Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“SIAPA ITU TUHAN”

Disusun Oleh Kelompok 1:


ELSANA LISET ALLOLINGGI PO.71.4.231.19.1.049
FEBY SAPUTRI PO.71.4.231.19.1.051
AYU RENSI AMBABUNGA PO.71.5.241.19.1.010
AGNES DWI PUTRI PO.71.3.241.19.1.006

DOSEN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


Pdt. Lukas Dayung, M.Th

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah Rahmat, dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul

“Siapa Itu Tuhan” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna

kesempurnaan makalah ini.

Makalahini yang kami susun ini tidak luput dari campur tangan ataupun bantuan baik

secara fikiran maupun secara materi. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Pdt. Lukas

Dayung, M.Th sebagai Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Akhir kata, saya

ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berperan dalam penyusunan makalah

ini dari awal sampai akhir. Semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Makassar, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Kata Tuhan dan Allah ......................................................................................... 2
2.2 Konsep Tuhan Secara Umum ....................................................................................2
2.3 Konsep Allah Bagi Orang Kristen .............................................................................3
2.4 Allah adalah Trinitas/Tritunggal ................................................................................4
2.5 Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas ..............................................................................6
2.5.1 Dalam Perjanjian Lama..................................................................................6
2.5.2 Dalam Perjanjian Baru ...................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................12
3.2 SARAN ......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep Tuhan pada setiap aliran agama tentu tidak sama, tergantung kitab suci

masing-masing. Konsep Tuhan bagi kaum kristiani sangat jauh berbeda dengan konsep

agama lain. Agama kristen mengimani Allah trinitas atau tritunggal. Sedangkan bagi

agama lain konsep tersebut sangatlah tidak masuk akal atau tidak rasional. Namun,

lepas dari rasional atau tidak, konsep Allah trinitas sangat jelas tertuang di dalam

alkitab sebagai pedoman hidup orang kristen.

Mengakui adanya konsep Tuhan yang harus masuk akal, bagi kami sama saja

dengan merendahkan keberadaan Tuhan yang lebih besar dari apapun termasuk akal

manusia yang sangat terbatas. Konsep yang benar bukan didasarkan pada akal manusia,

namun didasarkan pada apa yang dinyatakan oleh Tuhan sendiri melalui

firmanNya.Untuk membahas konsep yang dimaksud dibutuhkan suatu pembelajaran

yang sangat serius mengingat pentingnya dan sensitifnya konsep tersebut.

Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul: Konsep Tuhan" dengan

tujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa kristen tentang konsep Tuhan

baik secara umu maupun dalam pemahaman kristen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Arti kata Tuhan dan Allah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan ialah sesuatu yg diyakini, dipuja,

dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb: -- Yang Maha

Esa. Sedangkan Allah ialah pencipta alam semesta yang mahasempurna; Tuhan Yang

Maha Esa yang disembah oleh orang yang beriman.

Dari definisi tersebut dapat dikatan bahwa Tuhan dan Allah memiliki arti yang sama

yaitu sesuatu yang diyakini dan disembah oleh orang beriman, pencipta alam semesta,

Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha Sempurna.

2.2. Konsep Tuhan secara umum

Konsep Tuhan dalam masing-masing pandangan tidaklah sama. Dalam pandangan

teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.

Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur

dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu

sendiri.

Konsep ketuhanan yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui

segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun),

Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara

dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan

hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala

kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan".

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat

pada gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang

2
dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama

monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan

pencipta alam semesta, yang disebut Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab

Ibrani, dan "Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan

Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil

vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena

predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki

konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama

suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim

atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir

Kuno, Aten). Dalam agama Hindu, Brahman biasanya dianggap sebagai

Tuhan monistis. Agama-agama lainnya memiliki panggilan untuk Tuhan, di

antaranya:Baha dalam agama Baha'i, Waheguru dalam Sikhisme, dan Mazda

dalam Zoroastrianisme. (Wikipedia.org).

