Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Pengelolaan Hutan pada Hidrologi (A.

Pudjiharta)

PENGARUH PENGELOLAAN HUTAN PADA HIDROLOGI


(Influences of Forest Management on Hydrology)*)
Oleh/By :
A. Pudjiharta
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam
Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp. 0251-8633234, 7520067; Fax 0251-8638111 Bogor
*) Diterima : 12 Mei 2008; Disetujui : 9 Juli 2008

ABSTRACT
Influences of forests on hydrology (water control) have been doubted though most of the flooding tragedies
have always been related to forest destruction. This perception expects that forests could have better
functions for hydrology. The uncertainty of forest influences of hydrology was caused by ineffective functions
of forests for protection and control on direct runoff due to forest degradation. In fact, the ability of forests to
protect and control direct run off was limited, which depended of rainfall characteristic, geological/soil
characteristic, topography, and forest management. The influences of forest on hydrology through rainfall
interception by forest canopy, stem flow, through fall, evapotranspiration and net rainfall can be seen from
the influences of forest management (e.g. forest cutting and forest planting) on water yield. The wise forest
management is therefore expected to improve the functions of forests on water yield and to have better
environment.
Key words : Forest influences, hydrology, water yield

ABSTRAK
Pengaruh hutan dalam hidrologi (tata air) mulai diragukan, walaupun sebagian besar kejadian banjir selalu
dikaitkan dengan kerusakan hutan. Persepsi seperti ini berharap agar fungsi hutan untuk hidrologi menjadi
lebih baik. Keraguan akan pengaruh hutan pada hidrologi disebabkan oleh fungsi hutan untuk perlindungan
dan kontrol terhadap aliran langsung tidak efektif akibat adanya kerusakan hutan. Sebenarnya kemampuan
hutan dalam fungsi perlindungan dan pengendali aliran langsung adalah terbatas, yang tergantung pada
karakteristik curah hujan, karakteristik geologi/tanah, topografi dan pengelolaan hutan. Pengaruh hutan pada
hidrologi melalui proses intersepsi air hujan oleh tajuk hutan, aliran batang, air lolos, evapotranspirasi, dan
hujan bersih dapat dilihat dari pengaruh penebangan dan penanaman hutan terhadap hasil air. Oleh karena itu
pengelolaan hutan secara bijak dapat meningkatkan fungsi hutan untuk hasil air dan lingkungan yang lebih
baik.
Kata kunci: Pengaruh hutan, hidrologi, hasil air

I. PENDAHULUAN Pihak yang mempertanyakan kebera-


daan hutan dalam mempengaruhi hidro-
Akhir-akhir ini ada pihak yang ber-
logi mengatakan walaupun ada hutan te-
anggapan bahwa keberadaan hutan tidak
tapi banjir dan kekeringan tetap terjadi.
berpengaruh pada tata air (hidrologi). Na-
Sementara pihak yang beranggapan bah-
mun kebanyakan para pihak beranggapan
wa keberadaan hutan berpengaruh pada
bahwa keberadaan hutan berpengaruh pa-
hidrologi berpendapat bahwa karena kon-
da tata air (hidrologi), bahkan berpenga-
disi hutan yang ada sekarang secara ku-
ruh pada lingkungan. Pendapat atau ang-
antitas maupun kualitas kurang baik, ma-
gapan bahkan harapan mengenai kebera-
ka keberadaan hutan yang demikian
daan hutan dalam hubungannya dengan
mengakibatkan hutan sebagai unsur eko-
tata air (hidrologi) sering muncul seiring
sistem tidak berfungsi dengan baik, kare-
dengan datangnya bencana alam seperti
na itu kondisi hutan yang ada perlu diper-
banjir, tanah longsor serta kekurangan
baiki.
air.

141
Info Hutan Vol. V No. 2 : 141-150, 2008

Sebenarnya banjir ataupun kekeringan aliran air di bawah permukaan tanah ka-
merupakan konsekuensi dari fenomena rena badai (subsurtace storm flow) ditam-
iklim yang berdampak pada kondisi mu- bah aliran dari air hujan yang terjadi di
sim penghujan maupun musim kemarau sungai (channel precipitation). Sedang-
yang diperkuat oleh fenomena El Nino, kan aliran dasar (base flow) adalah aliran
seperti yang terjadi pada tahun 1991, yang berasal dari air tanah (groundwater
1993/1994, 1997, 2000/2001, dan 2003. out flow).
Perlu diingat bahwa fungsi hutan dalam Indreswari (1996) menyatakan, vari-
hidrologi sangat tergantung pada sifat cu- abel DAS seperti luas DAS, panjang su-
rah hujan, sifat tanah, geologi dan lereng, ngai, geologi, kerapatan sungai dimasuk-
jadi dalam hal ini hutan tidak dapat ber- kan sebagai karakteristik DAS. Kehadir-
diri sendiri, tetapi ada faktor-faktor di lu- an danau (reservoir) dan land use adalah
ar hutan dan yang penting adalah cara pe- control factors sedangkan debit (Q) rata-
ngelolaannya. rata per person, Q maksimum rata-rata
Tulisan ini mengemukakan gambaran per Q rata-rata, Q minimum rata-rata per
keberadaan hutan dan hubungan atau pe- Q rata-rata dan respon DAS (basin res-
ngaruh pengelolaan hutan dengan hasil ponse) adalah indikator penampilan su-
air (hidrologi) yang disampaikan pada ngai (rivers performance indicators). Da-
bab-bab berikutnya. ri pernyataan ini land use, seperti keha-
diran hutan dalam DAS merupakan faktor
II. KEBERADAAN HUTAN PADA pengendali aliran untuk DAS bersangkut-
BEBERAPA DAERAH ALIRAN an. Selanjutnya Indreswari (1996) me-
SUNGAI nyatakan kelestarian (sustainability) su-
ngai dapat ditingkatkan jika penggunaan
Ada beberapa alasan perlunya keber- lahan untuk hutan melebihi 50% dan atau
adaan hutan dalam suatu daerah termasuk lebih banyak dibangun dam/waduk. Per-
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS). Soe- nyataan-pernyataan di atas, mengingat-
jono et al. (1967) mengatakan bahwa luas kan bahwa keberadaan hutan dalam DAS
hutan minimal yang ideal untuk daerah dapat berfungsi sebagai pelindung, peng-
Pulau Jawa agar memenuhi fungsi perlin- atur, dan pengendali aliran. Dengan ke-
dungannya adalah 30% dari luas daerah. beradaan hutan yang lebih dari 50% luas
Keberadaan hutan di Pulau Jawa hanya DAS akan memperkecil koefisien aliran
20%, kemakmuran yang tinggi tidak akan (run off coefficient), karena koefisien alir-
tercapai jika keadaan hutan kurang dari an bergantung pada land use dan karak-
minimal (Soepardi, 1950). teristik DAS (Indreswari, 1996).
Hewlett dan Nutter (1969) menyata- Luas hutan di beberapa Daerah Alir-
kan bahwa daerah hulu yang tertutup hu- an Sungai (DAS) khususnya di Pulau Ja-
tan dengan baik maka 80-85% total aliran wa, umumnya dalam luasan minimal ter-
adalah berasal dari aliran dasar yang dito- masuk hutan pada DAS penting, seperti
pang oleh aliran perlahan-lahan dari zone DAS Citarum hanya 20% dari luas DAS,
of aeration, selebihnya adalah aliran DAS Solo 19,5%, dan DAS Brantas luas
langsung. Pernyataan ini menjelaskan hutannya hanya 20% dari luas DAS (Ta-
bahwa keberadaan hutan yang baik di da- keuchi et al., 1995). DAS Cimanuk hu-
erah hulu akan mengatur/mengendalikan tannya 22% dari luas DAS dan DAS Se-
aliran total, sebagian besar (80-85%) rayu hanya 17% (Pawitan et al., 2000).
yang berasal dari aliran dasar (base flow), Keberadaan hutan yang demikian mem-
sisanya (15-20%) berasal dari aliran lang- bawa konsekuensi pada fungsi hutan
sung (direct run off). Aliran langsung yang diharapkan sebagai pengendali alir-
adalah jumlah aliran air dari air hujan di an alami menjadi tidak efektif, sehingga
atas permukaan (overland flow) ditambah pada musim penghujan sering terjadi

