Anda di halaman 1dari 3

Perkara-perkara yang dilarang pada waktu melakukan ihram berikut dendanya, yaitu :

1. Bagi laki-laki dilarang memakai pakaian jahitan seperti; sarung, kaos dan celana dalam.
Jika dilanggar maka wajib membayar dam(memotong satu kambing). Sedangkan bagi
wanita diperbolehkan memakai pakaian jahitan.
1. Ibnu Umar r.a. berkata seorang sahabat telah bertanya (kepada Nabi Saw.),
”Wahai utusan Allah, pakaian apa yang boleh dikenakan bagi orang yang
berihram?” Jawab beliau, ”Tidak boleh mengenakan baju, sorban, celana topi dan
khuf (sarung kaki yang terbuat dari kulit), kecuali seseorang yang tidak
mendapatkan sandal, maka pakailah khuf, namun hendaklah ia memotongnya dari
bawah dua mata kakinya; dan janganlah kamu mengenakan pakaian yang dicelup
dengan pewarna atau warna merah.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari III:401
no:1542, Muslim II:834 no:1177, ’Aunul Ma’bud V:269 no:1806, dan Nasa’i
V:129).
2. Dan diberi keringanan bagi orang yang tidak memiliki kecuali celana panjang dan
khuf agar mengenakan keduanya tanpa harus memotong. Ini didasarkan pada
hadits dari Ibnu Abbas r.a. bertutur, saya pernah mendengar Nabi saw. berkhutbah
di ’Arafah, ”Barangsiapa yang tidak mendapatkan sandal, maka pakailah khuf;
dan barangsiapa yang tidak mendapatkan kain panjang maka pakailah celana
[beliau mengucapkan hal ini untuk orang yang berihram].” (Bukhari wa Muslim:
Fathul Bari IV:57 no:1841, Nasa’i V:132, Muslim II:835 no:1178, Tirmidzi
II:165 no:835, dan ‘Aunul Ma’bud V:275 no:1812).
2. Bagi laki-laki dilarang menutup kepala. Jika dilanggar maka wajib membayar
dam(memotong satu kambing) kecuali apabila lupa / tidak, Bagi setiap laki – laki tidak
boleh memakai sepatu yang sampai menutupi mata kakinya.
1. Hal ini mengacu kepada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a., ”Tidak
boleh memakai baju dan tidak (pula) sorban.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:1012).
2. Namun boleh berteduh di bawah kemah dan semisalnya, karena dalam hadits
riwayat Jabir ra yang telah dimuat dalam beberapa halaman sebelumnya bahwa
Nabi saw. menyuruh (seorang sahabat) menyediakan kemah, lalu dipasanglah
kemah untuk beliau di Namirah, kemudian beliau singgah di dalamnya).
3. Bagi wanita dilarang menutup wajah, tidak boleh memakai kaos tangan dan tidak boleh
membuka tutup kepala baik sebagian atau seluruhnya sengaja atau dipaksa.
1. Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi Muhammad bersabda, ”Janganlah seorang
perempuan yang berihram mengenakan cadar dan jangan (pula) menggunakan
kaos tangan.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:1022, Fathul Bari IV:52 no:1838,
’Aunul Ma’bud V:271 no:1808, Nasa’i V:133, dan Tirmidzi II:164 no:834).
2. Namun boleh bagi perempuan menutup wajahnya bila ada sejumlah laki-laki yang
lewat di dekatnya.
3. Dari Hisyam bin ‘Urwah dari Fathimah binti al-Mundzir bahwa ia pernah
bertutur, “Kami pernah menutup wajah kami sewaktu kami berihram, dan kami
bersama Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq.” (Shahih: Urwa-ul Ghalil no:1023,
Muwattha’ Imam Malik hal.224 no:724, dan Mustadrak Hakim I:454).
4. Dilarang menghilangkan rambut apapun yang ada dibadan/tubuh dengan cara apapun
juga. Jika dilanggar maka wajib membayar dam (memotong satu kambing) kecuali
rambut yang dihilangkan kurang dari tiga helai, maka satu helai rambut dendanya satu
mud ( 6 ons / 3/4 liter ) makanan pokok ( gandum/beras/jagung dll.) dan dua helai rambut
dendanya 2 mud ( 12 ons / 1,2 kg ) makanan pokok ( gandum / beras / jagung dll.).
5. Dilarang memotong kuku, jika dilanggar maka wajib membayar dam(menyembelih satu
kambing) kecuali kuku yang dipotong kurang dari dua jari, kalau yang dipotong satu
kuku maka dendanya satu mud ( 6 ons / 3/4 liter ) makanan pokok ( gandum/beras/jagung
dll.) dan jika dua kuku maka dendanya 2 mud (12 ons/1,2 kg ) makanan pokok ( gandum
/ beras / jagung dll.).
1. Allah SWT berfirman, “…Dan janganlah kamu mencukur rambutmu, sebelum
binatang hadyu sampai di lokasi penyembelihannya….” (Al-Baqarah:196).
2. Di samping itu, para ‘ulama sepakat atas haramnya memotong kuku bagi orang
yang sedang berihram. (al-Ijma’ oleh Ibnul Mundzir hal. 57).
3. Boleh saja menghilangkan rambut bagi orang yang merasa terganggu dengan
adanya rambut tersebut, namun ia harus membayar fidyah, Allah SWT
