedera dari kecelakaan itu tergantung pada beberapa


faktor, antara lain jenis atau kuat arus listrik, tegangan, ketahanan tubuh
terhadap arus listrik dan lamanya tubuh terkena paparan arus listrik.

Oleh karena itu, sangat diperlukan pengetahuan dan penerapan ilmu


tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada bidang industry kelistrikan yang
bertujuan untuk menekan serendah mungkin tingkat resiko kecelakaan kerja
yang terjadi pada pekerja sehingga efisiensi hasil kerja lebih optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai faktor keselamatan dan
kesehatan kerja pada bidang kelistrikan. Dimana hal ini sangat perlu untuk
diterapkan dalam pekerjaan yang di maksud di atas. Hal yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Apa saja bahaya sumber listrik bagi manusia?

2. Bagaimana efek dan batas arus listrik bagi tubuh manusia?

3. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja listrik?

4. Bagaimana syarat instalasi listrik yang aman?

5. Apa syarat keselamatan pekerja dibidang kelistrikan?

6. Bagaimana Promosi k3 dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


(P3K) di bidang kelistrikan?

1.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan disusunnya makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bahaya sumber listrik bagi manusia


2. Untuk mengetahui efek dan batas arus listrik bagi tubuh manusia.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja listrik.
4. Untuk mengetahui syarat instalasi listrik yang aman.
5. Untuk mengetahui syarat keselamatan pekerja dibidang kelistrikan.
6. Untuk mengetahui promosi k3 dan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) di bidang kelistrikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengantar K3
A. Pengertian Keselamatan dan kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi
para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja
yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya
Paragraf 5 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87.
Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperolah perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

Pasal 86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna


mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Perusahaan”.

Malayu S.P. Hasibuan ( 2003 : 188 ), mengatakan bahwa Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan
karyawan yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini harus
ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, yang hal ini dapat
dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari
pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Chris Rowley & Keith Jackson ( 2012 : 177 ), mengatakan bahwa :“


Kesehatan dan keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan
keselamatan kerja ( K3 ) – memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko
di tempat kerja yang mana risiko tersebut dapat berakhir dengan sebuah
kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang buruk “.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja


dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja
yang menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi
pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. AgarterhindardandariKesehatangangguanKerjakesehatanListrikyang disebabkan
oleh lingkungan atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

B. Pengertian Keselamatan Kerja


Undang-undang yang telah mengatur tentang Keselamatan Kerja yaitu
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja


2. Moral dan kesusilaan

Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan
pekerjaan (Malthis dan Jackson, 2002). Sedangkan menurut Ridley (2004),
keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta caracara melakukan pekerjaan.

Keselamatan kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan
kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang
mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalamai cedera
menurut Mangkunegara dalam Sayuti (2013:195).

C. Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Lidya dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah


hal yang menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang yang
bekerja pada sesuatu tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang normal.
Sedangkan menurut Santoso dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja
adalah kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu
kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Lalu Husni,2005).
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia, Kesehatan Kerja bertujuan untuk memberi bantuan kepada tenaga
kerja, melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang timbul dari
npekerjaan dan lingkungan kerja, meningkatkan kesehatan, memberi pengobatan
dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto (2012).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal
1 menjelaskan bahwa Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu
alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal
2 menjelaskan sebagai berikut:

1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.


2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha
secara cuma-cuma.

D. Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 196) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang


tak terduga dan tidak diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan
kerja. Adapun yang termasuk kecelakaan kerja adalah:

Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atu waktu kerja, perjalanan


(dari rumah ke tempat kerja, melalaui jalan atau sarana yang wajar), dan
penyakit akibat kerja.

Menurut Suryadi dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan dan


keselamatan kerja adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang
menjamin kesehatan dan keselamatan keryawan agar tugas pekerjaan di
wilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar.

Nasution dalam Sayuti (2013:196) mengemukakan bahwa kesehatan


dan keselamatan kerja adalah segala yang menyangkut hal-hal berikut ini:
1. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang
mempergunakan mesin-mesin atau perlatan,
2. Segala perawatan, perbaikan perlatan produksi,
3. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 200) Sesungguhnya gangguan dan terjadinya


kecelakaan dapat dilihat dari 3 (tiga) faktor utama yang menjadi
penyebabnya, yaitu:

1. Lingkungan kerja, maksudnya tempat di mana pekerja melakukan


pekerjaanya dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondisi
membahayakan. Kondisi yang tidak aman ini dapat terjadi karena
tidak teraturnya suasana, perlengkapan dan peralatan kerja.

