Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi terus berkembang tanpa bisa dibatasi dan dihindari oleh

siapapun. Kemajuan teknologi perlu diimbangi dengan adanya pemahaman

mengenai banyaknya perkembangan teknologi yang hadir di sekitar. Perlu

diketahui bahwa pengguna teknologi saat ini tidak hanya dalam lingkup yang

terbatas saja melainkan juga lingkup yang luas. Awal mulanya teknologi

hanya digunakan oleh segelintir orang saja namun sekarang sudah mulai

merambah ke dalam dunia bisnis yang sifatnya sangat luas. Dunia bisnis

meliputi adanya pelaku usaha dan konsumen.

Konsumen seringkali dihadapkan pada persoalan ketidak-mengertian

dirinya ataupun ketidakjelasan akan pemanfaatan, penggunaan maupun

pemakaian barang dan/atau jasa yang disediakan oleh pelaku usaha, karena

kurang atau terbatasnya informasi yang disediakan. Selain itu, konsumen juga

seringkali dihadapkan pada bargaining (tawar menawar) position yang sangat

tidak seimbang (posisi konsumen sangat lemah dibanding pelaku usaha). Hal

tersebut tercermin dalam perjanjian baku yang sudah disiapkan secara sepihak

oleh pelaku usaha dan konsumen harus menerima serta menandatanganinya

tanpa bisa ditawar-tawar lagi atau “take it or leave it”.1

1
Pdf, “Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”, diakses
melalui https://www.kontras.org/ pada tanggal 19 April 2018 pukul 17.18 WIB

1
2

Berdasarkan kondisi tersebut, upaya pemberdayaan konsumen menjadi

sangat penting, namun pemberdayaan konsumen akan sulit terwujud jika

mengharapkan kesadaran pelaku usaha terlebih dahulu. Hal tersebut

dikarenakan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya menggunakan prinsip

ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal

sekecil-kecilnya. Artinya, dengan pemikiran umum seperti itu sangat

mungkin konsumen akan dirugikan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur perlindungan konsumen

adalah sebagai bentuk perhatian Pemerintah terhadap konsumen Indonesia

agar konsumen tidak merasa rugi saat melakukan transaksi dalam bentuk

apapun. Adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur perlindungan konsumen

tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-

undang tentang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha

yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam

menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa yang

berkualitas. Penjelasan umum Undang-undang Perlindungan Konsumen

menyebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memberikan perhatian

khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah.2

2
Ahmadi Meru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2004), hlm. 185
3

Selain dilindungi oleh hukum konvensional, Negara Indonesia yang

mayoritasnya muslim memiliki aturan yang mengatur masalah transaksi

ekonomi sendiri. Islam tak hanya mengatur tentang bagaimana cara seseorang

berhubungan dengan Allah SWT tetapi juga mengatur mengenai pedoman

dan hukum transaksi ekonomi yang dibingkai dalam Hukum Ekonomi

Syariah mengatur tata cara serta aturan mengenai transaksi dari segi sudut

pandang Islam. Pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi ekonomi yang

berdasarkan hukum-hukum syariat masuk dalam cakupan Hukum Ekonomi

Syariah. Aturan perilaku manusia dalam kehidupannya diperoleh dari dalil-

dalil Islam secara rinci. Ruang lingkup Hukum Ekonomi Syariah adalah

seluruh kegiatan muamalah yang dilakukan manusia berdasarkan hukum-

hukum yang berupa peraturan-peraturan yang berisi tentang perintah dan

larangan, seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Hukum Ekonomi

Syariah mencakup pembahasan mengenai fiqih yang terdiri dari hukum-

hukum yang menyangkut urusan ibadah yang kaitannya dengan hubungan

vertikal antara manusia dengan Allah dan hubungan horizontal antara

manusia dengan manusia lainnya.

Ruang lingkup Hukum Ekonomi Syariah mencakup seluruh kegiatan

dan aspek kehidupan manusia, seperti sosial, ekonomi, hukum politik dan

sebagainya. Aspek ekonomi sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah

iqtishady yang artinya adalah suatu cara bagaimana manusia memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan antara berbagai pemakaian atas


4

alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tak

terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang tak terbatas.3

‫اض ِمْن ُك ْم‬ ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ال تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب‬
ٍ ‫اط ِل إِال أَ ْن تَ ُكو َن ِِتَ َارةً َع ْن تَ َر‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
ِ ِ ِ
ً ‫َوال تَ ْقتُلُوا أَنْ ُف َس ُك ْم إ َّن اللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح‬
‫يما‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An nisa [4]: 29).4

Dalam ayat di atas Allah mengharamkan orang beriman untuk memakan,

memanfaatkan, menggunakan, dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang

lain dengan jalan yang batil, yaitu tidak dibenarkan oleh syariat. Kita

diperbolehkan melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan asas

saling ridha, saling ikhlas. 5

Hukum asal dari kegiatan muamalah ini adalah boleh (mubah),

sebagaimana kaidah:

‫لى ََْت ِرْْيِ َها‬ ِ َّ َّ َ َ‫َصل ِِف امل َع َاملَ ِة ا ِإلب‬


َ ‫احةُ اال أَ ْن يَ ُد ل َدلْي ٌل َع‬ ُ ُْ
‫األ‬
Artinya: Hukum asal menetapkan syarat dalam muamalah adalah halal

dan diperbolehkan kecuali ada dalil (yang melarangnya).6

3
Nadirsyah Hawari, Fiqih Muamalat Sistem Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2010), hlm. 26
4
Departemen Agama Republik Indonesia, AlMumayyaz Al-Quran Tajwid Warna,
Transliterasi Perkata, Terjemah Perkata (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2010), hlm. 83
5
Anonim, M-KITA, diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 melalui
http://mkitasolo.blogspot.com/ pukul 07.26 WIB
6
Suhrawardi, Hukuk Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 12
5

Di era teknologi sekarang ini, menjadikan pemenuhan kebutuhan

manusia menjadi cepat dan efisien. Era teknologi merupakan sebuah era di

mana kehidupan dan aktivitas masyarakat akan lebih mudah dan efektif

dikarenakan peran dunia digital. Dengan kemajuan teknologi banyak orang

yang berinovasi dengan membuka usaha di berbagai bidang. Salah satu bidang

yang saat ini sedang gencar-gencarnya ditemui adalah inovasi usaha di bidang

jasa yang menggunakan media teknologi berupa aplikasi online, sehingga hal

ini menjadikan mudahnya konsumen menjangkau dan mengenal aplikasi dari

inovasi yang dibuat oleh pelaku usaha tersebut.

Financial technology berguna sebagai mediasi yang menemukan investor

dengan pencari modal, layaknya marketplace dalam istilah e-commerce.

Banyak aplikasi online yang bergerak di bidang jasa, seperti ojek online, e-

commerce, dan salah satu jenis startup yang mulai naik daun adalah pada

bidang finance technology. Finance technology adalah sebuah sebutan yang

disingkat dari kata ‘financial’ dan ‘technology’ di mana artinya adalah sebuah

inovasi di dalam bidang jasa keuangan. Inovasi yang ditawarkan finance

technology sangat luas dan dalam berbagai segmen, baik itu B2B (Business to

Business) hingga B2C (Business to Consumer).7 Beberapa contoh bisnis yang

tergabung di dalam finance technology adalah proses jual beli saham,

pembayaran, peminjaman uang (lending) secara peer to peer, transfer dana,

investasi ritel, perencanaan keuangan (personal finance), dan lainnya.

7
Abdul Hlmim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Bisnis E-Commerce, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 40
6

Financial technology mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat

menjadi lebih praktis dan efektif. finance technology pun membantu

masyarakat untuk lebih mudah mendapatkan akses terhadap produk keuangan

dan meningkatkan literasi keuangan”.8 Sejauh ini, ketentuan mengenai finance

technology memang masih sedikit dan belum dibahas secara menyeluruh. Dari

sudut pandang peraturan perundang-undangan belum ada aturan selevel

undang-undang yang mengatur secara khusus mengenai finance technology ini.

Padahal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan jumlah peminjam dana

yang memanfaatkan jasa perusahaan finance technology hingga Januari 2018

mencapai 260 ribu orang.9

Bisnis finance technology yang mempunyai startup di media, harus

mendaftarkan lembaganya tersebut kepada OJK agar adanya jaminan hukum

bagi konsumen, karena belum ada undang-undang yang mengatur tentang

finance technology. Luasnya teknologi global menjadikan usaha finance

technology berkembang pesat, sehingga sudah maraknya startup finance

technology yang ada di internet tanpa dijelaskan startup finance technology

tersebut sudah terdaftar atau belum, sehingga pengawasan dari lembaga

finance technology tersebut juga belum terjamin, serta unsur penyelewengan

tanggung jawab masih sangat mudah diindikasi, sehingga tanggung jawab dari

pemilik startup finance technology masih diragukan, apalagi jaminan bagi

konsumen pun belum begitu terjamin.

