Disusun oleh :
Addina Fitriana Rosyada
201210105309
Disusun oleh :
Addina Fitriana Rosyada
201210105309
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan Case Study Research dengan judul asuhan kebidanan pada
neonatus dengan ikterus di ruang bayi RS PKU Yogyakarta maksud penyusunan
Case Study Researchini diajukan guna melengkapi sebagian syarat mencapai gelar
D3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.
Penyusunan Case Study Research ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan,
bimbingan, pengarahan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kep.,Sp.Mat., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Ismarwati, SKM.,S.SiT., M.PH selaku kepalaprodi DIII kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta..
3. Ima Kharimaturrohmah, S.SiT,M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu
penyusunan Case Study Research.
4. Dra Umu Hani E N, M.Kes selaku penguji Case Study Research yang
telah meluangkan waktu memberikan saran dan kritik guna
terselesaikannya penulisan studi kasus ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan semangat selama
menempuh pendidikan.
6. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan,
semangat serta doa.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu dalam penyusunan Case Study Researchini.
Penulis Menyadari dalam Case Study Researchini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Semoga Case Study Research ini dapat
memberikan manfaat sebaik-baiknya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
D. Manfaat ................................................................................................ 6
E. Ruang Lingkup ..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS
PATOLOGIS DI RUANG BAYI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 20131
Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3
INTISARI
Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupan neonatus.
Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan
dan 80% bayi kurang bulan. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir
adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati
bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain
memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa
berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan
kebidanan pada bayi yang mengalami Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Tujuan penulisan karya tulis ini memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ikterus Neonatorum Patologis dengan
menggunkan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada
Ikterus Neonatorum Patologis ini dilakukan selama 5 hari, dari tanggal 23 juni
sampai 27 juni 2013 dikamar bayi perinatologi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Dari hasil penulisan studi kasus ini, penulis mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi Ikterus
Neonatorum Patologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada
Bayi dengan Ikterus Neonatorum Patologis di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dilaksanakan cukup baik.
____________________________________
1
Judul Penulisan Ilmiah
2
Mahasiswa Kebidanan STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
ix
MIDWIFERY CARE IN NEONATAL JAUNDICE WITH BABY IN
THE PATHOLOGICAL IN RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA 201311
Addina Fitriana R2, Umu Hani E N3
ABSTRACT
Jaundice will be found in the first week of life. Stated that the incidence of
jaundice is present in 60% of aterm infants and 80% of preterm infants. One cause
of mortality in newborns is bilirubin encephalopathy (more commonly known as
kern icterus). Bilirubin encephalopathy is a complication of the most severe
neonatal jaundice. Besides having a high mortality rate, it can also lead to
sequelae such as cerebral palsy, high tone deafness, paralysis and dental dysplasia
which greatly affect the quality of life. This study aims to provide midwifery care
in infants with birth weight Low in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
The purpose of writing this paper gain real experience in carrying out
midwifery care in Neonatorum Pathological jaundice by using the approach of
midwifery management process. Midwifery care in Neonatorum Pathological
jaundice was conducted for 5 days, from 23 June to 27 June 2013 the baby's room
perinatology RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
From the results of this case study, the authors gain insight and real
experience in the manufacture of midwifery care Neonatorum Pathological
jaundice in babies. Conclusions from the results of the implementation of
midwifery care in Infants with jaundice Pathological Neonatorum in RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta executed quite well.
_________________________________
1
Tittle Scientific Writing
2
Student Midwifery STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
3
Lecture STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menurunkan angka kematian anak di bawah lima tahun (balita) sebesar dua
per tiga jumlahnya selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2015.
Indikator Angka Kematian Balita yang sangat penting adalah Angka Kematian
Bayi (AKB) karena bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi tubuh
yang tidak sehat. Selain itu AKB merupakan indikator penting dalam
Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada neonatus yang
sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa
neonatal/pada saat memeriksa bayi diklinik. (Depkes RI. 2006. hlm. 24)
3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand
17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan
1
2
Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/2000 per kelahiran hidup (Depkes, 2007).
yang terjadi tidak berlangsung cepat, tetapi turun perlahan. Berdasarkan pola
per 1000 kelahiran maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka
mortalitas dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB
dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab
mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal
neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi,
juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi,
paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (SDKI
tahun 2007).
terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. (Risa,2006)
3
bayi dari 132 bayi memerlukan perawatan lanjutan sebagian besar (68%)
masalah pemberian minum pada bayi, Asfiksia pada bayi, Gangguan nafas
pada bayi, Kejang pada bayi baru lahir Infeksi neonatal, Persiapan umum
Universal Standar(Bappenas,2008).
umat islam yaitu dalam QS. Al Mu’minun (23) ayat 12 sampai dengan ayat 14
artinya :
manusia tidak hanya karena nidasi yang langsung menjadi janin, namun
melalui beberapa fase yaitu dari segumpal darah sampai menjadi janin di
dewasa di dunia. Jika terdapat gangguan atau masalah pada salah satu proses
kelainan seperti Bayi dengan Ikterus sehingga perlu diperhatikan agar tidak
memadai sesuai dengan kompetensi dan fasilitas yang tersedia. Bidan dan
dapat menangani kasus Ikterus dengan baik dan benar, serta dapat
tanggal 10 April 2013 dengan melihat data sekunder untuk data tahun 2012
yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember angka kejadian Ikterus di
RS PKU Yogyakarta sebanyak 203 bayi untuk jumlah bayi dengan ikterus
fisiologis sebanyak 127 bayi dan bayi dengan ikterus patologis sebanyak 96
bayi.
5
menekan dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, maka penulis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dengan ikterus.
6
ikterus.
dokter anak
D. Manfaat
2. Bagi Institusi
ikterus .
7
optimal.
4. Bagi pengguna
a. Orang tua
anaknya dan para orang tua dapat mengenal ciri – ciri ikterus pada
anaknya.
b. Mahasiswa
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
2. Ruang Responden
Responden dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak
3. Lingkup Waktu
4. Lingkup Tempat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikterus
1. Pengertian
hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar
bilirubin tak terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau
lahir < 2 mg/dl. Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak
secara klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa
50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang bulan (preterm).
(Winkjosastro, 2007)
2. Klasifikasi ikterus
a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang
9
10
Ikterus patologis
bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi
b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup
daerah muka
neonatus
d. Infeksi
f. Hipoglikemia ,
g. Hiperosmolaritas darah
h. Proses hemolisis
Klasifikasi Ikterus
Tanda / Gejala Klasifikasi
Tanya dan Lihat
Mulai kapan ikterus ? Ikterus segera setelah lahir Ikterus patologis
Daerah mana yang Ikterus pada 2 hari pertama
ikterus ? Ikterus pada usia > 14 hari
Bayinya kurang bulan ? Ikterus lutut/ siku/ lebih
Warna tinja ? Bayi kurang bulan
Tinja pucat
Ikterus usia 3-13 hari Ikterus fisiologis
Tanda patologis (-)
12
1. Gejala akut :
2. Gejala kronik :
(ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata
minum, muntah-muntah)
hati
koledokus)
ikterus obstruktif.
4. Etiologi
lahir, karena
a. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak
sepsis.
infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat
5. Penyebab Ikterus
intra uterin.
c. Polisitemia.
e. Ibu diabetes.
f. Asidosis.
g. Hipoksia/asfiksia.
enterohepatik.
dengan ibunya.
fungsi liver.
bilirubin.
