Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

REGULASI KEPERAWATAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ETIKA KEPERAWATAN

Dosen pengampu :

Ns. Grace Carol Sipasulta,M.Kep., Sp.Kep.,Mat.

Disusun oleh :

1. Aulia Citra (P07220118069)


2. Elisa Pratiwi (P07220118079)
3. Karil Dhea Virginia Tandi (P07220118090)
4. Putri Cahayaty (P07220118099)

PRODI D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt, atas segala rahmat
dan hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “REGULASI KEPERAWATAN”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas etika keperawatan .

Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami


dari internet dalam bentuk PDF dan sumber-sumber yang telah kami ambil
dari buku yang ada kaitannya dengan makalah yang dibuat. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan dari
pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak
trimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahannya serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan
kami agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak.
Untuk itu kami mengharapkan adanya kritikan saran yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………..……4


B. Rumusan Masalah……………………………………………………4
C. Tujuan………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian regulsi dan regulasi keperawatan…….………………...5


B. Dasar hukum regulasi keperawatan……………………...................5
C. Peran dan pelaksanaan regulasi keperwatan…….………………....8
D. Majelis kolegium……………………...…………………….................11
E. Konsil keperawatan……………………...……………………............11
F. Registrasi……………………...……………………...........................12
G. Legislasi……………………...…………………….............................13
H. Akreditasi……………………...……………………...........................14
I. Sertifikasi……………………...……………………...........................15
J. Aspek legal keperawatan……………………...……………………...17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Regulasi pada dasarnya berarti peraturan. Regulasi memiliki arti


yang banyak atau luas sehingga penafsirannya agar lebih mudah
harus disesuaikan dengan bidang atau ilmu yang didalami.
Pentingnya aturan dalam keperawatan sangat berpengaruh pada
kualitan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Yang
dimana hal tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya klien
kepada perawat dan tujuan dilakukannya keperawatan dapat
terlaksanakan dengan baik dan tepat.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan regulasi dan regulasi
keperawatan?
2. Apa saja dasar hukum regulasi keperawatan ?
3. Apa saja peran dan pelaksana regulasi keperawatan ?
4. Apa yang dimaksud dengan majeliskolegium?
5. Apa yang dimaksud dengan konsil keperawatan?
6. Apa pengertian dari registrasi, legislasi, akreditasi dan
sertifikasi?
7. Apa saja aspek legal dalam keperawatan ?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar pembaca mengetahui


apa itu regulasi keperawatan dan apa saja yang termasuk
didalamnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REGULASI DAN REGULASI KEPERAWATAN

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Regulasi berarti pengaturan.


Regulasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengatur masyarakat dengan
aturan tertentu, regulasi memiliki arti yang sangat luas itu sebabnya regulasi dapat
diartikan bersamaan dengan bidang atau ilmu yang dikaji.

Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan) adalah kebijakan atau


ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas
profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak. (ramadhan, 2009)

Tujuan diterapkannya sistem Regulasi Keperawatan :

a) Untuk menciptakan lingkungan pelayanan keperawatan yang berdasarkan


keinginan merawat (caring environment).
b) Pelayanan keperawatan yang diberikannya merupakan pelayanan
keperawatan yang manusiawi serta telah memenuhi standar dan etik profesi.
c) Menjamin bentuk pelayanan keperawatan yang benar, tepat, dan akurat serta
aman bagi pasien.
d) Meningkatkan hubungan kesejawatan (kolegialitas).
e) Mengembangkan jaringan kerja yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga,
dalam suatu sistem pelayanan kesehatan.
f) Meningkatkan akontabilitas professional dan sosial, dalam suatu sistem
pelayanan untuk bekerja sebaik-baiknya, secara benar, dan jujur, dengan rasa
tanggung jawab yang besar untuk setiap tindakan yang dilakukannya.
(kemenkes, 2015)

B. DASAR HUKUM REGULASI KEPERAWATAN

1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan


Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

5
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan
tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan
terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan
tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU
ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam
menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai
jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat
ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung
jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

3. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis


Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah
selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada
pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki
kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai
negeri juga diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak
sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.
Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai
contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon pesrta wajib kerja, apa
sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn wajib kerja dll. Yang perlu
diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga
kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga
dari aspek propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari
kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

6
4. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic
keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek
hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi
terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.

5. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980


Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan
mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diizinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati
orang sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.
Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi
keperawatan. Kita ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka
praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan
atau mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam
dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi
terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila
memang secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan
dari pelayanan kuratif atau pengobatan untuk benar-benar melakuan
nursing care.

6. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.


94/Menpan/ 1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan
fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik
jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka
kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah :
penyenang kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur

7
Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan
Sarjana/S I Keperawatan.
System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan
tidak tergantung kepada pangkat/ golongan atasannya

7. UU kesehatan No. 23 tahun 1992


Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini
dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun
perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :
a. Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
b. Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
c. Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. (Prasetyo, 2013)

C. PERAN DAN PELAKSANAAN REGULASI

1. Peran regulasi keperawatan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

8
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok,atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya.

Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. Meningkatkan mutu Perawat;
b. Meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. Memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien; dan
d. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

BAB V
PRAKTIK KEPERAWATAN
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 29
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas
sebagai:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan;
b. Penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. Pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. Peneliti Keperawatan;
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri-sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara
(4) Bertanggung jawab dan akuntabel.

9
Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. Menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. Merencanakan tindakan Keperawatan;
d. Melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. Melakukan rujukan;
g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan
dokter;
i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di
bidang upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat
keluarga dan kelompok masyarakat;
b. Menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. Membantu penemuan kasus penyakit;
d. Merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. Melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. Melakukan rujukan kasus;
g. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. Mengelola kasus; dan
m. Melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan
alternatif.

Pasal 31
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,
Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu
dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

10
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
(2) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan
Keperawatan, Perawat berwenang:
a. Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
c. Mengelola kasus.
(3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. Melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. Menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas
izin pimpinan; dan
c. Menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pelaksanaan Regulasi keperawatan


BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 4
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
(2) Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. ners; dan
b. ners spesialis.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

D. MAJELIS KOLEGIUM

1. Menurut UU NO. 38 2014

a. Kolegium
Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi
Profesi Perawat untuk setiap cabang
disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan
mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.

Pasal 44

11
(1) Kolegium Keperawatan merupakan badan otonom di dalam Organisasi
Profesi Perawat.
(2) Kolegium Keperawatan bertanggung jawab kepada Organisasi Profesi
Perawat.

Pasal 45
Kolegium Keperawatan berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu
Keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi Perawat profesi.

Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kolegium Keperawatan diatur oleh
Organisasi Profesi Perawat. (Astriani, 2017)

E. KONSIL KEPERAWATAN

Konsil Keperawatan
Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara
independen

Pasal 47
(1) Untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan dan untuk
memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada Perawat dan
masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.
(2) Konsil Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

Pasal 48
Konsil Keperawatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 47
berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.

Pasal 49
(1) Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan
pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Konsil Keperawatan memiliki tugas:
a. melakukan Registrasi Perawat;
b. melakukan pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik
Keperawatan;
c. menyusun standar pendidikan tinggi Keperawatan;
d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Perawat; dan
e. menegakkan disiplin Praktik Keperawatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Konsil Keperawatan.

Pasal 50

12
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Konsil
Keperawatan mempunyai wewenang:
a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Perawat, termasuk
Perawat Warga Negara Asing;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c.menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran
disiplin profesi Perawat;
d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Perawat; dan
e. memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan Institusi
Pendidikan Keperawatan.

Pasal 51
Pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan Konsil Keperawatan dibebankan
kepada anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lain yang
tidak mengikat sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 52
(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan terdiri atas
unsur Pemerintah, Organisasi Profesi Keperawatan,
Kolegium Keperawatan, asosiasi Institusi Pendidi
kan Keperawatan, asosiasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dan tokoh masyarakat.
(2) Jumlah anggota Konsil Keperawatan paling banyak 9 (sembilan) orang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, pengangkatan,
pemberhentian, dan keanggotaan Konsil Keperawatan diatur dengan
Peraturan Presiden. (Astriani, 2017)

F. REGISTRASI

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada


badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah
terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,
perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari
badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun. (Astriani, 2017)

G. LEGISLASI

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan
kiat dalam praktik keperawatan.

13
Tujuan Legislasi keperawatan

1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan


2. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menapis IPTEK keperawatan
5. Menilai boleh tidakya praktik
6. Menilai kesalahan dan kelalaian. (Tubuh, 2017)

Fungsi legislasi keperawatan

1. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan


keperawatan yang diberikan.
2. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
3. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
5. Memotivasi pengembangan profesi.
6. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan. (Ayu, 2014)

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :

1. Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah


lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)
mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi
untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan
menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi.
Sasarannya adalah semua perawat. Sedangkan yang berwenang
mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum
ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan
kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :


Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan
keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di
keluarkan.

14
Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi
sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

2. Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk


melakukan praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan. SIK
hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat
yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten
/ kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek
keperawatan.

3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.
SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok
dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek
perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas
kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek
keperawatan. (Tubuh, 2017)

H. AKREDITASI

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status


akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh
organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi
struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu
tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan
dan sekolah perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan
untuk jenjang S 1 oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu
sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Akreditasi adalah pengakuan terhadap perguruan tinggi atau program studi


yang menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau program studi tersebut dalam
melaksanakan program pendidikan dan mutu lulusan yang dihasilkannya,
telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT). Penetapan akreditasi oleh BAN-PT dilakukan
dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan,

15
proses dan keluaran suatu perguruan tinggi atau program studi, yang
merupakan tanggung jawab perguruan tinggi atau program studi masing-
masing.

Status akreditasi suatu lembaga merupakan cermin kinerja lembaga yang


bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu
program-program yang diselenggarakan. Hal-hal yang diukur dalam
akreditasi meliputi struktur, proses dan criteria hasil.

Tujuan akreditasi
1. Menstimulasi perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien
dan outcome
2. Meningkatkan efisiensi/menurunkan biaya (cost)
3. Memperkuat rasa kepercayaan publik
4. Memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan
5. Menyediakan edukasi terhadap better/best practice. (Ayu, 2014)

I. SERTIFIKASI

Sertifikasi adalah: kegiatan/ proses pendidikan dan


pelatihan keperawatan untuk meningaktkan kompetensi perawat yang
dilaksanakan oleh lembaga yang terakreditasi. sertifikasi diperlukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan
dan sikap) perawat sesuai dengan bidangnya. Untuk penerapan jenjang karir
perawat profesional sesuai dengan bidangnya. Untuk penerapan jenjang karir
perawat profesional diperlukan program sertifikasi.

Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah


memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada jenjang
dan jenis setting tertentu,setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan tenaga profesi pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi. Dengan perkataan lain, sertifikasi profesional adalah

16
proses pemberian pengakuan terhadap tingkat kemampuan dan keterampilan
khusus yang dimiliki oleh seseorang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pasal 61


menyatakan bahwa sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi

a. Ijazah merupakan pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau


penyelesaian suatu jenjang pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi.
b. Sertifikat kompetensi adalah dokumen penguasaan kompetensi
tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau
pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal
yang akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.

Oleh karena itu pemerolehan sertifikat dalam pertemuan ilmiah, seperti


seminar, diskusi panel, lokakarya, simposium, dan lain-lain bukanlah
sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara
pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga
masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan
pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini
bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan.

Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:


1. Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
2. Meningkatkan mutu pelayanan.
3. Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.

Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:


1. Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.

17
2. Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.
3. Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi)
pendidikan tambahan tenaga profesi.
4. Menetapkan klasifikasi ,tingkat dan lingkup praktik keperawatan sesuai
pendidikan tambahan yang dimilikinya.
5. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik keperawatan. (Ayu,
2014)

J. ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

Adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab legal yang
terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang penting bagi
perawat. Aspek legal atau hukum, legal=sah, aspek legal dalam keperawatan
=sah, perawat mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai dengan
standar yang berlaku perlu ada ketetapan hukum yang mengatur hak &
kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakannya perawat
sebagai tenaga kesehatan diatur dalam:

1. UU No. 23 Tentang Kesehatan

2. PP Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan

3. Perda Kab. Kudus No. 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan


Tenaga Kesehatan

4. SKB MENKES-KABKN NO.733-SKB-VI-2002 NO.10 th 2002 Tentang


Jabatan

5. UU No. 43 Th. 1999 Tentang POKOK2 KEPEGAWAIAN

6. PERPRES No. 54 Th. 2007 Tentang Tunjangan Fungsional Tenaga


Kesehata

7. PERPRES No. 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural

8. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat PNS

9. PP No. 13 Tahun 2002 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jab. Struktural

18
10. PP No. 13 Tahun 2007 Tentang Penetapan Pensiun Pokok

11. PP No. 43 Tahun 2007 Tentang PHD Menjadi PNS

12. PP No. 099 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PN

13. PP No. 12 Tahun 2002 Tentang Perubahan PP 99 Th 2000 Kenaikan


Pangkat PNS

14. PP Nomor 09 Tahun 2003 Tentang Pengangkatan, pemindahan dan


pemberhentian PNS

15. KEPMENPAN No. 138 Tahun 2002 Tentang Penghargaan Pegawai


Negeri Sipil. (Bongkeng, 2011)

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan


kewenangannya perawat berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang
sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan / adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal 16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17

Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang


kesehatan, barang siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4
ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). (shodiq,
2009)

19
SURAT TANDA REGISTRASI

Surat Tanda Registrasi yang disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi. Dengan STR, maka perawat dapat melakukan aktivitas
pelayanan kesehatan.

Surat Tanda Registrasi Perawat


Untuk mendapatkan STR, perawat harus memiliki ijazah dan sertifikat
kompetensi. Dan Ijazah serta sertifikat kompetensi tersebut diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompetensi.
Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
setiap 5 (lima) tahun.
Sesuai dengan Permenkes 46 tahun 2013, Sertifikat kompetensi yang telah
habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi tenaga
kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan
ilmiah lainnya sesuai dengan bidang tugasnya atau profesinya. Perolehan
Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mencapai
minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi selama 5 (lima) tahun.
Perawat yang Lulusan sebelum tahun 2012, maka dilakukan Pemutihan
STR, yaitu tidak dilakukan Uji kompetensi untuk mendapatkan STR, tetapi
cukup dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :
1. Ijazah Perawat terakhir (SPK/DIII/Ners/Ners Spesialis)yg dilegalisir : 2
lembar
2. Pas Foto 4×6 latar belakang merah 3 Lembar
3. Pemutihan diajukan langsung ke MTKI secara kolektif atau individu
dengan surat pengantar oleh Organisasi Profesi, Institusi Pelayanan, dan
Institusi Pendidikan.

Alur Pengurusan STR terbaru


Alur pengurusan STR sesuai dengan kebijakan MTKI terbaru adalah sebagai
berikut :
1) Pengajuan berkas persyaratan STR secara Individu / kolektif ke MTKP
2) Pemohon menyerahkan berkas persyaratan STR ke MTKP
3) MTKP menginput data dan menverfikasi
4) MTKP mengirim berupa softcopy data dan pas foto saja ke MTKI.
5) MTKI melakukan verifikasi data ulang (yang berupa softocopy) , setelah
data diverikasi softcopy data siap dicetak, ditempel foto, dan disahkan lalu
dibuat legalisirnya.
6) STR akan dikirim ke MTKP dan selanjutnya STR diambil oleh perawat ybs
di MTKP.

