Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM PROFESI KEGURUAN

DI SUSUN OLEH:

Kelompok 13

1. ANDI ANUGRAH DEWI SARI


2. NURMIATI

Kelas 02

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-Nyalah


kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan nonformal
dalam profesi keguruan” ini dengan baik tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta umat yang senantiasa mengikuti dan
melaksanakan ajarannya.
Selama pelaksanaan penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari
kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Namun atas bantuan bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
“Tiada gading yang tak retak”, demikian kata pepatah. Oleh karena itu,
tegur sapa yang bersifat membangun sangat dinantikan demi perbaikan
penyusunan makalah yang akan datang. Akhirnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat umumnya bagi para pembaca.

Makassar, 16 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB. I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................ 2
BAB. II. PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NONFORMAL ......................... 3
B. ASAS-ASAS PENDIDIKAN NONFORMAL ......................... 4
C. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NONFORMAL ............. 6
D. JENIS-JENIS DAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL .. 7
BAB.III. PENUTUP ...................................................................................... 15
A. KESIMPULAN ........................................................................... 15
B. SARAN ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan dan tantangan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan
oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa manusia
untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kesulitan yang
dialaminya. Masih banyaknya warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke taraf
yang memungkinkan mereka menggeluti profesi tertentu, menuntut upaya-upaya
untuk membantu mereka dalam mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat
bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih
terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan
masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Hal
ini dimaksudkan agar makin tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan
mendorong masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif di dalamnya.
Penerapan pendidikan nonformal dengan memberikan bekal keterampilan
kepada warga belajar untuk dapat bekerja, atau mengembangkan usaha mandiri
sebagai wirausahawan dalam berbagai jenis keterampilan.
Mereka yang putus sekolah dan tidak sempat mengikuti pendidikan formal
karena berbagai kondisi, diberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti
pendidikan nonformal, diantaranya program pendidikan kecakapan hidup (life
skill) sehingga mereka mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Sejalan dengan berbagai kemajuan dalam bidang pendidikan khususnya
pendidikan nonformal, terdapat masalah dan kendala yang perlu dicarikan
alternatif solusinya. Salah satu masalah yang cukup menonjol adalah masalah
pemerataan pendidikan, dimana masyarakat pedesaan, masyarakat terpencil dan
terisolir masih belum terjangkau oleh pendidikan formal dan dapat dijangkau
dengan pendidikan nonformal. Kelompok masyarakat ini perlu mendapat
perhatian, sehingga kualitas dan taraf hidupnya dapat ditingkatkan, sehingga
keberadaan mereka perlu diketahui untuk dapat merancang program-program
pendidikan nonformal yang relevan dengan kebutuhan belajar mereka.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan nonformal ?
2. Apa sajakah asas-asas pendidikan nonformal ?
3. Apakah fungsi dan tujuan pendidikan nonformal ?
4. Apa sajakah jenis-jenis dan satuan pendidikan nonformal ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan nonformal
2. Untuk mengetahui asas-asas pendidikan nonformal
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan nonformal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dan satuan pendidikan nonformal
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Nonformal


Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur
dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan
yang tetap seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan non
formal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam lingkungan fasik sekolah, maka
pendidikan non formal identik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu,
pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah maka sasaran pokok adalah
anggota masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat
sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para
konsumen pendidikan.
Menurut pengertian Undang Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Sedangkan menurut
Coombs (Trisnamansyah, 2003: 19) mendefinisikan pendidikan nonformal
sebagai setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan di luar sistem
persekolahan yang mapan, baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian
penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara sengaja untuk melayani
peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan luar sekolah telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan
kehadiran manusia yang berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini dimana
situasi pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat telah dilakukan oleh umat
manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam kehidupan masyarakat.
Pada waktu permulaan kehadirannya, pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh
pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung dalam keluarga
dimana terjadi interaksi di dalamnya berupa transmisi pengetahuan, keterampilan,
4

sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk
tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini. (Sudjana (2001: 63))
Dikalangan masyarakat, program-program pendidikan nonformal sering di
koordinasikan dan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Masyarakat. Tim
pengerak Pembina kesatuan pada tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/kepala
desa. Diluar itu, organisasi-ogranisasi wanita seperti Dharma Wanita dalam
program bakti sosial kepada masyarakat sering kali melaksanakan program-
program dalam bentuk paket program pendidikan nonformal. Pendidikan non
formal sifatnya lebih fleksibel dalam arti luas waktu penyelenggaranya
disesuaikan dengan kesempatan yang ada artinya dapat beberapa bulan, tahun
ataupun hari, sehingga dalam waktu yang cukup singkat dapat digunakan untuk
memperoleh kecakapan atau keterampilan yang dapat digunakan dalam menopang
kehidupannya.
Adapun Konsep Dasar Pendidikan Non Formal ada 3 jenis, yaitu :
a. Pendidikan Nonformal sebagai Suplemen adalah dimana pendidikan nonformal
sebagai penambah (suplemen). Dimana seseorang yang sudah menamatkan
pendidikan formal ingin menambah pengetahuan/keterampilan kecakapan
hidupnya dia bisa mengikuti pendidikan tambahan berupa pendidikan kursus dan
kecakapan hidup.
b. Pendidikan Nonformal sebagai Kompelen (Pelengkap) dimana pendidikan
Nonformal sebagai pelengkap seseorang dalam memenuhi pendidikan Formalnya.
c. Pendidikan Nonformal sebagai Substituti (Pengganti) dimana seseorang yang
sama sekali tidak menikmati pendidikan Formal dia dapat mengikuti Pendididkan
Nonformal sebagai Pengganti . Contoh seseorang yang tidak pernah belajar di SD
mereka dapat mengikuti Program Paket A begitupun juga paket B dan C.

B. Asas-Asas Pendidikan Nonformal


Asas-asas pendidikan nonformal mencakup asas kebutuhan, asas
pendidikan sepanjang hayat, asas relevansi dengan pembangunan masyarakat, dan
asas wawasan ke masa depan.
5

(1) Asas kebutuhan meliputi kebutuhan hidup manusia (human needs), kebutuhan
pendidikan (educational needs), dan kebutuhan belajar (learning needs).
Kebutuhan hidup adalah jarak antara kebutuhan fisiblogis, rasa aman, sosial,
penghargaan, dan/atau aktualisasi diri yang dimiliki saat ini dengan kebutuhan
tersebut yang hams atau diharapkan terpenuhi.
Kebutuhan pendidikan adalah jarak antara tingkat pendidikan atau
kemampuan yang dimiliki pada saat ini dengan tingkat pendidikan atau
kemampuan yang seharusnya atau diharapkan dipenuhi. Kebutuhan belajar adalah
peryataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai tertentu yang
ingin dipenuhi melalui kegiatan pendidikan nonformal.
(2) Pendidikan sepanjang hayat (lift-long education) adalah prinsip bahwa
pendidikan dilakukan sepanjang hayat dengan keserasian antara pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan sepanjang hayat adalah upaya sadar
untuk menumbuhkan kegiatan belajar sepanjang hayat (life-long learning).
Penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan nonformal
ini menyebabkan adanya tiga ciri umum pada jalur pendidikan nonformal, yaitu :
a. Pendidikan nonformal memberikan pendidikan secara wajar dan luas kepada
setiap orang sesuai dengan peredaan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-
masing;
b. Pendidikan nonformal diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik dalam
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan dapak program
kegiatan belajar;
c. Pendidikan nonformal memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam
proses pendidikannya. (Sudjana, 2004;230)
(3) Relevansi dengan pembangunan masyarakat merupakan wilayah utama
pendidikan nonformal. Fungsi pendidikan nonformal adalah untuk membelajarkan
sumber daya manusia (human resource development) sebagai subjek
pembangunan masyarakat sehingga mereka memiliki budaya, berorganisasi
(community organization) dan, pengembangan ekonomi (economic development)
di masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan.
6

(4) Wawasan ke masa depan (futures oriented) mengandung makna bahwa


pendidikan nonformal adalah upaya mempersiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan bagi peranan peserta didik pada
masa depan.

C. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Nonformal


a. Fungsi Pendidikan Nonformal
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa fungsi Pendidikan Nonformal adalah sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal, dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
b. Tujuan Pendidikan Nonformal
1. Masyarakat memperoleh layanan PAUD yang bermutu, adil dan merata dalam
menyiapkan anak didik dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Masyarakat/penduduk buta aksara dewasa (15 tahun ke atas) dapat
memperoleh/mengikuti program pendidikan keaksaraan fungsional secara efektif,
efisien, dan akuntabel.
3. Masyarakat memperoleh layanan pendidikan kesetaraan yang bermutu, relevan,
dan berkelanjutan untuk menunjang penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 12
Tahun dan memperluas akses pendidikan menengah dengan lebih menekankan
pada keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.
4. Terwujud kelembagaan kursus dan pelaksanaan kursus para Profesi yang
Bermutu dan Berorientasi Kecakapan Hidup (PKH), khususnya bagi penduduk
penganggur usia produktif untuk dapat bekerja dan/atau berusaha secara
produktif, mandiri, dan profesional.
5. Masyarakat memperoleh layanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang
semakin luas dan bermutu sebagai wahana peningkatan budaya baca untuk
mendorong aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan kecakapan yang berguna bagi kehidupan mereka.
7

6. Terwujud keadilan gender dalam pelayanan pendidikan melalui peningkatan


kesetaraan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam akses, mutu,
relevansi, dan tata kelola pemerintahan bidang pendidikan.
7. Terwujud kelembagaan dan unit-unit pelaksana teknis PNF, serta satuan PNF
lainnya yang terakreditasi dan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu, efisien, efektif dengan tata kelola yang akuntabel dan transparan.

D. Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan Nonformal


a. Jenis-Jenis Pendidikan Nonformal
Jenis pendidikan nonformal meliputi:
1. Pendidikan Kecakapan Hidup (lifeskill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan,
dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan.
Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang
bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan
perkembangannya di masa datang. Kecakapan hidup mencakup kecakapan dasar
dan kecakapan instrumental. Kecakapan dasar meliputi : (i) kecakapan belajar
mandiri; (ii) kecakapan membaca, menulis, dan menghitung; (iii) kecakapan
komunikasi; (iv) kecakapan berpikir ilmiah, kritis, nalar, nasional, lateral, sistem
kreatif eksploratif reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah; (vi)
kecakapan mengelola raga; (vii) kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-
upaya untuk mencapainya; (viii) kecakapan berkeluarga dan sosial. Kecakapan
instrumental meliputi : (i) kecakapan memanfaatkan teknologi; (ii) kecakapan
mengelola sumber daya; (iii) kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (iv)
kecakapan memanfaatkan informasi; (v) kecakapan menggunakan sistem; (vi)
kecakapan berwirausaha; (vii) kecakapan kejuruan; (viii) kecakapan memilih,
menyiapkan, dan mengembangkan karir; (ix) kecakapan menjaga harmoni dengan
lingkungan; (x) kecakapan menyatukan bangsa.

2. Pendidikan Anak Usia Dini


8

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan


dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal atau nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan nonformal berbentuk:
a. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia
3 – 6 tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
b. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup
dalam menagsuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.
3. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan
usaha dari pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan
unggul dalam banyak hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan organisasi kepemudaan sebagai
lembaga kependidikan. Diantaranya melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-
desa, perkumpulan olahraga dan organisasi kesenian. Organisasi kepemudaan
adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat
sederajat yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sebagai institusi
sosial yang menjadi sumber daya sosial paling potensial di masyarakatnya,
organisasi kepemudaan diorientasikan untuk menjadi organisasi pelayanan
kemanusiaan penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial yang memiliki
pendekatan dan standar pada pendekatan pekerjaan sosial yang memadai, karena
organisasi kepemudaan adalah juga volunteer. Organisasi kepemudaan adalah
lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan
remaja mesjid, kelompok pemuda (karang taruna), dan sebagainya. Pendidikan
9

kepemudaan dipandang sangat perlu dikembangkan lagi karena pada hakikatnya


dalam diri pemuda itu terdapat berbagai potensi yang apabila tidak dikelola
dengan baik maka kemampuan/bakat tersebut akan sia-sia.

4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan


Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan gender
yang mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat.
Perbedaan gender seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak
menghadirkan ketidakadilan gender. Namun perbedaan gender tersebut justru
melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Manifestasi ketidakadilan itu antara lain (1) Marginalisasi karena diskriminasi
terhadap pembagian pekerjaan menurut gender, (2) Subordinasi pekerjaan (3)
Stereotiping terhadap pekerjaan perempuan, (4) Kekerasan terhadap perempuan,
dan (5) Beban kerja yang berlebihan.
Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam
upaya memberdayakan perempuan, yaitu (1) Organisasi dan kepemimpinan yang
kuat, (2) Pengetahuan masalah hak asasi perempuan, (3) Menentukan strategi, (4)
Kelompok peserta atau pendukung yang besar, dan (5) Komunikasi dan
pendidikan. Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya
manusia, khususnya perempuan, adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa
dan praktek kewirausahaan. Secara umum, ciri dan watak seorang wirausahawan
adalah (Kartini, 2001):
1. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
2. Berorientasi pada kerja dan hasil
3. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
4. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan
5. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
6. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya perempuan
sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang (1) memiliki motivasi dan
10

etos kerja yang tinggi, (2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan, (3) memiliki
sikap mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada bidang
pekerjaan tertentu (profesional), (4) memiliki semangat dan kemampuan bersaing
(kompetitif), dan (5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama dan
humanisme.
5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal untuk
membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang
dalam menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung,
mengamati dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta
memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan
prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan
berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta
potensi yang ada di sekitar warga belajar.
2) Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran
di kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga
belajar
3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .
4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan
dapat memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya.
Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan
menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan
menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan
potensi yang ada di lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang
diterapkan adalah; membaca, menulis, berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi).
11

6. Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja


Pendidikan seperti ini biasanya dilaksanakan oleh suatu lembaga atau organisasi
tertentu yang ingin menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil . Saat ini
kursus dan/atau pelatihan yang paling banyak bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
7. Pendidikan Kesetaraan
Ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung,
tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang
ingin meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh,
fungsi, dan kedudukan. Lulusan program pendidikan kesetaraan memiliki hak
yang sama dengan pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang
berikutnya yang lebih tinggi.
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang
begitu menjamur, minat masyarakat mengikuti program inipun semakin
meningkat. Program Paket B pun memberi sumbangsih terhadap program wajar
diknas secara nasional mencapai sekitar 3% lulusan Paket A, B dan C terus
meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka
pendidikan kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan
layanan bagi masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan
nonformal. Kini pendidikan kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti
Pembelajaran Langsung, Lumbung Belajar, Layanan Jemput Bola, Home
schooling, dan E-Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga
baik secara perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) atau lembaga penyelenggaraan lainnya.
12

Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat
disinggahi oleh warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan. Jenis lumbung belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang
bergerak mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan
atau kesulitan untuk datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor
kunjungan. Tugas tutor disini sangat berat, ia harus mendatangi warga yang ingin
belajar yang lokasinya cukup jauh, bahkan tutor menggunakan para layang untuk
mencapai sasaran karena letak geografis yang bergunung dan berlembahseperti di
kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara
teratur, terarah, dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di
tempat-tempat lain, dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif
dengan tujuan agar semua potensi anak yang unik dapat berkembang secara
maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi
untuk alternatif sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan
kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi
waktu, keterbatasan ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal
sangat berat, bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang
beragam, apalagi anggaran untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung
tidak sebanding dengan anggaran untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan
nonformal sendiri memiliki andil besar dalam membantu pembangunan
pendidikan di Indonesia. Seperti dikatakan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nonformal sebagai penambah, pengganti dan pelengkap pendidikan
formal, tetapi pendidikan nonformal memberikan warna tersendiri bagi lulusannya
yaitu bagaimana memberdayakan diri, untuk menolong diri sendirinya. Meskipun
tantangannya kini semakin beragam dan begitu kompleks.
13

b. Satuan Pendidikan Nonformal


1. Lembaga Kursus dan Pelatihan
Lembaga Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan nonformal yang
berfungsi menyelenggarakan kursus dan/atau pelatihan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus
dan pelatihan biasanya menyelenggarakan program pendidikan kecapakapan
hidup, program pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, dan program
pendidikan kepemudaan.
2. Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah medium bagi anggota masyarakat yang
tergabung dalam program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling
membelajarkan sesuai dengan tujuan dan target program. Beberapa program
pendidikan nonformal yang mengelompokkan sasaran/warga belajar dalam
kelompok belajar antara lain pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan
PAUD. Biasanya anggota kelompok belajar memiliki kesamaan tujuan dan
motivasi untuk belajar bersama, nilai dan norma yang diakui bersama sebagai
pengikat dalam kelompok.
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang
menampung berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada
pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan PKBM adalah untuk memperluas kesempatan
warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Karena itu PKBM dapat
menyelenggarakan berbagai program pendidikan nonformal sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masyarakat disekitarnya.
4. Majelis Taklim
14

Majelis Taklim merupakan satuan pendidikan nonformal yang


memfokuskan pada pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian
Islam. Tempat kegiatan majelis taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau
kantor-kantor atau di tempat lain yang dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan
majelis taklim adalah kemandirian dan swadaya masyarakat dari masing-masing
anggotanya. Dengan kata lain, majelis taklim adalah lembaga pengajian Islam
yang memiliki ciri-ciri tersendiri dilihat dari sudut metode dan buku pegangan
yang digunakan jama’ah, pengajar (ustaz/ustadzah), materi yang diajarkan, sarana,
dan tujuan.
Peran strategis majelis taklim adalah mewujudkan learning society, yakni
masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa dibatasi usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan menjadi wahana relajar serta menyampaikan pesan-pesan
keagamaan, wadah mengembangkan silaturahmi, dan berbagai kegiatan
keagamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat.
15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pengertian Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Sehingga berdasarkan
beberapa sumber, pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara
teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-
peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal yang ada di sekolah.

B. Saran
Menurut kami, warga masyarakat lebih meningkatkan peranan pendidikan
nonformal dilingkungannya karena tingkat pengangguran di Indonesia semakin
meningkat. Selain itu, tingkat masyarakat yang buta aksarapun semakin banyak
sehingga melalui pendidikan nonformal masyarakat Indonesia diharapkan dapat
mengenyam pendidikan walau hanya pendidikan baca-tulis.
16

DAFTAR PUSTAKA

Kompas. 2008. Tujuan Pembangunan Pendidikan Nonformal. Diakses melalui


http://lpknesscera.blogspot.com/2008/11/tujuan-pembangunan-pendidikan-
non.html.
Mars Imadiklus. 2011. Peranan Pendidikan Nonformal Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini. diakses melalui http://imadiklus.com/2011/11/peranan-pendidikan-non-
formal-dalam-pendidikan-anak-usia-dini.html.
Sudjana.2010.Pendidikan Nonformal.Bandung:Falah.

Anda mungkin juga menyukai