Anda di halaman 1dari 11

INTERFEROMETER MICHELSON

Astriani Syahrifin1, Fajriani2, Abdi Dzil Ikram3, Muh. Faudzan Malik4


Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
e-mail: astrianisyahrifin@gmail.com

Abstrak

Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu


suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert
Abraham Michelson. Praktikum ini dilakukan dengan mengarahkan cahaya laser
pada beam splitter kemudian mengamati bentuk interferensi cahaya pada layar.
Setelah itu mengatur posisi movable mirror dengan beam splitter sehingga
diperoleh cahaya yang jelas pada layar serta menghitung jumlah frinji dan jarak
dm. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prinsip dasar
interferometer Michelson dan mengetahui cara menentukan panjang gelombang.
Dari hasil pengamatan penambahan dan banyaknya jumlah frinji (N) berbanding
lurus dengan pergeseran Movable mirror yang dilakukan. Semakin besarnya nilai
N (banyaknya frinji), maka nilai dm (jarak pergeseran Movable mirror terhadap
titik acuan) juga menunjukkan angka yang semakin besar. Sedangkan banyaknya
jumlah frinji (N) berbanding terbalik dengan panjang gelombang (λ) yang berarti
semakin banyak jumlah frinji maka panjang gelombang semakin kecil.

Kata Kunci: Cahaya, Interferensi, dan Interferometer Michelson

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa penelitian telah dilakukan, misalnya menggunakan metode
interferometer Michelson untuk menentukan panjang gelombang laser He-Ne dan
diperoleh l = (625,7 + 8,2) nm, sekaligus menentukan indeks bias cairan dalam
berbagai larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Mutmainah (2003) telah
melakukan penelitian untuk mengukur panjang gelombang cahaya dengan metode
interferensi pada film tipis, dengan cara mempertemukan gelombang-gelombang
pantul oleh permukaan tipis. Metode interferometer lain yang dapat digunakan
untuk mengukur panjang gelombang cahaya juga telah dilakukan oleh Riyanti
(2003) yaitu dengan interferometer Young menggunakan cermin Lloyd, diperoleh
l = (633,4 + 4,8)nm untuk laser He-Ne dan l = (646,3 + 4,9) nm untuk laser dioda.

1
Namun pola-pola interferensi yang dihasilkan dengan metode ini terutama untuk
sumber polikromatis masih belum optimal.
Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya.
Pada hakekatnya cahaya mempunyai besaran amplitudo, panjang gelombang, fase
serta kecepatan. Apabila cahaya melewati suatu medium maka kecepatannya akan
mengalami perubahan. Pengukuran gelombang cahaya dapat dilakukan dengan
cara interferensi. Untuk mendapatkan pola interferensi ada berbagai metode,
antara lain dengan Interferometer Michelson, Interferometer Fabry Perot dan
Interferometer Twymen Green. Interferometer yang dikembangkan oleh A.A.
Michelson pada tahun 1881 menggunakan gelombang cahaya menjadi dua bagian
yang berintensitas sama. Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian
dilakukan dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter). Pola interferensi
yang terbentuk pada interferometer Michelson lebih tajam, lebih jelas dan jarak
antar frinjinya lebih sempit disbanding inferometer yang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan interferometer
Michelson untuk mengetahui prinsip dasar interferometer Michelson dan
mengetahui cara menentukan panjang gelombang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan maslah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip dasar interferometer Michelson ?
2. Bagaimana cara menentukan panjang gelombang ?

C. Tujuan Percobaan
Rumusan maslah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prinsip dasar interferometer Michelson.
2. Untuk mengetahui cara menentukan panjang gelombang.

D. Manfaat
Manfaat dari percobaan ini yaitu diharapkan mampu memahami prinsip
dasar dari interferometer Michelson dan dapat mengetahui cara menentukan
panjang gelombang.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab pada ayat 43 berkaitan dengan
cahaya yaitu sebagai berikut:

Terjemahnya: Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya


(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan
kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia
Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
Menurut tafsir Jalalyn, ayat diatas menjelaskan bahwa (Dialah yang
memberi rahmat kepada kalian) yang membelaskasihani kalian (dan malaikat-
Nya) memohonkan ampunan buat kalian supaya dia mengeluarkan kalian (supaya
Dia mengeluarkan kalian) supaya Dia terus menerus mengeluarkan kalian (dari
kegelapan) yakni kekafiran (kepada cahaya) yaitu keimanan. (Dan adalah dia
maha penyayang kepada orang-orang yang beriman).
Cahaya didefinisikan sebagai aliran partikel yang dipancarkan oleh benda
penghasil cahaya (sumber cahaya). Tetapi, penyelidikan lain menyatakan bahwa
cahaya adalah gelombang karena cahaya memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki
oleh gelombang. Pada akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa kedua teori di atas
yaitu bahwa cahaya adalah materi yang merambat dan cahaya adalah gelombang
adalah benar. Panjang gelombang cahaya menentukan jenis cahaya yang
dihasilkannya (Nirsal, 2012).
Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu pada satu titik di ruang. Apabila dua gelombang yang
berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka
gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya
tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat
kelipatan 3600, maka gelombang akan sefase dan berinterferensi secara saling
menguatkan (interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan
penjumlahan amplitudo masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 1800

3
atau bilangan ganjil kali 1800, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda
fase dan berinterferensi secara saling melemahkan (interferensi destruktif).
Amplitudo yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo masing-masing
gelombang (Tipler, 1991).
Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan interferensi dan pola-
polanya yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer
optik. Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi
muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada pembagi muka
gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di bagi menjadi dua,
sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh
di layar akan membentuk pola interferensi yang berwujud frinji gelap terang
berselang-seling. Pola terang terjadi apabila gelombang-gelombang dari kedua
berkas sinar sefase sewaktu tiba di layar. Sebaliknya pola gelap terjadi apabila
gelombang-gelombang dari kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di
layar. Agar pola interferensi nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap
sepanjang waktu yang berarti beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua
celah harus tidak berubah-ubah dan hal ini hanya mungkin apabila kedua
gelombang tersebut koheren, yaitu identik bentuknya (Soedjo, 2001).
Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang
memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa
beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji. Gambar dibawah merupakan
diagram skematik interferometer Michelson. Oleh permukaan beam splitter
(pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya
ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin datar
(cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke
screen (layar). Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas oleh cermin datar
(cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu
dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan
berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang
(frinji) (Soedjo, 1992).

4
Gambar 1: Skema Percobaan Interferometer Michelson

Pengukuran spektrum cahaya tampak dapat dilakukan dengan metode yang


lebih sederhana dibandingkan dengan spectrometer terkini. Beberapa penelitian
telah dilakukan, misalnya menggunakan metode interferometer Michelson untuk
menentukan panjang gelombang laser He-Ne dan diperoleh l = (625,7 + 8,2)nm,
sekaligus menentukan indeks bias cairan dalam berbagai larutan dengan
konsentrasi yang berbeda (Sugioto, 2005).
Pengukuran panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan berbagai
metode sederhana seperti interferensi celah ganda, difraksi Fraunhofer, dan
interferometer Michelson. Dari hasil-hasil tersebut, metode interferometer
Michelson dirasa masih paling handal, karena tingkat ketilitian yang tinggi
(Satoto, 2007).

III. METODE EKSPERIMEN


A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat, 06 Desember 2019, pukul
10:00–10.30 WITA, di Laboratorium Optik, Lantai II Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Alauddin Makassar, Samata-Gowa.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan yaitu laser, layar, beam splitter, lensa,
cermin, dan mikrometer sekrup,

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja percobaan ini adalah:
1. Mengatur posisi laser dan interferometer untuk modus Michelson.

5
Gambar 2: Skema Percobaan Interferometer Michelson

2. Mengatur tombol mikrometer satu putaran berlawanan arah jarum jam hingga
titik nol pada mikrometer sejajar dengan tanda indeks.
3. Mengatur posisi viewing screen sehingga salah satu tanda pada skala
milimeter segaris dengan frinji pola interferensi.
4. Memutar tombol mikrometer searah jarum jam. Menghitung jumlah frinji
yang terbentuk tiap putaran.
5. Mencatat dm, setiap divisi kecil pada mikrometer sebanding dengan 10-6 meter
pada jarak gerakan cermin.
6. Mencatat nilai N (jumlah transmisi frinji).

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh data
sebagai besikut :
Tabel 1: Hasil pengamatan

No N PSU PSN

1 20 5 12
2 24 5.5 16
3 26 5.6 18
4 32 5.7 19
5 33 5.7 28
6 39 6 34

6
Selanjutnya, berdasarkan data pada tabel 1, maka diperoleh nilai panjang
gelombang (λ) dan % perbedaan, sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil Analisis Data


λliterature = 532 nm
No. N dm (m) λhitung (nm) % Error
1. 20 2.62 x 10-6 260 0.51
2. 24 2.91 x 10-6 242 0.54
3. 26 2.98 x 10-6 229 0.56
4. 32 3.04 x 10-6 190 0.64
5. 33 3.13 x 10-6 189 0.64
6. 39 3.34 x 10-6 171 0.67

Analisis data:
1. Untuk menentukan panjang gelombang (λhitung)
Diketahui :
dm = 2.62 x 10-6 m
N = 20
Ditanyakan:
λhitung = .........?

Penyelesaian:
2𝑑𝑚
𝜆ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑁
2 (2.62 𝑥 10−6 )
= 20

= 0.26 𝑥 10−6 𝑚
= 0.26 𝑥 10−6 𝑥 109 𝑛𝑚 = 260 𝑛𝑚
2. Untuk menentukan % perbedaan
Diketahui:
λliterature = 532 nm
λhitung = 260 nm

7
Ditanyakan:
% perbedaan= .......?
Penyelesaian:
𝜆𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 − 𝜆ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
% 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 = | |
𝜆𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
532− 260
=| | 𝑥 100%
532

= 0.51 %
B. Pembahasan
Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik. Sebuah pola interferensi
dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya menggunakan sebuah alat yang
bernama pembagi sinar (beam splitter). Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya
yang telah digabungkan kembali. Interferometer Michelson mengambil cahaya
monokromatik yang berasal dari sebuah sumber tunggal dan membaginya ke
dalam dua gelombang yang mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap penambahan jumlah
frinji, dari hasil pengukuran diperoleh data untuk jumlah frinji (N) berturut-turut,
20, 24, 26, 32, 33, dan 39 dengan nilai dm yaitu 2.62 x 10-6 m, 2.91 x 10-6 m,
2.98 m, 3.04 x 10-6 m, 3.13 x 10-6 m, dan 3.34 x 10-6 m. Berdasarkan data
tersebut, diperoleh hasil analisis data untuk nilai panjang gelombang yaitu
masing-masing 260 nm, 242 nm, 229 nm, 190 nm, 189 nm, dan 171 nm.
Kemudian ditentukan nilai % perbedaan dengan membandingkan antara nilai
panjang gelombang literatur dengan panjang gelombang hitung, maka diperoleh
nilai % perbedeaan yaitu 0.51%, 0.54%, 0.64%, 0.64%, 0.64% dan 0.67%.

Gambar 3: Hasil Percobaan Pola Gelap Terang Interferometer Michelson

8
Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa penambahan dan
banyaknya jumlah frinji (N) berbanding lurus dengan pergeseran Movable
mirror yang dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari semakin besarnya nilai N
(banyaknya frinji), maka nilai dm (jarak pergeseran Movable mirror terhadap titik
acuan) juga menunjukkan angka yang semakin besar. Sedangkan banyaknya
jumlah frinji (N) berbanding terbalik dengan panjang gelombang (λ) yang berarti
semakin banyak jumlah frinji maka panjang gelombang semakin kecil.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah yaitu prinsip dasar interferometer
Michelson adalah memanfaatkan sifat interferensi cahaya yang berasal dari 2
gelombang cahaya yang sefase. Sedangkan cara mengukur panjang gelombang
yaitu dengan mengatur mikrometer yang digunakan dan menghitung jumlah frinji
yang terbentuk. Cara menghitung panjang gelombangnya yaitu:
2𝑑𝑚
𝜆= 𝑁

B. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya pada percobaan selanjutnya
dalam melakukan pengamatan/pengukuran jumlah frinji (N) dilakukan dengan
teliti, agar tidak mempengaruhi hasil data yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Satoto, Dwi. Dkk. (2007). Studi Interferometer Fabry-Perot Untuk Pengukuran


Panjang Gelombang Cahaya. Jurnal Fisika. Vol 10 (4). 179-181.

Nirsal. (2012). Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan Pada Cermin Dan


Lensa. Jurnal Ilmiah D’computare Vol 2: 24-33.

Soedjo, P. 2001. Asas-Asas Ilmu Fisika Jilid 4 Fisika Modern. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

9
Sugito, Heri. Ddk. (2005).Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak. Jurnal fisika. Vol 8 (2):
37-44.

Tipler, P.A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

10
LAMPIRAN GAMBAR

11

Anda mungkin juga menyukai