SKRIPSI
Oleh :
Angelina Rosari Hane
NIM : 148114170
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENETAPAN KADAR TIMBAL
(Pb) DALAM AIR SUNGAI GAJAH WONG YOGYAKARTA DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Oleh :
Angelina Rosari Hane
NIM : 148114170
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Do not wait; the time will never be ‘just right.’ Start where you stand, and
work with whatever tools you may have at your command, and better tools
will be found as you go along.”
—George Herbert
Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria atas limpahan berkat-Nya
iv
v
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
limpahan berkat, cinta dan penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Validasi Metode Analisis dan Penetapan Kadar Timbal (Pb)
dalam Air Sungai Gajah Wong Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri
Serapan Atom” dengan baik sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S. Farm.) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian bapak Florentinus Dika
Octa Riswanto, M.Sc. yang berjudul “ Kualitas lingkungan Sungai Gajah Wong
ditinjau dari Penghambatan Enzim Asetikolinesterase” berdasarkan SK No.
013/LPPM USD/III/2016.
Keberhasilan penulis selama proses penyusunan dan pelaksanaan skripsi
ini, sejak awal hingga akhir tentunya tidak terlepas dari kontribusi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan rasa syukur dan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah sabar membimbing dan memotivasi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. dan Ibu Dr. Christine Patramurti,
Apt. selaku Dosen Penguji atas arahan, saran dan kritik membangun yang telah
diberikan kepada penulis.
4. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc, Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan
fasilitas laboratorium dalam penelitian ini.
5. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt., selaku dosen pembimbing akademik atas
perhatian dan arahannya selama ini.
6. Mas Bimo dan Mas Bima selaku laboran dan karyawan Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah membantu penulis selama penelitian.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Titik Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong ....................3
Tabel II. Data Absorbansi dari Enam Seri Baku Timbal ........................................8
Tabel III. Nilai Uji Akurasi dan Presisi Intraday ...................................................11
Tabel IV. Nilai Uji Akurasi dan Presisi Interday ...................................................11
Tabel V. Data Perhitungan Perolehan Kembali (% recovery) .............................11
Tabel VI. Kadar Timbal dalam Sampel Air Sungai Gajah Wong Yogyakarta ......13
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
ABSTRACT
xii
INTISARI
Kata kunci: SSA, Sungai Gajah Wong river, timbal, validasi, air.
xiii
PENDAHULUAN
Pencemaran didefinisikan sebagai adanya polutan atau energi ke lingkungan
dengan konsentrasi yang mengganggu fungsi biologis atau membawa risiko kepada
manusia atau makhluk hidup lain (Fernández-luqueño et al., 2013). Salah satu
pencemaran lingkungan yang paling beresiko adalah pencemaran air sungai, karena
merupakan perairan terbuka yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh alam sekitar
(Sunardi and Supriyanto, 2009).
Sungai merupakan sumber utama air minum dan irigasi untuk pertanian,
menjaga kesuburan tanah serta transportasi. Pencemaran sungai dapat terjadi karena
proses alamiah seperti pengikisan batuan sekitar perairan dan partikulat debu yang
mengandung logam berat dan dibawa oleh air hujan (Sunardi and Supriyanto,
2009). Sebagian besar sungai daerah perkotaan di negara berkembang menjadi titik
akhir pembuangan limbah oleh industri. Proses industri seperti penyamakan kulit,
pabrik baja, produsen baterai, dan pembangkit listrik, bersama dengan operasi
pertambangan yang membuang limbah cair mengandung logam, serta pupuk dan
pestisida menimbulkan penurunan kualitas air (Sikder et al., 2012).
Sungai Gajah Wong merupakan salah satu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)
Opak yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi wilayah Kabupaten
Sleman, Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebelum masuk ke perkotaan,
Sungai Gajah Wong melalui areal pertanian, sehingga sebagian besar limbah kimia
pertanian akan masuk dan mencemari Sungai Gajah Wong. Setelah masuk
perkotaan, Sungai Gajah Wong melewati perkampungan penduduk dan membawa
limbah rumah tangga (Sunardi and Supriyanto, 2009).