6. Penegakan Diagnosis
a. Visual
masih dapat digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit
boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif
siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih
parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat
b. Bilirubin Serum
kadar bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu.
c. Bilirubinometer Transkutan
yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal
bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini,
18
7. Faktor Resiko
Faktor Maternal
d. ASI
Faktor Perinatal
Faktor Neonatus
a. Prematuritas
b. Faktor genetik
c. Polisitemia
f. Hipoglikemia
g. Hipoalbuminemia
8. Patofisiologi
retikuloendotelial,
enterohepatik.
lemak yang terdapat dalam ASI terjadi 4- 7 hari setelah lahir dimana
cepat biasanya 1-2 hari dan pengganti ASI dengan susu formula
9. Penatalaksanaan Ikterus
pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah
patologis.
yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau
21
Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi
b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
reproduksi bayi.
c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak
hemolisis.
h. Pengawasan nutisi/ASI
10. Komplikasi
terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping hanya bersifat
c. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan
alat gerak.
karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan
cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama
dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka
Derajat Kadar
No Bagian tubuh yang kuning
kremer bilirubin
1 I Daerah kepala dan leher 5,0 mg%
2 II Sampai batas atas 9,0 mg%
3 III Sampai badan bawah hingga 11,4mg%.
tungkai.
4 IV Sampai daerah lengan, kaki 12,4mg%
bawah dan lutut
5 V Sampai Daerah telapak tangan 16,0 mg%
dan kaki.
26
Tanda-Tanda Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,
perdarahan kulit, dan kejang kejang
Kategori Normal Fisiologik Patologik
Penilaian
1. Daerah ikterus 1 1+2 1 sampai 4 1 sampai 5 1 sampai 5
(rumus kremer)
2. Kuning hari ke: 1-2 >3 >3 >3 >3
3. Kadar bilirubin ≤5mg% 5-9mg% 11-15mg% >15-20mg% >20mg%
Penanganan
Bidan atau Terus 1. Jemur dimatahari pagi jam 7-9 1. Rujuk
puskesmas diberi selama 10 menit kerukah
ASI 2. Badan bayi telanjang,mata ditutup sakit
3. Terus diberi ASI 2. Banyak
4. Banyak minum minum
Rumah sakit Sama Sama Terapi Terapi sinar
dengan dengan sinar
diatas diatas
Periksa golongan darah ibu dan bayi
periksa kadar bilirubin
Nasihat bila Waspadai Tukar
semakin bila kadar darah
kuning bilirubin naik
,kembali > 0.5mg/jam
coomb’s test
27
IKTERUS NEONATORUM
PELAKSANAAN FOTOTERAPI
Data yang tepat adalah data yang relefan dengan situasi yang sedang
pasien dan yang mencemaskan berupaya mendapat data fakta yang sangat
sambil mengamati klien bidan diharapkan dan bersiap siap bila diagnosa/
langkah 5 dilaksanakan secara efesien dan aman. Dalam langkah ini bidan
1. Data subyektif :
b. Alasan datang/kunjungan
pasien untuk datang ke rumah sakit yaitu apakah bayi baru lahir
ataukah ada alasan bahwa pasien datang dengan keluhan seperti malas
minum, earna kulit bayi kuking atau ada alasan yang lainnya.
c. Keluhan utama
Anamesis ini dimulai dengan keluhan utama yaitu keluhan atau gejala
orang tua mengeluh tubuh bayi kuning ataupun bayi malas minum.
d. Riwayat perkawinanan
tidak.
e. Riwayat obstetri
f. Riwayat Kehamilan
g. Riwayat persalinan
cara kelahiran misalnya spontan ,dibantu dengan alat, atau secara SC,
lahir dan morbiditas pada kelahiran pada hari pertama misalnya apakah
kehamilan pasien juga perlu ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak.
h. Riwayat imunisasi
i. Riwayat penyakit
jam sekali, pola eliminasi pada bayi dengan ikterus biasanya feses
k. Data psikolososial
dengan baik atau tidak, siapa yang merawatnya apakah bayi dirawat
oleh kedua orang tua kandung, oleh neneknya, atau diasuh oleh orang
lain
38
2. Data obyektif :
a. Pemeriksaan umum
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
keadaan suturanya.
Mulut dan gigi : Apakah terdapat karies atau tidak, mulut bersih
abdomen.
konsistensi organ.
40
c. Data Penunjang
3. Analisa/Diagnosa :
ikterus
Dasarnya :
1) Data subyektif
2) Data obyektif
4. Diagnosa potensial
bilirubin dalam darah sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi
5. Antisipasi
memberikan asi secara ekslusif, serta bila kadar bilirubin < 10 mg/dl pada
bayi prematur dan < 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan maka lakukan
fototerapi.
6. Rencana
Rencana tindakan nya dengan cara Jemur dimatahari pagi jam 7-9 selama
10 menit, badan bayi telanjang, mata ditutup, terus diberi ASI dan banyak
patologis.
7. Evaluasi
Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada neonatus adalah
komplikasi yang lebih berat, dan adakah kesenjangan antara teori dengan
A. Hasil Penelitian
yang meliputi :
a. Identitas
Umur : 6 Hari
BB Lahir : 1.700 gr
Panjang Badan : 39 cm
44
43
c. Observasi
(Notoatmodjo 2002:95).
2. Data sekunder
a. Telaah dokumentasi
D. Analisis data
BAB IV
A. Hasil Penelitian
yang meliputi :
a. Identitas
Umur : 6 Hari
BB Lahir : 1.700 gr
Panjang Badan : 39 cm
b. Anamnesa
1) Riwayat Kehamilan
tekanan darah tinggi atau sakit yang lain, ibu tidak pernah
sama sekali.
3) Riwayat persalinan
bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna
Kala II : 30 menit
Kala IV : 2 jam
10 jam 45 menit
Denyut jantung 2 2
Pernapasan 2 2
Refleks 1 2
Tonus otot 1 2
Warna kulit 1 2
Jumlah 7 9
kuat terutama pada hari I, turgor kulit elastis, tonus otot normal,
terdapat suara ronchi, kulit berwarna kuning pada muka dan leher,
penyakit menurun yaitu hipertensi pada ibu (nenek bayi dari pihak
(kakek dari pihak ibu), serta tidak ada yang menderita penyakit
a) Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
Pasien BAK rata-rata 5-7 kali dalam sehari , warna jernih, bau
tidak berbau dan BAB 4-5 kali sehari warna kuning kehijauan,
c) Pola Aktifitas
8) Pola Istirahat
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : Composmentis
: Pernafasan : 44 kali/mnt
Pemeriksaan Fisik
cepal hematoma.
kuning.
berwarna kemerahan.
berwarna kuning.
kuning.
m. Anus : berlubang
Pemeriksaan penunjang :
III. ANALISA
IV. PENATALAKSANAAN
Sudah dilakukan
No Tanggal/jam Hasil
1 23 Juni 2013 RR : 48 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 10 cc melalui
pukul 15.00 OGT , BAB : tidak, BAK : ya
2 23 Juni 2013 RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 10 cc
pukul 18.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya
3 23 Juni 2013 RR : 50 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 10 cc
pukul 21.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya
4 23 Juni 2013 RR : 54 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui
pukul 00.00 OGT , BAB : tidak, BAK : ya
51
No Tanggal/jam Hasil
1 tanggal 23 juni Suhu : 37,2 C , Nadi : 141 x/menit , SpO2 :
0
Data Perkembangan
Sudah dilakukan
52
No Tanggal/jam Hasil
1 tanggal 24 juni Suhu : 370C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 99%.
pukul 06.00
2 tanggal 24 juni Suhu : 36,2 0C , Nadi : 147x/menit , SpO2 : 99%.
pukul 12.00
3 tanggal 24 juni Suhu : 370C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 93%.
pukul 18.00
4 tanggal 24 juni Suhu : 36,5 0C , Nadi : 149 x/menit , SpO2 : 98%.
pukul 00.00
53
No Tanggal/jam Hasil
1 25 Juni 2013 RR : 50 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 12,5 cc
pukul 03.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak
2 25 Juni 2013 RR : 46 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 12,5 cc
pukul 06.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
3 25 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : 2cc, ASI : 5cc melalui
pukul 09.00 oral, ASI : 7,5 cc melalui OGT , BAB : tidak,
BAK : ya
4 25 Juni 2013 RR : 41 X/menit, Residu : tidak ada, ASI : 12,5 cc,
pukul 12.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
5 25 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 11,5cc
pukul 15.00 melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya
6 25 Juni 2013 RR : 43X/menit, Residu : 5cc, ASI : 7,5 cc melalui
pukul 18.00 OGT , BAB : tidak, BAK : ya
7 25 Juni 2013 RR : 45 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 10 cc melalui
pukul 21.00 OGT , ASI oral : 15cc, BAB : tidak, BAK : ya
8 25 Juni 2013 RR : 46 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 15 cc melalui
pukul 00.00 OGT , BAB : ya, BAK : ya
54
No Tanggal/jam Hasil
1 tanggal 25 juni Suhu : 36,5 C , Nadi : 157 x/menit , SpO2 : 97%.
0
pukul 06.00
2 tanggal 25 juni Suhu : 35,5 0C , Nadi : 131x/menit , SpO2 : 97%.
pukul 12.00
3 tanggal 25 juni Suhu : 35,90C , Nadi : 146 x/menit , SpO2 : 98%.
pukul 18.00
4 tanggal 25 juni Suhu : 36,40C , Nadi : 158 x/menit , SpO2 : 98%.
pukul 00.00
benar.
55
No Tanggal/jam Hasil
1 26 juni Suhu : 37,20C , Nadi : 125 x/menit , SpO2 : 98%.
pukul 06.00
2 26 juni pukul Suhu : 36,70C , Nadi : 132x/menit , SpO2 : 97%.
12.00
3 26 juni pukul Suhu : 37,40C , Nadi : 155 x/menit , SpO2 : 97%.
18.00
4 26 juni pukul Suhu : 370C , Nadi : 138 x/menit , SpO2 : 92%.
00.00
Sudah dilakukan
56
No Tanggal/jam Hasil
1 27 Juni 2013 RR : 42 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 17,5 cc
pukul 03.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : tidak
2 27 Juni 2013 RR : 44 X/menit, Residu : 0cc, ASI : 17,5 cc
pukul 06.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
3 27 Juni 2013 RR : 43 X/menit, Residu : 7,5 cc, ASI : 10 cc
pukul 09.00 melalui OGT , BAB : ya, BAK : tidak
4 27 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : tidak ada,netek : 0 cc,
pukul 12.00 ASI : 17,5 cc, melalui OGT , BAB : ya, BAK : ya
5 27 Juni 2013 RR : 42 X/menit, Residu : 0cc, netek :3cc, ASI
pukul 15.00 : 20 cc melalui OGT ,BAB : ya, BAK : ya
6 27 Juni 2013 RR : 43X/menit, Residu :tidak ada, ASI : 20 cc
pukul 18.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya
7 27 Juni 2013 RR : 40 X/menit, Residu : 0 cc, ASI : 0 cc
pukul 21.00 melalui OGT , ASI oral : 20 cc, BAB : ya,
BAK : ya
8 27 Juni 2013 RR : 42 X/menit, Residu : 1 cc, ASI : 20 cc
pukul 00.00 melalui OGT , BAB : tidak, BAK : ya
57
No Tanggal/jam Hasil
1 27 juni 2013 Suhu : 37,1 C , Nadi : 155x/menit ,
0
B. Pembahasan Kasus
patologis seperti kulit bayi dan sklera tampak kuning dan pucat,
reflek hisap kurang, moro lemah, irritabel, tremor, konvulsi suara tangisan
2. Pada tahap Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan
menjadi data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang
yaitu tampak ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram,
masa gestasi kurang dari 36 minggu, warna kuning pada tubuh, dan
ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa gestasi 30
minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka hingga leher,
segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka
hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian
dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat
kehamilan ibu baik, ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan
lahir tungggal, keadaan bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot
kurang kuat, warna kulit bayi kemerahan,dan tidak ada komplikasi pada
ikterus patologis pada bayi Ny. W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis
anak dan juga proses rehidrasi atau pemenuhan kebutuhan cairan untuk
pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana
teori, keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk
dengan dr. anak untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien
yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat dilakukan. Pada
terapi cairan sesuai program, tindakan monitoring intake dan output tidak
kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi secara langsung (lisan)
dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas dengan dokter,
incubator, Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas
di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk
setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat
7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat
integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah
dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi
A. Kesimpulan
evaluasi.
pewarnaan kuning melewati daerah muka hingga leher dan sklera tampak
kuning, feses tampak kuning, dan reflek hisap kurang, pemenuhan nutrisi
2. Pada Interpetasi data diambil dari data dasar, dapat dibedakan menjadi
data obyektif dan data subyektif. Dari data obyektif yang mendukung
didapatkan ikterus yang disertai berat badan lahir 1700 gram, masa
gestasi 30 minggu, warna kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka
62
63
segingga timbul pewarnaan kuning pada tubuh bagian atas yaitu muka
hingga leher dan pemenuhan nutrisi pada bayi masih kurang kemudian
dari data subjektif pada teori kejadian ikterus bisa karena riwayat
di RS, ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tungggal, keadaan
bayi baru lahir menangis spontan, tonus otot kurang kuat, warna kulit bayi
Pada tahap antisipasi masalah pada kasus ikterus patologis pada bayi Ny.
W berupa kolaborasi dengan Dr. Spesialis anak dan juga proses rehidrasi
lebih lanjut.
pada teori tindakan segera disesuaikan dengan keadaan bayi, dan sarana
keadaan pasien, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk diagnosa
untuk pemberian terapi serta melihat keluarga pasien (orang tua) sehingga
ASI melalui OGT, dan untuk gangguan integritas kulit telah dilakukan
rencana yang telah dibuat akan tetapi tidak semua rencana dapat
berkerjasama dengan tim kesehatan lain yaitu dengan perawat kamar bayi
dengan kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam hal ini dari petugas
diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya
7. Pada evaluasi tindakan yang dapat langsung diketahui atau beberapa saat
integritas pada kulit dengan cara pemberian terapi sinar yang sudah
dilakukan dan diperoleh kondisi bayi yang membaik dan tidak terjadi
B. Saran
bermanfaat :
tinggi.
Diharapkan bagi para ibu agar tetap dapat memberikan ASI yang
5. Bagi Mahasiswa
Buku Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa. (2011) Buku
Panduan Peserta Manajemen BBLR untuk Bidan di Desa [Internet].
Yogyakarta: Buku Panduan. Tersedia dalam:
http://www.gizikia.depkes.go.id [Diakses 16 juni 2013]
Depkes RI. 2006. hlm. 24.(2006) Depkes RI. [Internet].Yogyakarta: Depkes RI.
2006. hlm. 24.Tersedia Dalam <Http://Depkes> [Diakses 17
Februari 2013]
Pudjiadi, H., Hegar Badriul, dkk. 2010.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
No Waktu
Tahap penelitian Februari 2013 Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013
1 Pengajuan judul
2 Studi pendahuluan
3 Pendahuluan
4 Proposal
5 Seminar proposal
6 Revisi proposal
7 Penelitian
8 Penyusunan Bab IV
9 Penyusunan Bab V
10 Ujian studi kasus
11 Revisi dan
penjilidan studi
kasus
12 Pengumpulan studi
kasus