8
Ellen Chandra, Definisi Finance technology Adalah, diakses pada tanggal 10 Oktober 2018
melalui https://www.finansialku.com/ pukul 17.28 WIB
9
Ariyani, Yakti Widyastutu, Per Januari 2018, Pengguna Finance technology Tembus 260
Ribu Orang. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2018. Melalui http://bisnis.tempo.co.id pada pukul
17.30 WIB
7

Padahal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen pada pasal 19 dijelaskan mengenai tanggung jawab

pelaku usaha.10 Perlindungan konsumen menjadi penting karena dengan

melakukan perlindungan konsumen, maka sama dengan melindungi Bangsa

sebagaimana diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut

pembukaan UUD 1945, melindungi konsumen juga untuk menghindarkan

konsumen dari dampak negatif penggunaan tekhnologi, serta dapat melahirkan

manusia-manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku

pembangunan yang berarti juga untuk menjaga kesinambungan pembangunan

nasional.11 Sedangkan menurut Hukum Ekonomi Syariah kejelasan dalam

berusaha sangat dijadikan prinsip utama bagi pengusaha, agar tidak adanya

unsur gharar di dalamnya sehingga dari dua belah pihak tidak ada yang

dirugikan.

Berdasarkan paparan di atas, karena finance technology sudah sangat

marak dan mulai banyak digunakan oleh konsumen yang membutuhkan jasa

yang ditawarkan oleh lembaga finance technology yang dipaparkan di dalam

startupnya meskipun belum ada payung hukum dari undang-undang yang

menjamin tentang perlindungan bagi konsumen finance technology secara

jelas, maka peneliti ingin mengkaji bagaimana Tinjauan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi

Syariah Terhadap Finance Technology.

10
Sadar, Moh. Taufik Makarao, dan Haboe Mawadi, Hukum Perlindungan Konsumen di
Indonesia, (Jakarta Barat: Akademia, 2012), hlm. 65
11
Anonim, Hukum, diakses pada tanggal 10 Oktober 2018 melalui
https://www.hukumesaunggul.blogspot.com/ pukul 17.28 WIB
8

B. Rumusan Masalah

Peneliti dalam melakukan penelitian memberikan beberapa rumusan

masalah agar bisa lebih mendalami fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses transaksi yang ada di finance technology?

2. Bagaimana tinjauan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8

Tahun 1999 terhadap finance technology?

3. Bagaimana tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap finance

technology?

C. Tujuan Penelitian

Pada bagian ini diungkapkan sasaran yang akan dicapai dalam

penelitian, mengacu pada isi dan fokus penelitian. Berdasarkan fokus

penelitian diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses transaksi finance

technology.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis tinjauan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 terhadap finance

technology.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis tinjauan Hukum Ekonomi

Syariah terhadap finance technology.


9

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya

pengetahuan mengenai finance technology dalam hukum yang mengatur

mengenai masalah tersebut dan sebagai bahan referensi bagi peneliti

sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemodal

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pemodal agar

menanamkan modalnya sesuai dengan aturan dan tanpa melanggar

peraturan hukum, serta pemodal mendapatkan perlindungan hukum

sebagai konsumen yang menggunakan jasa finance technology.

b. Bagi Peminjam Modal

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peminjam pemodal

agar menanamkan modalnya sesuai dengan aturan dan tanpa melanggar

peraturan hukum. Peminjam pemodal mendapatkan perlindungan

hukum sebagai konsumen yang menggunakan jasa finance technology.

c. Bagi Perusahaan Finance Technology

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi perusahaan

finance technology agar menerapkan Standar Operasional


10

Prosedur (SOP) dengan tepat sehingga dapat menjamin hak dan

kewajiban dari konsumennya.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti

selanjutkan umum khususnya yang berkaiatan dengan finance

technology sehingga bisa menjadi salah satu referensi dalam penelitian

selanjutnya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam menafsirkan judul penelitian

ini, maka peneliti memberikan penegasan atau pengertian pada istilah-istilah

dalam judul tersebut yang sekaligus menjadi batasan dalam pembatasan

selanjutnya. Dalam penegasn istilah ada penegasan secara konseptual dan

operasional, yaitu:

1. Penegasan Konseptual

Secara konseptual beberapa istilah yang perlu dijelaskan antara lain:

a. Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindugan

konsumen. Yang diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan

tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya


11

demi untuk kepentingan perlindungan Konsumen, begitu pula

sebaliknya menjamin kepastian hukum bagi konsumen.12

b. Hukum Ekonomi Syariah adalah hukum ekonomi yang berdasarkan

syariah yang dilandasi akan pedoman dari Al-Quran dan Hadits

beserta ijtihad para ulama.13

c. Finance technology adalah sebuah gabungan dari kata ‘financial’

dan ‘technology’ di mana artinya adalah sebuah inovasi di dalam

bidang jasa keuangan.14

2. Operasional

Secara operasional maka penelitian yang berjudul “Tinjauan

Undang-Undang Perlindungan Kosumen Nomor 8 Tahun 1999 Dan

Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Finance Technology” yaitu

penelitian yang dilakukan guna untuk mengetahui, mendepenelitiankan,

dan menganilisis proses transaksi finance technology serta Tinjauan

Undang-Undang Perlindungan Kosumen dan Hukum Ekonomi Syariah.