menegaskan, “… Jika ada diantar kamu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya bayar fidyah, yaitu berpuasa
atau berhadaqah atau berkorban….” (Al-Baqarah:196).
4. Dari Ka’ab bin ’Ujrah r.a. bahwa Nabi saw. melewatinya ketika ia berada di
daerah Hudaibiyah sebelum masuk Mekkah dan ia sedang berihram ketika
menyalakan api di bawah kualinya, sementara kutunya berkeliaran di wajahnya,
lalu beliau bertanya, ”Apakah kutumu ini mengganggumu?” Jawabnya, ”Ya,
(menggangu),” Sabda beliau (lagi), ”Maka cukurlah rambutmu dan berilah makan
tiga sha’ makanan (yang dibagi bagi) antara enam orang miskin, atau berpuasalah
tiga hari atau berkurban seekor binatang kurban!” (Muttafaqun ’alaih: Muslim
II”861 no:83 dan 1201 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari IV:12 no:1814 ’Aunul
Ma’bud V:309 no:1739, Nasa’i V:194, Tirmidzi II:214 no:960 dan Ibnu Majah
II:1028 no:3079).
6. Dilarang memakai wangi-wangian, jika dilanggar maka wajib membayar
dam(menyembelih satu kambing) atau puasa tiga hari berturut-turut atau shodaqoh
makanan pokok tiga sho’ ( + 72 ons / 7,2 kg ) untuk enam orang miskin.
1. Berdasarkan hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a., “Dan,
janganlah kamu mengenakan pakaian yang dicelup dengan ra’faran (kumkuka)
atau dengan waras (sebangsa celupan berwarna merah).” (Muttafaqun ‘alaih:
Fathul Bari III:401 no: 1542, Muslim II:834 no: 117, ‘Aunul Ma’bud V:269
no:1806, dan Nasa’i V:129)
2. Dan, sabda Rasulullah saw. tentang seorang yang berihram yang terlempar dari
atas untanya hingga wafat, ”Janganlah kalian memulurinya (dengan balsam) agar
tetap awet dan jangan (pula) menutup kepalanya; karena sesungguhnya dia akan
dibangkitkan pada hari kiamat (kelak) dalam keadaan membaca talbiyah.”
(Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari III:135 no:265, Muslim II:865 no:1206, ’Aunul
Ma’bud IX:63 no:3222-3223, dan Nasa’i V:196).
7. Dilarang memakai minyak rambut atau jenggot, jika dilanggar maka wajib membayar
dam (menyembelih satu kambing ) atau puasa tiga hari berturut-turut atau shodaqoh
makanan pokok tiga sho’ ( + 72 ons / 7,2 kg ) untuk enam orang miskin.
8. Dilarang mengganggu, memburu atau membunuh binatang, jika dilanggar sampai
membunuh maka wajib membayar fidyahmenyembelih hewan seukur dengan nilai
binatang yang dibunuhnya atau shodaqoh makanan pokok ( gandum / beras / jagung dll.)
kepada 6 orang minkin dengan masing diberi 12 0ns ( setengah sho’ ) atau puasa tiga hari
berturut-turut.
1. Allah SWT berfirman, “Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan
darat selama kamu dalam keadaan ihram.” (Al-Ma-idah:96).
2. Di samping itu, ada sabda Nabi saw, yaitu tatkala beliau ditanya oleh para sahabat
yang sedang berihram perihal seekor keledai betina yang ditangkap dan
disembelih oleh Ibu Qatadah yang tidak ikut berihram. Maka jawab beliau,
“Adakah seorang di antara kamu sekalian yang menyuruh dia (Abu Qatadah) agar
menangkapnya, atau memberi isyarat ke tempat binatang itu?” Maka jawab
mereka, “Tidak ada.” Sabda beliau (lagi), “Maka makanlah!” (Muttafaqun ’alaih:
Fathul Bari V:28 no:1824, Muslim II:853 no:60 dan 1196, Nasa’i V:186
sema’na).
9. Dilarang memotong / mencabut tanaman di tanah haram, jika dilanggar maka wajib
membayar dam (memotong satu kambing ) dan jika tanaman yang di potong itu besar
maka dendanya memotong satu sapi atau yang setingkat.
10. Dilarang mengumpuli isterinya (bersenggama), jika dilanggar maka dikenai denda
menyembelih satu unta, hajinya tidak sah dan wajib meneruskan amal hajinya sampai
paripurna serta wajib pergi haji lagi ditahun berikutnya.
11. Dilarang melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada jima’ (kumpul isteri),
seperti menempel isteri dengan sahwat, ciuman, cubit2an dll., jika dilanggar maka wajib
membayar dam ( menyembelih satu kambing ) dan hajinya tetap sah.
12. Dilarang melakukan akad-nikah atau menikahkan orang lain, jika dilanggar maka tidak
ada fidyah, denda/sangsinya, tetapi akadnya tidak sah. Berdasarkan hadits Utsman dari
Usman r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, ”Orang yang berihram tidak boleh menikahi, tidak
boleh dinikahi, dan tidak boleh melamar.” (Shahih: Mukhtashar Muslim no:814, Muslim
II:1030 no:1409, ’Aunul Ma’bud V:296 no:1825, Tirmidzi II:167 no:842, dan Nasa’i
V:192).
13. Dilarang melakukan caci-maki atau mengucapkan kata-kata kotor.

Anda mungkin juga menyukai