Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCELUPAN 3

“PENGARUH VARIASI KONSENTRASI IRING PADA PENCELUPAN


POLYESTER-KAPAS (65%-35%) DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-
DIREK METODE EXHAUST 1 BATH-2 STAGE”

Nama : Wahyu Robi’ah N. (16020009)

Ririn Anjasni S. D. (16020015)

Hasna Azizatul A. (16020027)

Fauziah Hally M. (16020028)

Isnan Nur Adinata (16020025)

Grup : 3K1
Dosen : Ir. Elly K., Bk. Teks., M.Pd.
Asisten : Eka O., S.ST., M.T
Anna S

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1 Maksud
Mempelajari perencanaan dan melakukan proses pencelupan polyester-kapas (65%-
35%) dengan zat warna dispersi-direk metode exhaust 2 bath 2 stage, yaitu cara memilih
zat warna dan zat pembantu yang akan dipakai, menghitung kebutuhan zat warna dan
zat pembantu yang sesuai dengan resep yang akan dipakai, cara membuat larutan induk
zat warna dan larutan pencelupan, cara mengoperasikan mesin celup HT-dyeing,
melaksanakan proses pencelupan dan mengevaluasi hasil prosess pencelupan.

I.2 Tujuan
Mewarnai kain polyeter-kapas (65%-35%) dengan zat warna dispersi-direk secara
permanen dan merata dengan variasi konsentrasi NaCl pada larutan celup zat warna
direk.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman dengan
kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan
banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat tumbuh
dan berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi selulosa maupun serat
buatan yang memiliki sifat merip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas tetap
memegang peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.

Tabel 1. Komposisi Serat Kapas


Komposisi % pada serat % pada dinding primer

Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14

Gambar 1. Penampang Membujur dan Melintang Serat Kapas

Sifat kimia serat kapas


• Terhidrolisis dalam asam kuat
• Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa
• Menggembung dalam larutan alkali (dimanfaatkan dalam proses merserisasi)

Sifat fisika serat kapas


• Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
• Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
• Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7%
• MR 7-8,5%
• Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur dengan serat poliester
Gambar 2. Struktur Selulosa Serat Kapas

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan membentuk
cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang mengandung
aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai bagian tengah
mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan
suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan
aldehida atau karboksilat.

Serat kapas dapat dicelup menggunakan berbagai macam zat warna. Serat ini
merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selulosa. Gugus -OH primer
yang terdapat pada selulosa adalah gugus fungsi yang digunakan unutuk berikatan
dengan serat. Karena ia tidak tahan asam dan lebih tahan alkali, maka pencelupannya
akan memberikan hasil yang bagus ketika suasananya alkali.

2.2 Serat Poliester


Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk bahan tekstil,
merupakan salah satu polimer hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dan etilena
glikol seperti berikut :

2.3
2.4
Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai
yang menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling
berdekatan membentuk ikatan hydrogen antara gugus -OH dan gugus -COOH dalam
molekulnya. Oleh karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air
maupun zat warna. Agar dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hydrogen antar
rantai molekul yang berdekatan harus dikurangi dengan cara menaikkan suhu.
Kenaikkan suhu mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan
antar molekul, menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi plastis
sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier adalah bahan poliester regular
baik dalam rajutan maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan kain polyester
microfiber karena strukturnya terlalu padat.

Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0-6,9 gram/denier
Mulur 11%-40%
Moisture Regain (RH) 65% 0,4%
Modulus Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan mulur 2%
Berat Jenis 1,38 %
Titik Leleh 250oC
Morfologi Berbentuk Silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tidak tahan
Sifat Kimia alkali kuat. Tahan oksidator pelarut untuk dry cleaning.
Larut dalam metakresol panas. Tahan jamur

Tabel 2. Sifat Serat Poliester


2.5 Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi pada mulanya banyak dipergunakan untuk mencelupserat
asetat yang merupakan serat hidrofob. Dengan dikembangkannya serat buatan yang
bersifat hidrofob, seperti serat poliakrilat, poliamida/Nylon, dan polyester, maka
penggunaan zat warna disperse makin meningkat. Pada waktu ini zat warna disperse,
terutama dipergunakan pada pencelupan serat polyester. Beberapa nama dagang zat
warna disperse adalah :
- Foron (Sandoz).
- Dispersol (I.C.I).
- Palanil (BASF).
- Sumikaron (Sumitomo-Jepang).
- Terasil (Ciba-Geigy).