F. Penelitian Terdahulu

Sejauh pengamatan peneliti, sudah ada beberapa karya tulis yang

mengangkat tema “Financd Technology”, yang merupakan kajian tentang

konsep-konsep yang dipilih oleh peneliti antara lain oleh :

12
Ahmadi Miru daan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm.1
13
Anonim, Pengertian Hukum Ekonomi Syariah. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2018
melalui www.pengertianartidefinisi.com pukul 21.00 WIB
14
Fransiska Ardela, Definisi Startup Adalah, diakses pada tanggal 25 April 2018 melalui
https://www.finansialku.com pukul 20.53 WIB
12

Jurnal oleh Mohammad Wisno Hamin, tahun 2017, dengan judul

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur) Bank sebagai Konsumen

Pengguna Jasa Bank Terhadap Resiko Dalam Perjanjian Kredit Bank dalam

jurnal Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017. Hasil penelitiannya mengenai

upaya perlindungan bagi nasabah debitur terhadap risiko yang dialaminya

dalam perjanjian kredit bank selain dapat dilakukan dengan penerapan Pasal

18 UUPK, juga dapat dilakukan sesuai dengan kebijakan Bank Indonesia dan

Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku (standard contract), dimana isi

atau klausul-klausul perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan

dalam bentuk formulir (blangko), tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk

tertentu. 15 Kesamaan dengan penelitian ini adalah meninjau suatu objek dari

Hukum Perlindungan Konsumennya sedangkan perbedaannya terdapat pada

objek kajian yang mana peneliti memilih penelitian di bidang keuangan yang

diinovasi menggunakan teknologi.

Jurnal oleh Iska Sri Mawarni, tahun 2017, dengan judul “Analisis

Presepsi Masyarakat Pengguna Layanan Transaksi Digital Pada Financial

Technology” dari Universitas Telkom Bandung. Jurnal ini membahas

mengenai Finance technology telah menghasilkan hasil yang positif bagi

pelaku usaha e-commerce maupun start-up. Dalam layanan pembayaran

digital, pemakaian internet memiliki peran yang sangat penting dan menjadi

15
Mohammad Wisno Hamin, tahun 2017, “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah (Debitur)
Bank sebagai Konsumen Pengguna Jasa Bank Terhadap Resiko Dalam Perjanjian Kredit Bank”
diakses melalui website https://media.neliti.com/media/publications/149520-ID-perlindungan-
hukum-bagi-nasabah-debitur.pdf tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19.20 WIB.
13

faktor penting dalam penggunaan pembayaran digital seperti untuk

memahami faktor-faktor terhadap kecenderungan masyarakat dalam

menggunakan pembayaran digital dalam layanan Go-Pay.16 Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai finance

technology. Perbedaannya terletak pada objek layanannya, dalam jurnal ini

mengenai layanan Go-Pay, sedangkan dalam penelitian ini mengenai layanan

di bidang keuangan yang diinovasi menggunakan teknologi.

Jurnal oleh Budi Raharjo, dengan judul “Fintech: Layanan Baru,

Ancaman Baru”, dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Jurnal ini membahas

mengenai dampak yang terjadi seiring dengan perkembangan finance

technology.17 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji

mengenai finance technology. Perbedaannya pada sudut pandang penelitian.

Penelitian Budi Raharjo terfokus pada dampak yang timbul dari adanya

finance technology, sedangkan peneliti terfokus pada perlindungan konsumen

finance technology.

Jurnal oleh Pardi Kendi, dengan judul “Tingkatan Daya Saing

Perbankan Melalui Fintech”. Jurnal ini membahas mengenai tingkatan jumlah

daya saing perbankan yang telah menggunakan finance technology.18

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai

finance technology. Perbedaannya pada fokus kajian, dimana penelitian

16
Iska Sri Mawarni, “Analisis Presepsi Masyarakat Pengguna Layanan Transaksi Digital
Pada Financial Technology”dalam Review Jurnal Metlit 2017, diakses melalui website
https://aghina.staff.telkomuniversity.ac.id tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19.40 WIB.
17
Budi Raharjo, “Fintech: Layanan Baru, Ancaman Baru” diakses melalui website
https://fintech.id/ tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19.50 WIB.
18
Pardi Kendi,” Tingkatan Daya Saing Perbankan Melalui Fintech”, https://fintech.id/,
tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19.40 WIB
14

terfokus pada tingkatan daya saing yang cenderung dapat diukur (kuantitatif)

sedangkan peneliti terfokus pada perlindungan konsumen finance technology

yang tidak dapat diukur.