2.3. Konsep Allah bagi orang Kristen

Konsep Allah atau Tuhan orang Kristen adalah Trinitas atau Tritunggal. Istilah

“Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang

berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk

menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga menekankan

keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik

tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di

dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di

dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 72).

3
Memang, tidaklah mudah membuat definisi dari Trinitas, hal ini dikaitkan dengan

perlunya keseimbangan penekanan dari keesaan (ketunggalan) dan ketigaan (kejamakan)

Allah. Penekanan yang berlebihan pada keesaan atau ketigaan dapat menyebabkan

kekeliruan dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan adanya “ketunggalan Allah” dan

juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”. Karena itu, dua sikap ekstrim yang keliru

yang harus dihindari, yaitu:

Pertama, sikap ekstrim yang terlalu menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan

mengabaikan “kesatuanNya”. Sikap ini mengakibatkan menjadi “Tritheisme”, yaitu

kepercayaan kepercayaan kepada tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan

Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.

Bagi agama lain keprcayaan akan Allah trinitas atau tritunggal merupakan suatu

kebodohan karena tidak rasional/tidak masuk akal. Namun mereka lupa bahwa konsep

Allah Trinitas lebih tinggi dari akal manusia sehingga akal tidak mampu memahaminya

dengan sempurna karena akal hanya ciptaan sedangkan Allah Trinitas adalah Pencipta.

Pemikiran tentang Allah Trinitas/Tritunggal bukan didasarkan pada akal manusia,

melainkan didasarkan pada firman Allah melalui alkitab. Sekalipun tidak terdapat kata

Trinitas di dalam alkitab, namun alkitab dengan jelas mengajarkan ketunggalan dan

kejamakan Allah.

2.4. Allah adalah Trinitas/Tritunggal

Mari kita memahami penjelasan tentang Trinitas/Tritunggal.

Pertama, Allah adalah satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan

pada Ulangan 6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”

Kata “esa” adalah kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan; satu kesatuan”.

Pernyataan ini menekankan bukan hanya keunikan dari Allah tetapi juga kesatuan dari

4
Allah (Bandingkan Yakobus 2:19). Ini berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak

terbagi. Kesatuan dari esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas

tidak berarti bertindak secara mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting dalam

menangkal ajaran sesat Arianisme dan Socianisme yang menolak kesatuan esensi Anak

dan Roh Kudus dengan Bapa.

Kedua, Allah adalah tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung

menimbulkan pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus

dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang

disingkapkan Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong

dalam menjelaskan Trinitas, karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi

tetapi juga pribadi sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah

tiga dalam kaitan dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona

dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan (3)

setiap Pribadi memiliki kepenihan Allah. Jadi, Dalam Allah tidak ada tiga pribadi

bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi.

Pernyataan tersebut merupkan suatu perbedaan yang penting dari Modalisme atau

Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa satu Allah hanya memanifestasikan diriNya

dalam tiga cara yang berbeda.

Ketiga, Ketiga Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu

relasi yang diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak berasal

dari Pribadi manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1

Yohanes 4:9). Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas

adalah “generatio” dan “prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan

bahwa dalam relasi Trinitas Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara kekal

berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7). Istilah “prosesi” digunakan untuk

5
menjelaskan relasi Trinitarian Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu

ditegaskan bahwa istilah-istilah ini digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas

dan tidak untuk menunjukkan bahwa salah satu pribadi lebih rendah dari pribadi-pribadi

lainnya.

Keempat, Ketiga Pribadi setara dalam kekekalan dan otoritas. Meskipun istilah

“generatio” dan “prosesi” dapat digunakan dalam hubungan dengan fungsi di antara

Trinitas, adalah penting untuk menyadari bahwa ketiga Pribadi adalah secara dalam

kekekalan dan otoritas. Bapa diakui sebagai kekal dan berotoritas paling tinggi (1

Korintus 8:6); Anak juga diakui setara dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23);

Demikian juga Roh Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31)

2.5. Dasar-Dasar Bagi Ajaran Trinitas

2.5.1 Dalam Perjanjian Lama:

Banyak sekali dasar-dasar Ajaran Trinitas dalam alkitab. Namun kita akan membahas

sebagian kecilnya yang sangat mencolok.

