Grup : 3K1
Dosen : Ir. Elly K., Bk. Teks., M.Pd.
Asisten : Eka O., S.ST., M.T
Anna S
2019
I. MAKSUD DAN TUJUAN
I.1 Maksud
Mempelajari perencanaan dan melakukan proses pencelupan polyester-kapas (65%-
35%) dengan zat warna dispersi-direk metode exhaust 2 bath 2 stage, yaitu cara memilih
zat warna dan zat pembantu yang akan dipakai, menghitung kebutuhan zat warna dan
zat pembantu yang sesuai dengan resep yang akan dipakai, cara membuat larutan induk
zat warna dan larutan pencelupan, cara mengoperasikan mesin celup HT-dyeing,
melaksanakan proses pencelupan dan mengevaluasi hasil prosess pencelupan.
I.2 Tujuan
Mewarnai kain polyeter-kapas (65%-35%) dengan zat warna dispersi-direk secara
permanen dan merata dengan variasi konsentrasi NaCl pada larutan celup zat warna
direk.
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14
Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan membentuk
cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang mengandung
aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai bagian tengah
mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan
suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan
aldehida atau karboksilat.
Serat kapas dapat dicelup menggunakan berbagai macam zat warna. Serat ini
merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selulosa. Gugus -OH primer
yang terdapat pada selulosa adalah gugus fungsi yang digunakan unutuk berikatan
dengan serat. Karena ia tidak tahan asam dan lebih tahan alkali, maka pencelupannya
akan memberikan hasil yang bagus ketika suasananya alkali.
2.3
2.4
Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai
yang menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling
berdekatan membentuk ikatan hydrogen antara gugus -OH dan gugus -COOH dalam
molekulnya. Oleh karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air
maupun zat warna. Agar dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hydrogen antar
rantai molekul yang berdekatan harus dikurangi dengan cara menaikkan suhu.
Kenaikkan suhu mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan
antar molekul, menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi plastis
sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat warna.
Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier adalah bahan poliester regular
baik dalam rajutan maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan kain polyester
microfiber karena strukturnya terlalu padat.
Sifat Parameter
Kekuatan Tarik 4,0-6,9 gram/denier
Mulur 11%-40%
Moisture Regain (RH) 65% 0,4%
Modulus Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan mulur 2%
Berat Jenis 1,38 %
Titik Leleh 250oC
Morfologi Berbentuk Silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah dan asam kuat dingin, tidak tahan
Sifat Kimia alkali kuat. Tahan oksidator pelarut untuk dry cleaning.
Larut dalam metakresol panas. Tahan jamur
Zat warna dispersi adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali. Oleh karena itu zat warna ini dalam pemakaiannya
harus didispersikan dalam larutan.Pada pemakaiannya memerlukan zat pengemban
(carrier) atau adanya suhu yang tinggi. Zat warna disperse digunakan dalam bentuk
bubuk (powder dan micro powder) dan dalam bentuk cairan. Sifat tahan cucinya baik
tetapi tahan sinarnya jelek.Ukuran molekulnya berbeda-beda dan perbedaan tersebut
sangat erat hubungannya dengan sifat kerataan dalam pencelupan dan sifat
sublimasinya. Berdasarkan sturktur kimianya, zat warna disperse dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu :
AR1-N=N-AR2-SO3Na
Ikatan Hidrogen
Sel-OH
CI Direct Red 28
Pada dasarnya zat warna direk merupakan pewarna organik yang dalam sistem
kromogennya terdapat gugus pelarut, biasanya berua gugus sulfonat. Kebanyakan zat
warna direk berupa monoazo, diazo, triazo dan pliazo sehingga zat warna direk
umumnya tidak tahan reduktor.
Zat warna direk dapat dipakai untuk mencelup serat selulosa karena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen umunya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh karena
itu hasil luntur pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama dalam pencucian
panas. Selesai ikatan hidrogen sebagai ikatan yang utama, kekuatan ikatan zat warna
dierek dengan serat juga ditunjang dengan fisika yaitu ikatan dari gaya Van Der Waals.
Kekuatan ikatan dari gaya Van Der Waals relatif sangat rendah, namun cukup penting
bila ukuran partikel zat warnanya makin besar. Dari hal tersebut, terlihat tahan luntur
hasil pencelupan zat warna direk bervariasi dari yang rendah hingga yang sedang.
Zat warna direk yang kelarutannya tinggi akan memudahkan dalam
pemakaiannya, dan pada proses pencelupannya relatif lebih mudah rata, tetapi dilain
pihak kelarutan yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur
warna terhadap pencucian hasil celupannya lebih rendah.
Faktor yang menentukan klarutan zat warna direk adalah ukuran partikel zat
warna direk dan jumlah gugus pelarut dalam struktur zat warnanya. Makin kecil
ukuran partikel zat warna makin tinggi kelarutannya.
Zat warna direk dapat digolongkan berdasarkan struktur molekulnya, namun
penggolongan yang lebih umum adalah berdasarkan cara pemakaiannya, sebagai
berikut :
a) Zat warna direk type A
Ukuran molekulnya kecil , substantifitas kecil, mudah rata, biasanya dipakai pada
suhu pencelupan 700C, perlu penambahan garam yang banyak dalam
pencelupannya, tahan lunturnya rendah.
Ukuran molekulnya zat warna lebih besar dari type B, substantifitas zat warna
besar, sukar rata, suhu pencelupan diatas 900C (umumnya pada suhu mendidih)
dan tidak memerlukan penambahan garam, tahan lunturnya lebih baik dari type
B.
Zat warna direk yang megandung logam (biasanya Cu) sehingga termasuk zat
warna kompleks logam yang tahan lunturnya tinggi, tapi sukar rata dalam proses
pencelupannya.
Zat warna primulin yang substantif terhadap selulosa tetapi memiliki tahancuci
dan sinar yang kurang baik dan demikiran pula bebrapa zat warna direklainnya dapat
diperbaiki ketahanannya dengan cara diazotadi dan pembangkitan,apabila zat warna
tesebut mempunyai gugusan amina primer yang masih aktif.Bahan setelah selesai
dicelup, dibilas dengan air dingin untukmenghilangkan zat-zat warna pada permukaan
serat. Kemudian dikerjakanproses diazotasi dengan natrium nitrit dalam larutan asam
khlorida atau asamsulfat selama 30 menit. Jumlah senyawa nitrit dan keasaman larutan
iring haruscukup. Setelah reaksi diazotasi, larutan iring dibuang dan bahan
dibangkitkandalam larutan pembangkit yang mengandung senyawa amina atau
fenol.Pembangkitan dikerjakan pada larutan yang dingin selama 20 menit.Kemudian
bahan dibilas dan dimasak dengan larutan sabun pada suhu 50°Cuntuk memperbaiki
sifat tahan gosoknya.Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Beberapa senyawa pembangkit yang dapat digunakan adalah :
Berat molekul zat warna direk adalah besar. Meskipun demikian beberapajenis zat
warna ini masih mungkin memiliki tempat-tempat yang aktif yang dapatmelakukan
reaksi pembangkitan dengan garam diazonium. Misalnya zat warna Benzo Para Deep
Brown G (C.I Direct Brown 152) masih dapat dibangkitkandengan garam diazonium
paranitro anilin dengan memberikan warna coklatkemerah-merahan.Bahan yang telah
tercelup biasanya memerlukan garam diazoniumsebanyak 0,75-100% owf. Reaksi
coupling dikerjakan dalam larutan yang dinginselama 15 menit. Kemudian bahan
dibilas dan disabun pada suhu 50oC untuk menghilangkan zat-zat warna pada
permukaan.