Thesis oleh Wardhani dan Selly Kusuma, tahun 2017 dengan judul

“Tanggung Jawab Hukum Penerbit Produk Fintech Terhadap Pengguna T-

Cash Sebagai Aplikasi Berbasis Mobile Payment Atas Kehilangan Saldo

Dalam Pembayaran Online”, dari Universitas Brawijaya. Thesis ini

membahas tentang banyaknya masyarakat yang menggunakan aplikasi mobile

payment dalam melakukan pembayaran mengalami kehilangan saldo.19

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

finance technology dan menggunakan kajian teori Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Perbedaannya terdapat pada

kajian penelitian yang digunakan.

Jurnal oleh Irma Muzdalifa, Inayah Aulia Rahma, dan Bella Gita

Novalia. (Unuiversitas Muhammadiyah) UnMuh Surabaya 2018, dengan

judul “Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada Umkm

Di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syariah)”. Jurnal ini membahas tentang

seberapa besar dampak dan implementasi finance technology terhadap

UmKm di Indonesia.20 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

19
Wardhani dan Selly Kusuma , “Tanggung Jawab Hukum Penerbit Produk Fintech
Terhadap Pengguna T-Cash Sebagai Aplikasi Berbasis Mobile Payment Atas Kehilangan Saldo
Dalam Pembayaran Online”, dalam Thesis 2017, diakses melalui website
http://repository.ub.ac.id/5920/ , tanggal 9 Oktober 2018 pukul 19.30 WIB
20
Irma Muzdalifa, dkk, “Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada
Umkm Di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syariah)”, dalam jurnal Masyarif al-Syariah: Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah. Diakses melalui website journal.um-surabaya.ac.id, tanggal 9
Oktober 2018 pukul 19.30 WIB
15

membahas tentang finance technology. Perbedaannya adalah konteks

pembahasannya.

Jurnal oleh Imanuel Adhitya Wulanata Chrismastianto. Universitas

Pelita Harapan Tangerang 2017, dengan judul “Analisis SWOT Implementasi

Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan Di Indonesia”.

Jurnal ini membahas tentang menganalisis secara lebih mendalam mengenai

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) implementasi teknologi

finansial terhadap kualitas layanan perbankan Indonesia di era digital melalui

studi literatur perbankan.21 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-

sama membahas tentang finance technology. Perbedaannya adalah konteks

pembahasannya.

Jurnal oleh Pipit Buana Sari dan Handriyani Dwilita, tahun 2018

dengan judul “Prospek Financial Technology (Fintech) di Sumatera Utara

Dilihat dari Sisi Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan dan Kemiskinan

Prospects of Financial Technology (Fintech) In North Sumatra Viewed From

The Side of Financial Literacy, Financial Inclusion and Poverty”, dari Unisba.

Jurnal ini membahas tentang penelitian ini melihat potensi fintech di

Sumatera Utara dari sisi literasi keuangan, inklusi keuangan dan

kemiskinan.22 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas

tentang finance technology. Perbedaannya adalah konteks pembahasannya.

21
Imanuel Adhitya Wulanata Chrismastianto, “Analisis SWOT Implementasi Teknologi
Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan Di Indonesia”, dalam Jurnal Ingenta 2017,
diakses melalui website https://www.ingentaconnect.com tanggal 10 Oktober 2018 pukul 13.09
WIB.
22
Pipit Buana Sari dan Handriyani Dwilita, Prospek Financial Technology (Fintech) Di
Sumatera Utara Dilihat Dari Sisi Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan Dan Kemiskinan
16

Jurnal oleh Fajrina Eka Wulandari tahun 2018, dengan judul

“Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology Crowfunding

Perspektif Undang-Undang Persaingan Usaha, Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Dan Etika

Bisnis Islam” dari IAIN Tulungagung. Jurnal ini membahas tentang

Perlindungan hukum terhadap konsumen finance technology crowfunding

bisa didasarkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Persaingan Usaha, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

77/POJK.01/2016 dan Etika Bisnis Islam. Keempatnya sama-sama

memiliki kesamaan yakni sama-sama melindungi konsumen secara penuh.

Tidak hanya konsumen saja yang dilindungi melainkan juga pelaku usaha

finance technology crowfunding.23 Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama membahas tentang perlindungan finance technology menurut

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.

Perbedaannya adalah bahwa penulis menggunakan kajian lain selain

UUPK, yaitu Hukum Ekonomi Syariah.

