Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

NON BEDAH
RUMAH SAKIT
UMUM INANTA
TanggalTerbit No. Revisi Ditetapkan,
Direktur

0 dr. Nuriana Aswita

JUDUL KEJANG DEMAM

1. Definisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ektrakranium.
2. Anamnesis a. Adanya riwayat kejang demam pada anggota keluarga.
b. Demam oleh karena infeksi saluran pernafaan atas, ottitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
3. PemeriksaanFisik a. Demam oleh krena proses ektra cranial
b. Bentuk kejang demam ada 2 yaitu:
(1) Kejang demam sederhana, dengan ciri-ciri : kejang
berlangsung singkat , < 15 menit kejang umum, tonikklonik
umumnya berhenti sendiri tanpa gerakan fokal atau berulang
dalam 24 jam.
(2) Kejang demam komplikasi, dengan ciri-ciri : kejang lama > 15
menit kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum
didahului kejang parsial berulang atau lebih dari 1 kali dalam
24 jam
c. Tidak ada kelainan neurologis
4. Kriteria Diagnosis a. Kriteria anamnesis
b. Kriteria pemeriksaan fisik diatas
5. Diagnosis Kejang Demam
6. Diagnosis Banding a. Meningitis
b. Ensefalitis
c. Epilepsi
d. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit
7. PemeriksaanPenunjang a. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari
penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah
perifer lengkap, gula darah elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin
atau feses.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
sering kali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasiklinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi
lumbal dianjurkanp ada :
(1) Bayi usia kurang dari 12 bulan : sanga tdianjurkan
(2) Bayiusia 12-18 bulan : dianjurkan
(3) Bayiusia> 18 bulan tidak rutin dilakukan
c. Pencitraan (CT-Scan) dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya :
(1) Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesistruktural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
(2) Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil).
8. Terapi a. Pengobatan medika mentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritma
tatalaksana kejang.
b. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat
demam berupa :
(1) Antipiretik
 Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
NON BEDAH
RUMAH SAKIT
UMUM INANTA
dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
(2) Anti kejang
 Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kg BB setiap 8 jam
atau diazepam rectal dosis 0,5 mg/kg BB setiap 8 jam pada
saat suhu tubuh> 38,50 C. Terdapat efek samping berupa
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39%
kasus.
c. Pengobatan jangka panjang/rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):
 Kejang lama > 15 menit
 Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang :
hemiparesis, paresis Todd, palsiserebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
 Kejangfokal
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika :
 Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam> 4 kali per tahun.
Obat untuk pengobatan jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4
mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asamvalproat (dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pemberian obat ini efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pengobatan diberikan selama
1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-
2 bulan.
9. Edukasi Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga
mengatasi pengalaman menegangkan akibat kejang demam dengan
memberikan informasi mengenai:
a. Prognosis dari kejang demam.
b. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan
intelektual akibat kejang demam.
c. Kejang demam kurang dari 30 meni ttidak mengakibatkan kerusakan
otak.
d. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
e. Rendahnya risiko terkena epilepsy dan kurangnya manfaat
menggunakan terapi obat anti epilepsy dalam mengubah risiko itu.
10. Prognosis a. Ad vitam : bonam
b. Ad sanationam : bonam
c. Ad functionam : bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis Bagian Penyakit Anak
14. Indikator a. Bebas panas 2x24
b. Penyakit penyerta sudah teratasi
15. Kepustakaan a. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit di UPF Anak RSUP Manado
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat Manado1992
b. Omar A, Zainudin NM, Clinical Practical Guidelines on Pneumonia and
Respiraory Tract Infection.
c. UKK Respirologi. Buku Ajar Respirologi
d. Buku Ajar RespirologiAnak IDAI edisiPertama2008
Diketahui Oleh, Disetujui Oleh
Ketua Komite Medik Dokter

dr. Mhd. Aswin Pranata, Sp.Og dr. Leon Agustian,SpA


PANDUAN PRAKTIK KLINIS
NON BEDAH
RUMAH SAKIT
UMUM INANTA

Anda mungkin juga menyukai