Anda di halaman 1dari 3

Bonus Demografi

Salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemuda Indonesia adalah bonus
demografi (demographic dividend) yang sedang berjalan di Indonesia dan akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2030.
Dalam buku berjudul Indonesia Economic Outlook 2010 (2009), bonus demografi
diartikan sebagai suatu peningkatalan laju pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh
peningkatan persentase penduduk usia kerja. Dengan kata lain, penduduk dengan umur
produktif sangat besar sementara usia lanjut belum banyak.
Di satu sisi, bonus demografi dapat menjadi peluang bagi Indonesia karena munculnya
usia-usia produktif yang dapat menurunkan rasio ketergantungan. Bayangkan saja,
dengan bonus demografi, jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah
penduduk di Indonesia.
Dari 2/3 jumlah penduduk usia produktif tersebut, di dalamnya tentu saja terdapat peran
kalangan pemuda. Situasi ini akan dapat mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang
lebih besar dan lebih maju dalam berbagai aspek fundamental.
Tetapi, di sisi lain, bonus demografi bisa menjadi tantangan dan ancaman. Dikatakan
demikian paling tidak karena dua faktor. Pertama, pemerintah dituntut menyiapkan
berbagai kebijakan yang arahnya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia yang lebih
handal sehingga mampu berdaya saing dan penciptaan lapangan kerja.
Kedua, dan ini jauh lebih penting dari kedua alasan sebelumnya, pemerintah dituntut
untuk memperkuat sisi karakter generasi bangsa, pemahaman atas sejarah bangsanya
minimal dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dapat berpendidikan yang
lebih tinggi kepada setiap anak bangsa. Jika kedua faktor tersebut tidak dilakukan, bonus
demografi akan menjadi beban pembangunan, negara akan gagal mendapatkan
pemimpin yang mengerti atas nasib bangsanya dan bangsa ini hanya akan terjebak
menjadi negara konsumen terbesar di dunia dan negara kelas pekerja.
Upaya Preventif
Negara-negara maju di Asia seperti Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang
telah memanfaatkan peluang bunos demografi dengan penguatan dan pembangunan
karakter (character building), bukan hanya penyediaan lapangan kerja. Ingat, bonus
demografi adalah membludaknya angka usia produktif, bukan karakter produktif.
Artinya, usia produktif antara belum tentu diiringi dengan kemampuan karakter
produktif.
Atas dasar itu, penguatan sisi karakter anak bangsa adalah sebuah keniscayaan. Lalu, hal
apa sajakah yang perlu dipupuk oleh pemuda Indonesia untuk menguatkan karaktrer?
Menurut hemat saya, di sinilah para pemuda Indonesia dituntut untuk meneguhkan
idealisme, patriotisme, dan spirit of nation. Tidak hanya itu, penguatan pemahaman
tentang sejarah bangsa, budaya lokal, juga sangat penting dilakukan oleh para pemuda
saat ini.
Karena untuk memanfaatkan bonus demografi agar dapat membawa kehidupan
berbangsa ke arah yang lebih adil dan sejahtera tidak mungkin kita serahkan sepenuhnya
kepada pemerintah dengan berbagai kebijakannya, butuh peran dan kepeloporan semua
elemen bangsa ini terlebih pemuda. Dalam ajaran islam sebagaimana dicontohkan nabi
Muhammad SAW yaitu ibda’ binafsih (Mulailah dengan diri sendiri).
Dalam hal membangun karakter, sebuah diktum yang sangat terkenal di kalangan
nahdliyyin yang berbunyi, “Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdu Bil
Jadidil Ashlah” (memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-
budaya yang baru yang konstruktir), kiranya dapat diaktulisasikan oleh para pemuda
Indonesia.
Dengan diktum itu, para pemuda Indonesia tidak hanya senantiasa dituntut melakukan
upaya-upaya konstruksi intelektualitas dan mentalitas demi menjawab berbagai
tantangan kedepan, tetapi juga perlu memahami budaya-budaya lokal, klasik, sejarah
bangsa, patriotisme, dan lain sebagainya.
Dengan cara itu, pragmatisme dan hedonisme pemuda bisa dihilangkan, perilaku
menyimpang di kalangan pemuda seperti penyalahgunaan narkoba, pornoaksi,
pornografi, juga bisa dicegah. Dan, bonus demografi bisa kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai