Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu. (Marmi dan
Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal. Berat
badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur
(usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterin growth
retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. (Dep Kes
RI, 2010).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian bayi adalah
berat badan lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR adalah angka kematian
perinatalnya sangat tinggi dibanding angka kematian perinatal pada bayi normal.
Menurut WHO, BBLR merupakan penyebab dasar kematian dari dua pertiga kematian
neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi pertahun dilahirkan dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal dari Negara berkembang. Indikator
kesehatan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Angka kejadian
BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentan 2,1%-17,2%.
Angka kematian bayi menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yaitu pada tahun
2010 kelahiran mati sebanyak 36 kasus, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari sebanyak
48 kasus, kematian bayi baru lahir umur 8-28 hari sebanyak 5 kasus, dan yang lebih dari
28 hari sebanyak 5 kasus, sedangkan pada tahun 2011 angka kelahiran mati sebanyak 8
orang, kematian bayi baru lahir umur 0-7 hari sebanyak 56 kasus, kematian bayi baru
lahir umur 8-28 hari sebanyak 10 kasus dan yang lebih dari usia 28 hari sebanyak 11
kasus. Berdasarkan data tersebut yang berarti angka kematian bayi di daerah
Banjarmasin, Kalimantan selatan ikut menyumbang angka kematian bayi provinsi.
Penyebab kematian bayi baru lahir sangat beragam yaitu berat badan bayi lahir sangat
rendah atau premature, bayi dengan kelainan seperti kelainan genetika akibat kromosom,
kelainan fungsi jantung.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR antara lain
kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan kondisi kurang gizi pada
kaum perempuan. Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa menambah
buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kelahiran yang terlalu muda, terlalu
rapat, terlalu banyak dan terlalu tua menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu
hamil yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR (Mitayani,
2009).
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir
rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika dibandingkan dengan
bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya belum
berfungsi sempurna seperti bayi normal. Tingginya angka ibu hamil yang mengalami
kurang gizi, seiring dengan hidup resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal
pada awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih
lagi apabila mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang
tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status
gizi yang rendah. (Herry, 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan
Asuhan pada bayi dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Sari Mulia
Banjarmasin
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian BBLR
b. Mengetahui etiologi BBLR
c. Mengetahui patofisiologi BBLR
d. Mengetahui komplikasi BBLR
e. Mengetahui penatalaksanaan dari BBLR
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan. Laporan ini
juga diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan pemikiran untuk
perkembangan penulisan laporan berikutnya.
2. Rumah Sakit
Bagi instansi khususnya Rumah Sakit Sari Mulia dimana laporan ini akan
menjadi sumber masukan dan informasi dari program kesehatan dalam
mencegah terjadinya BBLR.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan. Laporan ini
juga diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan pemikiran untuk
perkembangan penulisan laporan selanjutnya.
4. Pasien
Menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala kejadian
BBLR dan penatalaksanaannya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh
WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth
Weight Infants (Proverawati, 2010).
Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). Berat badan merupakan salah satu
indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Latief et
al., 2007 ; Damanik, 2010).
BBLR masih merupakan penyebab utama kematian neonatus. BBLR dapat
terjadi karena berbagai sebab sehingga terkadang agak sulit dilakukan pencegahan.
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama
setelah lahir

B. Klasifikasi
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:
1. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.

3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight
(ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram
(Proverawati, 2010).
C. Etiologi
1. Faktor ibu

a) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre eklampsia, eklampsia,
hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut,
gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru
kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
b) Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat
badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam
kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan
bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief et
al., 2007).
c) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau
kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al., 2007). Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi. Anemia
dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan
bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista, 2012).

d) Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang (Proverawati, 2010).
2. Faktor janin
a) Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada
sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu
peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada hidroamnion akut, uterus
mengalami peregangan yang jelas dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat
menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
(Chandra, 2011).
b) Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana
terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda dibagi
menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda
terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu
ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang
sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan
janin. Oleh karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif
untuk menghadapi kehamilan ganda (Mandriwati, 2008).
c) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes,
sifillis, TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan
kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.

