Anda di halaman 1dari 133

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. V DENGAN DEMAM


BERDARAH DENGUE DI RUANG MERPATI RS TK III DR.
REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

FADIAH RILWAHYUNI
163110204

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. V DENGAN DEMAM


BERDARAH DENGUE DI RUANG MERPATI RS TK III DR.
REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan

FADIAH RILWAHYUNI
163110204

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
i

Poltekkes Kemenkes Padang


ii

Poltekkes Kemenkes Padang


iii

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fadiah Rilwahyuni


NIM : 163110204
Tempat/ Tanggal Lahir : Taluk Limpaso / 18 April 1998
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Basril
Ibu : Masarni
Alamat : Taluk ujung batu, Kecamatan Batang Kapas,
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Riwayat pendidikan

No. Pendidikan Tahun Ajaran


1. TK Bhayangkari Painan 2003-2004
2. SDN 04 Pasar Taluk 2004-2010
3. SMPN 3 Batang Kapas 2010-2013
4. SMAN 1 Painan 2013-2016
5. Poltekkes Kemenkes Padang 2016-2019

iv

Poltekkes Kemenkes Padang


v

Poltekkes Kemenkes Padang


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Ruang Anak RS Dr.Reksodiwiryo Padang tahun 2019”.
Kemudian sholawat beriring salam juga dihaturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW.

Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi menyelesaikan


pendidikan D-III Keperawatan Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Pada
kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Tisnawati,S.St,M.Kep, selaku pembimbing I yang telah


mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Hj. Reflita S.Kp, M. Kes, selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Dr.Burhan Muslim,SKM.M.Si selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Padang.
4. Ibu Ns.Hj. Sila Dewi Anggraini,M.kep,Sp.KMB selaku Ketua Jurusan
keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita,M.kep,Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Bapak dan ibu Dosen Program Studi Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk penulisan
Karya Tulis Ilmiah.
7. Bapak dr.Tri Kurniyanto, Sp.B Selaku ka.Rumkit RST Dr.Reksodiwiryo
Padang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

vi

Poltekkes Kemenkes Padang


8. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata
yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan doa semoga Allah
SWT selalu memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi D III Keperawatan Padang Tahun 2016.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan sehingga
peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya.

Padang, 27 Mei 2019

Peneliti

vii

Poltekkes Kemenkes Padang


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019


Fadiah Rilwahyuni

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)


di Ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2019

Isi: xiii + 65 Halaman + 1 bagan + 1 tabel + 13 Lampiran

ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis
berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Rata-rata DBD pada anak di
ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang mencapai 20 orang per bulan
(2018), berdasarkan wawancara dengan 2 pasien mengeluhkan suhu tubuh panas,
mual muntah, sakit kepala dan nyeri pada ulu hati. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang
Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019.

Desain penelitian adalah studi kasus. Tempat penelitian di ruang Merpati.


Populasi pasien anak dengan DBD sebanyak 1 orang yang dijadikan partisipan.
Instrumen penelitian format pengkajian anak dan alat pemeriksaan fisik. Cara
pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Analisis
data yang telah didapatkan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori sesuai
dengan proses keperawatan.

Hasil penelitian yang didapatkan keluhan utama pada anak yaitu demam dengan
suhu > 38,2oC, mual dan muntah 1-2x/hari nyeri pada ulu hati, ada petekie di
ekstremitas atas kanan. Diagnosa yang ditemukan yaitu kekurangan volume
cairan, hipertermi, nyeri akut. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen cairan, monitor cairan, perawatan demam dan manajemen nyeri. Hasil
evaluasi keperawatan didapatkan masalah cairan teratasi sebagian, suhu tubuh
kembali normal, nyeri teratasi sebagian.

Melalui direktur RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang agar perawat ruangan dapat
melanjutkan tindakan memonitor cairan intake dan output, tanda-tanda vital suhu,
nadi, pernapasan dan tekanan darah, dan mengurangi nyeri dengan teknik
relaksasi secara kontiniu.

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue (DBD), Asuhan Keperawatan


Daftar Pustaka: 28 (2010-2018)

viii

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv
HALAMAN PENYATAAN ORISINIL .......................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

A. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................... 9


1. Pengertian ................................................................................. 9
2. Etiologi ..................................................................................... 9
3. Klasifikasi ................................................................................. 10
4. Anatomi Fisiologi ..................................................................... 10
5. Patofisiologi ............................................................................. 14
6. WOC ......................................................................................... 17
7. Manifestasi Klinis .................................................................... 18
8. Respon Tubuh .......................................................................... 19
9. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 20
10. Penatalaksanaan ....................................................................... 20
11. Pencegahan ............................................................................... 23
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada DBD ...................................... 24
1. Pengkajian................................................................................. 24
2. Program Pengobatan ............................................................... 26
3. Diagnosis Keperawatan ............................................................ 26
4. Intervensi Keperawatan ............................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 38