Zat warna dispersi adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali. Oleh karena itu zat warna ini dalam pemakaiannya
harus didispersikan dalam larutan.Pada pemakaiannya memerlukan zat pengemban
(carrier) atau adanya suhu yang tinggi. Zat warna disperse digunakan dalam bentuk
bubuk (powder dan micro powder) dan dalam bentuk cairan. Sifat tahan cucinya baik
tetapi tahan sinarnya jelek.Ukuran molekulnya berbeda-beda dan perbedaan tersebut
sangat erat hubungannya dengan sifat kerataan dalam pencelupan dan sifat
sublimasinya. Berdasarkan sturktur kimianya, zat warna disperse dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu :

1. Kromogen golongan Azo


Zat warna golongan azo umumnya menghsilkan warna kuning, oranye, merah, dan
beberapa warna ungu, biru, hitam

Zat Warna Dispersi Golongan Azo

2. Kromogen golongan Antrakuinon


Zat Warna golongan antrakuinon umumnya menghasilkan warna pink, merah, ungu,
dan biru.Kelebihan zat warna antrakuinon adalah warnya sangat cerah, tahan sinar
sangat baik, mudah rata, sedangkan kekurangannya adalah perlu banyak zat warna
untuk memperoleh warna tua (color build up jelek), tahan luntur terhadap
pencucian kurang baik, harganya mahal.

Zat Warna Dispersi Golongan Antraquinon

3. Kromogen golongan Thiopene


Zat warna ini mulai dikembangkan pada tahun 1970 untuk mensubtitusi zat warna
golongan antrakuinon, zat warna ini memiliki kelebihan dibanding zat warna
antrakuinon dalam hal color build up, warna biru yang brilian dan tahan luntur
warna terhadap pencucian lebih baik. Warna yang dihasilkan adlah warna biru dan
biru kehijauan.

Zat Warna Dispersi Golongan Thiopne

Berdasarkan ukuran molekul dan sifat sublimasinya, zat warna disperse


digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Tipe A, zat warna disperse yang mempunyai sifat kerataan pencelupan sangat
baik karena ukuran molekulnya paling kecil, akan tetapi mudah bersublimasi
baik karena ukuran molekulnya paling kecil, akan tetapi mudah bersublimasi
pada suhu 130oC, biasanya digunakan untuk mencelup selulosa asetat dan
poliakrilat,
2. Tipe B (tipe E), zat warna disperse dengan ukuran molekul sedang, sifat keratin
pencelupan baik dan menyublim pada suhu 190oC, biasanya digunakan untuk
pencelupan polyester metoda carrier atau pencapan alih panas (transfer
printing).
3. Tipe C (tipe SE), zat warna disperse yang mempunyai sifat kerataan
pencelupan cukup baik, menyublim pada suhu 200oC, biasanya digunakan
untuk pencelupan cara carrier, HT/HP dan thermosol.
4. Tipe D (tipe S), zat warna disperse yang mempunyai sifat kerataan pencelupan
kurang baik, menyublin pada suhu 210oC, biasanya digunakan untuk
pencelupan polyester metoda HT/HP dan thermosol.
Dalam penggunaannya, pemilahan golongan zat warna tersebut harus tepat karena
sangat menentukan sifat-sifat hasil pencelupannya.