E. Komplikasi
1) Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran bernafas pada bayi
karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi
alveolus paru.
2) Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna.
3) Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia
otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.
4) Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi,
akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas
dengan udara biasa, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang
selanjutnya akan mengalami proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
5) Hiperbilirubinemia
Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan
hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun
psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong,2010; Pillitteri,
2013) :
1) Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan
untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami
defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi
distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks
yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
- Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai
penggantinya.
- Pemancar pemanas
- Ruangan yang hangat
- Inkubator
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru
lahir terutama pada bayi preterm dan sakit.

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan
cuci tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk
mencegah penularan.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.
6) Penghematan energy
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat
di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan
popok atau alas
7) Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat
stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki
kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan
khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin. 01 Desember 2015

Tempat : Ruang Bayi RS Sari Mulia

Jam Pengkajian : 11.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Bayi

Nama : Bayi Ny.N

Tanggal/Jam Lahir : 01 – 12 – 2015/ 09.37 WITA

Jenis Kelamin : Perempuan

Orang Tua

Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. N
Umur 23 Tahun 22 Tahun
2. Keluhan Utama
Bayi Ny. N lahir pada tanggal 01 Desember 2015 pada pukul 09.37 WITA,
dengan BBLR melalui SC dengan indikasi KPD usia kehamilan 33 minggu.

3. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke :3
b. Umur kehamilan : 33 Minggu
c. Tempat dan penolong persalinan : Rumah Sakit/Dokter
d. Masalah saat persalinan : KPD
e. Cara Persalinan : SC
f. Keadaan bayi saat lahir : BBLR
Segera menangis/tidak : Tidak segera menangis

BB lahir/PB Lahir : 1500 gram/46 cm

Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/ 10 menit (4/6/8)

4. Riwayat Kesehatan
a. Bayi : Tidak memiliki kelainan kongenital
b. Keluarga : Tidak memiliki penyakit keturunan dan menular seperti
hipertensi, DM, Asma, dan lain-lain.

5. Status imunisasi
Belum diberikan pada bayi

6. Kebutuhan Nutrisi
a. Nutrisi
Jenis : Bayi dipuasakan karena residu masih coklat

Frekuensi :-
Banyaknya :-

b. Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi : Belum

Warna : Kekuningan

Konsistensi : Lembek

Masalah : Tidak ada masalah

BAK
Frekuensi : 1 kali

Warna : Kekuningan

Masalah : Tidak ada masalah

c. Kebutuhan Personal Hygiene


Frekuensi Mandi : 1 kali sehari

Frekuensi Ganti pakaian : Sesuai Kebutuhan

Frekuensi popok anti tembus : Sesuai Kebutuhan

7. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga


a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Khawatir

b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : Cemas

c. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi : Dokter, Bidan dan

Perawat
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital : N : 142 x/menit, R : 48 x/menit, T : 36°C

2. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : 1500 gram
b. PB : 48 cm
c. Lingkar kepala
- Sirkum ferensia sub oksipito bregmatika : 29 m
- Sirkum ferensia fronto oksipitalis : 30 cm
- Sirkum ferensia mento oksipitalis : 33 cm
d. Lingkar dada : 25 cm
e. Lingkar perut : 24 cm
f. LILA : 8 cm

3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat cepal hematoma
dan sutura tidak menumbung.
Muka : Tidak tampak pucat, kulit muka tidak tampak kuning dan
tidak tampak odema.
Mata : Simetris dan sclera tidak ikterik.
Telinga : Simetris antara kiri dan kanan, tidak ada massa, tidak ada
tanda-tanda peradangan dan tidak ada pengeluaran
serumen.
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sekret dan tidak ada pergerakan
cuping hidung.
Mulut : Tidak ada labio palatoskisis, lidah bersih dan terpasang
selang OGT.
Leher : Tidak tampak pembengkakan vena jugularis, kelenjar tiroid
dan kelenjar limfe.
Dada : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Mamae : Bentuk tampak simetris dan tidak ada massa.
Abdomen : Tidak ada massa dan benjolan abnormal, tampak terpasang
selang infus di umbilikus.
Tungkai : Bentuk tungkai kanan dan kiri simetris, tidak adapolidaktil
maupun sindaktil.
Genetalia : Tampak labiya mayora menutupi labiya minora.
Anus : Anus berlubang.

