Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pantai adalah daerah pertemuan antara daratan dan lautan yang memiliki
sifat yang sangat dinamis. Karena merupakan daerah pertemuan dua kondisi
(darat dan laut), pergerakan massa air dan material yang dibawa oleh massa air
ini berlangsung terus-menerus, dengan berbagai variasi situasi yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi perairan darat-laut.

Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan cenderung bertempat


tinggal dan beraktifitas di kawasan pantai menjadikan kawasan pantai menjadi
kawasan yang sangat penting dan vital. Berbagai kegiatan dan aktifitas kehidupan
seperti pariwisata, eksploitasi sumber daya perikanan, konservasi dan proteksi
biodiversity, eksploitasi minyak bumi, gas, aneka tambang, kehutanan dan lain-
lainnya menjadikan berkembang dan meningkatnya sarana dan prasarana
infrastruktur di kawasan pantai. Perkembangan dan peningkatan infrastruktur
seperti jalan, pelabuhan, bandara, perkantoran, hotel dan lain-lainnya harus
mendapat pengamanan dan terlindungi dari bahaya gelombang laut. Bangunan
pengaman pantai berperan sangat penting.

Pantai Ampenan merupakan kawasan paraiwisata, permukiman, dan


kawasan nelayan bahkan sebagai pusat Depo Pertamina yang merupakan Badan
Usalaha Milik Negara (BUMN). Akibat eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan
perubahan morfologi pantai dimana pembangunan prasarana untuk pariwisata
dan Depo Pertamina mengakibatkan mundurnya garis pantai.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dikaji adalah


kerusakan dan prioritas penanganan pada daerah Pantai Ampenan.

1
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah sebagai berikut :


a. Untuk mengetahui kerusakan-kerusakan yang terjadi di kawasan pantai
Ampenan.
b. Untuk mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi di kawasan pantai
Ampenan.
c. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi
kerusakan yang terjadi di pantai Ampenan.

1.4. MANFAAT

Adapun manfaat dari peneitian ini sebagai berikut:


a. Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap kerusakan-kerusakan
dan upaya penanganan terhadap kawasan pantai.
b. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah dan Masyarakat untuk
memperhatikan keadaan daerah pantai.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. JENIS KERUSAKAN PANTAI


2.1.1. Erosi dan Abrasi
1. Erosi
Erosi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula
yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasok dan
kapasitas angkutan sedimen. Perubahan morphologi pantai jenis ini
biasa terjadi pada pantai landau |(berpasir, atau berlumpur).
Erosi dapat terjadi karena faktor alamiah maupun akibat ulah manusia.
Beberapa penyebab yang sering mengakibatkan terjadinya erosi pantai
antara lain :
a. Faktor Manusia, sebagai berikut :
- Pengaruh adanya bangunan pantai yang menjorok ke laut
- Penambahan material pantai dan sungai
- Pemindahan muara sungai
- Pencemaran perairan pantai yang dapat mematikan karang dan
pohon bakau (mangrove)
- Pengaruh pembuatan bangunan air seperti waduk di hulu dan
bangunan yang melintang sungai, yang ada kecenderungan
menyebabkan berkurangnya sedimen kehilir.
-
b. Faktor Alam yaitu perusakan oleh bencana alam seperti gelombang
badai, tsunami dan gempa.

2. Abrasi
Abrasi adalah proses erosi diikuti longsoran (runtuhan) pada material
yang masif (batu) seperti tebing pantai. Abrasi disebabkan karena daya
tahan material menurun akibat cuaca (pelapukan) yang menyebabkan

3
daya dukung material dilampaui oleh kekuatan hidraulik (arus dan
gelombang). Proses ini merupakan proses alami.