Sifat-sifat Zat Warna Dispersi


Sifat-sifat umum zat warna, baik sifat kimia maupun sifat fisika merupakan
factor penting dan erat hubungannya dengan penggunaanya dalam proses pencelupan.
Sifat-sifat umum zat warna disperse untuk pencelupan serat polyester (tipe B, C, dan
D) adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai titik leleh sekitar 150oC dan kekristalinan yang tinggi.
2. Apabila digerus sampai halus dan didispersikan dengan zat pendispersi dapat
menghasilkan disperse yang stabil dalam larutan pencelupan dengan ukuran
partikel 0,5 – 2,0 µ.
3. Mempunyai berat molekul yang relative rendah.
4. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 – 200 mg/g dalam serat.
5. Relatif tidak mengalami perubahan kimia selama proses pencelupan
berlangsung.
6. Pada dasarnya bersifat nonion walaupun mengandung gugus NH2, NHR, dan
-OH yang bersifat agak polar.
7. Kelarutan dalam air kecil sekali (kurang dari 30 mg/kg zat warna).
8. Ketahan luntur warna hasil pencelupan terhadap keringat dan pencucian sangat
baik tetapi ketahanan luntur warna terhadap sinarnya jelek.

2.6 Zat Warna Direk


Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung dipakai dalam
pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat warna direk relatif murah
harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kurang cerah dan tahan luntur
hasil celupan kurang baik karna ia mudah larut dalam air. Zat warna ini mempunyai
daya afinitas yang besar tehadap serat selulosa dan mencelup berdasarkan ikatan
hidrogen.

AR1-N=N-AR2-SO3Na

Ikatan Hidrogen

Sel-OH

CI Direct Red 28

Pada dasarnya zat warna direk merupakan pewarna organik yang dalam sistem
kromogennya terdapat gugus pelarut, biasanya berua gugus sulfonat. Kebanyakan zat
warna direk berupa monoazo, diazo, triazo dan pliazo sehingga zat warna direk
umumnya tidak tahan reduktor.
Zat warna direk dapat dipakai untuk mencelup serat selulosa karena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen umunya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh karena
itu hasil luntur pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama dalam pencucian
panas. Selesai ikatan hidrogen sebagai ikatan yang utama, kekuatan ikatan zat warna
dierek dengan serat juga ditunjang dengan fisika yaitu ikatan dari gaya Van Der Waals.
Kekuatan ikatan dari gaya Van Der Waals relatif sangat rendah, namun cukup penting
bila ukuran partikel zat warnanya makin besar. Dari hal tersebut, terlihat tahan luntur
hasil pencelupan zat warna direk bervariasi dari yang rendah hingga yang sedang.
Zat warna direk yang kelarutannya tinggi akan memudahkan dalam
pemakaiannya, dan pada proses pencelupannya relatif lebih mudah rata, tetapi dilain
pihak kelarutan yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur
warna terhadap pencucian hasil celupannya lebih rendah.
Faktor yang menentukan klarutan zat warna direk adalah ukuran partikel zat
warna direk dan jumlah gugus pelarut dalam struktur zat warnanya. Makin kecil
ukuran partikel zat warna makin tinggi kelarutannya.
Zat warna direk dapat digolongkan berdasarkan struktur molekulnya, namun
penggolongan yang lebih umum adalah berdasarkan cara pemakaiannya, sebagai
berikut :
a) Zat warna direk type A

Ukuran molekulnya kecil , substantifitas kecil, mudah rata, biasanya dipakai pada
suhu pencelupan 700C, perlu penambahan garam yang banyak dalam
pencelupannya, tahan lunturnya rendah.

b) Zat warna direk type B

Ukuran molekulnya agak besar, substantifitas sedang, kerataan sedang, suhu


pencelupan 800C, masih perlu penambahan garam (tidak terlalu banyak) dalam
pencelupannya, tahan luntur lebih baik dari type A.

c) Zat warna type C

Ukuran molekulnya zat warna lebih besar dari type B, substantifitas zat warna
besar, sukar rata, suhu pencelupan diatas 900C (umumnya pada suhu mendidih)
dan tidak memerlukan penambahan garam, tahan lunturnya lebih baik dari type
B.

d) Zat warna direk type D

Zat warna direk yang megandung logam (biasanya Cu) sehingga termasuk zat
warna kompleks logam yang tahan lunturnya tinggi, tapi sukar rata dalam proses
pencelupannya.