Salah satu polutan yang perlu diperhatikan adalah logam berat, yaitu
timbal. Timbal (Pb) merupakan salah satu elemen yang paling beracun, memiliki
efek akumulatif dan merupakan pencemar utama di lingkungan (Naseri et al. 2008).
Timbal sangat berbahaya dengan efek buruk ireversibel, terutama mempengaruhi
sistem saraf pusat, hematopoietik, hati dan sistem ginjal sehingga mengakibatkan
gangguan serius (Flora et al., 2012).
Menurut Sunardi dan Supriyanto (2009), kadar timbal yang terdapat
dalam sedimen Sungai Gajah Wong adalah 58,75 ± 1,20 µg/g. Dengan adanya
1
bahaya pencemaran timbal pada air sungai, diperlukan metode analisis yang
selektif sehingga dapat menggambarkan kadar timbal sebenarnya dalam air Sungai
Gajah Wong. Batas konsentrasi timbal yang boleh ada dalam air mineral alami
adalah 0,01 µg/mL (BSNI, 2009).
Spektrofotometer serapan atom (SSA) merupakan instrumen yang paling
banyak digunakan untuk analisis kuantitatif logam berat dalam sampel lingkungan
(Morais et al., 2012), diantaranya penggunaan SSA dalam penetapan kadar timbal
dalam sedimen Sungai Gajah Wong (Sunardi and Supriyanto, 2009) dan perairan
Wedung (Azhar et al. 2012). Metode analisis spektrofotometri serapan atom
memiliki prinsip berdasarkan absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya
(Gandjar and Rohman, 2007). Dari hasil validasi metode SSA tipe nyala pada
analisis timbal dalam contoh uji air laut, panjang gelombang 217,0 nm dapat
memberikan hasil yang akurat dan sensitif (Purwanto and Supriyanto, 2010),
sehingga dalam penelitian peneliti menggunakan panjang gelombang 217,0 nm.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memvalidasi metode analisis
melalui parameter LoQ dan LoD, kurva baku, akurasi dan presisi serta menetapkan
kadar timbal dalam air Sungai Gajah Wong dengan metode SSA. Setelah metode
tervalidasi, kadar timbal sebenarnya dalam air Sungai Gajah Wong dapat dihitung
dan dibandingkan dengan batas keamanan yang telah ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan penelitian
Alat yang digunakan: seperangkat instrumen spektrofotometer serapan
atom/SSA (Agilent Technologies, seri 240FS AA) dengan bahan bakar berupa gas
asetilen (C2H2) dan udara yang terdapat di Laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, lampu katoda berongga (Agilent Hollow Cathode
Lamp) Timbal, botol kaca gelap, hotplate (Scilogex, MS-H-S), kertas saring,
milipore ukuran pori 0,45 μm, kertas pH, mikropipet (Socorex) dan alat gelas yang
lazim digunakan di laboratorium analisis.
2
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel air Sungai Gajah
Wong Yogyakarta, aquademineralisata (PT. Brataco), asam nitrat (HNO3) 65% dan
larutan baku Timbal 1000 µg/mL (Merck).
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September 2017. Pada tiap
lokasi dilakukan tiga kali pengambilan sampel masing-masing sebanyak 5 L pada
tiga titik dalam satu area agar diperoleh sampel yang representatif. Ketiga sampel
tiap titik dihomogenisasi dalam ember besar dan diambil 250 mL untuk dianalisis.
Tabel I menunjukkan titik lokasi pengambilan sampel air Sungai Gajah Wong.
Tabel I.Titik Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong
Jalan Asem Gede, Condong Catur, Depok, Sleman 07⁰ 45' 00.1"S,
GW 1
(Utara RS JIH) 110⁰ 24' 08.1"E
Penyimpanan sampel
3
batas, digojog hingga homogen, sehingga diperoleh 1000 mL larutan HNO3 0,05 M
(BSNI, 2009).
Penentuan linearitas
Diambil sejumlah 0,15; 0,25; 0,35; 0,45; 0,55 dan 0,65 mL dari larutan
intermediet 10 µg/mL dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL
sehingga didapatkan konsentrasi 0,15; 0,25; 0,35; 0,45; 0,55 dan 0,65 µg/mL,
diencerkan dengan HNO3 0,05 M hingga tanda batas, lalu diukur serapannya
dengan panjang gelombang 217,0 nm. Linearitas diuji secara statistik menggunakan
persamaan regresi yaitu y= bx+a, untuk melihat korelasi konsentrasi dan absorbansi
yang didapatkan.
4
𝚺 (y−ŷ)2
Simpangan Baku (𝑆𝑦/𝑥) = √ (1)
n−2
5
𝑆𝐷
% RSD = × 100% (5)
x̅
Keterangan :
x̅= kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
6
Analisa hasil
Metode analisis dikatakan valid ketika memenuhi parameter batas deteksi
(LoD) dan batas kuantitasi (LoQ), linearitas, akurasi serta presisi. Kriteria
tercapainya linearitas yaitu ketika koefisien korelasi (r) adalah ≥ 0,995. Dengan
metode regresi linier, nilai konsentrasi (µg/mL) terhadap absorbansi diplotkan dari
masing-masing seri larutan baku sehingga didapatkan persamaan y = bx+a (y= nilai
absorbansi, x = konsentrasi analit, a = intersep, b = slope). Akurasi dilihat dari
persen akurasi yang didapatkan (80-110%), sementara presisi dilihat dari %RSD <
15% (González and Herrador, 2007). Penetapan kadar timbal dilakukan dengan
memasukkan nilai absorbansi (y) ke dalam persamaan kurva baku linearitas hingga
didapatkan kadar timbal (x), dinyatakan dalam µg/mL. Untuk analisis deskriptif,
peneliti melihat kondisi pencemaran timbal (Pb) dalam air Sungai Gajah Wong
dengan membandingkan konsentrasi timbal yang didapatkan terhadap batas
maksimal kadar timbal yang ditetapkan oleh BSNI (2009) untuk air mineral alami
yaitu 0,01 µg/mL.
Spesifisitas metode
Parameter spesifisitas metode adalah kemampuan untuk mengukur analit
atau unsur yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-
komponen lain sebagai matriks (Supriyanto and Purwanto, 2010). Metode SSA
menjadi spesifik untuk analisis kuantitatif Pb ketika disiapkan dalam kondisi
optimal dimana penentuan kadar Pb menggunakan lampu katoda berongga timbal,
dengan panjang gelombang 217,0 nm, arus lampu, lebar celah, tinggi burner dan
juga jenis gas pembakar dan oxidan yang sesuai (asetilen/ udara).
7
Validasi metode analisis
Validasi metode analisis pada dasarnya perlu dilakukan untuk menjamin
bahwa metode yang digunakan spesifik, akurat dan reprodusibel sehingga hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini, peneliti mengukur
beberapa parameter validasi yaitu linearitas, spesifisitas, batas deteksi (LoD) dan
batas kuantitasi (LoQ), akurasi serta presisi.
Kurva Baku
Kurva baku adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara absorbansi
dan konsentrasi larutan baku Pb. Koefisien korelasi diperoleh dari persamaan kurva
baku y = bx+ a, dimana b adalah slope, a adalah intersep, y dan x secara berturut-
turut adalah absorbansi dan konsentrasi seri larutan baku. Koefisien korelasi (r)
menggambarkan kemampuan suatu metode dalam memperoleh hasil uji yang
secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
diberikan.
Tabel II. Data Absorbansi dari Enam Seri Baku Timbal
Replikasi I Replikasi 2 Replikasi 3
8
dan sebanyak 0,28% dipengaruhi faktor lainnya (Saadah et al., 2014). Nilai b atau
slope kurva baku menggambarkan sensitivitas metode.
0.0250
0.0100
0.0050
0.0000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi timbal (µg/mL)
9
standar deviasi dari respon blanko, sehingga semakin besar slope akan
menghasilkan konsentrasi yang semakin kecil dan menunjukkan metode tersebut
semakin sensitif (Kalra, 2011). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan kurva
kalibrasi dengan r = 0,9975, diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi metode
secara berturut-turut adalah 0,0223 µg/mL dan 0,0742 µg/mL. Dari nilai LoQ yang
didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi timbal terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima untuk
metode ini adalah ≥ 0,0742 µg/mL.