2.1.2. Kerusakan Lingkungan Pantai


Daerah pantai atau pesisir memiliki sifat yang dinamis dan rentan terhadap
perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun aktivitas manusia.
Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan taraf hidupnya,
sehingga melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem dan
sumberdaya alam yang berpengaruh terhadap lingkungan di daerah pantai.
Kerusakan lingkungan pantai dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :
1. Permukiman dan fasilitas umum yang terlalu dekat dengan garis pantai
2. Areal perkebunan terlalu dekat dengan garis pantai
3. Penambangan pasir di kawasan pesisir
4. Pencemaran lingkungan di perairan pantai
5. Penebangan hutan mangrove untuk dijadikan tambak
6. Pengambilan /perusakan terumbu karang
7. Instrusi air laut
8. Banjir akibat Rob air pasang

2.1.3. Sedimentasi dan Pendangkalan Muara


Sedimentasi adalah proses terjadinya pengendapan sedimen. Sedimen di
muara sungai terdiri atas; proses penutupan dan proses pendangkalan
muara.
1. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara sungai (river
mouth) pada pantai yang berpasir atau berlumpur yang mengakibatkan
terjadinya formasi ambang (bar) atau lidah pasir (sand spit) di muara.
Mulut Muara adalah bagian dari muara dimana ambang terbentuk.
Proses ini terjadi karena kecilnya debit sungai terutama di musim
kemarau, sehingga tidak mampu membilas endapan sedimen di mulut
muara.

4
5
Gambar 2.1. Proses Penutupan Muara dan Penampang Memanjang Sungai, Muara dan Laut
2. Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke udik
sampai pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi
air laut (pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara
sungai disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen terutama
yang berasal dari hulu sungai. Hal ini dapat terjadi karena aliran sungai
tidak mampu mengangkut sedimen tersebut ke laut.

2.2. TOLOK UKUR KERUSAKAN PANTAI


Dalam menentukan tingkat perubahan pantai yang dapat dikategorikan
kerusakan daerah pantai adalah tidaklah mudah. Untuk melakukan penilaian
terhadap perubahan pantai diperlukan suatu tolok ukur agar supaya petugas
penilai perubahan pantai dapat lebih obyektif dalam penentuan tingkat kerusakan
tersebut. Namun demikian perlu diketahui bahwa pelaksana tugas ini perlu
keahlian khusus sehingga dapat melakukan "engineering judgment" yang andal
dalam melihat suatu perubahan yang terjadi di daerah pantai. Perubahan pantai
harus dilihat tidak dalam keadaan sesaat, namun harus diamati dalam suatu kurun
waktu tertentu. Perubahan garis pantai yang terjadi sesaat tidak berarti pantai
tersebut tidak stabil, hal ini mengingat pada analisis perubahan garis pantai
dikenal keseimbangan dinamis daerah pantai. Keseimbangan dinamis berarti
pantai tersebut apabila ditinjau pada suatu kurun waktu tertentu (misalnya satu
tahun) tidak terjadi kemajuan ataupun kemunduran yang langgeng, namun pada
waktu-waktu tertentu pantai tersebut dapat maju atau mundur sesuai musim yang
sedang berlangsung pada saat itu. Untuk mengetahui perubahan pantai secara
tepat perlu adanya patok pemantau (monitoring) yang diketahui koordinatnya, dan
dipasang pada tempat-tempat yang rawan erosi dan diamati pada setiap bulan
(minimum dilakukan selama satu tahun).
Tolok ukur berdasarkan Surat edaran Menteri Pekerjaan umum No.
08/SE/M/2010 tentang Pemberlakuan Pedoman Penilaian kerusakan Pantai dan
Prioritas Penanganannya, tolok ukur kerusakan pantai digunakan dengan 3 (tiga)
pendekatan yaitu :
a. Kerusakakan Lingkungan Pantai
b. Erosi/Abrasi dan kerusakan bangunan

6
c. Sedimentasi dan pendangkalan muara
Adapun tabel tolok ukur kerusakan pantai disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tolok Ukur Kerusakan Pantai

Kode Jenis Kerusakan Bobot Cara Penilaian

I Kerusakan Lingkungan Pantai


L1 Permukiman dan 1 rumah sampai dengan 5 rumah berada di
fasilitas umum 50
sempadan pantai, tidak terjangkau gelombang badai
1 rumah sampai dengan 6 rumah sampai dengan 10
100 rumah berada di sempadan pantai, tidak terjangkau
gelombang
1 rumah sampai dengan 5 rumah berada di
150 sempadan pantai dalam jangkauan gelombang
badai
6 rumah sampai dengan 10 rumah berada di
200 sempadan pantai dalam jangkauan gelombang
badai
> 10 rumah berada di sempadan pantai dalam
250
jangkauan gelombang badai
L2 Kerusakan pada areal Areal berada pada pantai yang tidak mudah tererosi,
pertanian 50
lokasi 0 m sampai dengan 100 m
Areal berada pada pantai yang mudah tererosi,
100
lokasi 0 m sampai dengan 100 m
Areal pertanian mengalami kerusakan ringan akibat
150
hempasan gelombang
Areal pertanian mengalami kerusakan sedang akibat
200
hempasan gelombang
Areal pertanian mengalami kerusakan berat akibat
250
hempasan gelombang
L3 Kerusakan kawasan Lokasi penambangan berada pada jarak antara 200
kawasan pesisir 50 m sampai dengan 500 m, dilakukan dengan alat
karena menurunnya berat (mekanik)
kualitas perlindungan Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai
alami kawasan gemuk 100
dengan 200 m, dilakukan dengan alat tradisional
pasir
Lokasi penambangan pada jarak 100 m sampai
150 dengan 200 m, dilakukan dengan alat berat
(mekanik)
Lokasi penambangan pada jarak < 100 m, dilakukan
200
dengan alat tradisional
Lokasi penambangan pada jarak < 100 m, dilakukan
250
dengan alat berat (mekanik)
L4 Menurunnya kualitas Perairan pantai terlihat keruh, sedikit sampah, dan
perairan pantai karena 50
tidak ada bau.
pencemaran
Perairan terlihat keruh, kandungan sampah/minyak
100
sedang, dan tidak berbau.

7
Kode Jenis Kerusakan Bobot Cara Penilaian

Perairan pantai yang terlihat coklat, kandungan


150
sampah/minyak sedang, dan tidak berbau
Perairan pantai terlihat hitam, kandungan
200 sampah/minyak sedang dan bau cukup
mengganggu berbau
Perairan pantai terlihat hitam pekat, banyak
250
sampah/minyak dan bau menyengat
L5 Menurunnya kualitas Kadar garam 0,5 g/l sampai dengan 2,5 g/l
air tanah karena 50
terdeteksi pada 1 sumur sampai dengan 5 sumur
instrusi air laut
Kadar garam 0,5 g/l sampai dengan 2,5 g/l
100
terdeteksi pada 6 sumur atau lebih
Kadar garam 2,5 g/l sampai dengan 5 g/l terdeteksi
150
pada 1 sumur sampai dengan 5 sumur
Kadar garam 2,5 g/l sampai dengan 5 g/l terdeteksi
200
pada 6 sumur atau lebih
Kadar garam > 5 g/l terdeteksi pada 6 sumur atau
250
lebih atau lebih
L6 Menurunnya kualitas Ketebalan hutan (tanaman) mangrove masih 30 m
mangrove 50
sampai dengan 50 m, kondisi tanaman jarang
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai
100
dengan 30 m, kondisi tanaman rapat
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove 10 m sampai
150
dengan 30 m, kondisi tanaman jarang
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove < 10 m,
200
kondisi tanaman rapat
Ketebalan hutan (tanaman) mangrove < 10 m,
250
kondisi tanaman jarang
L7 Menurunnya kualitas
terumbu karang 50 Kerusakan di bawah 10 % luas kawasan

Kerusakan berkisar antara 10% sampai dengan 20


100
%, luas kawasan
Kerusakan berkisar antara 20% sampai dengan 30
150
%, luas kawasan
Kerusakan berkisar antara 30% sampai dengan 40
200
%, luas kawasan

250 Kerusakan lebih dari 40% luas kawasan


L8 Rob pada kawasan
pesisir 50 Saluran drainasi lokal penuh saat terjadi rob

Saluran drainasi lokal pada tempat-tempat tertentu


100
meluap pada saat terjadi rob
Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai
150 dengan 20 cm pada skala sedang (paling tidak satu
jalur jalan utama tergenang)
Tinggi genangan di jalan antara 0 cm sampai
200 dengan 20 cm pada skala luas (paling tidak dua jalur
jalan utama tergenang)

8
Kode Jenis Kerusakan Bobot Cara Penilaian

250 Tinggi genangan > 20 cm pada skala luas

II Erosi/Abrasi dan kerusakan bangunan


EA1 Perubahan garis Garis pantai maju mundur, tetapi masih stabil
pantai 50
dinamis

100 Pantai mundur < 1 m/tahun

150 Pantai mundur 1 m/tahun sampai dengan 2 m/tahu

200 Pantai mundur 2 m/tahun sampai dengan 3 m/tahun

250 Pantai mundur > 3 m/tahun


EA2 Gerusan dan
kerusakan bangunan 50 Bangunan masih dapat berfungsi baik diatas 75%

Bangunan masih berfungsi 50% sampai dengan


100
75%
Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan
150
50% tetapi tidak membahayakan lingkungan
Bangunan berfungsi tinggal 25% sampai dengan
200
50% dan membahayakan lingkungan
Bangunan sudah rusak parah dan membahayakan
250
lingkungan
III Sedimentasi dan pendangkalan muara
SP1 Sedimentasi muara Muara sungai relatif stabil dan alur muara tinggal
sungai, muara tidak 50
50% sampai dengan 75%
untuk pelayaran
Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal
100
50% sampai dengan 75 %
Muara sungai tidak stabil dan alur muara tinggal
150
25% sampai dengan 50 %
Muara sungai tidak stabil dan kadang kadang
200
tertutup

250 Muara sungai tidak stabil dan setiap tahun tertutup


SP2 Sedimentasi muara Muara sungai stabil alur menyempit dan perahu
sungai, muara untuk 50
masih dapat masuk
pelayaran
Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi
100
perahu masih dapat masuk
Muara sungai tidak stabil, alur menyempit tetapi
150
perahu sulit masuk
Muara sungai tidak stabil, perahu hanya dapat
200
masuk pada saat pasang
Perahu tidak dapat masuk karena terjadi penutupan
250
muara

9
2.3. TOLOK UKUR KEPENTINGAN PANTAI
Untuk menentukan urutan prioritas penanganan kerusakan daerah pantai
perlu dilakukan pembobotan jenis kerusakan yang terjadi. Penentuan tingkat
kerusakan saja belum dapat dipergunakan untuk menentukan urutan prioritas,
karena bobot kerusakan dan tingkat kepentingan masing masing kerusakan pada
setiap tempat dan kasus tidaklah sama. Untuk keperluan itu dibuatkan tabel
pembobotan tingkat kerusakan dan tingkat kepentingan yang didasarkan pada
pembobotan yang dilakukan oleh Litbang Pengairan, dengan sedikit modifikasi.

Tabel 2.2. Bobot Tingkat Kepentingan

Koefisien
bobot
Skala
No. Jenis Pemanfaatan Ruang tingkat
Kepentingan
kepentingan
(f)
1. Konservasi warisan dunia (seperti pura Internasional
2
Tanah Lot)
2. Pariwisata yang mendatangkan devisa, Kepentingan
tempat ibadah, tempat usaha, industri, Negara
fasilitas pertahanan dan keamanan,
1.75
daerah perkotaan, jalan negara,
bandar udara, pelabuhan, pulau-pulau
terluar
3. Pariwisata domestik, tempat ibadah, Kepentingan
tempat usaha, industri, fasilitas Provinsi
pertahanan dan keamanan, daerah 1.5
perkotaan, jalan provinsi, bandar
udara, pelabuhan
4. Pariwisata domestik, tempat ibadah, Kepentingan
tempat usaha, industri, fasilitas Kabupaten/Kota
pertahanan dan keamanan, daerah 1.25
perkotaan, jalan kabupaten, bandar
udara, pelabuhan
5. Permukiman, pasar desa, jalan desa, Kepentingan lokal
tempat ibadah terkait dengan
penduduk dan 1
kegiatan
perekonomian
6. Lahan pertanian (perkebunan, Kepentingan lokal
persawahan dan pertambakan) rakyat terkait dengan 0.75
pertanian
7. Lahan tidak dimanfaatkan dan tidak Tidak ada
berdampak ekonomis dan lingkungan kepentingan
0.5
tertentu dan tidak
berdampak

10
2.4. PROSEDUR PEMBOBOTAN DAN PENENTUAN PRIORITAS
Untuk melakukan pembobotan dan penentuan urutan prioritas, agar
prosedurnya menjadi sederhana dipergunakan cara tabulasi. Pada suatu daerah
yang akan dinilai, diamati jenis kerusakannya (erosi/abrasi, sedimentasi dan
lingkungan) lalu ditentukan tingkat kerusakannya. Pengamatan tersebut lalu
dikaitkan dengan tataguna lahan dan perekonomian daerah tersebut, untuk
ditentukan tingkat kepentingannya. Bobot tingkat kerusakan dan tingkat
kepentingan lalu dijumlahkan.
Apabila yang dinilai adalah meliputi beberapa daerah maka dapat diurutkan
bobotnya dari yang besar ke yang kecil. Bobot yang besar menunjukkan tingkat
kerusakan dan kepentingan yang tinggi sehingga mendapatkan prioritas yang
besar/tinggi. Dengan diketahuinya urutan prioritas ini pihak pemerintah akan
mengambil kebijakan lebih mudah untuk mengambil keputusan daerah mana yang
akan ditangani lebih dulu (prioritas yang tinggi).
Berdasarkan data dari peninjauan lapangan dan analisis sensitivitas maka
prioritaspenanganan pantai dapat dikelompokkan menjadi:

1) Prioritas A (amat sangat diutamakan - darurat) : bobot > 300


2) Prioritas B (sangat diutamakan) : bobot 226 sampai dengan
300
3) Prioritas C (diutamakan) : bobot 151 sampai dengan
225
4) Prioritas D (kurang diutamakan) : bobot 76 sampai dengan
150
5) Prioritas E (tidak diutamakan) : bobot < 75

11
BAB III
PENILAIAN KERUSAKAN PANTAI

3.1. GAMBARAN UMUM LOKASI


Pantai Ampenan merupakan salah satu destinasi wisata di Kota Mataram
yang saat ini cukup ramai dikunjungi pleh wisatawan lokal. Sebagai destinasi
wisata yang digandrungi masyarakat tentunya pantai Ampenan akan mengalami
perubahan morfologi pantai karena adanya bangunan penunjang untuk sarana
pariwisata. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan sepanjang 100 meter di
pantai Ampenan diantaranya mengalami beberapa permasalahan kerusakan
lingkungan.

Adapun lokasi Pantai Ampenan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.1. Peta Lokasi Peninjauan Kerusakan Pantai Ampenan

12
3.2. PENILAIAN KERUSAKAN PANTAI
Penentuan tolok ukur kerusakan pantai bertujuan untuk menilai kerusakan
pantai secara obyektif untuk keperluan ”engineering judgement” dalam menilai
suatu perubahan terhadap wilayah pantai.

13
1. Penilaian Kerusakan pada Permukiman dan Fasilitas Umum (L-1)

NO. SKETSA & FOTO URAIAN KERUSAKAN BOBOT

1.
Daerah Pemukiman padat pada 100
kawasan pesisir pantai Ampenan
sebagian besar yang berpofesi sebagai
nelayan.
Jangkauan Gelombang
Kawasan permukiman dan fasilitas
umum ini tidak terjangkau oleh
gelombang

14
2. Penilaian Kerusakan Pantai Karena Pencemaran Perairan Pantai (L-4)

NO. SKETSA & FOTO URAIAN KERUSAKAN BOBOT

1.
Perairan pantai terlihat sedikit keruh 50
dan terdapat sedikit sampah yang
berupa dedaunan kering dan sampah
plastik. Sampah plastik yang ada
berasal dari kegiatan nelayan yang
berupa terpal-terpal bekas dan
Styrofoam, sedangkan sampah plastik
yang berasal dari masyarakat terlihat
dari jenis sampah plastik yang berupa
kemasan-kemasan plastik detergen,
makanan dan lain-lain.
Daerah perairan pantai ini tidak
berbau.

15
3. Gerusan dan Kerusakan Bangunan (EA-2)

NO. SKETSA & FOTO URAIAN KERUSAKAN BOBOT

1.
Kondisi bangunan masih relatif baik, 50
namun terjadi sedikit gerusan pada
bangunan.

16
NO. SKETSA & FOTO URAIAN KERUSAKAN BOBOT

17
Tabel 3.1. Data Penilaian Kerusakan Pantai

Bobot Tingkat Kerusakan

Erosi/abrasi dan Koefisien


No. Lokasi Lingkungan kerusakan Sedimentasi bobot tingkat
bangunan kepentingan

L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 EA1 EA2 SP1 SP2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Pantai Ampenan
Kota Mataram 100 - - 50 - - - - - 50 - - 1.25

Keterangan :

L1 : Kerusakan pada permukiman dan fasilitas umum L7 : Menurunnya kualitas terumbu karang
L2 : Kerusakan pada areal pertanian L8 : Rob pada kawasan pesisir
L3 : Kerusakan kawasan kawasan pesisie karena penambangan pasir EA1 : Perubahan garis pantai
L4 : Menurunnya kualitas perairan pantai karena pencemaran EA2 : Gerusan dan kerusakan bangunan
L5 : Menurunnya kualitas air tanah karena instrusi air laut SP1 : Sedimentasi muara sungai, muara tidak
untuk pelayaran
L6 : Menurunnya kualitas mangrove SP2: Sedimentasi muara sungai, muara untuk
pelayaran

18
Tabel 3.2. Penentuan Prioritas Penanganan

Berdasarkan berdasarkan Berdasarkan


kerusakan kerusakan kerusakan
Bobot tingkat kerusakan lingkungan dan erosi/abrasi dan sedimentasi dan
tingkat tingkat tingkat
Koefisien kepentingannya kepentingannya kepentingannya
tingkat
No. Lokasi Keterangan
kepenting
Erosi/Abrasi an (f)
Lingkungan dan kerusakan Sedimentasi Bobot Bobot Bobot
bangunan akhir Prioritas akhir Prioritas akhir Prioritas
(3) x (9) (5) x (9) (7) x (9)
Bobot Kode Bobot Kode Bobot Kode

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Prioritas A
Pantai
(amat sangat
Ampenan
1. 150 L1, L4 50 EA2 - - 1.25 187.50 C 62.50 E - - diutamakan) :
Kota
bobot > 300
Mataram
2. Prioritas B
(sangat
diutamakan) :
bobot 226 -
300
3. Prioritas C
(diutamakan) :
bobot 151 -
225
4. Prioritas D
(kurang
diutamakan) :
bobot 76 - 150
5. Prioritas A
(tidak
diutamakan) :
bobot < 75
19
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisa kerusakan pantai Ampenan yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari hasil survey, kondisi pantai Ampenan cukup perlu menjadi
perhatian terutama masyarakat setempat maupun wisatawan, hal ini
terlihat dari sampah yang dibuang sembarangan baik dari pedagang,
pengunjung maupun masyarakat setempat. Adanya bak sampah di
lokasi tersebut kurang dimanfaatkan, apabila dilakukan terus menerus
maka potensi kerusakan daerah pantai akan semakin besar.

2. Prioritas penanganan untuk kerusakan lingkungan pantai yaitu C


(diutamakan). Penanganan tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat
sendiri terutama pada daerah permukiman nelayan agar memanfaatkan
daerah pantai sebagaimana mestinya dan menjaga kebersihan pantai.

4.2. SARAN
Dari hasil penelitian ini, kerusakan pantai Ampenan diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menentukan penanganan yang tepat untuk menangani
permasalahan lingkungan yaitu daerah sepadan pantai yang dibangun untuk
kepentingan pariwisata.

20

Anda mungkin juga menyukai