Dengan demikian belum ada penelitian yang secara khusus

membahas tentang “Tinjauan Undang-Undang Perlindungan

Prospects Of Financial Technology (Fintech) In North Sumatra Viewed From The Side Of
Financial Literacy, Financial Inclusion And Poverty, dalam Jurnal 2018, diakses melalui website
https://ejournal.unisba.ac.id tanggal 10 Oktober 2018 pukul 15.08 WIB.
23
Fajrian Eka Wulandari, Perlindungan Hukum Konsumen Finance technology
Crowfunding Perspektif Undang-Undang Persaingan Usaha, Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Dan Etika Bisnis Islam, dalam Jurnal Ahkam, ,
diakses melalui website https://ejournal.iain-tulungagung.ac.id tanggal 26 Desember 2018 pukul
15.08 WIB.
17

Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Dan Hukum Ekonomi Syariah

Terhadap Finance Technology”.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian terdiri dari dua kata, yaitu metode dan penelitian.

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja

(sistematika) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai

upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah dan termasuk keabsahannya.24 Sedangkan definisi penelitian yaitu

suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis,

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Setelah mengetahui definisi dari kedua kata di atas, maka metode

penelitian merupakan cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,

dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.25

Dalam metode penelitian, terdapat beberapa langkah dalam

penyusunannya yang meliputi jenis penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan

tahap-tahap penelitian, dimana hal tersebut akan diuraikan di bawah ini.

24
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2003), hlm. 24.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 6.
18

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti disebut sebagai penelitian

literer atau riset kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang

dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali lewat

beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran,

majalah dan dokumen).26 Jika dulu studi kepustakaan hanya terfokus pada

buku yang dicetak saja melainkan juga buku-buku online yang ada di

internet.

Menurut Danial A.R. studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet

yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut

dianggap sebagai sumber data yang akan diolah dan dianalisis seperti

banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan Bahasa.27 Buku yang

didapat tidak boleh didiamkan saja melainkan perlu dianalisis.

2. Data atau Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti sesuai dengan jenis penelitian

yakni literer atau studi kepustakaan (library research) maka berupa

literatur dari buku, dokumen, jurnal ataupun karya ilmiah. Data primer

diperoleh dari buku-buku yang berhubungan langsung dengan judul

26
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004),
hlm. 89
27
Verry Hendra S.R., “Suatu Kajian tentang Sosialisasi UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Guna Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dalam
Berlalulintas”, dalam Penelitian tahun 2012, diakses melalui http://repository.upi.edu/ hari rabu
tanggal 18 Januari 2017 pukul 10.30 WIB, hlm. 49
19

proposal, sedangkan data sekunder didapat dari buku-buku dan jurnal

lainnya yang masih berkaitan dengan judul penelitian ini.

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti, dengan

maksud untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang diteliti. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti yang langsung didapat dari sumber

pertama atau yang menjadi acuan penelitian, yakni Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum

Ekonomi Syariah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder ialah data yang telah dikumpulkan dengan maksud

untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Dalam

penelitian ini, yang menjadi sumber data sekunder adalah jurnal ilmiah,

makalah, working paper, publikasi pemerintah, Buku Teks, dan bahan

referensi lainnya serta situs di internet yang berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan.28 Data sekunder tersebut mengenai finance

technology, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian literer dengan cara

menggali informasi literer menggunakan teknik dokumentasi. Teknik

dokumentasi dalam penelitian literer mempelajari berbagai informasi

28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., hlm. 137.
20

literer. Informasi literer adalah informasi tertulis. Informasi ini bersumber

pada dokumen, yakni teks. Informasi demikian ini disebut juga informasi

tekstual. Informasi literer ada dua, yaitu literer ilmiah dan literer non

ilmiah (misalnya, karya sastra).29

Dokumentasi yaitu metode yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel dengan metode literature

yang meneliti konsep-konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-

buku, dan media lain seperti internet atau meneliti hal-hal yang tercantum

dalam dokumen-dokumen serta sumber tertulis lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti, sehingga dapat dijadikan bahan informasi yang ada

untuk kemudian sumber-sumber data primer dan sekunder dibaca dan

ditelaah sesuai dengan permasalahannya kemudian hasil telaah tersebut

dicatat dianalisis dan dikomparasikan. Penggalian data harus dilakukan

secara mendalam.

Literer ilmiah adalah literer yang dihasilkan dari hasil penelitian,

sedangkan literer nonilmiah yang didapat dari hasil karya seseorang.

Penelitian literer atau kajian kepustakaan mengandung dua aspek penting

dalam sebuah rencana penelitian, baik untuk mempertegas posisi

penelitian yang akan dilakukan maupun untuk memperkuat bahan analisis

yang akan digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Dua aspek

tersebut adalah kajian terdahulu dan depenelitian teoritis.30 Kajian

29
HMA Prawoto, “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”, diakses melalui
http://gratisebook.id/ pada hari minggu tanggal 22 Januari 2017 pukul 10.30 WIB, hlm. 9
30
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, Panduan Penelitian Beserta Contoh Proposal
Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2015), hlm. 40-43
21

terdahulu di sini maksudnya adalah semua hasil penelitian atau publikasi

yang terkait dengan rencana penelitian yang akan dilakukan. Sebuah

rencana penelitian yang baik mesti mempertimbangkan ada atau tidaknya

kajian atau penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh orang lain,

sedangkan pada bagian depenelitian teoritis peneliti mesti mengungkapkan

dan menghimpun teori-teori yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

Menurut Mestika Zed sebagaimana yang dikutip dalam buku

Khatibah Metode Penelitian Kepustakaan, ada empat langkah penelitian

kepustakaan yaitu: Pertama, menyiapkan alat perlengkapan, alat

perlengkapan dalam penelitian kepustakaan hanya pensil atau pulpen dan

kertas catatan. Kedua, menyusun bibliografi kerja, bibliografi kerja ialah

catatan mengenai bahan sumber utama yang akan dipergunakan untuk

kepentingan penelitian. Sebagian besar sumber bibliografi berasal dari

koleksi perpustakaan yang dipajang atau yang tidak dipajang. Ketiga

mengatur waktu, dalam hal mengatur waktu ini tergantung personal yang

memanfaatkan waktu yang ada, bisa saja merencanakan berapa jam satu

hari, satu bulan, terserah bagi personal yang bersangkutan memanfaatkan

waktunya. Keempat, membaca dan membuat catatan penelitian, artinya

apa yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut dapat dicatat, supaya tidak

bingung dalam lautan buku yang begitu banyak jenis dan bentuknya. 31

31
Khatibah, “Penelitian Kepustakaan”, dalam Jurnal Iqra’ Volume 05 No. 01, diakses
melalui http://repository.uinsu.ac.id/ pada hari Rabu tanggal 18 Januari 2017 pukul 10.20 WIB
22

4. Teknik Analisis Data

Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data ke

dalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data,

ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk

menjawab masing-masing masalah penelitian dan akhirnya

diinterpretasikan atau disimpulkan, baik untuk masing-masing masalah

maupun keseluruhan masalah.32

Penelitian literer atau studi kepustakaan memiliki dua prinsip

memilih sumber bacaan yaitu mutakhir dan relevansi. Berdasar informasi

yang terkumpul melalui kegiatan membaca, kemudian dilakukan

penelaahan lebih lanjut terhadap masalah yang dikerjakannya. Teori dan

konsep dianalisis melalui penalaran deduktif, hasil penelitian dinalar

secara induktif, semua bahan kemudian diramu ke dalam suatu sistem

berupa kesimpulan-kesimpulan teoritis, yang akan menjadi landasan bagi

penyusunan hipotesis penelitian.33 Kesimpulan adalah proses terakhir yang

harus dilakukan oleh peneliti untuk mendapat interpretasi atau penafsiran

data secara objektif dalam kaitannya dengan bagaimana Tinjauan Undang-

undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum

Ekonomi Syariah terhadap Finance Technology.

32
Sanapiah Faisal, Format-format penelitian sosial, dasar-dasar dan aplikasi, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 33-34
33
Ida Yustina, Studi Kepustakaan, Kerangka Konsep Penelitian, diakses melalui
http://helvetia.ac.id/ pada hari rabu tanggal 18 Januari 2017 pukul 10.35 WIB
23

Macam analisis data beserta langkah kerja dalam studi kepustakaan

ada 3 jenis yaitu: 34

a. Analisis data dengan teori grounded

Analisis data adalah upaya menemukan teori dari data yang

diperoleh secara sistematis dari penelitian sosial. Analisa ini

diimplementasi melalui tiga langkah utama.

1) Pada tahap awal abtraksi peneliti berusaha menemukan dan

menyusun kategori-kategori konseptual.

2) Menemukan hubungan-hubungan diantara kategori-kategori.

3) Memberikan makna hubungan-hubungan kategori-kategori.

Dalam menganalisis data, akan lebih mudah apabila terlebih

dahulu dilakukan klasifikasi data yang kemudian dilakukan

penyusunan data. Selanjutnya yaitu tahap pengkategorian data. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah menganalisis data dan dalam

menyusun data akan lebih mudah, karena data sudah dikategorisasikan

sesuai dengan kelompoknya. Dalam menganalisis data, dilakukan

teknik analisa data mulai dari data yang bersifat khusus hingga sampai

pada kesimpulan.

b. Analisis isi

Analisis isi adalah pendekatan dan metode dalam penelitian literer

menjadikan teks sebagai objek kajian atau satuan yang dianalisis

34
Ibrahim, Metodologi Penelitian…, hal.113-117
24

dalam rangka menemukan makna atau isi pesan yang disampaikan.