4. Pemeriksaan Repleks Primitif


a. Repleks Moro : Bayi kaget (+)
b. Repleks Rooting : Bayi menoleh(+)
c. Repleks Grasping : Bayi Menggenggam (+)
d. Repleks Sucking : Bayi Mengisap (+)
e. Repleks babinski : Bayi kaki mengembang(+)

5. Pemeriksaan Perkembangan Bayi


a. Kemampuan Bahasa Bayi : Menangis
b. Kemampuan Motorik Halus : (-)
c. Kemampuan Motorik Kasar : (-)
d. Adaptasi Sosial : (-)
6. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 01.12.2015 (10:55:54)

HASIL LABORATORIUM

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN KET


HEMATOLOGI
Hemoglobin 16,8 *(+) gr/dL 11,5-15,5
Leukosit 12640 *(+) /uL 4000-11000
Eritrosit 4,52 Juta/uL 4,50-5,50
Trombosit 362000*(+) /uL 150000-350000
Hematokrit 50,0*(+) % 35,0-45,0
GOL.DARAH / RHESUS
FAKTOR
Golongan Darah ABO =O=
Golongan Darah Rhesus Positif
KIMIA KLINIK
GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 45 mg/dL <200
SERO – IMUNOLOGI
CRP <6 mg/L <6

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa Kebidanan : Bayi Ny. N baru lahir 1 hari dengan BBLR melaui
SC Atas Indikasi KPD
2. Masalah : Bayi berat lahir rendah
3. Kebutuhan : Konseling BBLR, Perawatan tali pusat dan KIE
dokter
D. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian obat, yang sesuai dengan anjuran dokter dan pengawasan dokter
saat bayi dalam inkubator .
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi dengan
mempertahankan suhu tubuh bayi di inkubator.
3. Memantau TTV dan mencegah tanda infeksi.
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, yaitu:
a. Infus D10% combo 120 cc/hari untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
bayi
b. Aminofilin 6 mg/kg BB untuk membantu pernapasan pada bayi kapan
diperlukan.
c. Melakukan pemasangan OGT sebagai saluran nutrisi bayi.
5. Mencek tanda - tanda dehidrasi saat bayi di dalam inkubator seperti
1). Bayi akan mengeluarkan keringat
2). Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan dan alat
gerak
3). Kenaikan suhu tubuh

6. Pemeriksaan lab pada tanggal 01 Desember 2015 hasil Hemoglobin : 16,8,

leokosit : 12640, Eritrosit : 4,52, Trombosit : 362000 dan hematrokit : 50,0.


Golongan Darah O.

7. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk selalu mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan bayi.
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal
No. Catatan Perkembangan
/Jam
1 selasa, 02-12-2015 S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (-), BAB (-)
Dinas Pagi O : 1. Pemeriksaan Umum
09.00 WITA Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 143 x/menit, SPO296%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,10C
BB : 1500 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 1 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan
infus D10% combo = 120 cc/24 jam = 5 cc/jam
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Infus Cefotaxime 2x75 mg
b. Neo K 1x1 mg
Dinas Siang S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
16.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 120 x/menit, SPO296%,
Respirasi 36 x/menit, Suhu 370C
BB : 1500 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 1 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan
infus D10% 120 cc/24 jam = 5 cc/jam
4. O2 CPAP 60% Flow 7 liter/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Cefotaxime 2x75 mg
Dinas Malam S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
21.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 142 x/menit, SPO298%,
Respirasi 49 x/menit, Suhu 370C
BB : 1500 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
Tungkai : Pergerakan bayi cukup aktif
A : Bayi Baru Lahir 1 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan
infus D10% 5 tetes/menit
4. O2 CPAP 50% Flow 7 liter/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 6 mg/kg BB  2,5 cc/kg BB (K/P)

2 Minggu, S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
02-12-2015 O : 1. Pemeriksaan Umum
Dinas Pagi Keadaan Umum : lemah
09.00 WITA Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 142 x/menit, SPO298%,
Respirasi 40 x/menit, Suhu 370C
BB : 1500 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
Tungkai : Bayi cukup aktif bergerak
A : Bayi Baru Lahir 2 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1.Memantau tanda-tanda vital bayi
2.Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3.Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan
infus D10%= 4 tetes/menit
4.O2 CPAP 50% 7 liter/menit
5.Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 6 mg/jam (bila ada afnu)
b. Meintenence 2,5 mg/jam
Dinas Siang S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
16.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 142 x/menit, SPO296%,
Respirasi 45 x/menit, Suhu 370C
BB : 1500 gram
Residu : 5cc lendir
Asi ( - )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 2 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan
infus D10% 200 cc/24 jam
4. O2 CPAP 50% Flow 7 liter/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 6 mg/kg BB (K/P)
b. Meintenence 2,5 mg/kg BB
c. P, gr= 30 cc/hari= 1,3 cc/jam
Dinas Malam S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
21.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 143 x/menit, SPO296%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,10C
BB : 1700 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 2 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan
cairan infus D10% combo 105cc/hari= 4 cc/jam
4. O2 CPAP Flow 50%/hari 7 liter/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. KC=100/kg BB + 20%=180 cc/hari
b. P=2 gr=60cc/hari=2,5 cc/jam
c. L=2 gr=15cc/hari=0,7 cc/jam
3 Senin, 04-12-2015 S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
Dinas Pagi O : 1. Pemeriksaan Umum
09.00 WITA Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 144 x/menit, SPO297%,
Respirasi 46 x/menit, Suhu 37,10C
BB : 1400 gram
Asi ( - )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
Tungkai : Pergerakan bayi cukup aktif
A : Bayi Baru Lahir 3 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan cairan infus D10% 105 cc/hari=4cc/jam
4. O2 CPAP 60% Flow 7 liter/menit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 6 mg(K/P)
b. KC=100cc/kg BB + 20%=180cc/hari
c. P=2 gr60cc/hari=2,5cc/jam
d. L=2 gr=15 cc/hari=0,7cc/jam
Dinas Siang S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+ )
16.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 148 x/menit, SPO298%,
Respirasi 94 x/menit, Suhu 37,20C
BB : 1400 gram
Residu : tidak ada
Asi ( - )
2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 3 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan cairan infus D10% 105cc/hari=4 cc/jam
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 6 mg(K/P)
b. KC=100cc/kg BB + 20%=180cc/hari
c. P=2 gr60cc/hari=2,5cc/jam
d. L=2 gr=15 cc/hari=0,7cc/jam

Dinas Malam S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
21.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 150 x/menit, SPO297%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,10C
BB : 1400 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem,tidak tampak berwarna
kuning
Mata : Sklera tidak tampak berwarna kuning
A : Bayi Baru Lahir 3 Hari dengan BBLR melalui SC Atas Indikasi
KPD
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Boleh minum 1-2cc/2jam
4. Memberikan cairan infus D10% combo 87cc/24
jam=3,6cc/jam
5. O2 CPAP 60% Flow 7 liter/menit
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Aminofilin 2x1=1,5 mg(K/P)
b. KC=100cc/kg BB + 20%=180cc/hari
c. P=2,5 gr=75cc/kgBB=3cc/jam
e. L=2,5 gr=18 cc/hari=0,75cc/jam
4 Selasa, 06-10-2015 S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
Dinas Pagi O : 1. Pemeriksaan Umum
09.00 WITA Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 143 x/menit, SPO294%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 370C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 5 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut ,
tangan dan kaki

2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 5 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut dan kaki serta
tangan.
A : Bayi Baru Lahir 9 Hari dengan BBLR KMK dan Hiperbilirubin
SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi berupa ASI sebanyak 50
cc/kgBB = 12 x 6,7 cc setiap 2 jam untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 146,6 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Clinoleic 20% 19 cc/24jam = 0,8 cc/jam
b. Be Nutrion 85 cc/24jam =3,5 cc/jam
c. Merosan 3x 60 mg
d. Aminofilin 3x 4 mg
e. Memberikan terapi sinar selama 3 x 24 jam
Dinas Siang S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
16.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 144 x/menit, SPO296%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,30C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 5 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut, tangan
dan kaki

2. Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 5 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut dan kaki serta
tangan.
A : Bayi Baru Lahir 9 Hari dengan BBLR KMK dan Hiperbilirubin
SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi 50 cc/kgBB = 12 x 6,7
ccsetiap 2 jam untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 200 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Clinoleic 20% 19cc/24 jam = 0,8 cc/jam
b. Be Nutrion 85 cc/24 jam = 3,5 cc/jam
c. Merosan 3x 60 mg
d. Aminofilin 3x 4 mg
e. Memberikan terapi sinar selama 3 x 24 jam

Dinas Malam S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
21.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 140 x/menit, SPO299%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,30C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 5 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut, tangan
dan kaki
2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 5 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut dan kaki serta
tangan.
A : Bayi Baru Lahir 9 Hari dengan BBLR KMK dan Hiperbilirubin
SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi berupa ASI sebanyak 50
cc/kgBB = 12 x 6,7 cc setiap 2 jam untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 200 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy :
a. Clinoleic 20% 19cc/24 jam = 0,8cc/jam
b. Be Nutrion 85 cc/24 jam = 3,5 cc/jam
c. Merosan 3x 60 mg
d. Aminofilin 3x 4 mg
e. Memberikan terapi sinar selama 3 x 24 jam

5 Rabu, 07-10-2015 S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (+)
Dinas Pagi O : 1. Pemeriksaan Umum
09.00 WITA Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 141 x/menit, SPO295%,
Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,30C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 4 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut

2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 4 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil lab tanggal 07-10-2015
FUNGSI HATI
Bilirubin Total 14,67 *(+) mg/dL
Bilirubin Direk (DC) 0,44 *(+) mg/dL
Bilirubin Indirek (BU) 14,23*(+) mg/dL

A : Bayi Baru Lahir 10 Hari dengan BBLR KMK dan


Hiperbilirubin SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi berupa ASI sebanyak 50
cc/kgBB = 12 x 6,7 cc setiap 2 jam untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 200 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Clinoleic 20 % 19 cc/24 jam = 0,8 cc/jam
b. Be Nutrion 85 cc/24 jam=3,5 cc/jam
c. Gamunex 10 cc
d. Merosan 3x 60 mg
e. Aminofilin 3x 4 mg
f. Memberikan terapi sinar setiap 3 x 24 jam
Dinas Siang S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
16.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 132 x/menit, SPO296%,
Respirasi 35 x/menit, Suhu 37,40C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 4 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut

2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 4 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut.
A : Bayi Baru Lahir 10 Hari dengan BBLR KMK dan
Hiperbilirubin SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi berupa ASI sebanyak 50
cc/kgBB = 12 x 6,7 cc setiap 2 jam untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 200 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Clinoleic 20% 19cc/24 jam = 0,8 cc/jam
b. Be Nutrion 85 cc/24 jam = 3,5cc/jam
c. Gamunex 10 cc
d. Merosan 3x 60 mg
e. Aminofilin 3x 4 mg
f. Memberikan terapi sinar selama 3 x 24 jam
Dinas Malam S : Bayi menangis kuat, gerak aktif, BAK (+), BAB (-)
21.00 WITA O : 1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Laju jantung 144 x/menit, SPO296%,
Respirasi 40 x/menit, Suhu 37,20C
BB : 1600 gram
Residu : tidak ada
Asi ( + )
Kramer 4 : lengan, kaki bagian bawah, dan lutut
2.Pemeriksaan Khusus
Muka : Tidak tampak oedem, tampak berwarna kuning
Mata : Sklera tampak berwarna kuning
Ikterus terlihat pada derajat 4 yaitu kuning
pada daerah kepala, leher, badan bagian atas
dan bawah, tungkai dan lutut.
A : Bayi Baru Lahir 10 Hari dengan BBLR KMK dan
Hiperbilirubin SC Atas Indikasi Plasenta Previa
P :
1. Memantau tanda-tanda vital bayi
2. Memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi
dengan mempertahankan suhu bayi
3. Memberikan nutrisi kepada bayi berupa ASI sebanyak 60
cc/kgBB = 12 x 8 cc setiap 2 jam untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
4. Memberikan cairan infus D10% 200 cc/24 jam
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy:
a. Be Nutrion 85 cc/24 jam=3,5 cc/jam
b. Gamunex 10 cc
c. Merosan 3x 60 mg
d. Aminofilin 3x 4 mg
e. Memberikan terapi sinar selama 3 x 24 jam
BAB IV

PEMBAHASAN

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati,
2010).