1. Penggunaan kata Ibrani “ - Elohim” untuk Allah (Kej 1:1 dan ayat lainnya) yang

merupa¬kan kata bentuk jamak merupakan indikasi pertama tentang Trinitas dalam

Perjanjian Lama.

Kata “Elohim” adalah bentuk jamak dari kata benda untuk Allah orang Israel. Kata

“Elohim” ini mempunyai bentuk tunggal yaitu “- Eloah” yang digunakan antara lain

dalam Ulangan 32:15-17; Mazmur 19:32; dan Habakuk 3:3. Tetapi dalam Perjanjian

Lama kata “Eloah” hanya digunakan sebany¬ak 250 kali, sedangkan kata “Elohim”

sekitar 2500 kali. Penggunaan kata bentuk jamak yang jauh lebih banyak ini

menunjukkan adanya “kejamakan dalam diri Allah”. Jika memang Allah itu tunggal

secara mutlak, mengapa tidak digunakan kata Eloah secara konsisten? Dan mengapa

6
justru menggunakan Elohim jauh lebih banyak dari Eloah? Dengan demikian

penggunaan kata Elohim untuk menyebut nama Allah mengindikasikan adanya

Trinitas. Jadi, Alkitab menggunakan kata Eloah untuk menyatakan ketunggalan Allah

dalam esensiNya, dan Elohim untuk menyatakan kejamakan Allah dalam pribadiNya.

2. Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam relasinya dengan Allah.

“Berfirmanlah Allah (bentuk tunggal) : ‘Baiklah Kita (bentuk jamak) menjadikan

manusia menurut gambar dan rupa Kita (bentuk jamak), supaya mereka berkuasa atas

ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi

dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26).

“Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah

satu dari Kita (jamak), tahu tentang yang baik dan yang jahat; ...” (Kejadian 3:23a).

“Baiklah Kita (jamak) turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga

mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing” (Kejadian 11:7).

Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan kata “Kita” dalam Kejadian

1:26, maka saat itu Ia sedang berbicara kepada para malaikat. Jadi bukan menunjukkan

“kejamakan dalam diri Allah”. Tetapi ini mustahil, sebab jika dalam Kejadian 1:26 diartikan

bahwa “Kita” itu menunjuk kepada “Allah dan para malaikat”, maka haruslah disim¬pulkan

bahwa: manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat; Allah mengajak para

malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta,

maka malaikat adalah rekan pencipta. Pandangan Kristen menganggap pemakaian kata

“Kita” menunjukkan bahwa pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu berbicara satu dengan

yang lain, dan ini menunjukkan adanya “kejamakan tertentu dalam diri Allah”. Pandangan ini

juga didasari ayat selanjutnya yaitu Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu

menurut gambar-Nya (Tunggal), menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan

perempuan diciptakan-Nya mereka. Setelah Allah mengatakan "baiklah kita menjadikan..."

7
kemudian dikatakan "maka Allah menciptakan menurut gambarNya". Jika kata "kita"

diartikan sebagai oknum lain selain Allah, maka kalimatnya mungkin "maka Allah

menciptakan manusia menurut gambar mereka...". Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ini

adalah sebuah fakta yang tidak dapat disangkal bahwa Allah adalah Allah Trinitas/Tritunggal.

2.5.2. Dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang

berbeda dalam diri Allah. Berikut secara ringkas bagian-bagian Perjanjian Baru dimana

Trinitas diajarkan.

1. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga

menyetarakan Mereka. (Yohanes 5:31,32,37).

Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai “saksi”, dan Yohanes 5:32,37a

menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain”

digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”,

yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk

pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang

lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman

sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang

ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya

menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan

“heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa

sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu

menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa,

dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!

Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau

8
“Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos”

yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong

(Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini

untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus

dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa,

Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa

digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan

dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang

menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3

1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.

2. Perjanjian Lama menyebut TUHAN (YHWH) sebagai Penebus dan Juruselamat

(Mazmur 19:15; 78:35; Yesaya 43:3,11,14; 47:4; 49:7,26 ; 60:16), maka dalam

Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus¬lah yang disebut demikian (Matius 1:21 Lukas

1:76-79; 2:11; Yohanes 4:42; Galatia 3:13; 4:5; Titus 2:13).

3. Perjanjian Lama mengatakan bahwa TUHAN (YHWH) tinggal di antara bangsa Israel

dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 74:2; 135:21; Yesaya

8:18; 57:15; Yehezkiel 43:7,9; Yoel 3:17,21; Zakharia 2:10-11), maka dalam

Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang

percaya (Kisah Para Rasul 2:4; Roma 8:9,11; 1 Korintus 3:16; Galatia 4:6; Ef 2:22;

Yakobus 4:5).

4. Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus

AnakNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16; Galatia 4:4; Ibrani 1:6; 1 Yohanes 4:9), dan

tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7;

Galatia 4:6).

9
5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan

Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan

Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).

6. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab

Suci. Pada peristiwa baptisan Kristus (Matius 3:16-17); Pada peristiwa Amana Agung

(Matius 28:19); Penjelasan Paulus tentang Kharismata atau karunia-karunia Roh (1

Korintus 12:4-6); Berkat Rasuli (2 Korintus 13:13); Tentang kesatuan tubuh Kristus

(Efesus 4:4-6); dan pernyataan Petrus (1 Petrus 1:2). Perlu diperhatikan dalam ayat-

ayat di atas ini adalah bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama

disebutkan, Anak sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-

urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang

lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang ditulis

lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif

Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu

ditulis lebih dulu dari Allahnya sendiri.

Dalam kasus-kasus tertentu, tiga nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan

bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konferensi tingkat tinggi tiga

negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua

negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar

negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang

penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu

tergan¬tung dari konteksnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan

keadaan apa ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama? Dalam ayat-ayat di atas,

Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam konteks yang sakral, seperti formula

baptisan (Matius 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2 Korintus 13:13), baptisan

10
Yesus (Matius 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk

menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.

7. Dalam Matius 28:19 dikatakan “dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”.

Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous

eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan

menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal

yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa,

Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan

“dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)!

Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk

jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara,

tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. (Gunawan,

2016:1).

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal.

1. Sekalipun banyak pendapat mengenai perbedaan penyebutan kata Tuhan dan Allah

yang sering kita dengarkan, namun kita akan setuju bahwa ketika kita mengatakan

kata Tuhan atau Allah kita memaknai sebagai pribadi yang berkuasa atas alam

semesta dan yang disembah semua orang beriman.

2. Allah yang sejati ialah Allah Trinitas atau Tritunggal.

3. Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai

Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya saja

tidaklah menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami

dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya yang

progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai dan mengimani

Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan mengajarkan jalan

keselamatan dan kehidupan yang diperkenanNya, tetapi ia menginginkan kita

mengenalNya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan

keunikanNya masing-masing. Alkitab menegaskan bahwa bahwa Allah tidak

mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17;

Bandingkan Yohanes 14:6; 15:16).

4. iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang

membedakannya dari iman semua agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan

Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain

akan menjadi kabur. Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan

serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini

12
hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya.

Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada

keselamatan (1 Yohanes 4:2-3).

5. Pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan

iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami

Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan

tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya.

3.2. Saran

Dari kesimpulan diatas, kami memberi saran sebagai berikut:

1. Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para

penentang Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah

membentuk konsep-konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Oleh

karena itu, kita sebagai orang beriman akan Trinitas harus melawan dengan tegas

ajaran-ajaran yang salah dimasa sekarang ataupun nanti.

2. Sebagai manusia yang sangat terbatas, kita harus senantiasa belajar dengan baik

tentang konsep keimanan kita sehingga nantinya kita dapat meneruskan ajaran yang

benar untuk generasi yang akan datang.

13

Anda mungkin juga menyukai