10
Tabel III. Nilai Uji Akurasi dan Presisi Intraday (n=3)
Rata-rata kadar
Level terukur (µg/mL)
CA SD RSD(%) Akurasi(%)
Kadar
CU CF
Rendah 0,1 0,2736 0,0135 4,9383 87,8378
Sedang 0,2 0,1858 0,3716 0,0376 10,1232 92,9054
Tinggi 0,3 0,5023 0,0186 3,7046 105,4805
Rata-rata kadar
Level terukur (µg/mL)
CA SD RSD(%) Akurasi(%)
Kadar
CU CF
Rendah 0,1 0,2935 0,0230 7,8277 89,7147
Sedang 0,2 0,2038 0,3896 0,0162 4,1683 92,9054
Tinggi 0,3 0,5041 0,0108 2,1465 101,1001
11
udara, mineral dalam asam serta wadah pereaksi atau alat gelas yang digunakan
selama destruksi. Hal ini dikarenakan tidak ada alat gelas yang benar-benar inert
terhadap reagen yang digunakan. Sementara itu rendahnya perolehan kembali dapat
disebabkan oleh adanya adsorpsi ke dinding wadah, penguapan, kopresipitasi dan
koekstraksi (Twyman, 2005).
Penetapan kadar
Sebelum masuk ke penetapan kadar, sampel terlebih dahulu dipreparasi
melalui destruksi basah. Destruksi basah digunakan karena sampel yang akan
dianalisis berupa air sungai. Fungsi dari destruksi adalah untuk memutus ikatan
antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis (Dewi, 2012). Dalam
destruksi basah terjadi reaksi oksidasi, dimana penguraian sampel organik oleh
asam pengoksidasi panas atau campuran asam pada akhirnya akan menghasilkan
karbon dioksida, air, dan senyawa volatil lainnya sehingga meninggalkan garam
atau senyawa anorganik (Twyman, 2005). Senyawa anorganik yang terlarut dalam
larutan asam kuat berada dalam bentuk kation logam dan ikatan kimia dengan
senyawa organik yang telah terurai (Dewi 2012). Sampel didestruksi dalam lemari
asam menggunakan HNO3 pekat dan melalui pemanasan (hotplate) pada suhu
100ᵒC selama 120 menit (Mohammed et al., 2017) hingga volume <10mL. Dalam
Twyman (2005) dan Ranasinghe et al. (2016) dinyatakan bahwa destruksi basah
menggunakan HNO3 mendapatkan %recovery terbesar dibanding metode lainnya.
Persamaan 7 menggambarkan reaksi antara logam yang berikatan dengan senyawa
organik dan HNO3 selama proses destruksi:
12
pada proses penyerapan radiasi sumber cahaya oleh atom-atom pada tingkat energi
dasar (ground state) pada panjang gelombang spesifik yang kemudian tereksitasi.
Banyaknya intensitas radiasi akan sebanding dengan jumlah atom pada ground
state yang menyerap energi radiasi lalu akan dibaca sebagai absorbansi sehingga
konsentrasi dapat ditentukan (Boybul and Haryati, 2009). Penyerapan radiasi
menyebabkan atom tereksitasi, Absorbansi sampel dimasukkan ke rumus regresi
linier untuk mendapatkan kadar timbal (x) dalam sampel air Sungai Gajah Wong
dan kadar sebenarnya dengan memperhitungkan faktor pengenceran. dihitung
menggunakan formula 8. Data kadar timbal disajikan dalam Tabel VI.
Keterangan :
C : kadar yang didapatkan dari hasil pengukuran (µg/mL)
fp : faktor pengenceran
(BSNI, 2009)
Berdasarkan data dalam Tabel VI, kadar timbal pada keenam titik lokasi
sampel tidak dapat dinyatakan menggunakan rumus regresi linier dikarenakan
seluruh sampel memperlihatkan absorbansi di bawah rentang kurva baku, yang
berarti, jika ada, keenam lokasi memiliki cemaran timbal < 0,15 µg/mL.
Tabel VI. Kadar Timbal dalam Sampel Air Sungai Gajahwong Yogyakarta
Kode lokasi Rata-rata kadar timbal dalam sampel (µg/mL)
GW 1 Tidak dapat ditentukan
GW 2 Tidak dapat ditentukan
GW 3 Tidak dapat ditentukan
GW 4 Tidak dapat ditentukan
GW 5 Tidak dapat ditentukan
GW 6 Tidak dapat ditentukan
Untuk menganalisis timbal sendiri, instrumen SSA yang dipakai bekerja optimal
pada konsentrasi 0,1-30 µg/mL (Agilent Technologies, 2017), sedangkan untuk
batas deteksi instrumen yaitu 0,05 µg/mL (Agilent Technologies, 2014). Batas
kuantitasi metode dan batas deteksi instrumen yang didapatkan melebihi batas
13
maksimal timbal yang diperbolehkan dalam air mineral alami. Beberapa alternatif
preparasi sampel yang dapat dilakukan untuk agar kadar Pb dapat terbaca pada
instrumen SSA adalah dengan penambahan volume sampel destruksi atau
pemekatan sampel. Metode analisis dinyatakan tervalidasi namun tidak cukup
sensitif untuk mengukur kadar timbal dalam sampel dengan kadar < 0,15 µg/mL,
sehingga diperlukan metode yang lebih sensitif. Berdasarkan penelitian Andriyani
et al (2014), batas deteksi metode Graphite Furnace Atomic Absorption
Spectrophotometry (GFAAS) untuk timbal adalah 0,025 ppb. Selain itu terdapat
metode lainnya yaitu Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS).
Dalam penelitian milik Djedjibegovic et al (2012), batas deteksi ICP-MS untuk
timbal adalah 0,008 ppb. Kedua metode tersebut lebih sensitif dibandingkan dengan
AAS karena memiliki batas deteksi yang lebih kecil dari AAS dan berada di bawah
ambang batas timbal yang ditentukan BSNI (2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan batas deteksi metode (LoD)
sebesar 0,0223 µg/mL, batas kuantitasi metode (LoQ) sebesar 0,0742 µg/mL,
koefisien korelasi (r) untuk linearitas 0,9986, persen akurasi dan presisi memenuhi
kriteria yang ditentukan. Metode dinyatakan tervalidasi, namun tidak sensitif untuk
mengukur kadar timbal dalam sampel air sungai karena menunjukkan konsentrasi
di bawah LoQ dan rentang kurva baku. Diperlukan metode yang lebih sensitif untuk
mengukur sampel dengan kandungan Pb pada kadar <0,15 µg/mL.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan penggunaan metode GFAAS
atau ICP-MS dalam pengukuran kadar timbal dalam sampel dengan konsentrasi
yang sangat kecil.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Methodology. International Conference on Harmonization, 1994 (November
1996), 17.
Kalra, K., 2011. Quality Control of Herbal Medicines and Related Areas. InTech.
China: InTech.
Merck, 2017, 100456│Asam nitrat 65% [online], Merck KGaA, Available from :
http://www.merckmillipore.com [Accessed 17 March 2018].
Miller, J.N. and Miller, J.C., 2010. Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry. Sixth Edit. Harlow, England: Pearson Education Limited.
Mohammed, E., Mohammed, T., and Mohammed, A., 2017. Optimization of acid
digestion for the determination of Hg, As, Se, Sb, Pb and Cd in Fish Muscle
Tissue. MethodsX article.
Morais, S., Costa, F.G. e, and Pereira, M. de L., 2012. Heavy Metals and Human
Health. Environmental Health – Emerging Issues and Practice, 227–246.
Naseri, M.T., Milani Hosseini, M.R., Assadi, Y., and Kiani, A., 2008. Rapid
determination of lead in water samples by dispersive liquid-liquid
microextraction coupled with electrothermal atomic absorption spectrometry.
Talanta, 75 (1), 56–62.
Ranasinghe, P., Weerasinghe, S., and Kaumal, M.N., 2016. Determination of
Heavy Metals in Tilapia using Various Digestion Methods. International
Journal of Scientific Research and Innovative Technology, 3 (6), 38–48.
Riyanto, 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji. Edisi 1. Yogyakarta: deepublish.
Saadah, Z., Alahudin, M., and Susilaningsih, E., 2014. Perbandingan metode
destruksi kering dan basah untuk analisis Zn dalam susu bubuk. Indo. J. Chem.
Sci, 3 (3), 188–192.
Sigma-Aldrich, 2018. Mass Molarity Calculator, Calculate Mass Required for
Molar Solution [online]. Merck. Available from:
https://www.sigmaaldrich.com/chemistry/stockroom-reagents/learning-
center/technical-library/mass-molarity-calculator.htm [Accessed 27 Mar
2018].
Sikder, T.M., Kihara, Y., Yasuda, M., Yustiawati, Mihara, Y., Tanaka, S., Odgerel,
D., Mijiddorj, Badamtsetseg . Syawal, S.M., Hosokawa, T., Saito, T., and
Kurasaki, M., 2012. Research Article. River Water Pollution in Developed and
Developing Countries : Judge and Assessment of Physicochemical
Characteristics and Selected Dissolved Metal Concentration. Clean Journal,
41 (1), 60–68.
Sunardi and C, S., 2009. Analisis Sebaran Logam Berat dalam Cuplikan Sedimen
Sungai Gajahwong secara SSA, 289–299.
Supriyanto and Purwanto, A., 2010. Validasi Metode Spektrofotometri Serapan
Atom pada Anlaisis Logam Berat Cr, Cu, Cd, Fe, Pb, Zn dan Ni dalam Contoh
16
Uji Air Laut. In: Prosiding PPI. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses
Bahan- BATAN, 115–122.
Twyman, R.M., 2005. Sample Dissolution for Elemental Analysis (Wet Digestion).
Elsevier, 146–152.
Wulandari, E.A. and Sukesi, 2013. Preparasi Penentuan Kadar Logam Pb , Cd dan
Cu dalam Nugget Ayam Rumput Laut Merah. JURNAL SAINS DAN SENI
POMITS, 2 (2), 12–14.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat Analisis Baku Pb 1000 µg/mL
18
Lampiran 2. Lokasi Pengambilan Sampel
Jalan Pringgodani,
Caturtunggal, Depok,
Sleman (Jembatan
GW 2 Pringwulung-Pringgodani)
19
Jalan Ori II, Papringan,
Yogyakarta (Utara
Museum Affandi)
GW 3
07⁰ 46' 48.8"S,
110⁰ 23' 51.8"E
20
Jalan Balirejo, Muju Muju,
Umbulharjo, Yogyakarta
(Jembatan Balirejo)
GW 5
07⁰ 47' 42.8"S,
110⁰ 23' 47.1"E
Warungboto,
RT.30/RW.07, Yogyakarta
(Barat Gembira Loka)
GW 6
07⁰ 48' 35.2"S,
110⁰ 23' 39.2"E
21
Lampiran 3. Pembuatan Asam Nitrat 0,05 M
Massa jenis asam nitrat 65% : 1,39 g/mL
Berat molekul asam nitrat : 63,01 g/mol
Maka, massa asam nitrat dalam 1 L larutan asam nitrat 65% adalah :
Massa = % larutan × massa jenis
= 65% × 1,39 g/mL
= 0,65 × 1390 g/L
= 903,5 g
massa
Molaritas = volume ×berat molekul
903,5 g
= 1 L ×63,01 g/mol = 14,34 M
22
Seri 1 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,15 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,15 mL
`Seri 2 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,25 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,25 mL
Seri 3 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,35 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,35 mL
Seri 4 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,45 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,45 mL
Seri 5 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,55 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,55 mL
Seri 6 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,65 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,65 mL
23
Lampiran 6. Laporan SpectraAA Kurva Baku
24
Lampiran 7. Penentuan Kurva Baku
Kons
seri larutan baku Abs timbal
(µg/mL)
0,1500 0,0043
0,2500 0,0070
0,3500 0,0098
0,4500 0,0127
0,5500 0,0156
0,6500 0,0193
y = 0,0296x – 0,0004 ; r= 0,9986
0.0200
y = 0,0296x - 0,0004
Absorbansi Pb
0.0150 r = 0,9986
0.0100
0.0050
0.0000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi seri larutan baku (µg/mL)
25
Lampiran 8. Pembuatan seri larutan Limit of Detection (LoD) dan Limit of
Quantitation (LoQ)
Batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan menggunakan kurva kalibrasi.
Disiapkan seri konsentrasi larutan 0,05 ; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25 dan 0,30 µg/mL
dalam labu takar 10 mL yang dipipet sebanyak 0,05 ; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25 dan 0,30
mL larutan intermediet, Selanjutnya diencerkan HNO3 0,05 M hingga tanda batas.
Seri 1 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,05µg/mL x 10 mL
V1 = 0,05 mL
Seri 2 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,10 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,10 mL
Seri 3 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,15 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,15 mL
Seri 4 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,20 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,20 mL
Seri 5 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,25 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,25 mL
Seri 6 : C1 x V1 = C2 x V2
10 µg/mL x V1 = 0,30 µg/mL x 10 mL
V1 = 0,30 mL
26
Lampiran 9. Laporan SpectraAA Limit of Detection (LoD) dan Limit of
Quantitation (LoQ)
27
Lampiran 10. Perhitungan nilai Limit of Detection (LoD) dan Limit of
Quantitation (LoQ)
0.008 r = 0,9975
0.006
0.004
0.002
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
28
Kadar Intersep
Abs (y) Slope (b) Ŷ (Y-Ŷ)2
(µg/mL) (a)
0,0500 0,0021 0,0019 5,5225 x 10-8
0,1000 0,0032 0,0035 1,089 x 10-7
0,1500 0,0054 0,0052 4,2025x 10-8
0,0002 0,0333
0,2000 0,0067 0,0069 2,56 x 10-8
0,2500 0,0085 0,0085 6,25 x 10-8
0,3000 0,0103 0,0102 1,21 x 10-8
y= 0,0333x + 0,0002 ; r= 0,9975 Σ (Y-Ŷ)2 = 2,44475 x 10-7
Keterangan :
y : absorbansi a : intersep
ŷ : y residual b : slope
yLoD = yB + 3SB
= 0,0002+ 3(0,0002)
= 0,0009
yLoQ = yB + 10SB
= 0,0002+ 10(0,0001)
= 0,0027
0,0006−0,0002
Batas deteksi (LoD) = 0,0333
= 0,0223 µg/mL
0,0014−0,0002
Batas kuantitasi (LoQ)=
0,0333
= 0,0742 µg/mL
29
Lampiran 11. Laporan SpectraAA Akurasi dan Presisi
Akurasi : Presisi :
CF−CU 𝑆𝐷
% Akurasi = CA × 100% % RSD = x̅ × 100%
Keterangan :
CF = kadar terukur logam dalam sampel setelah adisi baku Pb
CU = kadar terukur logam dalam sampel sebelum adisi baku Pb
CA = kadar teoretis larutan baku Pb yang diadisi
x̅= kadar rata-rata sampel
SD = standar deviasi
Contoh perhitungan akurasi dan presisi level konsentrasi rendah (Hari ke-1):
Persamaan : y= 0,0296x – 0,0004
Replikasi 1 0,0089 = 0,0296x – 0,0004
x= 0,3142 µg/mL
Replikasi 2 0,0085 = 0,0296x – 0,0004
x= 0,3007 µg/mL
Replikasi 3 0,0097 = 0,0296x – 0,0004
x= 0,3412 µg/mL
30
(0,3142+0,3007+0,3412)µg/mL
rata-rata kadar = = 0,3187µg/mL
3
CF−CU 𝑆𝐷
Akurasi = × 100% % RSD = × 100%
CA x̅
𝟎,𝟑𝟏𝟖𝟕𝛍𝐠/𝐦𝐋−0,2264𝛍𝐠/𝐦𝐋 0,0206
= × 100% =0,3187 × 100%
0,1𝛍𝐠/𝐦𝐋
= 92,3423 = 6,4771
Akurasi dan Presisi (Hari ke-1)
Rata-rata
Kadar Akurasi
Level Kadar Rep Abs kadar SD RSD (%)
(µg/mL) (%)
(µg/mL)
1 0,0057 0,2061
Non Adisi 2 0,0073 0,2601 0,2264 0,0295 13,0116 -
3 0,0059 0,2128
1 0,0089 0,3142
Rendah
2 0,0085 0,3007 0,3187 0,0206 6,4771 92,3423
3 0,0097 0,3412
1 0,0115 0,4020
Sedang
2 0,0115 0,4020 0,4032 0,0020 0,4838 88,4009
3 0,0116 0,4054
1 0,0148 0,5135
Tinggi
2 0,0150 0,5203 0,5158 0,0039 0,7564 96,4715
3 0,0148 0,5135
31
Akurasi dan Presisi (Hari ke-3)
Rata-rata
Kadar Akurasi
Level kadar Rep Abs kadar SD RSD (%)
(µg/mL) (%)
(µg/mL)
1 0,0048 0,1757
Non Adisi 2 0,0050 0,1824 0,1858 0,0122 6,5555 -
3 0,0055 0,1993
1 0,0073 0,2601
Rendah
2 0,0077 0,2736 0,2736 0,0135 4,9383 87,8378
3 0,0081 0,2872
1 0,0096 0,3378
Sedang
2 0,0118 0,4122 0,3716 0,0376 10,1232 92,9054
3 0,0104 0,3649
1 0,0141 0,4899
Tinggi
2 0,0151 0,5236 0,5023 0,0186 3,7046 105,4805
3 0,0142 0,4932
32
Lampiran 13. Data Hasil Perolehan Kembali
Kadar Rata-rata kadar
Level Kadar
Teoretis Abs terukur RSD (%) Recovery (%)
Kadar (µg/mL)
(µg/mL) (µg/mL)
1 0,0107 0,3750 93,750
2 0,0107 0,3750 93,750
3 0,0106 0,3716 92,905
0,4 0,3688 ± 0,0094 2,5529
4 0,0107 0,3750 93,750
5 0,0104 0,3649 91,216
6 0,0100 0,3514 87,838
Rata-rata 92,2015
Lokasi 1
Rata-rata kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Rep Abs sebenarnya
(µg/mL) (fp= 1)
(µg/mL)
1 -0,0007 -0,0101 -0,0101
2 -0,0007 -0,0101 -0,0101
3 -0,0008 -0,0135 -0,0135
-0,0107 ± 0,0014
4 -0,0007 -0,0101 -0,0101
5 -0,0007 -0,0101 -0,0101
6 -0,0007 -0,0101 -0,0101
33
Lokasi 2
Kadar Rata-rata kadar
Kadar terukur
Rep Abs sebenarnya sebenarnya
(µg/mL)
(fp= 1) (µg/mL)
1 -0,0011 -0,02365 -0,02365
2 -0,0013 -0,03041 -0,03041
3 -0,0011 -0,02365 -0,02365
-0,0276 ± 0,0039
4 -0,0014 -0,03378 -0,03378
5 -0,0012 -0,02703 -0,02703
6 -0,0012 -0,02703 -0,02703
Lokasi 3
Rata-rata kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Rep Abs sebenarnya
(µg/mL) (fp= 1)
(µg/mL)
1 0,0007 0,0372 0,0372
2 0,0009 0,0439 0,0439
3 0,0006 0,0338 0,0338 0,0377 ± 0,0033
4 0,0007 0,0372 0,0372
5 0,0007 0,0372 0,0372
6 0,0007 0,0372 0,0372
Lokasi 4
Rata-rata kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Rep Abs sebenarnya
(µg/mL) (fp= 1)
(µg/mL)
1 -0,0001 0,0101 0,0101
2 -0,0001 0,0101 0,0101
3 -0,0001 0,0101 0,0101
4 -0,0001 0,0101 0,0101 0,0096 ± 0,0014
5 -0,0002 0,0068 0,0068
6 -0,0001 0,0101 0,0101
34
Lokasi 5
Rata-rata kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Rep Abs sebenarnya
(µg/mL) (fp= 1)
(µg/mL)
1 0,0008 0,0405 0,0405
2 0,0011 0,0507 0,0507
3 0,0009 0,0439 0,0439
0,0439 ±0,0057
4 0,0008 0,0405 0,0405
5 0,0011 0,0507 0,0507
6 0,0007 0,0372 0,0372
Lokasi 6
Rata-rata kadar
Kadar terukur Kadar sebenarnya
Rep Abs sebenarnya
(µg/mL) (fp= 1)
(µg/mL)
1 -0,0019 -0,0507 -0,0507
2 -0,0021 -0,0574 -0,0574
3 -0,0023 -0,0642 -0,0642
-0,0586 ± 0,0051
4 -0,0023 -0,0642 -0,0642
5 -0,0021 -0,0574 -0,0574
6 -0,0021 -0,0574 -0,0574
35
BIOGRAFI PENULIS
36