ISI
ISI
PENDAHULUAN
Pantai adalah daerah pertemuan antara daratan dan lautan yang memiliki
sifat yang sangat dinamis. Karena merupakan daerah pertemuan dua kondisi
(darat dan laut), pergerakan massa air dan material yang dibawa oleh massa air
ini berlangsung terus-menerus, dengan berbagai variasi situasi yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi perairan darat-laut.
1
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
1.4. MANFAAT
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Abrasi
Abrasi adalah proses erosi diikuti longsoran (runtuhan) pada material
yang masif (batu) seperti tebing pantai. Abrasi disebabkan karena daya
tahan material menurun akibat cuaca (pelapukan) yang menyebabkan
3
daya dukung material dilampaui oleh kekuatan hidraulik (arus dan
gelombang). Proses ini merupakan proses alami.
4
5
Gambar 2.1. Proses Penutupan Muara dan Penampang Memanjang Sungai, Muara dan Laut
2. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke udik
sampai pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi
air laut (pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara
sungai disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen terutama
yang berasal dari hulu sungai. Hal ini dapat terjadi karena aliran sungai
tidak mampu mengangkut sedimen tersebut ke laut.
6
c. Sedimentasi dan pendangkalan muara
Adapun tabel tolok ukur kerusakan pantai disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tolok Ukur Kerusakan Pantai
7
Kode Jenis Kerusakan Bobot Cara Penilaian
8
Kode Jenis Kerusakan Bobot Cara Penilaian
9
2.3. TOLOK UKUR KEPENTINGAN PANTAI
Untuk menentukan urutan prioritas penanganan kerusakan daerah pantai
perlu dilakukan pembobotan jenis kerusakan yang terjadi. Penentuan tingkat
kerusakan saja belum dapat dipergunakan untuk menentukan urutan prioritas,
karena bobot kerusakan dan tingkat kepentingan masing masing kerusakan pada
setiap tempat dan kasus tidaklah sama. Untuk keperluan itu dibuatkan tabel
pembobotan tingkat kerusakan dan tingkat kepentingan yang didasarkan pada
pembobotan yang dilakukan oleh Litbang Pengairan, dengan sedikit modifikasi.
Koefisien
bobot
Skala
No. Jenis Pemanfaatan Ruang tingkat
Kepentingan
kepentingan
(f)
1. Konservasi warisan dunia (seperti pura Internasional
2
Tanah Lot)
2. Pariwisata yang mendatangkan devisa, Kepentingan
tempat ibadah, tempat usaha, industri, Negara
fasilitas pertahanan dan keamanan,
1.75
daerah perkotaan, jalan negara,
bandar udara, pelabuhan, pulau-pulau
terluar
3. Pariwisata domestik, tempat ibadah, Kepentingan
tempat usaha, industri, fasilitas Provinsi
pertahanan dan keamanan, daerah 1.5
perkotaan, jalan provinsi, bandar
udara, pelabuhan
4. Pariwisata domestik, tempat ibadah, Kepentingan
tempat usaha, industri, fasilitas Kabupaten/Kota
pertahanan dan keamanan, daerah 1.25
perkotaan, jalan kabupaten, bandar
udara, pelabuhan
5. Permukiman, pasar desa, jalan desa, Kepentingan lokal
tempat ibadah terkait dengan
penduduk dan 1
kegiatan
perekonomian
6. Lahan pertanian (perkebunan, Kepentingan lokal
persawahan dan pertambakan) rakyat terkait dengan 0.75
pertanian
7. Lahan tidak dimanfaatkan dan tidak Tidak ada
berdampak ekonomis dan lingkungan kepentingan
0.5
tertentu dan tidak
berdampak
10
2.4. PROSEDUR PEMBOBOTAN DAN PENENTUAN PRIORITAS
Untuk melakukan pembobotan dan penentuan urutan prioritas, agar
prosedurnya menjadi sederhana dipergunakan cara tabulasi. Pada suatu daerah
yang akan dinilai, diamati jenis kerusakannya (erosi/abrasi, sedimentasi dan
lingkungan) lalu ditentukan tingkat kerusakannya. Pengamatan tersebut lalu
dikaitkan dengan tataguna lahan dan perekonomian daerah tersebut, untuk
ditentukan tingkat kepentingannya. Bobot tingkat kerusakan dan tingkat
kepentingan lalu dijumlahkan.
