Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa siaga adalah salah satu upaya pemerintah dalam rangka

pencapaian Visi Indonesia Sehat, yang intinya adalah memberdayakan

masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Desa siaga adalah

program yang dicanangkan pemerintah pusat. Peningkatan derajat

kesehatan masyarakat dan sangat diperlukan dalam memenuhi

pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya

peningkatan derajat kesehatan adalah pembangunan desa siaga (Depkes RI

2010).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan derajat kesehatan di

Desa Tiudan masih kurang dan stakeholder kurang berperan dalam

peningkatan derajat kesehatan. Stakeholder adalah individu, kelompok

atau organisasi, perempuan maupun laki-laki, yang memiliki kepentingan,

terlibat atau terpengaruh (positif ataupun negatif) dari suatu aktivitas atau

proyek (Sumarto, 2010).

Hasil studi pendahuluan di Desa Tiudan, Kabupaten Tulungagung

stakeholder berjulah 30 orang dengan jumlah perangkat desa 20 orang dan

kader 10 orang. Dari jumlah keseluruhan stakeholder 10 orang diantaranya

memenuhi kriteria minimal kerja 2 tahun dan 5 diantaranya tidak berada

ditempat (cuti/ sakit). Peneliti telah melakukan wawancara ke salah satu

stakeholder di Desa Tiudan, Kabupaten Tulungagung stakeholder


2

mengatakan “Desa Tiudan memang sudah termasuk dalam desa siaga

akan tetapi dukungan serta apresiasi stakeholder sangat kurang dan

partisipasi masyarakat juga masih kurang”.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

574/Menkes/SK/IV/2000 menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu

Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun

2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku

hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Sejak dicanangkan Visi Indonesia Sehat 2010

telah banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai. Akan tetapi kemajuan-

kemajuan itu tampaknya masih jauh dari target yang ingin dicapai pada

tahun 2010 (Menkes RI, 2006). Kesehatan sebagai hak asazi manusia

ternyata belum menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai

hal seperti kendala geografis, sosiologis, dan budaya. Di samping itu,

kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi

peningkatan kualitas sumber daya manusia juga masih harus dipromosikan

melalui sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil kebijakan dan

pemangku kepentingan (stakeholder) di berbagai jenjang administrasi

(Menkes RI, 2006).

Dalam rangka mendukung pembangun kesehatan tersebut,

Kementrian Kesehatan menetapkan strategi, salah satunya adalah

pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam


3

pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. Kegiatan

yang dilakukan dengan strategi tersebut adalah berupaya memfasilitasi

percepatan dan pencapaian peningkatan derajat kesehatan bagi seluruh

penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang

disebut Desa Siaga. Desa Siaga yang dikembangkan sejak tahun 2006

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan

Desa Siaga, telah berkembang dan masih terus perlu dilakukan pembinaan

(Kemenkes RI, 2010).

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan

sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan

mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan

secara mandiri dengan tujuan terwujudnya masyarakat desa sehat, peduli,

dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Kriteria

Desa Siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-

kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Syafrudin dan Hamidah, 2010).

Salah satu sasaran pengembangan desa siaga adalah pihak-pihak yang

diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-

undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain. Dalam hal ini adalah kepala

desa, camat, pejabat pemerintah lainnya, dunia usaha, donator, dan

stakeholder lainnya (Ismawati, dkk, 2010).

Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2015, tercatat

24.547 desa (31,7%) dari 77.465 desa yang ada di Indonesia telahmenjadi
4

Desa Siaga Aktif (Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2012).

Sedangkan cakupan desa siaga aktif Provinsi Jawa Timur telah mencapai

target SPM (Standar Pelayanan Minimal). Pencapaian cakupan selama tiga

tahun terakhir menunjukkan peningakatan yaitu dari 60,38% pada tahun

2013 menjadi 79,02% tahun 2014 dan 100% pada tahun 2015 (SPM

Bidang Kesehatan Kab/kota Provinsi Jawa Timur, 2015).Desa Tiudan

adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Tulungagung. Desa Tiudan

telah melaksanakan program desa siaga sejak tahun 2009, namun sampai

dengan tahun 2017 desa Tiudan masih termasuk kriteria desa siaga strata

madya. Desa Tiudan memiliki sebuah Pusat Kesehatan Masyarakat

(PUSKESMAS).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungangung tahun 2016

menjelaskan bahwa dari semua desa siaga (249 desa), 63,45% (158 desa)

merupakan desa siaga aktif. Adapun strata desa siaga di wilayah

Kabupaten Tulungagung yaitu strata Pratama sebanyak 41,77% (104

desa), strata Madya sebanyak 48,19% (120 desa), strata Purnama sebanyak

8,43% (21 desa), dan strata Mandiri sebanyak 1,61% (4 desa).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 13 Pebruari

2017 di Desa Tiudan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung

jumlah perangkat desa sebanyak 20 orang.

Stakeholder adalah individu, kelompok atau organisasi, perempuan

maupun laki-laki, yang memiliki kepentingan, terlibat atau terpengaruh

(positif ataupun negatif) dari suatu aktivitas atau proyek (Sumarto, 2010).
5

Stakeholder dalam desa siaga adalah orang-orang yang tergabung dalam

Forum Kesehatan Desa merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam

mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan

untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan

serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa yang terdiri dari

Kepala Desa dengan perangkatnya, Badan perwakilan Desa (BPD), tim

penggerak PKK, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kader, Tokoh

Masyarakat, dan Tokoh Agama (Runjati, 2010).

Stakeholder mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan

pengembangan desa siaga diantaranya memberikan kebijakan, sarana dan

dana untuk penyelenggaraan desa siaga, mengkoordinasi penggerakan

masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang ada, melakukan pembinaan

untuk terselenggaranya kegiatan desa siaga secara teratur dan lestari, dan

lain-lain (Ismawati, dkk, 2010). Ketua Forum Kesehatan Desa menyatakan

bahwa dalam pelaksanaan pengembangan desa siaga, ada banyak kendala

yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan antara lain kurangnya

sarana dan fasilitas dalam desa siaga, kurangnya partisipasi dari

masyarakat untuk ikut mengembangkan program desa siaga dan mengikuti

UKBM ( Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yang telah

terbentuk, dan tidak adanya pelatihan pengembangan desa siaga untuk

para stakeholder. Sehingga dari kendala tersebut, desa siaga yang sudah
6

terbentuk tidak dapat mengalami perkembangan mencapai desa siaga yang

sesungguhnya yaitu desa siaga aktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut, “Bagaimana Analisis Peran Stakeholder

Pada Desa Siaga Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan di DesaTiudan,

Kabupaten Tulungangung”.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui Analisis Peran Stakeholder Pada Desa Siaga Dalam

Peningkatan Derajat Kesehatan di Desa Tiudan, Kabupaten Tulungangung.

D. Fokus Penelitian

1. Mengidentifikasi peran stakeholder pada desa siaga di Desa Tiudan,

Kabupaten Tulungagung.

2. Menganalisa peran stakeholder dalam peningkatan derajat kesehatan di

Desa Tiudan, Kabupaten Tulungagung.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang peran stakeholder

pada desa siaga.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang Analisis Peran

Stakeholder Pada Desa Siaga Dalam Peningkatan Derajat

Kesehatan di Desa Tiudan, Kabupaten Tulungangung.

b. Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan informasi yang benar dan terarah

mengenai Analisis Peran Stakeholder Pada Desa Siaga Dalam

Peningkatan Derajat Kesehatan di Desa Tiudan, Kabupaten

Tulungangung.

c. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan kontribusi bagi

institusi untuk member bimbingan dan stimulasi bagi mahasiswa

tentang Stakeholder di desa siaga.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan, acuan bagi

peneliti selanjutnya dan dapat melanjutkan penelitian ini lebih

sempurna lagi serta melengkapi semua kelemahan yang ada dalam

penelitian.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Peran Stakeholder Pada Desa Siaga

Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan di Desa Tiudan, Kabupaten

Tulungangung” sebelumnya telah dilakukan oleh Karyani (2012)


8

dengan judul “Analisis kebijakan Manajemen Rumah Sakit dalam

Upaya Profesionalisasi keperawatan (Studi Kualitatif Stakeholder)

di Rumah Sakit Islam Tulungagung”. Namun memiliki perbedaan

dengan penelitian ini yaitu:

1. Pada penelitian sebelumnya di variabel Independennya adalah

kebijakan manajemen dan variabel dependen adalah upaya

profesionalisasi (studi kualitatif stakeholder). Sedangkan pada

penelitian ini variabel independen adalah peran stakeholder

pada desa siaga dan variabel dependen adalah peningkatan

derajat kesehatan.

2. Tempat penelitian sebelumnya dilakukan di Rumah Sakit Islam

Tulungagung pada tahun 2012. Sedangkan dalam penelitian ini

dilakukan di Desa Tiudan Kecamatan Gondang Kabupaten

Tulungagung.

Anda mungkin juga menyukai