Pada tinjauan teori

Pada Asuhan Kebidanan yang kami buat, antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus tidak ada kesenjangan.Bayi Ny.N lahir pada tanggal 01 Desember 2015 pada
pukul 09.37 WITA, dengan BBLR SC Atas Indikasi KPD yaitu 1500 gram yang
mana pada tinjauan teori kategori BBLR berat badan belum mencapai 2500 gram.

Bayi Ny. N lahir pada usia kehamilan 33 minggu dengan cara SC atas indikasi
KPD dan di rawat di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin. Setelah dilakukan
pegkajian pada tanggal 02 DEsember 2015 pemeriksaan umum didapatkan hasil
yaitu Nadi: 120 x/menit, Respirasi:48 x/menit, Suhu: 37,5°C, Berat Badan 1800
gram, Lila: 8 cm. Pada pemeriksaan khusus didapatkan hasil yaitu pada muka terlihat
kekuningan krammer 3 yaitu ikterus ada pada daerah badan bawah sampai ke tungkai,
mulut terpasang selang OGT, dan pada umbilikus terpasang selang infus. Dari
pemeriksaan laboratorium tanggal didapatkan hasil yaitu Bilirubin Total: 14,27 *(+),
Bilirubin Direk (DC): 0,38 *(+), Bilirubin Indirek (BU): 13,89*(+). Penatalaksaan
yang dilakukan yaitu memantau tanda-tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi
dan menghangatkan bayi dengan mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada
incubator secara terus-menerus, memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan
cairan infus D10% sebanyak 146,6 cc/24 jam, melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian therapy: Merosan (antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi
nasokomial) 3x60 mg, Aminofilin (untuk membantu dalam penyempurnaan sistem
pernafasan) 3x 4 mg.

Kemudian pada tanggal 03 Oktober 2015 dilakukan pemantauan lagi yang


didapat hasil laju jantung 145 x/menit, SPO298%, Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,10C
BB= 1700 gram, pada pemeriksaan khusus mata yaitu sklera tampak berwarna
kuning, terlihat pada derajat 4 yaitu kuning pada daerah kepala, leher, badan bagian
atas dan bawah, tungkai dan lutut.Penatalaksaan yang dilakukan masih sama yaitu
memantau tanda-tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan
bayi dengan mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada incubator secara
terus-menerus, memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan infus D10%
sebanyak 146,6 cc/24 jam, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy: Merosan (antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi nasokomial) 3x 60
mg, Aminofilin (untuk membantu dalam penyempurnaan sistem pernafasan) 3x 4 mg
dan memberikan terapi sinar 3x24 jam karena penilaian krammer pada bayi yang
meningkat.

Pada hari ke 3 tanggal 04 Oktober 2015 dilakukan pemantauan lagi yang


didapat hasil Laju jantung 144 x/menit, SPO297%, Respirasi 46 x/menit, Suhu
37,10C, BB: 1700 gram. Penatalaksaan yang dilakukan masih sama yaitu memantau
tanda-tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi dengan
mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada incubator secara terus-menerus,
dan meneruskan cairan infus, dan tetap meneruskan terapi sesuai advis dokter. Serta
meneruskan terapi sinar 3x24 jam karena penilaian krammer pada bayi yang
meningkat lagi menjadi krammer 5 yaitu telapak tangan sampai ke kaki atau seluruh
tubuh.
Pada hari ke 4 tanggal 06 Oktober 2015 dilakukan pemantauan lagi yang
didapat hasil Laju jantung 145 x/menit, SPO299%, Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,30C
BB: 1700 gram. Penatalaksaan yang dilakukan masih sama yaitu memantau tanda-
tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi dengan
mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada incubator secara terus-menerus,
dan meneruskan cairan infus, dan tetap meneruskan terapi sesuai advis dokter. Serta
meneruskan terapi sinar 3x24 jam.