Apabila yang dinilai adalah meliputi beberapa daerah maka dapat diurutkan
bobotnya dari yang besar ke yang kecil. Bobot yang besar menunjukkan tingkat
kerusakan dan kepentingan yang tinggi sehingga mendapatkan prioritas yang
besar/tinggi. Dengan diketahuinya urutan prioritas ini pihak pemerintah akan
mengambil kebijakan lebih mudah untuk mengambil keputusan daerah mana yang
akan ditangani lebih dulu (prioritas yang tinggi).
Berdasarkan data dari peninjauan lapangan dan analisis sensitivitas maka
prioritaspenanganan pantai dapat dikelompokkan menjadi:
11
BAB III
PENILAIAN KERUSAKAN PANTAI
12
3.2. PENILAIAN KERUSAKAN PANTAI
Penentuan tolok ukur kerusakan pantai bertujuan untuk menilai kerusakan
pantai secara obyektif untuk keperluan ”engineering judgement” dalam menilai
suatu perubahan terhadap wilayah pantai.
13
1. Penilaian Kerusakan pada Permukiman dan Fasilitas Umum (L-1)
1.
Daerah Pemukiman padat pada 100
kawasan pesisir pantai Ampenan
sebagian besar yang berpofesi sebagai
nelayan.
Jangkauan Gelombang
Kawasan permukiman dan fasilitas
umum ini tidak terjangkau oleh
gelombang
14
2. Penilaian Kerusakan Pantai Karena Pencemaran Perairan Pantai (L-4)
1.
Perairan pantai terlihat sedikit keruh 50
dan terdapat sedikit sampah yang
berupa dedaunan kering dan sampah
plastik. Sampah plastik yang ada
berasal dari kegiatan nelayan yang
berupa terpal-terpal bekas dan
Styrofoam, sedangkan sampah plastik
yang berasal dari masyarakat terlihat
dari jenis sampah plastik yang berupa
kemasan-kemasan plastik detergen,
makanan dan lain-lain.
Daerah perairan pantai ini tidak
berbau.
15
3. Gerusan dan Kerusakan Bangunan (EA-2)
1.
Kondisi bangunan masih relatif baik, 50
namun terjadi sedikit gerusan pada
bangunan.
16
NO. SKETSA & FOTO URAIAN KERUSAKAN BOBOT
17
Tabel 3.1. Data Penilaian Kerusakan Pantai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Pantai Ampenan
Kota Mataram 100 - - 50 - - - - - 50 - - 1.25
Keterangan :
L1 : Kerusakan pada permukiman dan fasilitas umum L7 : Menurunnya kualitas terumbu karang
L2 : Kerusakan pada areal pertanian L8 : Rob pada kawasan pesisir
L3 : Kerusakan kawasan kawasan pesisie karena penambangan pasir EA1 : Perubahan garis pantai
L4 : Menurunnya kualitas perairan pantai karena pencemaran EA2 : Gerusan dan kerusakan bangunan
L5 : Menurunnya kualitas air tanah karena instrusi air laut SP1 : Sedimentasi muara sungai, muara tidak
untuk pelayaran
L6 : Menurunnya kualitas mangrove SP2: Sedimentasi muara sungai, muara untuk
pelayaran
18
Tabel 3.2. Penentuan Prioritas Penanganan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Prioritas A
Pantai
(amat sangat
Ampenan
1. 150 L1, L4 50 EA2 - - 1.25 187.50 C 62.50 E - - diutamakan) :
Kota
bobot > 300
Mataram
2. Prioritas B
(sangat
diutamakan) :
bobot 226 -
300
3. Prioritas C
(diutamakan) :
bobot 151 -
225
4. Prioritas D
(kurang
diutamakan) :
bobot 76 - 150
5. Prioritas A
(tidak
diutamakan) :
bobot < 75
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisa kerusakan pantai Ampenan yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari hasil survey, kondisi pantai Ampenan cukup perlu menjadi
perhatian terutama masyarakat setempat maupun wisatawan, hal ini
terlihat dari sampah yang dibuang sembarangan baik dari pedagang,
pengunjung maupun masyarakat setempat. Adanya bak sampah di
lokasi tersebut kurang dimanfaatkan, apabila dilakukan terus menerus
maka potensi kerusakan daerah pantai akan semakin besar.
4.2. SARAN
Dari hasil penelitian ini, kerusakan pantai Ampenan diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menentukan penanganan yang tepat untuk menangani
permasalahan lingkungan yaitu daerah sepadan pantai yang dibangun untuk
kepentingan pariwisata.
20