Anda di halaman 1dari 7

Tugas Gelombang dan Optik

Nama-nama Kelompok I
1. Irma Sopamena
2. Vridska Mataheru
3. Stella Wattimena
4. Wa Sarmina
5. Frany Sitaniapessy
6. Rustiana
7. Cici Matulessy
Materi : Gelombang Elektromagnetiks
PERSAMAAN GELOMBANG ELEKTROMAGNET

A. Ikhtisar teori medan Maxwell


Sejajar dengan hukum newton sebagai landasan hukum mekanika klasik, maka
persamaan Maxwell merupakan perumusan hukum-hukum alam yang melandasi semua
fenomena elektomagnetik. Namum berbeda dari persamaan Newton, persamaan Maxwell
dirumuskan dalam besaran fisis yang lebih abstrak seperti medan listrik Ē dan medan
magnet Ḇ. Seluruh perumusan Maxwell terdiri dari 4 persamaan medan, masing-masing
dapat dipandang sebagai hubungan antara medan dan distribusi sumber (muatan atau
arus) yang bersangkutan. Dalam uraian singkat ini setiap pesamaan tersebut dapat
dikaitkan dengan hukum empiris yang ditemukan tokoh lain, sebelum perumusan
Maxwell.
Persamaan Maxwell pertama adalah persamaan yang menghubungkan medan listrik Ē
dengan rapat muatan listrik 𝜌 ( satuan MKS) :
𝜌
∇ .Ē = (5.1)
𝜀₀

Dalam persamaan ini, 𝜀₀, adalah konstanta yang dikenal sebagai permitivitas listrik untuk
ruang hampa dan berharga , 𝜀₀ = 8,854 x 10-12 C2/N-m2. Persamaan yang juga dikenal
sebagai persamaan gauss ini merupakan turunan dari hukum coulomb yang diungkapkan
oleh integral
1 𝑋−𝑋′
Ē(𝑋) = ∫ 𝜌(𝑥 ′ ) |𝑋−𝑋′|³ 𝑑³𝑋′ (5.2)
4𝜋𝜀₀ 𝑣′

Untuk medan elektrostatis (E.S) di titik X, yang bersumber dari distribusi muatan
𝜌 (𝑋 ′ )dalam ruang V’ yang tidak mengandung materi dalam medium ruang yang
mengandung materi, persamaan (5.1) lasim dituliskan dalam bentuk persamaan medan
perpindahan

V . D = 𝜌 (5.3)

Medan Ḏ mengungkapkan pengaruh polarisasi imbas (P) dalam bahan bersangkutan


berdasarkan defenisi

Ḏ = 𝜀₀Ē + 𝑃 (5.4)

Polarisasi P (= momen listrik per satuan volume) untuk medium listrik linier dan
isotropik memenuhi hubungan

P = 𝜀₀ ᵡ₀Ē (5.5)
Dengan ᵡ₀ = suseptibilitas listrik, yang berupa konstanta untuk bahan tertentu. Jadi, untuk
bahan tersebut berlaku ungkapan :

Ḏ = 𝜀₀(1 + ᵡ₀) Ē = 𝜀 Ē (5.6)


Dengan :
𝜀 = 𝜀₀(1 + ᵡ0 ) (5.7)

Jelas bahwa 𝜀 = 𝜀₀ untuk ruang hampa. Harga permitivitas relatif 𝜀/𝜀₀= (1+ ᵡ₀) juga
dikenal sebagai konstanta dielektrik (tak berdimensi). Untuk medium homogen,
persamaan (5.3) menjadi :

𝜌
∇ .Ē = (5.8)
𝜀

Dapat ditunjukan pula bahwa dari persamaan (5.2) akan diperoleh persamaan :

∇𝑥 Ē = 0 (5.9)

Yang menyatakan sifat konservatif medan E.S


Persamaan medan Maxwell kedua berasal dari hukum Biot – Savart – Ampere mengenai
interaksi magnetostatis (M.S) yang di ungkapkan oleh integral