Cara dan syarat mengurus STR perawat sudah diatur dalam peraturan
Undang-Undang RI No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan pada Bab IV,

20
persyaratan pengurusan STR yaitu:

1. Memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan


2. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi
3. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi
5. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi
6. STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5
(lima) tahun sekali
Setelah mengajukan semua persyaratan yang diperlukan, maka Konsil
Keperawatan yang akan mengeluarkan STR untuk perawat yang
besangkutan. Konsil Keperawatan merupakan salah satu lembaga yang
legal dalam menerbitkan STR, hal ini sesuai dengan UU Keperawatan Ban
IV Pasa 18 Ayat 2. Selain mengeluarkan STR, Konsil Keperawatan juga
berhak dalam mencabut STR kepada perawat jika perawat tersebut
melanggar peraturan yang telah ditetapkan

Jadi jika teman-temab perawat belum ada yang memiliki STR, segeralah
urus STR Anda dan bagi yang akan habis masa berlaku STRnya segera
diperpanjang karena STR merupakan 'nafas' kita dalam melakukan tindakan
keperawatan,

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Regulasi keperawatan (regristrasi & praktik keperawatan) adalah kebijakan atau


ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas
profesinya dan terkait dengan kewajiban dan hak. (ramadhan, 2009)

Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi


Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut. Konsil
Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.

21
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada
badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah
terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse.

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau


penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan
kiat dalam praktik keperawatan.

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi


kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau
badan pemerintah tertentu.

Sertifikasi adalah proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki


kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada jenjang dan jenis
setting tertentu,setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan tenaga profesi pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

Aspek legal keperawatan Adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung
jawab legal yang terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang penting
bagi perawat

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini kami sebagai penulis sadsr bahwa masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dibutuhkan dari
pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astriani, R. (2017, 04 12). majelis kolegium dan konsil keperawatan. Retrieved 03 11,
2019, from iniperawatku.blogspot.bom:
http://iniperawatku.blogspot.com/2017/04/majelis-kolegium-dan-konsil-
keperawatan.html

Ayu, F. (2014, 10). makalah sertifikasi akreditasi legislasi. Retrieved 03 11, 2019, from
anggorae.blogspot.com: https://anggorae.blogspot.com/2014/10/makalah-
sertifikasi-akreditasi-legislasi.html?m=1

Bongkeng, A. (2011, 01 23). registrasi dan praktik keperawatan. Retrieved 03 11, 2019,
from anangcoll.wordpress.com:
https://anangcoll.wordpress.com/2011/01/23/registrasi-dan-praktek-
keperawatan/

Husada, D. (2012, 05). Legslasi keperawatan. Retrieved 03 11, 2019, from


dianhusadaratih.blogspot.com: http://dianhusadaratih.blogspot.com/p/legislasi-
keperawatan.html

kemenkes, p. (2015, 1 12). regulasi keperawatan. Retrieved 03 11, 2019, from


www.slideshare.net: https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-4-43415845

Prasetyo, A. (2013, 05). aspek hukum dalam praktik keperawatan. Retrieved 03 11,
2019, from akpermalahayatimedan.blogspot.com:
http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-
praktek-keperawatan.html

ramadhan. (2009, 10 5). regulasi keperawatan regulasi paktik keperawatan. Retrieved


03 11, 2019, from stikeskabmalang.wordpress.com:
https://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/05/regulasi-keperawatan-
registrasi-praktik-keperawatan-2/

shodiq, k. (2009, 10). aspek legal dalam keperawatan. Retrieved 03 11, 2019, from
kharissodiq.blogspot.com: http://kharisshodiq.blogspot.com/2009/10/aspek-
legal-dalam-keperawatan.html?m=1

Tubuh. (2017, 05 28). makalah legislasi keperawatan. Retrieved 03 11, 2019, from
tubuh1.blogspot.com: https://tubuh1.blogspot.com/2017/05/makalah-legislasi-
keperawatan.html

23

Anda mungkin juga menyukai