Pada hari ke 5 tanggal 07 Oktober 2015 dilakukan pemantauan lagi yang


didapat hasil Laju jantung 141 x/menit, SPO295%, Respirasi 39 x/menit, Suhu 37,30C
BB: 1600 gram. Penatalaksaan yang dilakukan masih sama yaitu memantau tanda-
tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi dengan
mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada incubator secara terus-menerus,
dan meneruskan cairan infus, dan tetap meneruskan terapi sesuai advis dokter. Serta
meneruskan terapi sinar 3x24 jam.

Pada pemeriksaan khusus mata yaitu sklera tampak berwarna kuning, terlihat
pada derajat 4 yaitu kuning pada daerah kepala, leher, badan bagian atas dan bawah,
tungkai dan lutut. penatalaksaan yang dilakukan masih sama yaitu memantau tanda-
tanda vital bayi, memasang pakaian pada bayi dan menghangatkan bayi dengan
mempertahankan suhu bayi melalui perawatan pada incubator secara terus-menerus,
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memberikan cairan infus D10% sebanyak 146,6
cc/24 jam, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy: Merosan
(antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi nasokomial) 3x 60 mg, Aminofilin
(untuk membantu dalam penyempurnaan sistem pernafasan) 3x 4 mg dan
memberikan terapi sinar 3x24 jam karena penilaian krammer pada bayi yang
meningkat.

Pada hari Setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosa pada bayi Ny. O
yaitu bayi baru lahir 5 hari dengan BBLR kurang bulan disertai hiperbilirubin.
Dilakukan penatalaksaan yaitu memantau tanda-tanda vital bayi, memasang pakaian
pada bayi dan menghangatkan bayi dengan mempertahankan suhu bayi melalui
perawatan pada incubator secara terus-menerus, memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
memberikan cairan infus D10% sebanyak 146,6 cc/24 jam, melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian therapy: Merosan (antibiotic untuk mencegah
terjadinya infeksi nasokomial) 3x 60 mg, Aminofilin (untuk membantu dalam
penyempurnaan sistem pernafasan) 3x 4 mg dan memberikan terapi sinar 3x24 jam
atas indikasi hiperbilirubin. Sampai saat ini bayi Ny. O masih dirawat di ruang bayi
Rumah sakit Sari Mulia Banjarmasin.
BAB IV

PEMBAHASAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

Berdasarkan dari pemeriksaan yang telah dilakukan pada bayi ny.O untuk
dapat menegakkan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi BBLR adalah
berat badan kurang dari 2500 gram yaitu karena umur hamil kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau
karena kombinasi keduanya. Pada kasus bayi baru lahir Ny. O keadaan bayi
setelah dilakukan observasi mulai membaik dan akan terus dilakukan
pemantauan dan intervensi sesuai advis dokter.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dalam upaya preventif (pencegahan)
pada kasus dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Bagi Mahasiswa
Sebaliknya mahasiswa lebih mendalam teori serta keterampilan yang
dimiliki sesuai dengan pengkajian untuk melakukan tindakan ataupun
pertolongan pertama pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
3. Bagi Institusi
Diharapkan institusi agar dapat dijadikan sebagai bahan tambahan literature.
4. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan
tepat,terutama pada bayi denganberat badan lahir rendah (BBLR).
DAFTAR PUSTAKA

Arista, E. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak. Nuha Medika. Yogyakarta.

Chandra, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta. Hlm 419.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2004. Bayi berat lahir rendah. Dalam :
standar pelayanan medis kesehatan anak. Ed I. Jakarta.

Latief., Hassan., dan Alatas. 2007. Ilmu Kesihatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Hlm 1051.

Mandriawati, G. A. 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Monica Ester. Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Pantiawati. 2010. Bayi dengan berat badan lahir rendah. Nuha Medika.
Yogyakarta. Hlm 6-20.

Proverawati, Atikah. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: nuha


Medika

Suwoyo, Antono, S. D., dan Triagusanik. 2011. Hubungan pre eklampsia pada
kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD dr Hardjono Ponorogo.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume II.

Anda mungkin juga menyukai