142
Pengaruh Pengelolaan Hutan pada Hidrologi (A. Pudjiharta)

banjir sebagai pengeringan melalui aliran Air hujan yang tercurah dari atmos-
dan pada musim kemarau kekurangan air. fer sebelum sampai ke permukaan lahan
Luas hutan di beberapa DAS di Pu- yang berhutan akan diterima terlebih da-
lau Jawa seperti disebutkan di atas bila hulu oleh lapisan tajuk hutan. Air hujan
dibandingkan dengan luas hutan dalam tersebut akan mengalami pencegatan (in-
beberapa DAS di beberapa negara tetang- terception) tajuk, yang lolos dari cegatan
ga relatif kecil, seperti luas hutan DAS tajuk disebut air lolos (through fall) dan
Pioneca River di Australia adalah 60%, mencapai lantai hutan, dan air hujan yang
DAS Prek Thnot (Cambodia) 67,7%, mengalir melalui batang-batang pohon
DAS Bei Jiang (China) 76%, DAS Ji- hutan disebut aliran batang (stem flow)
yonhk (China) 27%, DAS Jin Jiang (Chi- dan akhirnya sampai di lantai hutan. Air
na) 70,2%, DAS Jushinogawa (Jepang) hujan yang mencapai lantai hutan (aliran
87,7%, DAS Arakawa (Jepang) 48,2%, batang dan air lolos) akan mengalami ce-
DAS Mogamigawa (Jepang) 76,4%, DAS gatan oleh lapisan serasah hutan. Air
Pyungehang-Gang (Korea Selatan) 81,7 yang lolos dari cegatan searah akan mere-
%, DAS Geumbo-Gang (Korea Selatan) sap ke lapisan tanah atas yang biasanya
76,2%, DAS Miko Chun (Korea Selatan) disebut air infiltrasi. Apabila kapasitas
62,8%, DAS Rajang Batang (Malaysia) cegatan searah telah jenuh dan infiltrasi
97,2%, DAS Buller River 71,7%, DAS mulai lambat, maka air akan menjadi alir-
Ilog Magat (Philippina) 23,1%, DAS Ilog an permukaan.
Panmpanga (Philippina) 40%, DAS Mai Air hujan yang tercegat oleh tajuk
Namping (Thailand) 68,7%, DAS Mae akan menguap ke udara, sehingga air hu-
Nam Mae Klong (Thailand) 73,3%, DAS jan yang tercegat tajuk termasuk air hi-
Song Thu Bon (Vietnam) 52,7%, DAS lang. Air hujan yang meresap dalam la-
Song Ba (Vietnam) 50,8%, dan DAS pisan tanah (air infiltrasi) adalah terma-
Song Sae Pok (Vietnam) luas hutannya suk perolehan air, sedangkan air hujan
74,5% (Takeuchi et al., 1995). Terlihat yang menjadi aliran termasuk air hilang.
bahwa luas hutan dalam DAS di Pulau Jumlah air lolos dan air batang disebut
Jawa umumnya lebih kecil dibandingkan hujan neto sedangkan air infiltrasi disebut
luas hutan dalam DAS di Australia, Kam- hujan efektif (Gambar 1). Proses seperti
boja, China, Jepang, Korea Selatan, Ma- di atas tidak akan terjadi pada daerah per-
laysia, New Zealand, Philippina, Thai- kotaan yang hampir keseluruhan lahan
land, Vietnam, kecuali DAS Song Ky perkotaan tertutup oleh bangunan padat
Cung. seperti gedung, aspal, dan beton. Air hu-
jan yang jatuh pada lahan yang demikian
III. PENGARUH KEBERADAAN hampir seluruhnya menjadi aliran dan
HUTAN PADA TATA AIR masuk ke saluran, selokan pembuangan,
dan akhirnya masuk ke sungai, sehingga
Tata air merupakan fenomena yang
secara cepat menambah tingginya atau
menggambarkan proses perolehan, kehi-
besarnya aliran sungai. Air hujan yang ja-
langan, dan penyimpanan air tanah dalam
tuh pada atap-atap bangunan akan terkon-
kondisi alami. Hutan merupakan bentuk
sentrasikan ke talang atau paralon dan
penggunaan lahan dengan dominasi po-
langsung masuk ke saluran atau selokan
hon-pohon hutan yang meliputi atau me-
drainase dan masuk ke sungai, sehingga
nutupi permukaan lahan dan merupakan
perolehan air sangat kecil bahkan tidak
implementasi dari tata ruang. Sebagai im-
ada, karena air hujan yang jatuh pada da-
plementasi dari tata ruang dan sebagai
erah perkotaan akan cepat hilang sebagai
penutup lahan, maka hutan akan mempe-
aliran. Peranan/pengaruh hutan pada tata
ngaruhi proses penerimaan air yang ter-
air dapat ditelusuri pada Gambar 1.
curah dari atmosfer pada lahan di bawahnya.

143
Info Hutan Vol. V No. 2 : 141-150, 2008

Gambar (Figure) 1. Proses penerimaan, kehilangan, dan penyimpanan air oleh adanya hutan (Process of
water acceptance, losses and storage by forest)

