Anda di halaman 1dari 2

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA

 Banding – membandingkan Hukum Perdata mengenai sistem hukum yang ada di Indonesia
(Hukum Islam, Adat, Pidana, PTUN, Tata Negara) dan Sistem Anglo Saxon dan Eropa Kontinental.
 Sistem hukum Anglo Saxon mula – mula berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn istilah
Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak tertulis). Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem
hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang
kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
 Sistem Hukum Eropa Kontinental banyak dianut dan dikembangkan di negara-negara eropa. Sistem
hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah “Civil Law” atau yang disebut juga sebagai
“Hukum Romawi”. Sistem hukum ini disebut sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa
kontinental memang bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran
romawi tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus yang memerintah romawi pada
sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M. Prinsip utama atau prinsip dasar sistem
hukum Eropa Kontinental ialah bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa
peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam
kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat terwujud
apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan tertulis,
misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum
selain undang-undang”. Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang.
 Menanggapi perubahan zaman dan era modern yang terjadi mengenai perubahan – perubahan yang
timbul dalam masyarakat.
 Mempelajari dan memahami kegunaan, manfaat dan fungsi perbandingan hukum dalam rangka
pengembangan ilmu hukum, praktik, dan pembinaan hukum serta perencanaan hukum.
 Masalah yang dibandingkan biasanya tentang Orang dan Badan Hukum, Keluarga, Benda,
Perjanjian dan Perikatan, Waris dan Kapita Selekta Hukum Perdata.
 KOMPETENSI DASAR
a. Pendahuluan (Ruang Lingkup, Manfaat, dan Penerapannya)
b. Pengertian dan anggapan terhadap perbandingan hukum
c. Sejarah, Asas, dan Substansi perbandingan hukum perdata
d. Kedudukan perbandingan hukum dan macamnya
e. Tujuan perbandingan hukum
f. Fungsi dan kegunaan perbandingan hukum
g. Proses perbandingan hukum (Pedoman dan Metode)
h. Perbandingan konsepsi sistem hukum
i. Perbandingan struktur hukum
j. Perbandingan sumber hukum
k. Penerapan metode perbandingan
l. Adopsi (suatu perbandingan)
 LITERATUR
a. Soeroso R, Perbandingan Hukum Perdata
b. Subekti R, Perbandingan Hukum Perdata
c. Bachsan Mustofa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu
d. Kansil CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
e. Komar Andasasmita, Masalah Hukum Perdata Nasional Indonesia
f. Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia
g. Sunaryati Hartono, Pokok – Pokok Hukum Perdata Internasional
h. Sunaryati Hartono, catatan selekta perbandingan hukum
i. Aloysius R. Entah, Hukum Perdata (Suatu Studi Perbandingan Ringkas)
 Sebagai pemegang kewajiban pemenuhan HAM, negara mengemban tiga bentuk tugas. Antara lain
negara harus menghormati (to respect), melindungi (to protect), dan memenuhi (to fullfil) hak
asasi manusia.
 Tiga konsep hukum yang kuat pengaruhnya pada hukum acara perdata adalah hak gugat
organisasi, class action, dan citizen lawsuit.
 Class Action adalah Gugatan kelompok atau lebih dikenal dengan nama class representative
adalah pranata hukum yang berasal dari sistem common law. walaupun demikian, banyak juga
negara-negara yang menganut sistem civil law (seperti Indonesia) prinsip tersebut diadopsi, seperti
yang ada dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen yang baru. Class action adalah suatu cara
yang diberikan kepada sekelompok orang yang mempunyai kepentingan dalam suatu masalah, baik
seorang atau lebih anggotanya menggugat atau digugat sebagai perwakilan kelompok tanpa harus
turut serta dari setiap anggota kelompok. Persyaratan umum yang perlu ada mencakup banyak
orangnya, tuntutan kelompok lebih praktis, dan perwakilannya harus jujur dan adequate (layak).
Dapat diterima oleh kelompok, dan mempunyai kepentingan hukum dan fakta dari pihak yang
diwakili. Class action bisa merupakan suatu metode bagi orang perorangan yang mempunyai
tuntutan sejenis untuk bergabung bersama mengajukan tuntutan agar lebih efisien, dan seseorang
yang akan turut serta dalam class action harus memberikan persetujuan kepada perwakilan.
 Gugatan yang mengatasnamakan kepentingan umum :
a. Class Action
b. Actio Popularis
c. Citizen Law Suit
d. Gropacties
e. Legal Standing

 Citizen Law Suit ialah Gugatan yang dapat diajukan oleh setiap warga Negara tanpa pandang bulu
dengan pengaturan oleh Negara (Gokkel), atau ugatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang
terhadap adanya PMH yang mengatasnamakan kepentingan umum berdasarkan Perundang-
undangan yang mengatur adanya prosedur tersebut (Kottenhagen – Edzes).
 Ijma’ secara bahasa berarti bertekad bulat (ber ‘azam) untuk melaksanakan sesuatu juga berarti
bersepakat atas sesuatu. Ijma’ menurut istilah ahli Ushul Fiqih adalah kesepakatan atas hukum
suatu peristiwa dan bahwa hukum tersebut merupakan hukum syara. Maka Ijma’ didefinisikan
sebagai kesepakatan bulat mujtahid muslim dari suatu periode setelah wafatnya nabi Muhammad
SAW tentang suatu masalah hukum Islam. Menurut defenisi ini, rujukan kepada Mujtahid
menyampingkan kesepakatan orang-orang awam dari lingkup Ijma’. Demikian halnya, dengan
merujuk kepada mujtahid suatu periode, berarti periode dimana ada sejumlah mujtahid pada waktu
terjadinya suatu peristiwa. Oleh karena itu, tidak diperhitungkan sebagai Ijma’ apabila seorang
mujtahid atau sejumlah mujtahid baru muncul setelah terjadinya suatu peristiwa. Jadi Ijma’ hanya
dapat terjadi setelah wafatnya nabi, karena selama masih hidup, nabi sendirilah yang memegang
otoritas tertinggi atas syari’ah. Sehingga kesepakatan atau ketidak kesepakatan orang lain tidak
mempengaruhi otoritasnya.
 Qiyas menurut bahasa adalah mengukur. Sedangkan menurut ahli Ushul Fiqih adalah menyertakan
suatu perkara terhadap perkara lain dalam hukum syara karena terdapat kesamaan ‘illat di antara
keduanya. Yang menyebabkan adanya qiyas adalah adanya kesamaan antara al-maqis (perkara yang
diqiyaskan) dengan al-maqis alaih (perkara yang diqiyasi) dalam satu perkara, dan adanya penyatu
di antara keduanya. Perkara yang menyatukan tersebut adalah perkara yang mendorong
disyari’atkannya hukum, yang kemudian dikenal dengan istilah ‘illat.
 Burgerlijk Dood ialah hilangnya Hak – hak Keperdataan (Kematian Perdata)

Anda mungkin juga menyukai