TGS Pendidikan Agama Kristen
TGS Pendidikan Agama Kristen
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah Rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
Makalahini yang kami susun ini tidak luput dari campur tangan ataupun bantuan baik
secara fikiran maupun secara materi. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Pdt. Lukas
Dayung, M.Th sebagai Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep Tuhan pada setiap aliran agama tentu tidak sama, tergantung kitab suci
masing-masing. Konsep Tuhan bagi kaum kristiani sangat jauh berbeda dengan konsep
agama lain. Agama kristen mengimani Allah trinitas atau tritunggal. Sedangkan bagi
agama lain konsep tersebut sangatlah tidak masuk akal atau tidak rasional. Namun,
lepas dari rasional atau tidak, konsep Allah trinitas sangat jelas tertuang di dalam
Mengakui adanya konsep Tuhan yang harus masuk akal, bagi kami sama saja
dengan merendahkan keberadaan Tuhan yang lebih besar dari apapun termasuk akal
manusia yang sangat terbatas. Konsep yang benar bukan didasarkan pada akal manusia,
namun didasarkan pada apa yang dinyatakan oleh Tuhan sendiri melalui
Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul: Konsep Tuhan" dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa kristen tentang konsep Tuhan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan ialah sesuatu yg diyakini, dipuja,
dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb: -- Yang Maha
Esa. Sedangkan Allah ialah pencipta alam semesta yang mahasempurna; Tuhan Yang
Dari definisi tersebut dapat dikatan bahwa Tuhan dan Allah memiliki arti yang sama
yaitu sesuatu yang diyakini dan disembah oleh orang beriman, pencipta alam semesta,
teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.
Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur
dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu
sendiri.
segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun),
Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara
dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan
hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala
Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat
pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang
2
dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama
monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan
pencipta alam semesta, yang disebut Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab
Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil
vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena
predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki
konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama
suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim
atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir
Konsep Allah atau Tuhan orang Kristen adalah Trinitas atau Tritunggal. Istilah
“Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang
berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk
keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik
tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di
dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di
dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 72).
3
Memang, tidaklah mudah membuat definisi dari Trinitas, hal ini dikaitkan dengan
Allah. Penekanan yang berlebihan pada keesaan atau ketigaan dapat menyebabkan
kekeliruan dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan adanya “ketunggalan Allah” dan
juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”. Karena itu, dua sikap ekstrim yang keliru
Pertama, sikap ekstrim yang terlalu menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan
kepercayaan kepercayaan kepada tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan
Bagi agama lain keprcayaan akan Allah trinitas atau tritunggal merupakan suatu
kebodohan karena tidak rasional/tidak masuk akal. Namun mereka lupa bahwa konsep
Allah Trinitas lebih tinggi dari akal manusia sehingga akal tidak mampu memahaminya
dengan sempurna karena akal hanya ciptaan sedangkan Allah Trinitas adalah Pencipta.
melainkan didasarkan pada firman Allah melalui alkitab. Sekalipun tidak terdapat kata
Trinitas di dalam alkitab, namun alkitab dengan jelas mengajarkan ketunggalan dan
kejamakan Allah.
Pertama, Allah adalah satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan
pada Ulangan 6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Kata “esa” adalah kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan; satu kesatuan”.
Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari Allah tetapi juga kesatuan dari
4
Allah (Bandingkan Yakobus 2:19). Ini berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak
terbagi. Kesatuan dari esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas
tidak berarti bertindak secara mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting dalam
menangkal ajaran sesat Arianisme dan Socianisme yang menolak kesatuan esensi Anak
Kedua, Allah adalah tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung
menimbulkan pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus
dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang
disingkapkan Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong
dalam menjelaskan Trinitas, karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi
tetapi juga pribadi sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah
tiga dalam kaitan dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona
dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan (3)
setiap Pribadi memiliki kepenihan Allah. Jadi, Dalam Allah tidak ada tiga pribadi
bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi.
Pernyataan tersebut merupkan suatu perbedaan yang penting dari Modalisme atau
Ketiga, Ketiga Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu
relasi yang diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak berasal
dari Pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1
Yohanes 4:9). Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas
bahwa dalam relasi Trinitas Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara kekal
berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7). Istilah “prosesi” digunakan untuk
5
menjelaskan relasi Trinitarian Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu
ditegaskan bahwa istilah-istilah ini digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas
dan tidak untuk menunjukkan bahwa salah satu pribadi lebih rendah dari pribadi-pribadi
lainnya.
Keempat, Ketiga Pribadi setara dalam kekekalan dan otoritas. Meskipun istilah
“generatio” dan “prosesi” dapat digunakan dalam hubungan dengan fungsi di antara
Trinitas, adalah penting untuk menyadari bahwa ketiga Pribadi adalah secara dalam
kekekalan dan otoritas. Bapa diakui sebagai kekal dan berotoritas paling tinggi (1
Korintus 8:6); Anak juga diakui setara dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23);
Demikian juga Roh Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31)
Banyak sekali dasar-dasar Ajaran Trinitas dalam alkitab. Namun kita akan membahas
1. Penggunaan kata Ibrani “ - Elohim” untuk Allah (Kej 1:1 dan ayat lainnya) yang
merupa¬kan kata bentuk jamak merupakan indikasi pertama tentang Trinitas dalam
Perjanjian Lama.
Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata
“Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “- Eloah” yang digunakan antara lain
dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3. Tetapi dalam Perjanjian
Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebany¬ak 250 kali, sedangkan kata “Elohim”
sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini
menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal
secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa
6
justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian
Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah
dalam esensiNya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadiNya.
2. Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam relasinya dengan Allah.
manusia menurut gambar dan rupa Kita (bentuk jamak), supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi
dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26).
“Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah
satu dari Kita (jamak), tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...” (Kejadian 3:23a).
“Baiklah Kita (jamak) turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan kata “Kita” dalam Kejadian
1:26, maka saat itu Ia sedang berbicara kepada para malaikat. Jadi bukan menunjukkan
“kejamakan dalam diri Allah”. Tetapi ini mustahil, sebab jika dalam Kejadian 1:26 diartikan
bahwa “Kita” itu menunjuk kepada “Allah dan para malaikat”, maka haruslah disim¬pulkan
bahwa: manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat; Allah mengajak para
malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta,
maka malaikat adalah rekan pencipta. Pandangan Kristen menganggap pemakaian kata
“Kita” menunjukkan bahwa pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu berbicara satu dengan
yang lain, dan ini menunjukkan adanya “kejamakan tertentu dalam diri Allah”. Pandangan ini
juga didasari ayat selanjutnya yaitu Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya (Tunggal), menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
7
kemudian dikatakan "maka Allah menciptakan menurut gambarNya". Jika kata "kita"
diartikan sebagai oknum lain selain Allah, maka kalimatnya mungkin "maka Allah
menciptakan manusia menurut gambar mereka...". Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ini
adalah sebuah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa Allah adalah Allah Trinitas/Tritunggal.
Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang
berbeda dalam diri Allah. Berikut secara ringkas bagian-bagian Perjanjian Baru dimana
Trinitas diajarkan.
1. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga
menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain”
digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”,
yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk
pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang
lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman
sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang
ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya
menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan
“heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa
sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu
menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa,
Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau
8
“Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos”
yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong
(Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini
untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus
dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa,
Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa
digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan
dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang
menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3
1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.
(Mazmur 19:15; 78:35; Yesaya 43:3,11,14; 47:4; 49:7,26 ; 60:16), maka dalam
Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus¬lah yang disebut demikian (Matius 1:21 Lukas
3. Perjanjian Lama mengatakan bahwa TUHAN (YHWH) tinggal di antara bangsa Israel
dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 74:2; 135:21; Yesaya
8:18; 57:15; Yehezkiel 43:7,9; Yoel 3:17,21; Zakharia 2:10-11), maka dalam
Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang
percaya (Kisah Para Rasul 2:4; Roma 8:9,11; 1 Korintus 3:16; Galatia 4:6; Ef 2:22;
Yakobus 4:5).
4. Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus
AnakNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16; Galatia 4:4; Ibrani 1:6; 1 Yohanes 4:9), dan
tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7;
Galatia 4:6).
9
5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan
Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan
Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).
6. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab
Suci. Pada peristiwa baptisan Kristus (Matius 3:16-17); Pada peristiwa Amana Agung
Korintus 12:4-6); Berkat Rasuli (2 Korintus 13:13); Tentang kesatuan tubuh Kristus
(Efesus 4:4-6); dan pernyataan Petrus (1 Petrus 1:2). Perlu diperhatikan dalam ayat-
ayat di atas ini adalah bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama
disebutkan, Anak sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-
urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang
lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang ditulis
lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif
Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu
Dalam kasus-kasus tertentu, tiga nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan
bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konferensi tingkat tinggi tiga
negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua
negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar
negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang
penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu
tergan¬tung dari konteksnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan
keadaan apa ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama? Dalam ayat-ayat di atas,
Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam konteks yang sakral, seperti formula
baptisan (Matius 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2 Korintus 13:13), baptisan
10
Yesus (Matius 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk
7. Dalam Matius 28:19 dikatakan “dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”.
Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous
eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan
menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal
yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa,
Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan
“dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)!
Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk
jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara,
tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. (Gunawan,
2016:1).
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sekalipun banyak pendapat mengenai perbedaan penyebutan kata Tuhan dan Allah
yang sering kita dengarkan, namun kita akan setuju bahwa ketika kita mengatakan
kata Tuhan atau Allah kita memaknai sebagai pribadi yang berkuasa atas alam
3. Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai
Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya saja
dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya yang
progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai dan mengimani
Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan mengajarkan jalan
mengenalNya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan
mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17;
4. iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang
Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain
akan menjadi kabur. Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan
serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini
12
hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya.
Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada
iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami
Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan
3.2. Saran
1. Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para
penentang Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah
membentuk konsep-konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Oleh
karena itu, kita sebagai orang beriman akan Trinitas harus melawan dengan tegas
2. Sebagai manusia yang sangat terbatas, kita harus senantiasa belajar dengan baik
tentang konsep keimanan kita sehingga nantinya kita dapat meneruskan ajaran yang
13