A. Desain Penelitian ............................................................................ 38


B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 38
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 38

ix

Poltekkes Kemenkes Padang


D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data.......................................... 39
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.............................................. 40
F. Analisa Data.................................................................................... 42

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ................................ 43

A. Deskripsi kasus ..................................................................................... 43


1. Pengkajian keperawatan ................................................................. 43
2. Diagnosa keperawatan .................................................................... 46
3. Intervensi keperawatan ................................................................... 47
4. Implementasi keperawatan ............................................................. 48
5. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 49
B. Pembahasan kasus ................................................................................ 50
1. Pengkajian keperawatan ................................................................. 51
2. Diagnosa keperawatan .................................................................... 53
3. Intervensi keperawatan ................................................................... 55
4. Implementasi keperawatan ............................................................. 57
5. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 59

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 64

A. Kesimpulan .......................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66


LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC DBD ............................................................................. 17

xi

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan............................................................. 27

xii

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah pembimbing 1
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah pembimbing 2
Lampiran 6 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak
Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent)
Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang
Lampiran 9 Surat Izin Pengambilan Data dari Kepala RS. TK III Dr.
Reksodiwiryo Padang
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari Kepala RS. TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang
Lampiran 12 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 13 Surat Izin Selesai Penelitian dari RS. TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang

xiii

Poltekkes Kemenkes Padang


xiv

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun, di Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran
diseluruh wilayah tanah air (kemenkes RI, 2017). Penyakit ini dapat menyerang
semua orang, terutama pada anak. Demam Berdarah Dengue (DBD) juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit ini merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan termasuk golongan virus yang ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta penyebarannya
sangat cepat (Marni, 2016).

Demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang telah terinfeksi dengue
untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berbeda. Fenomena yang dapat kita lihat dari Demam Berdarah Dengue (DBD) ini
adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume
plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni, dan diastesis hemorhagi.
Sedangkan pada kasus berat nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan
bahwa akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang
rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningkatnya
nilai hematokrit (Susilaningrum,2013).

Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak. Syok yang
terjadi pada anak biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari
ke-3 dan ke-7, dengan gejala anak menjadi makin lemah, ujung – ujung jari,
telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan
tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala
tersebut akan membahayakan anak bila tidak ditangani dengan cepat
(Ngastiyah,2014).

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

Demam berdarah pada anak dapat mengakibatkan kejang, kejang pada anak
diakibatkan karena demam tinggi yang tidak diatasi secepatnya. Untuk mengatasi
kejang biasanya dapat diberikan antikonvulsi seperti diazepam, stesolid,
fenobarbital, dan obat konvulsi lainnya. Jika syok dalam kondisi berat/ parah,
maka dapat diatasi atau dicegah dengan memberikan resuitasi cairan parenteral
melalui infuse. Jika pemberian cairan infuse tidak memberikan respons, maka
diberikan plasma/ plasma ekspander sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Plasma
ekspander merupakan suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yag hilang akibat perdarahan (Marni,2016).

Pada anak yang menderita DBD biasanya mengalami kekurangan cairan.


Kurangnya volume cairan pada anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) ini
disebabkan oleh adanya perpindahan cairan intravaskular ke ekstravaskular akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan untuk itu tujuan rencana keperawatannya
adalah mengatasi kurangnya cairan serta mempertahankan asupan dan
keluarannya. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah monitor tanda vital, keadaan umum, tanda-tanda syok, asupan dan
keluaran. Asupan cairan dapat diberikan melalui minum peroral atau dengan
memberikan cairan intravena (Marni,2016).

World Health Organization (WHO) (2018), menyebutkan bahwa penyakit


Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan di iklim tropis dan subtropis di
seluruh dunia, sebagian besar di daerah perkotaan dam semi perkotaan. Demam
Berdarah Dengue (DBD) juga merupakan penyakit serius dan kematian
dikalangan anak-anak di beberapa negara Asia dan Amerika latin. Dilaporkan
pada tahun 2016 di wilayah Amerika lebih dari 2,38 juta kasus, Pasifik Barat lebih
dari 375.000 kasus, Filipina 176.411 dan Malaysia 100.028 kasus dengan dugaan
demam berdarah. Pada tahun 2017 dilaporkan pengurangan kasus demam
berdarah di Amerika dari 2,38 juta kasus hingga 584.263 kasus pada 2017.
Diperkirakan 500.000 orang dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
memerlukan perawatan rumah sakit setiap tahun, dan dengan perkiraan 2,5%
kematian kasus, setiap tahun. Secara global, penurunan 28% dalam kasus

Poltekkes Kemenkes Padang


3

kematian telah tercatat antara 2010 dan 2016 dengan peningkatan yang signifikan
dalam manajemen kasus melalui kapasitas di negara.