2. Manusia atau karyawan, faktor ini banyak disebabkan oleh


beberapa hal:

a. Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar,


contohnya: karyawan yang rabun, penerangan kurang, otot
lemah, reaksi mental lambat, syaraf yang tidak stabil dan
lainya. Bagi yang memiliki sifat dan kondisi seperti ini
sering mnjadi penyebab kecelakaan dan gangguan kerja.

b. Pengetahuan dan keterampilan, karena kurangnya


pengetahuan maka kurang memperhatikan metode kerja
yang aman dan baik, memiliki kebiasaan yang salah, dan
kurang pengalaman.

c. Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurang


perhatian, kurang teliti, malas dan sombong (mengabaikan
peraturan dan petunjuk), tidak peduli akan suatu akibat,
hubungan yang kurang baik dengan pihak lain, sifat ceroboh
dan perbuatan yang berbahaya.

3. Mesin dan alat, jika pada lingkungn kerja menyangkut pengaturan


peralatan dan konstruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat ini
adalah penggunaan mesin-mesin dan perlatan yang tidak
memenuhi standar.

Faktor-faktor sebagaimana dikemukakan di atas mempunyai


hubungan yang sangat erat sekali dengan sistem kerja, yang bersumber
pada kesalahan manusianya. Sehingga faktor manusia yang mengakibatkan
kecelakaan tersebut, adalah:
1. Menggunakan peralatan yang tidak aman
2. Menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya
3. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi
lingkungan yang mengakibatkan perlawanan arus
4. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik
5. Salah menggunakan alat kerja
6. Karena gangguan orang lain

E. Strategi Keselamatan Kerja

Strategi keselamatan kerja sangat berhubungan erat dengan


pengenalan dan pengendalian bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh
kelelahan, tekanan batin (stres), kebisingan, radiasi maupun zat-zat
beracun lainnya, terhadap kondisi fisik manusia, pikiran dan sikap tingkah
laku para pegawai.
Menurut Fathoni (2006:156) pendekatan yang perlu dilakukan dala
strategis kesehatan mencakup langkah-langkah:
1. Mengenal zat-zat, keadaan atau prosesyang benar-benar atau
mempunyai potensi yang membahayakan para pekerja,
2. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul dengan
mempelajari sifat sesuatu zat atau kondisi dan keadaan di mana
bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut juga memperhitungkan
kondisi lingkungan dalam keadaan yang bisa berbahaya bentuk
intensitas dan lamanya pengaruh terhadap pekerjaan

3. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk


memperkecil risiko dengan melakukan pengendalian
pengawasan atas penggunaan bahan-bahan yang berbahaya atau
pada lingkungn – lingkungan di mana bahaya bisa terjadi.
Upaya yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja pegawai mencakup kegiatan di antaranya:
a. Mempersiapkan dan menyesuaikan sarana dan prasarana yang dapat
melindungi, tetapi tidak mengubah bentuk, proses atau spesifikasi.
Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan bahaya
yang bisa terjadi di luar kemampuan,
b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya, melalui
rancangan dan rekayasa pengelolaan degna memastikan bahwa, misalnya
zat beracun yang berbahaya tersebut tidak mencemari para pekerja,
c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para
pekerja tidak berhubungan dan harus menggunakan alat tertentu sebagai
pencegahan,
d. Mengubah proses dan metode kerj atau mengganti bahan-bahan untuk
mendapatkan pelindung yang lebih baik atau dapat menghilangkan risiko
dari bahaya yang kemungkinan bisa berpengaruh,
e. Mengadakan pelatihan para pekerja untuk mencegah risiko dengan
membatasi bahaya atau risiko dengan mamakai alat keselamatan kerja
yang tersedia,
f. Adakan pengawaasan secara teratur untuk dapat memastikan bahwa faktor-
faktor yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
terdeteksi setiap saat,
g. Memelihara kantor dan peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan timbulnya bahaya bagi lingkungn kerja maupun para
pekerja,
h. Mengadakan cek sehatan secara teratur bagi pekerja sebagai pencegahan.

2.2 Pengantar Kelistrikan


Michael Faraday seorang ilmuwan dari Inggris merupakan “Bapak
Listrik”, karena berkat rintisan dari usaha temuannya sekarang listrik menjadi
teknologi yang banyak kegunaannya. Nama-nama lain yang juga dianggap
sebagai tokoh listrik adalah de Coulomb, Alesandro Volta, Hans C. Cersted dan
Andre Marie Ampere. Secara sederhana, kelistrikan merupakan sifat benda yang
muncul dari adanya muatan listrik yang merupakan kondisi dari partikel elektron
dan proton. Listrik merupakan sesuatu yang tidak terlihat dengan mata telanjang,
fenomena kelistrikan yang paling umum terjadi adalah petir dimana terjadi
loncatan elektron dari partikel listrik. Satuan listrik yang paling umum digunakan
sehari-hari adalah:

Tegangan listrik (voltage) Volt (v)