Tanda minus (-) pada gambar merupa- oleh tajuk pohon hutan yang ditanam. Pe-
kan komponen kehilangan air dari sum- ngaruh adanya kegiatan penanaman pada
ber air yang berasal dari air hujan, terma- hasil air tergantung pada luas atau tidak
suk air hilang adalah transpirasi, intersep- luasnya tanaman, jenis dan kerapatan po-
si, evaporasi, dan aliran permukaan, per- hon yang ditanam serta umur tanaman.
kolasi, apabila mengisi sumber air tanah Tanaman yang luas akan lebih nyata pe-
termasuk penyimpanan, tetapi apabila ngaruhnya terhadap hasil air daripada ta-
perkolasi merupakan kebocoran termasuk naman yang sempit (sedikit), umur ta-
air hilang. naman yang lebih tua akan lebih nyata
pengaruhnya daripada tanaman umur mu-
IV. PENGARUH PENANAMAN DAN da terhadap hasil air. Demikian juga jenis
PENEBANGAN HUTAN PADA tanaman, karena jenis pohon mempenga-
HASIL AIR ruhi nilai intersepsi, air lolos, dan aliran
batang serta evapotranpirasi (Tabel 2).
Kegiatan penanaman hutan maupun Adanya tanaman hutan yang luas dan ke-
penebangan hutan merupakan bagian dari rapatan normal akan mempertinggi ke-
pengelolaan hutan dan pemanfaatan hu- mampuan hutan dalam mencegat (inter-
tan merupakan bagian dari sistem penge- ception) air hujan oleh penambahan tajuk
lolaan hutan. Kedua kegiatan tersebut da- hutan, sehingga jumlah air hujan yang
pat mempengaruhi hidrologi terutama pa- akan diterima oleh permukaan lahan ber-
da hasil air. Kegiatan penanaman hutan kurang, karena kenaikan pencegatan oleh
berarti penambahan luas penutupan lahan tajuk. Kondisi ini akan memperkecil air

144
Pengaruh Pengelolaan Hutan pada Hidrologi (A. Pudjiharta)

hujan yang akan menjadi aliran dan hasil hasil air cukup besar, namun tebangan
air akan menurun. yang sempit mengakibatkan perubahan
kenaikan hasil air kecil, bahkan perubah-
A. Pengaruh Penanaman Hutan Pada an tidak nyata.
Hasil Air Hasil penelitian pada plot kecil yang
dibersihkan dari tumbuhan bawah me-
Beberapa hasil telaahan oleh Bosch
nunjukkan bahwa aliran permukaan naik
dan Hewlett (1981) mengenai pengaruh
dari 0,6% menjadi 4,1% dan menunjuk-
penanaman pada hasil air disajikan pada
kan erosi tanah dari 0,02 ton/ha/tahun
Tabel 1.
menjadi 0,12 ton/ha/tahun. Sedangkan
Tabel 1 memberikan informasi bah-
pengaruh penutupan pada penguapan hu-
wa adanya penanaman mempengaruhi
tan menunjukkan bahwa penguapan air di
hasil air menurun. Pada hasil percobaan
dalam hutan sebesar 0,34 cm berbeda de-
di atas jenis pohon yang digunakan/dita-
ngan penguapan pada tempat terbuka, ya-
nam kebanyakan jenis Conifer (pine). Pe-
itu sebesar 3,00 cm per hari (Pudjiharta
nurunan hasil air maksimum terjadi pa-
dan Pramono, 1989).
ling cepat setelah 7 tahun penanaman (di
Penebangan akan mengurangi atau
Tierkloof) dan paling lambat 15 tahun (di
menghilangkan penutupan oleh tajuk po-
Biesievlei), sedang di Sage Brook penga-
hon hutan, mengakibatkan berkurangnya
ruh penanaman Conifer terhadap hasil air
cegatan (interception) air hujan oleh ta-
setelah 26 tahun. Jenis pohon eucalyptus
juk, sehingga air hujan yang tercurah dari
dalam percobaan ini ditanam di Mokubu-
atmosfer dapat langsung mencapai per-
laan, teryata dalam waktu 5 tahun setelah
mukaan lahan dan sebagian besar akan
penanaman penurunan water yield maksi-
menjadi aliran. Hal tersebut mengakibat-
mum terjadi sebesar 403 mm dengan ra-
kan meningkatnya hasil air dari aliran
ta-rata 340 mm.
permukaan apabila curah hujan tinggi.
Selain itu pengurangan tajuk pohon
B. Pengaruh Penebangan Hutan Pada
hutan juga dapat mengurangi penguapan
Hasil Air
dari permukaan tajuk, namun terbukanya
Penebangan berarti mengurangi luas lahan dari penutupan tajuk mengakibat-
penutupan lahan oleh tajuk hutan. Tajuk kan penguapan air dari permukaan lahan
hutan yang dapat mencegat air hujan, de- dapat meningkat, karena permukaan la-
ngan adanya penebangan hutan akan ber- han lebih banyak menerima radiasi sinar
pengaruh pada besarnya air hujan yang matahari, sehingga suhu permukaan tanah
lolos dari pencegatan tajuk, sehingga air cepat meningkat dan mempercepat peng-
hujan lebih banyak mencapai lantai hutan uapan.
yang ditebang.
Pengaruh penebangan pada hasil air V. PEMBAHASAN
tergantung pada luasan tebangan yang di-
lakukan. Makin luas tebangan pengaruh- Luas kawasan hutan dalam DAS di
nya pada hasil air akan nyata, tetapi pene- Pulau Jawa umumnya di bawah minimal
bangan yang sempit tidak akan begitu (kurang dari 30%) dengan kualitas ku-
nyata pada hasil air. Beberapa hasil tela- rang baik. Kondisi tersebut mengakibat-
ahan oleh Bosch dan Hewlett (1981) pe- kan fungsi hutan sebagai faktor pengen-
ngaruh penebangan hutan pada hasil air dalian aliran pada DAS tidak efektif.
di beberapa lokasi (DAS) disajikan pada Kondisi tersebut mengakibatkan perfor-
Tabel 2. mance DAS menjadi buruk, sehingga pa-
Tabel 2 menunjukkan bahwa luas te- da kondisi hujan yang ekstrim mudah
bangan mempengaruhi besar atau kecil- meluap dan menimbulkan bencana banjir.
nya perubahan hasil air. Tebangan yang Untuk meningkatkan performance
luas mengakibatkan perubahan kenaikan DAS diperlukan upaya perbaikan kondisi

145
Info Hutan Vol. V No. 2 : 141-150, 2008

Tabel (Table) 1. Perubahan hasil air karena penanaman hutan (Changes of water yield due to forest planting)

Perubahan hasil air,


Hasil air
tahun ke tahun
Vegetasi dan tahunan rata-
Luas Hujan setelah perlakuan
Lokasi tanah rata Perlakuan
(Area) (Rainfall) (Water yield change
(Location) (Vegetation and (Mean annual (Treatment)
(Ha) (mm) by years following
soil) water yield)
treatment)
(mm)
(mm)
Coweeta 17 14 Campuran kayu 1.895 775 100% ditanami Turun maksimum
keras, granite, pinus 248 (1941-1956)
lempung berpa-
sir tebal 6 m
Cathedral 190 Themeda 1.400 650 74% ditanami Turun maksimum
Peak C II lava basaltik P. patula 440 setelah 22 ta-
saprolite hun, rata-rata turun
257
Yonkershock 200 Semak, 1.390 590 57% ditanami Turun maksimum
Bosboukloof Schcrophyllous P. patula 325 setelah 23 ta-
hun, rata-rata turun
270
Biesievlei 27 Sda 1.400 660 98% ditanami Turun maksimum
P. radiata 400 setelah 15 ta-
hun, rata-rata turun
130
Tierkloof 157 Sda 1.809 1.100 36% ditanami Turun maksimum
P. radiata 170 setelah 7 tahun,
rata-rata turun 130
Langrivier 264 sda 2.242 1.600 Terlindung Turun maksimum
dari kebakaran 211 setelah 20 ta-
hun, rata-rata turun
125
Lambreehtsbos
A 31 sda 1.393 556 Pertumbuhan Pengaruh tidak
alami 27 tahun nyata
B 65 sda 1.451 460 84% reboisasi Pengaruh tidak nya-
ta setelah 8 tahun
Mokobulaan 26 Padang rumput 1.150 173 100% ditanami Turun maksimum
kering musiman eucalyptus 403 setelah 5 tahun,
rata-rata turun 340
Western 36 23% Campuran 1.230 255 75% ditanami Turun 76-152 sete-
Tennessee kayu keras pinus lah 16 tahun
(1941). Debu
lempung berpasir
White Hollow 694 65% Campuran 1.184 460 34% ditanami Tidak terdeteksi
kayu keras dan pinus perubahan
pinus (1934).
Batu kapur debu
Sage Brook 181 Campuran kayu 974 535 47% ditanami Turun 106 setelah
keras dan coni- conifer 26 tahun
fer, lempung
dan batu pasir
Cold Spring 391 Sda 1.030 616 35% ditanami Turun 172 setelah
Brook conifer 24 tahun
Shacklam 808 Sda 1.030 627 58% ditanami Turun 130 setelah
Brook conifer 24 tahun
Coshocton 18 30% kayu keras 970 300 70% ditanami Turun 135 setelah
Ohio 172 (1938). Endapan pinus 19 tahun
lempung
Sumber (Source) : J.M.Bosch and J.D.Hewlett 1981; Disederhanakan (Simplified)

146
Pengaruh Pengelolaan Hutan pada Hidrologi (A. Pudjiharta)

Tabel (Table) 2. Perubahan hasil air karena penebangan hutan (Change of water yield due to forest cutting)
Perubahan hasil air,
Hasil air
tahun ke tahun
Vegetasi dan tahunan rata-
Luas Hujan setelah perlakuan
Lokasi tanah rata Perlakuan
(Area) (Rainfall) (Water yield change
(Location) (Vegetation and (Mean annual (Treatment)
(Ha) (mm) by years following
soil) water yield)
treatment)
(mm)
(mm)
Takaragawa 118 60% kayu keras, 2.153 1.783 50% tebang Naik rata-rata 199
40% conifer pilih (6 tahun)
Fox Creek 59 Pohon douglas. 2.730 1.750 25% tebang Tidak nyata
Debu gravelly bersih satuan kenaikan
luas 3-4 ha
Ncedic 74 Pohon douglas, 2.483 1.885 82% tebang Naik, 370, 520, 615,
Branch pasir laut sangat bersih, bakar, 465, 615, 530
permeable ke- 5% jalan
dalaman 60-140
cm
Deer Creek 303 Sda 2.474 1.906 25% tebang Kenaikan tidak
bersih, bakar, nyata
5% jalan
H. J. Andreas 1 96 Pohon douglas, 2.388 1.376 100% tebang Kenaikan 462, 457,
gravelly, lem- habis, bakar 450, 390, 330
pung
3 101 Sda 2.388 1.346 30% tebang Naik 150, 163, 254,
habis, bakar 297, 226
6 13 Pohon douglas, 2.150 1.290 100% tebang Naik 425, 390, 325,
volcaniclas habis 290, 180
7 21 Sda 2.150 1.290 60% tebang Naik 200, 240, 180,
habis 205,55
10 9 Pohon douglas, 2.330 1.650 100% tebang Naik 195, 310, 400,
volcaniclas habis 65
Coweeta 13 16 Campuran kayu 1.900 889 100% tebang Naik 362, 275, 281,
keras, granite, habis, diting- 255, 198 dari 11
lempung berpa- galkan, tumbuh tahun 140, 171, 81,
sir tebal 6 m kembali 80, 95
28 144 Campuran kayu 2.270 1.532 51% tebang Naik 220, 98, 105,
keras, granite, bersih, 22% 34, 10, 111, 70, 91
lempung berpa- penjarangan
sir tebal 6 m
37 44 Campuran kayu 2.244 1.583 100% tebang Naik 255, 100, 85,
keras, granite, bersih, tum- 0, 0, 26, 100, 75
lempung berpa- buh alami
sir tebal 6 m (subsequent)
17 14 Campuran kayu 1.895 775 100% tebang Naik 414, 337, 231,
keras, granite, bersih, tumbuh 160, 228
lempung berpa- kembali, tebang
sir tebal 6 m tahunan
Kericho 688 Hutan pegu- 1.905 416 34% dibersih- Naik 103
Sambret nungan tinggi kan untuk
dan bambu, tanaman teh
Lava phenolite,
liatfriable dalam
Kimakia A 35 Hutan pegu- 2.014 568 100% diber- Naik 456, 229, 178
nungan tinggi sihkan untuk
dan bambu, ditanami Pinus
Lava phenolite,
liatfriable dalam
Virginia Barat 3 34 Campuran kayu 1.500 607 1.958, 13% Naik 8 (tidak nyata)
keras. Batu pa- tebang pilih
sir, dan lem- intensif, tum-
pung debu ber- buh kembali
batu kedalaman 1.963, 8% Tidak nyata penga-
1-1,5 m metode sama ruhnya

147
Info Hutan Vol. V No. 2 : 141-150, 2008

Tabel (Table) 2. Lanjutan (Continuation)


Perubahan hasil air,
Hasil air
tahun ke tahun
Vegetasi dan tahunan rata-
Luas Hujan setelah perlakuan
Lokasi tanah rata Perlakuan
(Area) (Rainfall) (Water yield change
(Location) (Vegetation and (Mean annual (Treatment)
(Ha) (mm) by years following
soil) water yield)
treatment)
(mm)
(mm)
1.968, 6% Tidak nyata penga-
metode sama ruhnya
1.969, 91% Naik 253, 85, 60, 80
tebang bersih
7 24 Campuran kayu 1.469 788 1.963, 50% Naik 155,145
keras. Batu pa- atas ditebang
sir, dan lem- 1.967, 50% ba- Naik 251, 261
pung debu ber- wah ditebang
batu kedalaman
1-1,5 m
6 22 Campuran kayu 1.440 493 1.964 bawah Naik 165, 142
keras, batu pa- ditebang 50%
sir, dan lem- 1.968 atas Naik 269
pung debu ber- ditebang 50%
batu
Slum Creek 1 Pinus dengan 1.333 153 1.970, 45% Naik 107, 58, 89, 55
WS kayu keras. Ber- tumbuhan ba-
batu lempung wah disemprot
berpasir
Sumber (Source) : J.M. Bosch and J.D. Hewlett (1981), Disederhanakan (Simplified)

hutannya (secara kuantitas dan kualitas) dari kondisi hutan yang ada sekarang ini
agar fungsi hutan sebagai faktor pengen- yang secara kualitas maupun kuantitas
dali aliran dapat ditingkatkan dan diha- kurang dari cukup, sehingga fungsi hutan
rapkan dapat mengurangi bencana banjir. dalam tata air di ragukan.
Selain itu peninjauan ulang tata ruang Pengaruh hutan pada tata air (hasil
yang tidak sesuai perlu dilakukan, se- air) akan nyata bila kondisi hutan menga-
hingga tata ruang, tata guna lahan, dan lami perubahan secara nyata. Adanya pe-
penggunaan lahan sesuai dengan kemam- nanaman maupun penebangan yang luas,
puannya dan peruntukannya. Karena hal menimbulkan perubahan dalam tata air
tersebut menyangkut tata ruang, maka (hasil air) secara nyata. Perubahan hutan
berkaitan pula dengan sektor-sektor lain (penebangan atau penanaman) yang sem-
di luar sektor kehutanan, sehingga perlu pit (tidak luas) pengaruhnya terhadap hid-
direncanakan dan dilaksanakan secara rologi (tata air) tidak nyata atau tidak ter-
terpadu. deteksi.
Keterpaduan perencanaan dan pelak- Perubahan hasil air yang terlalu besar
sanaan dalam peningkatan performance sebagai akibat penebangan hutan/pembu-
DAS tersebut diperlukan karena kemam- kaan hutan yang ekstrim atau luas tidak
puan hutan yang terbatas dalam pengen- terkontrol dan curah hujan yang tinggi
dalian aliran, tetapi ada faktor di luar hu- dan relatif lama di daerah hulu dapat me-
tan yang turut berfungsi dalam hidrologi nimbulkan direct runoff yang besar yang
yaitu, curah hujan, lereng, geologi/tanah, merintis terjadinya banjir atau banjir ban-
tata ruang/tata guna lahan, dan pengguna- dang. Hasil penelitian (Tabel 2) membe-
an lahan. rikan indikasi bahwa penebangan yang
Adanya kontroversial mengenai luas mengakibatkan peningkatan hasil air
fungsi hutan dalam tata air atau pengaruh yang besar, sedangkan penebangan yang
hutan pada tata air juga merupakan akibat tidak luas peningkatan hasil air tidak

148
Pengaruh Pengelolaan Hutan pada Hidrologi (A. Pudjiharta)

nyata. Penanaman hutan berpengaruh pa- tidak timbul di kemudian hari, sebab
da penurunan hasil air setelah tanaman penanaman hutan maupun penebangan
berumur 5-26 tahun, tergantung jenis ta- hutan dapat menpengaruhi hasil air. Di si-
naman yang ditanam. Selain itu luas pe- nilah pentingnya hasil-hasil penelitian
nanaman juga berpengaruh pada penu- atau percobaan untuk tidak hanya diman-
runan hasil air. Penanaman pohon hutan faatkan, tetapi yang penting lagi dihargai
secara luas dapat menurunkan hasil air dan diimplementasikan.
yang cukup besar, tetapi penanaman yang
tidak luas, pengaruh terhadap penurunan
hasil air tidak nyata. VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian Tabel 1 menunjuk-
kan bahwa kegiatan penanaman hutan A. Kesimpulan
akan menurunkan hasil air. Dari hasil ter- 1. Keberadaan hutan di beberapa DAS
sebut dapat diambil pelajaran bahwa pe- di Pulau Jawa umumnya tidak meme-
nanaman yang luas dapat menurunkan
nuhi fungsi perlindungan dan tidak
hasil air. Dengan demikian penanaman memenuhi fungsi sebagai faktor pe-
hutan secara luas dapat mengurangi di- ngendali aliran. Sebagai fungsi perlin-
rect runoff yang akan terjadi, hal tersebut dungan minimalnya lebih dari 30%
dapat memperkecil kemungkinan banjir. luas daerah (DAS) dan sebagai faktor
Dengan kata lain apabila kehadiran hutan pengendali aliran luasnya lebih dari
tersebut luas dapat diharapkan menurun- 50% luas daerah aliran sungai.
kan atau mengendalikan direct runoff. 2. Kegiatan penanaman hutan sebagai
Pelajaran yang lain dari Tabel 2 adalah salah satu dari sekian kegiatan penge-
dapat mengingatkan bahwa pemilihan je- lolaan hutan dapat mempengaruhi ha-
nis-jenis pohon yang akan ditanam perlu sil air. Pengaruh penanaman terhadap
disesuaikan dengan tujuan penanaman hasil air tergantung pada jenis pohon,
untuk apa, ditanam pada daerah curah hu- umur pohon, dan luas penanaman.
jan berapa, hal ini terkait dengan proses Makin luas penanaman, makin nyata
perolehan dan kehilangan air, seperti di- pengaruh pada penurunan hasil air se-
gambarkan pada Gambar 1. Jenis pohon telah tanaman mencapai umur terten-
cepat tumbuh akan cepat membentuk ta- tu, tetapi makin sempit/sedikit luas
juk dan cepat mencegah air hujan dari at-
penanaman, pengaruh pada penurun-
mosfer. Apabila jenis pohon cepat tum- an hasil air tidak nyata.
buh tersebut termasuk jenis pohon yang 3. Kegiatan penebangan hutan sebagai
mempunyai angka evapotranspirasi salah satu dari sekian kegiatan pe-
tinggi, maka jenis pohon tersebut cocok manfaatan hutan, dapat mempenga-
ditanam pada daerah dengan curah hujan ruhi peningkatan hasil air, sedangkan
yang tinggi. Apabila jenis pohon cepat peningkatan hasil air tergantung pada
tumbuh dan angka evapotranspirasi tinggi luas penebangan. Penebangan yang
ditanam pada daerah dengan curah hujan luas akan mempengaruhi kenaikan
yang relatif rendah akan menimbulkan hasil air yang besar sedangkan pene-
masalah hidrologis di kemudian hari, bangan yang sempit, pengaruh terha-
seperti terjadinya penurunan hasil air dap air tidak nyata.
(kekeringan).
Oleh karena itu hal-hal di atas perlu
B. Saran
dipertimbangkan oleh pihak-pihak yang
mengaku dan mempunyai wewenang da- 1. Kegiatan penanaman sebaiknya mem-
lam pengelolaan hutan terutama dalam perhatikan jenis pohon yang akan di-
perencanaan penanaman dan penebangan, tanam dengan curah hujan daerah (lo-
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan kasi penanaman). Jenis pohon dengan

149
Info Hutan Vol. V No. 2 : 141-150, 2008

angka evapotranspirasi tinggi sebaiknya Indreswari, G. 1996. Decision Support


ditanam pada daerah dengan curah System for River Management
hujan tinggi. Presented at IHP’s International
2. Untuk mengurangi seringnya atau be- Symposium on Rivers and People.
sarnya banjir atau banjir bandang Yogyakarta, Nov 18-22,1996.
yang belakangan ini sering terjadi di Pawitan, H., A.W. Jayawardena, K. Ta-
daerah-daerah, maka kegiatan pene- keuchi, S. Lee. 2000. Cata-logue of
bangan tidak terkontrol (liar) segera Rivers for South East Asia and The
diupayakan untuk dihentikan, karena Pacific. Volume III:1-268. The
selama ini setiap peristiwa banjir atau UNESCO-IHP Regional Steer-ing
banjir bandang selalu dikaitkan de- Committee for South East Asia and
ngan kerusakan hutan. The Pacific II.
Pudjiharta, A. dan I.B. Pramono. 1988.
3. Perlu diingat bahwa keberadaan hutan
Aliran Permukaan dan Erosi di
dalam pengendalian aliran (penurun-
bawah Tegakan Hutan Alam dan
an direct run off) tidak tak terbatas,
Tegakan Kopi di Tabanan, Bali. Bu-
tetapi di luar hutan ada faktor-faktor
letin Penelitian Hutan 494:1-8. Pu-
lain yaitu besarnya curah hujan, ke-
sat Penelitian dan Pengembangan
miringan lereng, geologi (tanah), dan
Hutan. Bogor.
tata ruang/tata guna lahan/pengguna-
Pudjiharta, A. dan I.B. Pramono. 1989.
an lahan.
Pengaruh Hutan Alam Terha-dap
Unsur Iklim Mikro di Yanlapa,
Jawa Barat. Buletin Penelitian Hu-
DAFTAR PUSTAKA
tan 519:1-10. Pusat Penelitian dan
Bosch, J.M. and J.D. Hewlett. 1981. A Pengembangan Hutan. Bogor.
Review of Catchment Experiments Soepardi, Rd. 1950. Hutan Reboisasi In-
to Determine The Effect of Vege- dustri. Balai Pustaka. Jakarta. p 35.
tation Changes on Water Yield and Soejono, S.M. Kamal, Soepardi. 1967.
Evapotranspiration. Journal of Hy- Seminar I Tataguna Sumber Alam
drology 55:3-23. Elservier Scientific Tahun 1967. Direktorat Land Use.
Publishing Company. Direktorat Jenderal Agraria,
Departemen Dalam Negeri. p 357.
Hewlett, J.D. and W.L. Nutter. 1969. An
Takeuchi, K., A.W. Jayawardena, Y. Ta-
Outline of Forest Hydrology School
kahasi. 1995. Catalogue of Rivers
of Forest Resources University of
for Southeast Asia and The Pacific.
Georgia. University of Georgia
Volume 1:1-29.
Press. pp.1-132.

150

Anda mungkin juga menyukai