𝜇₀ 𝑋−𝑋"
Ḇ (X) = 4𝜋 ∫𝑉 ′ 𝐽(𝑋 ′ )𝑋 |𝑋−𝑋"|³
d³ X’

(5.10)

Untuk medan magnetostatis Ḇ (x) (induksi magnetik) di titik x berkaitan dengan rapat
arus J (x’) dalam volume V’. konstanta 𝜇₀ dikenal sebagai permeabilitas magnetik ruang
hampa dan berharga 𝜇₀= 1,257 x 10-6 T m/A (Henry/m). “Hukum Gauss magnetik” yang
diturunkan atas dasar persamaan (5.10) adalah

∇ .Ḇ = ∩ (5.11)

Persamaan ini menyatakan tidak adanya sumber medan B ( X ) yang berupa “ muatan magnetis
“. Dengan bantuan analisis vector dapat diturunkan pula dari persamaan( 5.10 ), hubungan
medan M.S dengan sumber arusnya :
  B  0 J ( pers 5.12 )

Pengaruh imbas( induksi ) medan magnet yang berubah dengan waktu dinyatakan oleh Hukum
Faraday - Lenz yang dapat diperjelas dengan bantuan gambar 5.1. berdasarkan gambar ini
hukum Faraday- Lenz diungkapkanolehpersamaan :

d
 B   Emf
dt (pers 5.13)

Gambar 5.1 simpal konduktor berupa kontur tertutup C merupakan batas permukaan S yang
ditembus medan M.S.B B .

Dengan fluksi medan magnet  B


dan Emf ditentukan masing-masing oleh rumus :

 B
∫𝑠 B . d̅s̅ , Emf= ∮𝑐 𝐸̅ . 𝑑𝐼 = ∫𝑠 (  x E̅). d̅s̅ ( pers 5.14)

Subsitusi persamaan (5.14) kedalam persamaan (5.13) segera menghasilkan persamaan :

̅ = − B ̅
xE (pers 5.15)
t

Sebaliknya pengauh E̅ yang berubah dengan waktu dirumuskan oleh Maxwell sebagai kontribusi
sumber arus (arus perpindahan) kepada medan B̅, sehingga( 5.12) diperluas menjadi :

E ̅
̅ =  0 J̅ +  0  0
xB ( pers 5.16)
t
Didalam ruang yang berisi bahan tertentu ,maka sejalan dengan perumusan persamaan ( 5.3),
persamaan (5.16) juga dituliskan dalam bentuk :

̅ = J̅ + D ̅
 xH (pers 5.17)
t

Dengan D̅ didefenisikan menurut persamaan (5.4) ,sedangkan medan H̅ ( intensitas medan


magnet) dihubungkan dengan medan B̅ dan magnetisasi (momen magnet/volume) bahan menurut
persamaan :

B̅=  0 ( H̅+ M̅) (pers 5.18)

Magnetisasi M̅ untuk bahan yang bersifat linier dan isotropic memenuhi hubungan :

M̅=  m H̅ ( pers 5.19)

Dengan  m sebagai tetapan pembanding yang disebut suseptibilitas magnetic. Untuk bahan
tersebut persamaan (5.18) menjadi :

B̅=  0 ( 1+  m) H̅= μ H̅ ( pers 5.20)

Dengan :

   0 (1   m) (pers 5.21 )

Jelas bahwa    0
dalam ruang hampa. Untuk medium dengan 𝜀 dan 𝜇 serba sama, persamaan

( 5.17 ) menjadi :

E ( pers 5.22 )
v  B  J   𝜀
t
Selanjutnya persamaan (5.8), (5.11), (5.15) dan (5.22) masing-masing akan disebut persamaan
medan Maxwell (1), (2), (3), dan (4).

Dalam sistem satuan MKS, E dinyatakan dalam satuan volt/meter, B dalam satuan
weber/meter2 ( weber = volt-detik ) dan H dalam satuan ampere/meter.

Anda mungkin juga menyukai