Pengerjaan Iring Zat Warna Direk


Ketahanan terhadap pencucian hasil celupan zat warna direk dapatdiperbaiki
dengan berbagai cara pengerjaan iring yang pada prinsipnya adalahmemperbesar
molekul zat warna dalam serat sehingga zat warna akan lebihsukar
bermigrasi.Beberapa cara pengerjaan iring yang kerap kali dikerjakan misalnya :

Pengerjaan iring dengan Proses Diazotasi dan Pembangkitan

Zat warna primulin yang substantif terhadap selulosa tetapi memiliki tahancuci
dan sinar yang kurang baik dan demikiran pula bebrapa zat warna direklainnya dapat
diperbaiki ketahanannya dengan cara diazotadi dan pembangkitan,apabila zat warna
tesebut mempunyai gugusan amina primer yang masih aktif.Bahan setelah selesai
dicelup, dibilas dengan air dingin untukmenghilangkan zat-zat warna pada permukaan
serat. Kemudian dikerjakanproses diazotasi dengan natrium nitrit dalam larutan asam
khlorida atau asamsulfat selama 30 menit. Jumlah senyawa nitrit dan keasaman larutan
iring haruscukup. Setelah reaksi diazotasi, larutan iring dibuang dan bahan
dibangkitkandalam larutan pembangkit yang mengandung senyawa amina atau
fenol.Pembangkitan dikerjakan pada larutan yang dingin selama 20 menit.Kemudian
bahan dibilas dan dimasak dengan larutan sabun pada suhu 50°Cuntuk memperbaiki
sifat tahan gosoknya.Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Beberapa senyawa pembangkit yang dapat digunakan adalah :

a. Senyawa-senyawa fenol, perosesinol dan beta naftol yang dapat dilarutkan


dengan natrium hidroksida.

b. Senyawa-senyawa m-fenilen diamina, m-toluilen diamina, 2,4 toluen


diamina yang dapat dilarutkan dengan natrium karbonat.

c. Senyawa-senyawa amino difenil amina (Fast Blue Developer P) yang dapat


diarutkan dengan asam khlorida.

d. Beberapa senyawa sulfonat misalnya asam beta-naftol sulfonat yang larut


dalam air.

Pengerjaan Iring dengan Proses Pembangkitan

Berat molekul zat warna direk adalah besar. Meskipun demikian beberapajenis zat
warna ini masih mungkin memiliki tempat-tempat yang aktif yang dapatmelakukan
reaksi pembangkitan dengan garam diazonium. Misalnya zat warna Benzo Para Deep
Brown G (C.I Direct Brown 152) masih dapat dibangkitkandengan garam diazonium
paranitro anilin dengan memberikan warna coklatkemerah-merahan.Bahan yang telah
tercelup biasanya memerlukan garam diazoniumsebanyak 0,75-100% owf. Reaksi
coupling dikerjakan dalam larutan yang dinginselama 15 menit. Kemudian bahan
dibilas dan disabun pada suhu 50oC untuk menghilangkan zat-zat warna pada
permukaan.
Pengerjaan Iring dengan Formaldehida

Beberapa zat warna direk dapat dikerjakan iring dengan formaldehida untuk
memperbaiki tahan cucinya. Reaksi yang terjadi mungkin karena terbentuknya
jembatan metilena antara beberapa zat warna yang dapat digambarkan sebagai
berikut :

Pengerjaan Iring dengan Zat-zat Kation Aktif

Zat-zat kation aktif akan bergabung dengan zat warna direk yang bersifatanion
membentuk molekul yang lebih kompleks sehingga tahan cucinya lebihbaik, tetapi
tahan sinarnya akan berkurang. Contoh beberapa zat kation aktifyang sering
dipergunakan adalah Fixanol C, Sandofix WE, Lyofix EW
danTinofix.Carapemakaiannya adalah dengan mengerjakan bahan tekstil yang
telahdicelup ke dalam larutan 1-3% zat kation aktif pada 70 oC selama 15 menit.
Jikaperlu ditambahkan asam format atau asam asetat untuk memperlancar kelarutanzat
kation aktif tersebut.

2.7 Pencelupan
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata
dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka
harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat.
 Tahap-tahap pencelupan
 Migrasi
Pada tahap ini, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat warna
bergerak menempel pada bahan.Zat warna dalam larutan mempunyai muatan
listrik sehingga dapat bergerak.Gerakan tersebut menimbulkan tekanan osmosis
yang berusaha untuk mencapai keseimbangan konsentrasi, sehingga terjadi
difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi tinggi meuju konsentrasi
rendah.Bagian dengan konsentrasi rendah terletak di permukaan serat, yaitu pada
kapiler serat. Jadi zat warna akan bergerak mendekati permukaan serat.
 Adsorpsi
Peristiwa absorpsi menyebabkan zat warna berkumpul pada permukaan serat.
Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan serat, sehingga zat warna akan
terserap menempel pada bahan.
 Difusi
Peristiwa ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi zat warna di
permukaan serat dengan konsentrasi zat warna di dalam serat. Karena
konsentrasi di permukaan lebih tinggi, maka zat warna akan terserap masuk ke
dalam serat.
 Fiksasi
Fiksasi terjadi karena adanya ikatan antara molekul zat warna dengan serat, yaitu
ikatan antara gugus ausokrom dengan serat.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi pencelupan


 Pengaruh elektrolit
Pada intinya penambahan elektrolit kedalam larutan celup adalah memperbesar
jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat warna akan
mempunyai kesepakatan yang berbeda.
 Pengaruh Suhu
Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan
setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila
dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktek
keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam
pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi
 Pengaruh perbandingan larutan
Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan
terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa
kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya
penyerapan.Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai
perbandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau
hilang hanya sedikit.Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna
dapat mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan.Dengan
menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat diperoleh
larutan celup dengan konsentrasi seperti semula.
 Pengaruh pH
Penambahan alkali mempunyai pengaruh menambah penyerapan.Meskipun
demikian kerap kali dipergunakan soda abu untuk mengurangi kesadahan air
yang dipakai atau untuk memperbaiki kelarutan zat warna.
 Mordan
Mordan dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan sebagai pengikat zat warna
agar tidak larut dalam air dan dapat meningkatkan afinitas molekul zat warna
pada serat.Mordan yang biasa digunakan adalah tawas dan Syomplocos
fasciculate Zoll.
 Pengaruh bentuk dan ukuran molekul zat warna
Bentuk dan usuran suatu molekul zat warna mempunyai pengaruh yang penting
terhadap sifat-sifat dalam pencelupan, misalnya : daya serap, molekul zat warna
yan datar memberkan daya serap pada serat, tetapi setiap perubahan gugusan
kimia yang merusak sifat datar molekul tersebut akan mengakibatkan daya serap
zat warna berkurang; kecepatan celup, besar serta kelangsungan atau perubahan
suatu zat warna akan mempengaruhi kecepatan celup, molekul zat warna yang
memanjang mempunyai daya lebih baik untuk melewati poripori serat dari pada
molekul yang melebar ; ketahanan, gugus pelarut yang sama jumlahnya, maka
ketahanan cucinya sebagian besar ditentukan oleh berat molekul atau ukuran
besar molekul zat warna tersebut, molekul yang besar akan mempunyai
ketahanan cuci lebih baik

 Syarat-syarat proses pencelupan


Bahan, zat warna dan zat pembantu tekstil dapat dipegunakan pada pencelupan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Agar hasil celupan rata, bahan harus bersih dari zat pengotor yang mengganggu
penyerapan zat warna. Untuk itu terhadap kain grey biasanya dilakukan proses
persiapan penyempurnaan terlebih dahulu meliputi proses pembakaran bulu,
penghilangan kanji, dan proses pemasakan, bahkan untuk proses pencelupan
warna muda dilanjutkan dengan proses pengelantangan dan merserisasi agar
warna hasil celupannya makin cerah.
 Zat warna yang dipakai mempunyai warna dan tahan luntur warna yang sesuai
dengan target.
 Pemilihan zat pembantu, skema proses dan resep harus tepat sesuai dengan
kondisi proses pencelupan dan sesuai dengan karakter mesin atau alat yang
dipakai sehingga proses pencelupannya menjadi lebih sempurna.
 Secara keseluruhan, pada pelaksanaan proses pencelupan harus dapat memenuhi
persyaratan aspek teknis, ekonomis dan lingkungan yang ditetapkan.

2.8 Pengujian
 Pengujian Ketuaan Warna (K/S)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat warna yang terserap
dalam bahan yang dinyatakan dengan K/S. Prinsip Pengujian dilakukan dengan
mengukur sistem ruang warna CIE Lab 1970. Contoh uji diukur reflektansinya (% R)
pada panjang gelombang 400–700 nm dengan selang 20 nm sehingga dapat ditentukan
panjang gelombang maksimum dengan nilai % R terendah, dan nilai reflektansinya
dikonversikan menjadi nilai ketuaan warna (K/S) berdasarkan persamaan Kubelka-
Munk sebagai berikut :
K/S 
1  R  2
2R

Keterangan :
K : Koefisien penyerapan cahaya
S : Koefisien penghamburan cahaya
R : % reflektansi

Setelah diketahui K/S bahan tercelup, maka nilai K/S zat warna dapat diketahui
berdasarkan perhitungan berikut :
K/S zat warna = K/S bahan tercelup – K/S bahan putih (sebelum dicelup)

Hasil evaluasi paling baik dapat ditentukan dengan nilai K/S. Semakin tinggi
nilai K/S berarti zat warna yang terserap dalam kain makin banyak dan semain
rendah nilai K/S berarti zat warna yang terserap dalam kain makin sedikit atau
warnanya lebih muda.
 Pengujian Kerataan Warna
Pengujian kerataan warna dilakukan sama dengan pengujiaan kerataan warna.
Namun, pengujian dilakukan pada kelima titik yang berbeda untuk memperoleh nilai
standar deviasi. Semakin kecil nilai standar deviasi yang diperoleh maka semakin
baik kerataan warnanya.

III. PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
 Tabung HT Dyeing
 Mesin HT Dyeing
 Gelas ukur 100 ml
 Piala gelas 500 ml
 Piala gelas 100 ml
 Pipet ukur 10 ml
 Pipet ukur 1 ml
 Pengaduk
 Neraca
III.1.2 Bahan
 Kain poliester-kapas (65%-35%)
 Zat warna dispersi Terasil Rubine 2G-FL
 Zat warna direk Solophenyl Yellow Arle 154%
 Pendispersi Setamol WS
 Asam asetat
 Teepol
 NaCl
 Na2CO3
 Pembasah
 Fixing agent
 Air

III.2 Diagram Alir

III.3 Resep
III.3.1 Resep Pencelupan
Larutan Induk Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi : 0,5 g
Air : 100 ml
Larutan Induk Zat Warna Direk
Zat warna dispersi : 0,5 g
Air : 100 ml
Resep Pencelupan
Zat warna dispersi : 1% owf
Pendispersi : 1 g/L
Asam asetat : 1 ml/L
Vlot : 1:30
Suhu : 100 ºC
Waktu : 30 menit
Zat warna direk : 1% owf
NaCl : 20 g/L
Na2CO3 : 1 g/L
Pembasah : 1 ml/L
Suhu : 100 ºC
Waktu : 30 menit
III.3.2 Resep Proses Iring
Fixing agent : 0,5-1-1,5 ml/L
Vlot : 1:30
Suhu : 70 ºC
Waktu : 10 menit

III.3.3 Resep Pencucian Sabun


Teepol : 2 ml/L
Na2CO3 : 1 g/L
Vlot : 1:30
Suhu : 70 ºC
Waktu : 10 menit

III.4 Fungsi Zat


- Zat warna dispersi mewarnai serat poliester secara permanen dan merata
- Zat warna direk mewarnai serat kapas secara permanen dan merata
- Pendispersi berfungsi mendispersikan zat warna dispersi sehingga tersebar merata
dalam larutan celup
- Asam asetat pada pencelupan poliester dengan zat warna dispersi berfungsi sebagai
pengatur pH dan memberikan suasana asam
- NaCl berfungsi mendorong penyerapan zat warna direk pada pencelupan kapas
- Na2CO3 berfungsi memperbaiki kelarutan zat warna direk dan pada proses pencucian
membantu proses penyabunan
- Pembasah berfungsi meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain
- Fixing agent berfungsi untuk memperbaiki ketahanan luntur hasil pencelupan zat
warna direk dengan memperbesar molekul zat warna
- Teepol berfungsi menghilangkan sisa zat warna yang menempel di permukaan serat
pada proses pencucian

III.5 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Pilih zat warna yang sesuai untuk pencelupan TC
3. Hitunglah kebutuhan resep yang digunakan
4. Siapkan larutan induk tiap masing-masing zat warna dispersi Terasil Rubine 2G-FL
dan zat warna direk solophenyl yellow arle 154%
5. Lakukan proses pencelupan zat warna dispersi terlebih dahulu, dengan menggunakan
mesin HT-dyeing,
6. Intruksi kerja mesin HT-dyeing :
 Larutan celup yang sudah siap masukan kedalm tabung
 Sambungkan tenaga listriknya
 Setel pengatur suhu pada suhu awal pencelupan
 Heater dihidupkan
 Setelah mencapai suhu awal penceluupan, masukan tabung kedalam bak
kemudian tutup
 Hidupkan motor pemutar tabung
 Setelah waktu suhu awal pencelupan selesai, setel timer dan naikan pengatur
suhu ke suhu pencelupan
 Hidupkan tenaga listrik untuk timer dan buzzer
 Setelah waktu celup selesai, matikan tombol buzzer dan heater. Kemudian
jalankan air pendingin kedalam bak pencelupan.
 Stop putaran tabung, keluarkan tabung dengan penjepit masukan kedalam bak
pendingin kemudian bahan dikeluarkan dari tabung celup.
 Bersihkan kembali tabung dan buang air dari bak pendingin dengan memutar
tombol water outlet
7. Lakukan proses pencelupan zat warna direk pada tabung dengan larutan yang sama
8. Tambahkan zat warna direk dan zat pembantu sesuai kebutuhan
9. Lakukan proses pencelupan dengan menggunakan mesin HT-dyeing seperti instruksi
keja pada point no.6
10. Setelah selesai, lakukan proses pengerjaan iring pada bahan yang telah dicelup
11. Kemudian dilanjutkan dengan proses pencucian sabun
12. Lalu keringkan bahan yang telah dicelup menggunakan mesin stenter
13. Lakukan evaluasi ketuaan dan kerataan terhadap kain hasil celup
III.6 Skema Proses

Na2S2O4 Na2CO3
Zw direk Teepol
CH3COOH 30% NaOH
Na2CO3 Fixing agent
Carrier 100ᵒC WA 100ᵒC
Kain TC

70ᵒC 70ᵒC 70ᵒC


Pendispersi
ZW dispersi
Kain Tc NaCl

10’ 30’ 10’ 10’ 45’ 10’ 10’

IV. HASIL DAN EVALUASI


Evaluasi
No. Variasi Hasil Pencelupan
Ketuaan Kerataan

1. NaCl 10 g/L 3 1

2. NaCl 20 g/L 4 2

3. NaCl 30 g/L 5 3

Keterangan
Ketuaan Warna : Semakin besar nilainya, semakin bagus ketuaan warnanya
Kerataan Warna : Semakin kecil nilainya, semakin bagus kerataan warnanya

HASIL DAN EVALUASI


Evaluasi
No. Variasi Hasil Pencelupan
Ketuaan Kerataan

1. NaCl 10 g/L 3 1

2. NaCl 20 g/L 4 2

3. NaCl 30 g/L 5 3

Keterangan
Ketuaan Warna : Semakin besar nilainya, semakin bagus ketuaan warnanya
Kerataan Warna : Semakin kecil nilainya, semakin bagus kerataan warnanya

V. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan pencelupan serat poliester kapas (65/35) dengan zat
warna dispersi terasil rubine 2GFL dan zat warna direk solophenyl yellow arle metode
exhaust. Pencelupan ini dilakukan dalam 1 bath 2 stage dimana pencelupan dispersi terasil
rubine 2GFL (1%) pada tahap 1 dengan suhu 130°C selama 30 menit. Selanjutnya, tahap 2
dilakukan pencelupan zat warna direk solophenyl yellow arle (1%) pada suhu 100°C selama
30 menit dalam 1 larutan dan bak yang sama. Pada pencelupan direk ini terjadi perubahan pH
menjadi netral/sedikit alkali akibat penambahan natrium karbonat. Pada pencelupan ini tidak
dilakukan pencucian reduksi sebab dapat merusak zat warna direk yang berada pada serat
kapas.
Setelah pencelupan 1 bath 2 stage selesai dilakukan proses iring yang bertujuan untuk
memperbaiki ketahan luntur warna zat warna direk solophenyl yellow arle pada serat kapas.
Proses iring dilakukan dengan fixing agent yang divariasikan 0,5-1-1,5 ml/L. fixing agent ini
dapat memperbaiki tahan luntur warna sebab dapat memperbesar molekul zat warna dengan
mengikatnya. Banyaknya jumlah zat warna yang dapat diikat tergantung banyaknya muatan
fixing agent.

VI. KESIMPULAN

VII. DAFTAR PUSTAKA

Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.


Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Djufri, Rasjid dkk., 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan.


Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil .

M. Ichwan, A. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM PENCELUPAN II. Bandung: Sekolah


Tinggi Teknologi Tekstil.
Karyana, Dede., Ida Nuramdhani dan Hanny Harnirat., 2005 Bahan Ajar Praktikum Kimia
Zat Warna. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil .

Karyana, Dede. 2014. Pengantar Kimia Zat Warna untuk Pewarnaan Bahan Tekstil.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

LAMPIRAN
PERHITUNGAN RESEP
1) Pembuatan larutan induk zat warna dispersi
Zat warna dispersi =1g
Air panas = 100 ml

2) Pembuatan larutan induk zat warna direk


Zat warna direk = 0,5 g
Air hangat = 50 ml

3) Pencelupan Poliester dengan Zat Warna Dispersi


Berat bahan 1+2+3 Error: Reference source not found
Komposisi kain = poliester 65% - kapas 35%
Poliester Error: Reference source not found
Kebutuhan larutan Error: Reference source not found
Zat warna dispersi Error: Reference source not found
Pendispersi Error: Reference source not found
Asam asetat Error: Reference source not found
Carrier Error: Reference source not found
Pencucian Reduksi
Berat bahan 1+2+3 Error: Reference source not found
Komposisi kain = poliester 65% - kapas 35%
Poliester Error: Reference source not found
Kebutuhan larutan Error: Reference source not found
Na2S2O4 Error: Reference source not found
NaOH Error: Reference source not found

4) Pencelupan Kapas dengan Zat Warna Direk


 Variasi NaCl 10 g/L
Berat bahan Error: Reference source not found
Komposisi kain = poliester 65% - kapas 35%
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Zat warna direk Error: Reference source not found
NaCl Error: Reference source not found
Pembasah Error: Reference source not found
Na2CO3 Error: Reference source not found
Proses iring
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Fixing agent Error: Reference source not found
Pencucian sabun
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Teepol Error: Reference source not found

 Variasi NaCl 20 g/L


Berat bahan Error: Reference source not found
Komposisi kain = poliester 65% - kapas 35%
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Zat warna direk Error: Reference source not found
NaCl Error: Reference source not found
Pembasah Error: Reference source not found
Na2CO3 Error: Reference source not found
Proses iring
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Fixing agent Error: Reference source not found
Pencucian sabun
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Teepol Error: Reference source not found

 Variasi NaCl 30 g/L


Berat bahan Error: Reference source not found
Komposisi kain = poliester 65% - kapas 35%
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Zat warna direk Error: Reference source not found
NaCl Error: Reference source not found
Pembasah Error: Reference source not found
Na2CO3 Error: Reference source not found
Proses iring
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Fixing agent Error: Reference source not found
Pencucian sabun
Kapas Error: Reference source not found
Kebutuhan larutanError: Reference source not found
Teepol Error: Reference source not found

Anda mungkin juga menyukai