Pengerjaan Iring dengan Formaldehida
Beberapa zat warna direk dapat dikerjakan iring dengan formaldehida untuk
memperbaiki tahan cucinya. Reaksi yang terjadi mungkin karena terbentuknya
jembatan metilena antara beberapa zat warna yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Zat-zat kation aktif akan bergabung dengan zat warna direk yang bersifatanion
membentuk molekul yang lebih kompleks sehingga tahan cucinya lebihbaik, tetapi
tahan sinarnya akan berkurang. Contoh beberapa zat kation aktifyang sering
dipergunakan adalah Fixanol C, Sandofix WE, Lyofix EW
danTinofix.Carapemakaiannya adalah dengan mengerjakan bahan tekstil yang
telahdicelup ke dalam larutan 1-3% zat kation aktif pada 70 oC selama 15 menit.
Jikaperlu ditambahkan asam format atau asam asetat untuk memperlancar kelarutanzat
kation aktif tersebut.
2.7 Pencelupan
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata
dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka
harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat.
Tahap-tahap pencelupan
Migrasi
Pada tahap ini, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat warna
bergerak menempel pada bahan.Zat warna dalam larutan mempunyai muatan
listrik sehingga dapat bergerak.Gerakan tersebut menimbulkan tekanan osmosis
yang berusaha untuk mencapai keseimbangan konsentrasi, sehingga terjadi
difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi tinggi meuju konsentrasi
rendah.Bagian dengan konsentrasi rendah terletak di permukaan serat, yaitu pada
kapiler serat. Jadi zat warna akan bergerak mendekati permukaan serat.
Adsorpsi
Peristiwa absorpsi menyebabkan zat warna berkumpul pada permukaan serat.
Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan serat, sehingga zat warna akan
terserap menempel pada bahan.
Difusi
Peristiwa ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi zat warna di
permukaan serat dengan konsentrasi zat warna di dalam serat. Karena
konsentrasi di permukaan lebih tinggi, maka zat warna akan terserap masuk ke
dalam serat.
Fiksasi
Fiksasi terjadi karena adanya ikatan antara molekul zat warna dengan serat, yaitu
ikatan antara gugus ausokrom dengan serat.
2.8 Pengujian
Pengujian Ketuaan Warna (K/S)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya zat warna yang terserap
dalam bahan yang dinyatakan dengan K/S. Prinsip Pengujian dilakukan dengan
mengukur sistem ruang warna CIE Lab 1970. Contoh uji diukur reflektansinya (% R)
pada panjang gelombang 400–700 nm dengan selang 20 nm sehingga dapat ditentukan
panjang gelombang maksimum dengan nilai % R terendah, dan nilai reflektansinya
dikonversikan menjadi nilai ketuaan warna (K/S) berdasarkan persamaan Kubelka-
Munk sebagai berikut :
K/S
1 R 2
2R
Keterangan :
K : Koefisien penyerapan cahaya
S : Koefisien penghamburan cahaya
R : % reflektansi
Setelah diketahui K/S bahan tercelup, maka nilai K/S zat warna dapat diketahui
berdasarkan perhitungan berikut :
K/S zat warna = K/S bahan tercelup – K/S bahan putih (sebelum dicelup)
Hasil evaluasi paling baik dapat ditentukan dengan nilai K/S. Semakin tinggi
nilai K/S berarti zat warna yang terserap dalam kain makin banyak dan semain
rendah nilai K/S berarti zat warna yang terserap dalam kain makin sedikit atau
warnanya lebih muda.
Pengujian Kerataan Warna
Pengujian kerataan warna dilakukan sama dengan pengujiaan kerataan warna.
Namun, pengujian dilakukan pada kelima titik yang berbeda untuk memperoleh nilai
standar deviasi. Semakin kecil nilai standar deviasi yang diperoleh maka semakin
baik kerataan warnanya.
III. PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Tabung HT Dyeing
Mesin HT Dyeing
Gelas ukur 100 ml
Piala gelas 500 ml
Piala gelas 100 ml
Pipet ukur 10 ml
Pipet ukur 1 ml
Pengaduk
Neraca
III.1.2 Bahan
Kain poliester-kapas (65%-35%)
Zat warna dispersi Terasil Rubine 2G-FL
Zat warna direk Solophenyl Yellow Arle 154%
Pendispersi Setamol WS
Asam asetat
Teepol
NaCl
Na2CO3
Pembasah
Fixing agent
Air
III.3 Resep
III.3.1 Resep Pencelupan
Larutan Induk Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi : 0,5 g
Air : 100 ml
Larutan Induk Zat Warna Direk
Zat warna dispersi : 0,5 g
Air : 100 ml
Resep Pencelupan
Zat warna dispersi : 1% owf
Pendispersi : 1 g/L
Asam asetat : 1 ml/L
Vlot : 1:30
Suhu : 100 ºC
Waktu : 30 menit
Zat warna direk : 1% owf
NaCl : 20 g/L
Na2CO3 : 1 g/L
Pembasah : 1 ml/L
Suhu : 100 ºC
Waktu : 30 menit
III.3.2 Resep Proses Iring
Fixing agent : 0,5-1-1,5 ml/L
Vlot : 1:30
Suhu : 70 ºC
Waktu : 10 menit
Na2S2O4 Na2CO3
Zw direk Teepol
CH3COOH 30% NaOH
Na2CO3 Fixing agent
Carrier 100ᵒC WA 100ᵒC
Kain TC
1. NaCl 10 g/L 3 1
2. NaCl 20 g/L 4 2
3. NaCl 30 g/L 5 3
Keterangan
Ketuaan Warna : Semakin besar nilainya, semakin bagus ketuaan warnanya
Kerataan Warna : Semakin kecil nilainya, semakin bagus kerataan warnanya
1. NaCl 10 g/L 3 1
2. NaCl 20 g/L 4 2
3. NaCl 30 g/L 5 3
Keterangan
Ketuaan Warna : Semakin besar nilainya, semakin bagus ketuaan warnanya
Kerataan Warna : Semakin kecil nilainya, semakin bagus kerataan warnanya
V. DISKUSI
Pada praktikum ini dilakukan pencelupan serat poliester kapas (65/35) dengan zat
warna dispersi terasil rubine 2GFL dan zat warna direk solophenyl yellow arle metode
exhaust. Pencelupan ini dilakukan dalam 1 bath 2 stage dimana pencelupan dispersi terasil
rubine 2GFL (1%) pada tahap 1 dengan suhu 130°C selama 30 menit. Selanjutnya, tahap 2
dilakukan pencelupan zat warna direk solophenyl yellow arle (1%) pada suhu 100°C selama
30 menit dalam 1 larutan dan bak yang sama. Pada pencelupan direk ini terjadi perubahan pH
menjadi netral/sedikit alkali akibat penambahan natrium karbonat. Pada pencelupan ini tidak
dilakukan pencucian reduksi sebab dapat merusak zat warna direk yang berada pada serat
kapas.
Setelah pencelupan 1 bath 2 stage selesai dilakukan proses iring yang bertujuan untuk
memperbaiki ketahan luntur warna zat warna direk solophenyl yellow arle pada serat kapas.
Proses iring dilakukan dengan fixing agent yang divariasikan 0,5-1-1,5 ml/L. fixing agent ini
dapat memperbaiki tahan luntur warna sebab dapat memperbesar molekul zat warna dengan
mengikatnya. Banyaknya jumlah zat warna yang dapat diikat tergantung banyaknya muatan
fixing agent.
VI. KESIMPULAN
Karyana, Dede dan Elly K. 2005. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil .
Karyana, Dede. 2014. Pengantar Kimia Zat Warna untuk Pewarnaan Bahan Tekstil.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN RESEP
1) Pembuatan larutan induk zat warna dispersi
Zat warna dispersi =1g
Air panas = 100 ml