Arus listrik (current) Ampere (a)
Frekuensi (frequency) Hertz (hz)
Daya listrik (power) Watt (w) atau volt-ampere (va)
Energi listrik Watt-hour (wh) atau kilowatt-hour (kwh)
Tabel 1 Satuan Listrik

Analogi sederhana untuk menggambarkan tentang listrik adalah dengan


menggunakan air. Aliran air yang mengalir didalam pipa diumpamakan sebagai
aliran elektron dalam listrik atau arus listrik, tekanan yang menyebabkan air
mengalir diumpamakan sebagai tegangan listrik dan besarnya daya dorong air
yang keluar dari pipa diumpamakan sebagai daya listrik atau power. Ukuran pipa
sama dengan ukuran penghantar listrik (konduktor listrik), dan keran air yang
mengatur besarnya aliran air diumpamakan sebagai pengatur hambatan (variable
resistance) dalam rangkaian listrik. Air mengalir dari tekanan tinggi menuju yang
lebih rendah, sedangkan arus listrik merupakan perpindahan elektron dari
tegangan lebih tinggi menuju tegangan lebih rendah.

Berdasarkan bentuk gelombang, arus listrik dibagi menjadi 2 macam yaitu


arus bolak-balik (Alternating Current atau AC) dan arus searah (Direct Current
atau DC). Perbedaan antara listrik AC dan DC terletak pada polaritasnya. Arus
listrik AC mempunyai polaritas yang berubah-ubah antara positif dan negatif
beberapa kali dalam satu periode (gelombang sinusoidal), sedangkan arus listrik
DC mempunyai polaritas tetap sepanjang waktu. Frekuensi bolak-balik arus listrik
AC sebesar 50 Hz atau 60 Hz.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Bahaya Sumber Listrik Bagi Manusia


Jenis-jenis sumber bahaya yang perlu dihindari antara lain :
a. Sentuh Langsung
Yang dimaksud sentuh langsung adalah pada bagian aktif perlengkapan
adalah sentuh langsung pada bagian aktif instalasi listrik. Bagian aktif
perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian produktif yang merupakan bagian
dar sirkuit listriknya, yang dalam keadaan kerja normal umumnya bertegangan
dan dialiri arus listrik.
b. Sentuh Tak Langsung
Adalah sentuh pada bagian produktif terbuka, perlengkapan atau instalasi
listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan isolasi. Kegagalan isolasi
disebabkan oleh beberapa sebab antara lain:
1. Pengaruh mekanik yang mengakibatkan rusaknya isolasi kabel dan
terhubung dengan bagian konduktif peralatan sehingga bagian tesebut
bertegangan yang seharusnya tidak bertegangan.
2. Menurunnya sifat isolasi dari kabel listrik pada bagian tertentu sehingga
mengakibatkan timbulnya kebocoran arus yang mengenai bagian
konduktif terbuka dari peralatan tersebut.
c. Bahaya Over Load
Bahaya Over Load adalah bahaya yag ditimbulkan karena adanya beban
berlebih pada suatu motor, yaitu motor listrik.
d. Bahaya Hubung Singkat
Istilah dalam bahasa Inggris adalah “Short Circuit” dan “Korstluiting”
adalah bahasa Belanda. Karena itu muncul istilah korsleting, korslet atau konslet,
seperti yang biasa kita gunakan sehar-hari. Karena hubung singkat ini
menimbulkan arus listrik yang sangat besar maka ada juga yang menggunakan
istilah hubung singkat arus listrik.
Secara teknis, hubung singkat adalah gangguan yang terjadi pada sistem
kelistrikan dimana ada 2 penghantar yang memiliki beda tegangan terhubung
dengan kondisi hambatan listrik yang rendah sehingga timbul arus listrik yang
besar.
e. Bahaya Tegangan Lebih
Tegangan berlebih merupakan peningkatan tegangan pada aliran listrik,
dimana dapat menyebabkan kerusakan alat-alat listrik atau komponen elektronik,
bahkan hingga terjadinya kebakaran.Tegangan berlebih dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1. Petir merupakan kejadian alam yang sering kita jumpai, bahaya dari
sambaran petir untuk alat elektronik, dapat merusak jalur listrik ,
hingga menyebabkan kebakaran.
2. Pemakaian listrik yang tidak sesuai standar (switching
overvoltage/On-Off) Tindakan switching ON-OFF pada alat-alat
listrik yang memiliki power suply besar yang sering dilakukan.
Pada kasus hubungan arus pendek akan memicu respon circuit breaker
untuk bekerja, hal ini memicu timbulnya switching atau tegangan transien.
f. Bahaya Tegangan Rendah
Bahaya Tegangan Rendah adalah bahaya yang ditujukan kepada motor
listrik yang berkaitan dengan torsi, sehingga menyebabkan motor listrik dapat
rusak.
g. Efek Thermal
Adalah keadaan suhu berlebih pada instalasi atau peralatan yang sangat
mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau cidera lainnya.
Hal ini dapat terjadi karena beban listrik yang berlebihan dan tidak sesuai
dengan kemampuan penghantaran atau adanya hubungan pendek. Kenaikan suhu
ini bila berlangsung relatif lama dan bila menyentuh pada bagian yang mudah
terbakar akan menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
a. Gelombang Elektromagnetik
Adalah segala proses berantai dari pembentukan medan magnet dan medan
listrik yang menjalar kesegala arah secara terus menerus.
b. Arus Tracking
Arus Tracking adalah arus rambat, Tracking adalah suatu gejala atau
kejadian alam, di mana suatu lapisan konduktif didirikan (established) di atas
permukaan bahan isolasi. Bila terdapat kerusakan pada isolasi kabel, maka pada
mulanya arus yang sangat kecil (miliamps atau microamps) secara sebentar-bentar
(intermittant) mengalir di atas permukaan bahan isolasi.
Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi ini sangat minimal dan
gejala tersebut dapat berjalan sangat lama, berbulan-bulan kadang-kadang
bertahun-tahun. Jadi tiap-tiap waktu arus mengalir di atas permukaan bahan
isolasi, bila sifatnya organik, akan terjadi karbonasi, tetapi sangat sedikit.
Bila lembab bertemu dengan kotoran (debu yang kotor di atas permukaan
isolasi), maka akan menghasilkan hubungan konduktif jembatan. Dalam keadaan
tersebut, arus rambat (creepage current) yang juga disebut arus tracking akan
mengalir dalam tiap-tiap peristiwa tersebut dan kerusakan yang terjadi karenanya
akan menambah sampai arus tracking dipertahankan

3.2 Efek Arus Listrik dan Batasnya Bagi Manusia

Pada satu sisi, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari kita sangat


membutuhkan daya listrik. Namun pada sisi lain, listrik sangat membahayakan
keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar orang pernah
mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya merasa terkejut saja
sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk mencegah
dari hal-hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan
terhadap bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan
pemahaman terhadap sifat dasar kelistrikan yang kita gunakan.

Persepsi mengenai tersengat aliran listrik itu bias berbeda-beda,


tergantung dari tegangan, durasi, arus, frekuensi, dsb. Besarnya arus dan arah
arus yang melewati tubuh akan sangat mempengaruhi efek arus tersebut
terhadap tubuh terutama ketika melewati organ-organ vital tubuh. Umumnya,
arus yang mendekati 100 mA akan berbahaya atau bahkan mematikan.
a. Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang
sekitar 5 sampai 10 mA (milliampere) untuk tegangan DC di 60 Hz
b. Arus akan berbahaya jika arus yang melewati tubuh memiliki ambang
sekitar 1 sampai 10 mA untuk AC di 60 Hz
c. Shock berkurang dengan adanya peningkatkan frekuensi, dan pada
akhirnya akan menghilang pada frekuensi di atas 15-20 kHz.

Semakin kecil resistor yang terkandung di dalam tubuh manusia semakin


mudah arus listrik mengalir sehingga semakin mudah kesetrum. Umumnya
besarnya resistor yang terdapat di dalam tubuh adalah 1500 ohm. Maka jika
kurang dari nilai tersebut akan semakin mudahtersengat listrik.

Durasi ketika kita kesetrum atau tersengat listrik akan sangat


mempengaruhi efeknya terhadap tubuh. Semakin lama arus mengalir melewati
bagian tubuh maka semakin besar resiko terhadap tubuh kita. Terutama jantung.

Bahaya arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita dipengaruhi oleh
jenis dan kekuatan arus listrik, ketahanan tubuh terhadap arus listrik, jalur arus
listrik ketika masuk ke dalam tubuh serta lamanya arus listrik mengalir di dalam
tubuh kita. Semakin besar dan lama arus listrik yang mengalir di dalam tubuh kita
maka semakin besar juga bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap tubuh kita.
Berikut ini akan diberikan tabel batas arus dan pengaruhnya terhadap tubuh
manusia serta tabel besar dan lamanya tegangan sentuh maksimum.

Batas Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusia


0 – 0,9 mA Belum merasakan pengaruh
Baru terasa adanya arus listrik tapi tidak
0,9 – 1,2 mA
menimbulkan kejang
Mulai terasa seakan-akan ada yang merayap
1,2 – 1,6 mA
didalam tangan
1,6 – 6,0 mA Tangan sampai kesiku terasa kesemutan
6,0 – 8,0 mA Tangan makin kaku, rasa kesemutan makin
bertambah
Rasa sakit tak tertahankan, penghantar masih bisa
13,0 – 15,0 mA
dilepas
15,0 – 20,0 mA Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar
Dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh
20,0 – 50,0 mA
manusia
50,0 – 100,0 mA Batas arus yang dapat menyebabkan kematian

Tabel 2 Batas Arus Yang Melewati Tubuh Manusia

Tegangan sentuh (Volt) Waktu pemutusan maksimum


(detik)
< 50 -
50 1,0
75 0,5
90 0,2
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03
Tabel 3 Besar dan Lama Tegangan Sentuh Maksimum

Berapapun aliran listrik yang diterima oleh tubuh tetap menimbulkan


sengatan atau getaran. Namun tegangan ini terkadang bisa dirasakan oleh
seseorang tapi ada juga yang tak terasa oleh tubuh. Sengatan listrik yang kecil
minimal bisa menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala, kelelahan atau
kejang otot, ketidaksadaran sementara dan sesak napas sementara. Tapi jika
berlangsung lama atau dalam tegangan tinggi bisa menyebabkan luka bakar,
kehilangan penglihatan, kerusakan otak, serangan jantung, berhenti bernapas dan
kematian.
Apabila seseorang mengalami shock sesaat, maka hanya akan
menimbulkan rasa sakit. Tapi jika tegangannya cukup tinggi juga bisa berakibat
fatal, meskipun hanya beberapa detik saja. Misalnya jika alirannya mencapai 100
mA, kemungkinan bisa menyebabkan kematian hanya dalam waktu 2 detik saja.

Seseorang hanya akan bisa bertahan pada aliran listrik yang kurang dari 10
mA, karena masih memiliki kendali terhadap otot-otot lengannya. Jika lebih dari
itu, kemungkinan sudah tidak memiliki kendali lagi. Hal inilah yang membuat
seseorang tidak bisa melepaskan alat listrik (semakin memperketat cengkeraman
alat listrik), sehingga aliran listrik akan semakin kuat melalui tubuh dan
menimbulkan luka serius.

Aliran listrik yang parah bisa menyebabkan kerusakan yang lebih banyak
bagi tubuh, tapi terkadang tidak terlihat oleh mata. Seseorang mungkin akan
mengalami perdarahan internal, rusaknya jaringan, saraf dan otot atau bahkan
menyebabkan luka yang tersembunyi. Namun jika tegangannya terlalu tinggi,
maka kematian tidak bisa dihindari. Jika ada seseorang yang tersetrum listrik,
sebaiknya jangan menyentuh orang tersebut karena aliran listrik bisa berpindah
dan membuat keduanya tersetrum bersama.

Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik
secara langsung, seperti bahaya sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau
ledakan (Gambar 1).

Gambar 1 Bahaya Primer Listrik


Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan
listrik secara tidak langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang
ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer. Contoh bahaya sekunder antara lain
adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun tidak langsung, jatuh
dari suatu ketinggian, dan lain-lain (Gambar 2).

Gambar 2 Bahaya Sekunder Listrik

Dampak sengatan listrik antara lain adalah:

a. Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya


denyut jantung atau denyutan yang sangat lemah sehingga tidak
mampu mensirkulasikan darah dengan baik. Untuk
mengembalikannya perlu bantuan dari luar.
b. Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang
dialami oleh paru-paru. 1) Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik
yang mengalir di dalam tubuh, 2) Terbakar akibat efek panas dari
listrik.

Faktor yang Menentukan Efek Arus Listrik Terhadap Tubuh Manusia

Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan


listrik adalah :

1. Ukuran fisik bidang kontak

Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapan listrik,
semakin rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yang
mengalir melewati tubuh dan akibatnya semakin parah.

2. Kondisi tubuh

Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila yang


terkena sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu akan
lebih parah dari korban yang dalam kondisi prima.

3. Hambatan / tahanan tubuh

Ketika kulit manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan
cukup untuk melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi kulit benar-
benar kering sangat jarang dijumpai, kecendrungannya setiap orang akan
mengelurkan keringat walaupun hanya sedikit. Oleh karena itu tubuh
dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan kemungkinan
terkena sengatan menjadi tinggi.

Tahanan tubuh ini dipengaruhi pula oleh jenis kelamin wanita dewasa
memiliki tahanan tubuh yang berbeda dengan laki-laki dewasa. Tahanan
tubuh wanita dewasa lebih rendah dibandingkan tahanan tubuh laki-laki
dewasa. Oleh karena itu arus listrik yang mengalir ke tubuh wanita dewasa
cenderung lebih besar dan akibatnya tentu lebih parah.

4. Jumlah miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik.
Semakin besar arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar pula
resiko

5. Bagian tubuh yang dialiri arus

Ketika tubuh tersengat listrik, arus listrik akan mengalir melewati tubuh.
Apabila arus listrik tersebut melewati bagian-bagian vital seperti jantung,
sengatan listrik akan sangat berbahaya dan menyebabkan kematian.

6. lamanya arus mengalir

Semakin lama tubuh manusia tersengat listrik tentu bahaya yang ditimbulkan
akan semakin parah pula.

3.3 Faktor Apa Saja Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Kerja


Listrik?
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak
dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak
langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik
dan mekanik) dan faktor manusia (lebih dari 80%)
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran
organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan di tempat kerja.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel listrik yang diakibatkan oleh faktor
manusia, diakibatkan antara lain dari faktor heriditas (keturunan), misalnya keras
kepala, pengetahuan lingkungan jelek. Di samping itu, kecelakaan dapat
diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Misalnya kurangnya pendidikan,
angkuh, cacat fisik atau mental. Karena sifat di atas ,timbul kecendrungan
kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan.
Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman), bisa diakibatkan oleh
beberapa hal, misalnya secara fisik mekanik meninggalkan alat pengaman,
pencahayaan tidak memadai, mesin sudah tua, dan mesin tak ada pelindungnya.
Ditinjau dari faktor fisik manusia, misalnya dari ketidak seimbangan fisik
/kemampuan fisik tenaga kerja,, misalnya : tidak sesuai berat badan , kekuatan dan
jangkauan, Posisi tubuh yang menyebabkan lebih lemah, kepekaan tubuh,
kepekaan panca indra terhadap bunyi, cacat fisik, cacat sementara.
Di samping itu kecelakaan bisa terjadi diakibatkan oleh ketidak
seimbangan kemampuan psikologis pekerja. Misalnya adanya rasa takut / phobia,
karena gangguan emosional, sakit jiwa, tingkat kecakapan, tidak mampu
memahami, gerakannya lamban, keterampilan kurang. Kecelakaan juga bisa
terjadi diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan tentang tidakan K3,
misalnya : kurang pengalaaman, kurang orientasi, kurang latihan memahami
tombol – tombol (petunjuk lain), kurang latihan memahami data, salah pengertian
terhadap suatu perintah.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh kurangnya skill atau keterampilan kerja,
misalnya : kurang mengadakan latihan praktik, penampilan kurang, kurang
kreatif, salah pengertian. Kemudia hal lian yang sering terjadi akibat ada
gangguan mental, misalnya emosi berlebihan, beban mental berlebihan, pendiam
dan tertutup, problem dengan suatu yang tidak dipahami, frustasi dan sakit mental.
Akibat stres fisik, antara lain : badan sakit (tidak sehat badan), beban tugas
berlebihan, kurang istirahat, kelelahan sensori, kekurangan oksigen, gerakan
terganggu, gula darah menurun.
Lima Langkah Aman Bekerja Pada Instalasi listrik
1. Bekerja tanpa memutus/mencabut
arus yang masuk, akan sangat
berbahaya.
2. Bungkuslah dengan pita isolasi
(electrical tape) jika kawat terluka.

3. Mencabut steker dengan menarik


kabel tidak dibenarkan.

4. Instalasi tanpa hubungan/kontak


tanah dapat membahayakan.

5. Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V


dan 3 fase tanpa kontak tanah
(ground), akan membahayakan.
Gambar 3 5 Langkah Aman Bekerja di Instalasi Listrik

3.4 Syarat Instalasi Listrik Yang Aman


Disamping persyaratan umum instalasi listrik dan peraturan mengenai
kelistrikan yang berlaku harus di perhatikan pula syarat-syarat dalam pemasangan
antara lain :
a. Syarat Ekonomis
Artinya instalasi listrik harus direncanakan sesederhana mungkin sehingga
harga dari ongkos pemasangan,pemeliharaan semurah mungkin. Sebagai
contoh : arus yang bocor yang meyebabkan arus listrik dapat mengalir di
permukaan tembok dan dengan itu pula dapat menjadi tambahan perbaikan
yang cukup mahal.
b. Syarat Keamanan
Artinya instalasi listrik harus tidak membahayakan keselamatan bagi
manusia,peralatan,serta benda-benda dan bangunan dari bahaya listrik.Selain
itu syarat keamanan juga terbagi atas 2 mcam yaitu :
1. Syarat keamanan (perencanaan kerja)
Instalasi listrik harus di buat sedemikian rupa sehingga kemungkinan
timbul kecelakaan sangat kecil,aman dalam hal ini berarti tidak
membahayakan jiwa manusia dan terjamin nya peralatan dan benda-benda
sekitarnya dari kerusakan akibat adanya gangguan seperti : gangguan
hubungan singkat,tegangan lebih,beban lebih dsb.
Agar instalasi listrik tidak membahayakan jiwa manusia,maka
pemasangan instalasinya harus memenuhi peraturan-peraturan yang telah
dtetapkan disamping itu, untuk mengamankan instalasi listrik dari
kerusakan-kerusakan akibat gangguan seperti hubungan singkat,beban
lebih maupun tegangan lebih (akibat sambaran petir) maka pada instalasi
tersebut di pasang alat-alat pengaman yang sesuai misalnya sikring,
pemutus daya dsb.
2. Syarat keamanan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan Pengaliran arus listrik kepada konsumen harus terjamin
secara baik,jadi instalasi listrik harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga kemungkinan terputus atau terhentinya aliran listrik,jika masih
tetap ada gangguan-gangguan yg terjadi mengakibatkan terhentinya aliran
listrik maka harus cepat diperbaiki keandalan bebannya,keandalan beban
dapat dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu :
a. Beban yang sangat memerlukan keandalan yang sangat tinggi
terhenti aliran listrik memungkinkan akan menyebabkan kematian
akibat kecelakaan.
b. beban yang memerlukan keandalan yang sangat tinggi walaupun
terhenti aliran listrik tidak dapat meyebabkan kematian. Sebagai
contoh : gangguan tegangan yang berlebihan seperti koslet dan
overload.
3. Syarat keandalan
artinya instalasi listrik harus memiliki kerja yang sangat baik dan
kekuatan yang oktimal sehingga tidak membahayakan dan merugikan
pengguna listrik.Keandalan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
a. Keandalan yang sangat-sangat tinggi, misalnya : instalasi untuk
rumah sakit harus direncanakan semaksimal mungkin karena
terhentinya aliran listrik dapat meyebabkan kematian.
b. Keandalan yang sangat tinggi, misalnya : instalasi untuk industri
yang harus direncanakan secara baik karena terhentinya aliran
listrik dapat meyebabkan kerusakan dan meyebabkan kerugian.
c. Keandalan yang baik, misalnya : instalasi pabrik-pabrik harus
direncanakan dengan baik bila terhentinya aliran listrik akan
menimbulkan kerugian.
d. Instalasi yang mutunya terjamin hal ini berarti konsumen mendapat
aliran listrik degan ukuran yang normal, yaitu kerugian tegangan
(normal) = 2% ( Tim Fakultas Teknik UNY, 2003 : 8 )

3.5 Keselamatan Pekerja Dibidang Kelistrikan


Penyebab nomor 3 terbesar kasus meninggal dunia di tempat kerja adalah
karena listrik pada saat pekerja melakukan pekerjaannya dan 12% dari semua
kasus meninggal dunia terjadi pada pekerja-pekerja yang masih muda. Listrik
mengandung potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan tenaga kerja dan
orang lain yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dan mengancam
keamanan bangunan beserta isinya.

Untuk menjamin keamanan dan keselamatan maka instalasi listrik harus


direncanakan, dipasang, diperiksa dan diuji oleh orang yang berkompeten dan
memiliki ijin kerja. Setiap teknisi listrik yang diserahi tugas dan tanggung jawab
dalam pekerjaan pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, pemeriksaan,
pengujian, dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat komponen
keselamatan dan kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan sertifikat dan
lisensi keselamatan dan kesehatan kerja listrik sesuai dengan Kep Dirjen
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan (PHIPK) No.
Kep 331/BW/2002 tentang Sertifikat Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Teknik Listrik.

Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada


Permen Tenaga Kerja No.Per.04/MEN/1988. Prinsip-prinsip keselamatan
pemasangan listrik antara lain:

a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.


b. Mengindahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL).
c. Harus menggunakan tenaga terlatih.
d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerjanya.
e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan
pemasangan instalasi listrik harus ahli di bidang listrik, memahami
peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari instansi yang berwenang.

Ketentuan Lain Mengenai Persyaratan Keselamatan Kerja Bidang Tenaga


Listrik :

a. Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji
sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik.
b. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-
jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan
pemasangan instalasi.
c. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak,
terutama untuk tegangan menengah dan/ atau tegangan tinggi yang dapat
mengakibatkan gangguan pada perusahaan atau dapat menimbulkan
kecelakaan.
d. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan
saja, tetapi juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus
terpelihara dengan baik.
e. Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami
kerusakan. Segera dilakukan penggantian.
f. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus
dibebaskan dari air, debu, arang dan zat asam, antara lain dengan cara
penyaringan.
g. Perlengkapan seperti relai lebih cepat mengalami kerusakan. Oleh sebab
itu harus sering dilakukan pengujian terhadapnya.
h. Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja
dan bahan magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik.
i. Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka/ dilepas,
harus dipasang kembali pada tempatnya.
j. Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat
membahayakan instalasi listrik.
k. Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan
perluasan instalasi pada keadaan bertegangan; dan dalam keadaan aman,
perlengkapan listrik harus terpelihara dengan baik.