Langkah analisis isi yaitu:

1) Menemukan masalah atau fokus penelitian

Peneliti agar memudahkan dalam menemukan masalah yang ada

literatur disiapkan terlebih dahulu. Literatur yang akan dianalisis

adalah literatur ilmiah.

2) Melakukan identifikasi terhadap literatur melalui pembacaan teks

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah literatur yang

akan dianalisis disiapkan, peneliti melakukan kegiatan pembacaan

kemudian mengidentifikasinya.

3) Membuat atau menentukan kategorisasi teks

Membuat kategori teks adalah langkah utama dalam analisis teks.

4) Memproses kategorisasi teks menjadi klasifikasi teks

Menempatkan atau menyusun data atau teks sesuai dengan

pengelompokan kelas kategorinya.

5) Menginterpretasi atau menafsirkan teks

Menginterpretasi atau menafsirkan teks adalah langkah terakhir

dari analisis isi dengan cara memaknai, menafsirkan dan

mengambil kesimpulan terhadap makna dan isi teks.


25

5. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apabila penelitian

yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah.35 Dalam

penelitian, pengecekan ulang mengenai keabsahan data memang sangat

perlu, karena untuk lebih meyakinkan lagi mengenai keaslian data-data

yang telah diperoleh. Dalam jenis penelitian yakni literer atau studi

kepustakaan (library research), data dapat dinyatakan valid apabila tidak

ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas data

berdasarkan jenis penelitian yakni literer atau studi kepustakaan (library

research) tidak bersifat tunggal, tetapi jamak, dan tergantung pada

konstruksi instrumennya (manusia).36

6. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahap yang akan dilaksanakan dalam penelitian nanti

yakni tahap awal penelitian, tahap pelaksanaan, tahap analisis dan tahap

pelaporan.

Tahap awal penelitian, adalah tahap untuk mempersiapkan penelitian

dimana peneliti memlih tema atau topik penelitian, lalu peneliti akan

mengidentifikasi masalah, dan menentukan masalah apa yang diteliti

kemudian merumuskan masalah dengan cara mengumpulkan informasi

yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, setelah itu peneliti akan

35
Jonaedi Efendi, Johnny Ibrahim, Ebook Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Jakarta: PrenadaMedia, 2018), hlm. 4
36
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif..., hlm. 119.
26

mengadakan studi pendahuluan dan merumuskan hipotesis serta

menentukan sampel penelitian dan menyusun rencana penelitian.

Tahap pelaksanaan, adalah tahap yang dilakukan setelah tahap

persiapan penelitian yang meliputi tahap pengumpulan data, yang

didasarkan pada pedoman yang sudah dipersiapkan dalam rancangan

penelitian yang dikumpulkan melalui kegiatan penenlitian.

Tahap analisis data, adalah tahapan yang dilakukan setelah semua

data terkumpul kemudian semua dilakukan analisis yang diajukan dan

diuji kebenarannya melalui analisis tersebut.

Tahap penulisan laporan, adalah tahap akhir dari rangkaian proses

penelitian. Tahapan ini yaitu membuat laporan mengenai hasil penelitian

secara tertulis agar peneliti dapat mengkomunikasikan hasil penelitiannya

kepada para pembaca.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dan mengarah pada tercapainya pemahaman

pembaca pada penelitian ini, maka penulisan ini ditulis secara sistematika

agar mempermudah dalam penulisan. Penulisan penelitian ini tersusun atas

V bab yang masing-masing bab berisi tentang sistematika sebagai berikut:

Sistematika penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yang

berjudul “Tinjauan Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8

Tahun 1999 Dan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Finance Technology”

adalah:
27

BAB I Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II, Proses Transaksi Finance Technology. Pada bab ini berisi

tentang pengertian finance technology, finance technology syariah, produk-

produk finance technology, kelebihan dan kekurangan menggunakan finance

technology, dasar hukukm finance technology, hukum perlindungan

konsumen nomor 8 tahun 1999 dan hukum ekonomi syariah.

BAB III, Tinjauan Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Nomor 8 Tahun 1999 terhadap Finance Technology. Dalam bab ini berisi

tentang tinjauan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun

1999 terhadap Finance Technology serta analisisnya.

BAB IV, Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Finance

Technology. Dalam bab ini berisi tentang tinjauan Hukum Ekonomi Syariah

terhadap Finance Technology dan analisisnya.

BAB V Penutup, berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai