PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang
berlebihan pada ibu hamil istilah hiperemesis gravidarum dengan
gangguan metabolik yang bermakna mual dan muntah (Fadlun, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu
dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan.
Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi
lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya
kadar hormon estrogen dan Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG)
dalam serum perubahan fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas,
mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari
tahun 1994-1997 sampai 2000 adalah 390/100.000 kelahiran hidup.Lima
penyebab utama kematian ibukomplikasi abortus.Sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu komplikasi abortus. Sedangkan penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah Anemia, Sebanyak 51% menurut
survey kesejahteraan rumah tangga tahun 1995, kekurangan Energi
Protein (KEP) dan keterangan Energi kolori, Sebanyak 4,8% menurut
sensus tahun 2000 (Sulistyawati 2012).
Mual muntah yang berlebihan terjadi pada 60% primigravida dan
40-60% multigravida. Satu diantara 1000 kehamilan gejala-gejala ini
menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen HCG dalam srum. Pengaruh
fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, Mungkin karena sistem saraf
pusat atau pengsongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita
dapat menyesuaikan dengan keadaan ini meskipun demikian gejala mual
1
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan ini
disebut Hiperemesis Gravidarum. ( Universitas Sumatra Utara, 2012 ).
Angka Kematian Ibu maternal dan angka kematian bayi merupakan
indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI (Angka
Kematian Ibu) mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa
kehamilan, Persalinan dari nifas. Berdasarkan laporan dari profil kab/
kota, AKI (Angkan Kematian Ibu) maternal yang dilaporkan Di Kota
Sumatra hanya 123/100.000 kelahiran hidup, Namun ini belum bisa
menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan estimasi
bahwa AKI Di Aceh TenggaraTahun 2011 adalah 290/ 100.000 kelahiran
hidup. Bila kita lihat angka nasional, hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) Tahun 2010 meyebutkan bahwa AKI
Tahun 2010 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun
dibandingkan AKI tahun 2005 yang mencapai 307/ 100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Prov aceh darusallam 2014).
B. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan Asuhan
Kebidanan yang berkaitan dengan Hyperemesis Gravidarum yaitu
mual muntah yang berlebihan yang dapat menggangu aktifitas-
aktifitas sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan Asuhan yang bersangkutan dengan
Hyperemesis Gravidarum
b. Untuk mengetahui Pengertian Hyperemesis Gravidarum
c. Untuk mengetahui Etiologi atau Penyebab dari Hyperemesis
Gravidarum
d. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Hyperemesis Gravidarum
2
e. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Hyperemesis
Gravidarum
f. Untuk mengetahui Pencegahan Hyperemesis Gravidarum
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Hyperemesis
Gravidarum
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga untuk mengerti dan memahami tentang
Hyperemesis Gravidarum sehingga dapat melakukan penatalaksaan
bila ibu mengalami hal tersebut dan dengan cepat mencegah
terjadinya hal tersebut.
2. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi institusi pendidikan
dan penambah wawasan mahasiswa mengenai Hyperemesis
Gravidarum.
3
BAB II
HASIL KEGIATAN
2. Data Demografi
Jumlah KK terdiri dari 535 KK, jumlah Penduduk 1840 KK
dengan jumlah Keluarga Binaan 1 keluarga dan jumlah anggota
keluarga 5 Orang
B. Hasil pendataan
Asuhan Kebidanan Komunitas
I. Pengkajian
1. Identitas Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Haris Sarjuanda
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 27 Tahun
d. Agama : Islam
4
e. Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia
f. Pendidikan : SMA
g. Status Pernikahan : Menikah
h. Usia Menikah Suami : 26 tahun
i. Lama Pernikahan : 1 tahun
j. Alamat : Desa Asam Peutik
2. Anggota Keluarga
Nama Hubungan
No Umur JK Pendidikan Pekerjaan Ket
Lengkap Keluarga
Haris 27
1 L KK SMA Wiraswasta -
Sarjuanda Tahun
Melina
2 19 thn L Istri SMA IRT -
Sari
6. Data Lingkungan
5
a. Status Rumah : Rumah Sendiri
b. Lantai Rumah : Semen
c. Sumber Penerangan : PLN
d. Sumber Air Bersih : Sumur
e. Pembuangan Air Limbah : Ada
f. Pembuangan Sampah : Ada
g. Pembuangan Tinja : Ada
h. Ternak : Tidak Ada
7. Data Lain-Lain
a. Jaminan sosial kesehatan : BPJS
b. Kegiatan sosial yang di ikuti : Pengajian dan PKK
c. Kendaraan yang digunakan : Sepeda Motor
6
diubah sebelumnya
makanan yang
harus dihindari
Total 5 3.6
C. Analisi Data
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
TD : 120/70 mmHg
Pols : 80x/m
Respirasi : 24 x/m
7
Suhu :36,6 °
Palpasi
a. Leopoid 1 : 3 jari diatas simpisis
b. Leopoid II : Belum teraba
c. Leopoid III : Belum Teraba
d. Leopoid IV : Belum Teraba
3. Assasment
Diagnosa : Ny. M usia 19 tahun, G1 P0 A0 dengan
Hyperemesis Gravidarum
Keadaan umum : Lemas
Masalah :Mual dan Muntah
Kebutuhan : KIE Hyperemesis Gravidarum
b. Pelaksanaan
1) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan :
- TD : 120/70 mmHg - temp : 36,6°
- Nadi : 80x/m - RR : 24 x/m
8
2) Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat secara teratur
minimal 8 jam pada dan 2 jam pada siang hari
3) Memberikan penkes kepada ibu mengenai :
- Mengkomsumsi makanan yang bergizi
- Minum air putih minimal 8 gelas/hari juga minum susu
- Menjaga personal hyegiene dengan sering mengganti
celana
- Cara merawat payudara yang benar
- Mengurangi aktifitas yang berlebihan ketika hamil
4) Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan seperti
keluarnya darah dari vagina, pusing, penglihatan kabur,
demam tinggi diikuti dengan kejang, sakit kepal berlebihan,
muntah berlebihan, odem pada kaki dan wajah, dan terdapat
protein dlam urin
5) Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai
makanan yang harus dihindari ketika mual seperti makanan
yang merangsang dan berlemak. Contohnya durian, jengkol,
dll.
6) Mengnanjurkan ibu untuk makan porsi sedikit tapi sering,
agar lambung tidak kosong dan mencegah resiko maag
7) Beri sedativa untuk ibu untuk mengurangi mual dan muntah
seperti B1, B6, dan B.compleks
8) Memberitajukan kepada ibu untuk kontro ulang selama hamil
- 1 x pada trimester I
- 1 x pada trimester II
- 2 x pada trimester III
5. Evaluasi
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu mengerti anjuran bidan untuk istirahat
9
c. Ibu mengerti tentang penangganan dan pencegahan pada
hyperemesis gravidarum
d. Ibu akan menerapkan diet pada hyperemesis gravidarum
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan
mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkin bahwa wanita yang menolak
hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami
dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian
hiperemesis gravidarum.
12
cekung.
2. Tingkat II ( Tingkatan Sedang )
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang,
lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik, dan mata sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
3. Tingkat III ( Tingkatan Berat )
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat kesadaran,
suhu badan meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi
pada susunan syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala :
nistagmus, diplopia, perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya
ikterus menunjukkan adanya payah hati.
13
muntah, difekasi hendaknya diusahakan terakhir.
F. Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan:
1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6
atau B – kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti
emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat
perlu dikelola di rumah sakit
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk,
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan atau minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan
isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konfli
4. cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat
ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila
kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila
dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat terjadi
dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping
pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebeleum kehamilan sudah
menderita lambung spatik dengan gejala tidak suka makan dan mual,
akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Marmi, 2014).
kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti ,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi yang terjadi seperti Adaptasi,
harmonal, dan alergi serta psikologis. Dari beberapa ahli mengatakan
bahwa terbagi atas 3 tingkatan yaitu : Ringan, Sedang dan Berat.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar paham mengenai kasus yang terjadi di komunitas
dan cara penyelesaian masalah tersebut.
2. Bagi Keluarga
Diharapkaan ibu memahami dan dapat mencegah serta
mengantisipasi bila telah terdapat tanda-tanda Hyperemesis
gravidarum.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan potensi mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi di komunitas melalui
pembelajaran dan peningkatan kualitas
15
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC
Maulana, Mirza. 2009. Reproduksi Kehamilan dan Merawat Anak. Jogyakarta : Tunas
Pubishing..
Suririnah, dr. 2008. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta : GM.
Tiran, Denise. 2007. Mengatasi Mual dan Gangguan Selama Kehamilan. Jakarta :
Diglossia.
16
Lampiran 1
17
Lampiran 2
18
J. Kegiatan Penyuluhan
Tetap Waktu Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyebutkan topik dan tujuan penyuluhan
4. Motivasi sasaran supaya memperhatikan materi
penyuluhan
Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan materi penyuluhan
a. Informasikan tentang Hyperemesis
Gravidarum
b. Informasikan diet pada ibu Hyperemesis
Gravidarum
2. Memberikan kesempatan bertanya
3. Menjawab pertanyaan dari klien
Tanya 15 menit 1. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
Jawab 2. Menjawab pertanyaan klien dan mengucapkan
salam
Penutup 5 menit 1. Menyimpulkan materi penyuluhan
2. Melakukan evaluasi
3. Menutup penyuluhan dan mengucap salam
L. Evaluasi
1. Secara Lisan
2. Tanya Jawab
19