Perlindungan Tenaga Kerja Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang


keselamatan kerja mengatur tentang syarat-syarat dan sanksi yang diberlakukan
bagi perusahaan untuk mengimplementasikan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) menyatakan dengan jelas keharusan untuk memberikan jaminan
keselamatan pekerja dalam bentuk pencegahan terkena aliran listrik yang
berbahaya. Tindakan pencegahan ini tentunya dapat mengurangi biaya jaminan
sosial tenaga kerja (Jamsostek) yang nantinya harus diberikan kepada korban jika
terjadi kecelakaan. Pencegahan kecelakaan oleh arus listrik, selain melalui
pelatihan, training, informasi, instruksi, safety induction, manual, handbook,
maupun buku saku, juga perlu diimplementasikan juga berbagai peralatan
pencegahnya, sepeti alat yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan listrik, baik
kesetrum atau kebakaran.

3.6 Promosi K3 Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Di


Bidang Kelistrikan
1. Poster, Dengan menggunakan bahasa atau kalimat yang mudah dipahami, poster
atau spanduk dapat menjadi sarana informasi yang efektif. Dapat dipasang pada
papan pengumuman yang berdekatan dengan tempat kerja atau pada ruang
makan/kantin. (Ralph Wiliam, 1990).
Gambar 4 Contoh Poster
2. Promosi Penggunaan APD, Sasaran utama dari pencanangan program
promosi kesehatan khususnya penggunaan APD adalah manajemen
perusahaan dan pekerja. Promosi bagi manajemen perusahaan bermanfaat
untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen perusahaan untuk menerapkan
penggunaan APD secara benar dan tepat untuk melindungi pekerja, sedangkan
bagi pekerja bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
pekerja terhadap bahaya di tempat kerja dan pentingnya penggunaan APD
secara benar untuk menghindari kecelakaan kerja.

Gambar 5 Contoh APD Untuk Pekerja di Bidang Listrik


Sering kita dengar juga berita mengenai kebakaran yang terjadi akibat
korsleting listrik dan beberapa korban akibat dari sengatan listrik. Kali ini kita
mencoba melihat teknik pertolongan pertama pada korban sengatan listrik.

Tipe arus listrik, tinggi tegangan listrik, tipe material penghantar listrik ke
tubuh korban dan kondisi korban akan menentukan tingkat keseriusan korban dan
apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan efek yang lebih buruk.

1. Bila memungkinkan matikan terlebih dahulu sumber listrik atau bila


tidak memungkinkan, singkirkan penghantar listrik dengan
menggunakan material yang tidak menghantarkan listrik seperti kayu
dan plastic.

2. Sebelum menolong korban, terlebih dahulu perhatikan apakah masih


ada kontak antara tubuh korban dengan sumber listrik. Karena apabila
kita sentuh, maka listrik akan mengalir ke tubuh kita dan korban akan
bertambah.

3. Baringkan tubuh korban dengan posisi kepala sedikit lebih rendah.

4. Periksa tanda-tanda korban mulai dari kesadaran, gerakan, pernafasan


dan detak. Segera melakukan panggilan dararut 119.

Dengan pertolongan pertama ini diharapkan korban dapat di tolong dan


tidak menjadi parah atau menambah korban lagi. Semua korban sengatan listrik
harus diperiksa oleh dokter untuk memeriksa apakah terjadi luka dalam.

Pencegahan

1. Gunakan pengaman pada colokan listrik

2. Ikuti petunjuk pabrik jika menggunakan alat-alat elektronik

3. Hindari pemakaian alat listrik pada keadaan basah

4. Jangan pernah menyentuh alat listrik ketika sedang memegang keran


atau pipa air

Untuk menghindari sambaran petir sebaiknya tidak berada di tempat


terbuka (lapangan) dan segera mencari tempat perlindungan selama hujan turun
(tetapi jangan berada dibawah pohon atau pelindung yang terbuat dari logam).
Segera tinggalkan kolam renang, berada di dalam mobil akan lebih aman.

Adapun Alternatif terdiri dari:

1. menjauhkan/memisahkan korban dari sumber listrik


2. memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi
jantung paru (jika diperlukan)

3. mengobati luka bakar dan cedera lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.pdfwindows.com/pdf/manajemen-k3-bidang-listrik/
2. http://kamuslistrik.blogspot.com/2010/02/ertolongan-terhadap-korban-
sengatan.html
3. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CCsQFjAD
&url=http%3A%2F%2Fwww.lintassolusiprima.com%2Fdownload%2Fbr
osur%2Foc%2FElectrical%2520Safety%2520%26%2520LOTO%2520Pro
cedures.pdf&rct=j&q=prosedur%20p3k%20pada%20bidang%20kelistrika
n&ei=DPIYTrT2MYr5rQeWtczPAQ&usg=AFQjCNH-
y1EXSSXISOFYNtKZeVefY8tgKw&cad=rja
4. http://qodirnet.blogspot.com/2009/12/efek-sengatan-listrik.html
5. http://instalasilistrik.net/efek-bahaya-arus-listrik/
6. http://instalasilistrik.net/tindakan-preventif-untuk-mencegah-bahaya-
listrik/

Anda mungkin juga menyukai