Profil Kesehatan Indonesia (2018), menyebutkan bahwa pada tahun 2017 Demam
Berdarah Dengue masih tercatat sebagai Kejadian Luar biasa (KLB) pada anak-
anak, terdapat jumlah kasus DBD sebanyak 68.407 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun
sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian 1.598 orang. Angka
kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 78,85
menjadi 26,10 per 100.000 penduduk. Namun, penurunan case fatality rate (CFR)
dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,78% pada tahun 2016, menjadi
0,72% pada tahun 2017.

Pada tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk dimana 3 provinsi dengan case fatality rate (CFR) tertinggi,
yaitu Sulawesi Selatan sebesar 105,95 per 100.000 penduduk yang memiliki case
fatality rate (CFR) tertinggi (2,18%), Kalimantan Tengah (1,55%) dan Gorontalo
(1,47%). Dari 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, terdapat 419
kabupaten/kota (81,52%) yang sudah mencapai Incidence Rate (IR) DBD < 49 per
100.000 penduduk. Ada 3 provinsi pada tahun 2017 yang tidak memenuhi target
Incidence Rate (IR) DBD < 49 per 100.000 penduduk yaitu Sumatra Barat,
Kalimantan dan Bali.

Kasus demam berdarah di Provinsi Sumatra Barat tahun 2017 sebanyak 3.952
orang, jumlah ini mengalami penurunan di banding 2015 yaitu sebanyak 3886
orang. Kasus tertinggi ada di kota Padang (911 kasus) dan kasus terendah ada di
Kota Mentawai (21 kasus) (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat, 2017).

Di kota Padang tahun 2017, sebanyak 608 kasus demam berdarah dengan jumlah
kematian 4 orang, lebih rendah dari tahun 2016 (911 kasus). Kasus demam
berdarah terbanyak pada tahun 2017 ditemukan di wilayah kerja puskesmas
Kuranji (140 kasus) dan wilayah kerja puskesmas Koto Tangah sebanyak 140

Poltekkes Kemenkes Padang


4

kasus. Dan kasus terendah ada di puskesmas Bungus sebanyak 15 kasus (Dinkes
Kesehatan Kota Padang, 2017).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RS TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati bulan Januari
sampai Desember 2017 sebanyak 221 orang. Sedangkan pada tahun 2018 dari
bulan Januari sampai Oktober sebanyak 166 orang .

Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada anak sama seperti asuhan
keperawatan lainnya, yaitu di mulai dengan menggunakan pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Secara
umum tujuan dari asuhan keperawatan untuk anak dengan masalah hipertermi
ialah untuk menurunkan suhu tubuh anak, meningkatkan kemampuan untuk
melakukan aktivitas fisik, serta mencegah berbagai resiko infeksi yang terkait
dengan masalah hipertermi. Dimana tujuan asuhan keperawatan tersebut dapat
terlaksana oleh perawat dimulai dari perencanaan, melakukan tindakan
implementasi, dan mengevaluasi perubahan yang dialami pada anak
(Susilaningrum, 2013).
Salah satu bentuk peran perawat terhadap anak dengan demam berdarah dengan
memberi tahu kepada keluarga atau orang tua pentingnya menanggulangi
terjadinya DBD, seperti melakukan tindakan kompres hangat, memberikan obat
parasetamol apabila anak demam, dan memberikan penyuluhan berupa pendidikan
kesehatan kepada orang tua atau keluarga dengan salah satu cara seperti
melakukan 3M (Menutup, Menguras, Menimbun) (Nugroho, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Annisa,dkk (2015), menyebutkan


bahwa penelitian ini didapatkan sebanyak 154 pasien terdiri dari 79 pasien anak
dan 75 pasien dewasa. Berdasarkan kelompok usia dapat dijabarkan yaitu 21
(13,6%) pasien usia 0-5 tahun, 50 (32,5%) pasien usia 5-14 tahun, 8 (5,2%) pasien
usia 14-19 tahun, dan 75 (48,7%) pasien usia >19 tahun. Kategori anak terdiri dari
45 (57%) perempuan dan 34 (43%) laki-laki. Sedangkan kategori dewasa terdiri
dari 39 (52%) perempuan dan 36 (48%) laki-laki. perbedaan bermakna antara

Poltekkes Kemenkes Padang


5

derajat penyakit DBD pada anak dan dewasa (p=0,004). Mayoritas pasien anak
adalah derajat 2 (46,8%) sedangkan dewasa adalah derajat 1 (62,7%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Susilo (2016), tindakan keperawatan


yang di lakukan untuk menurunkan suhu tubuh pasien dengan cara mengompres
menggunakan air hangat selama 20 menit, dalam melakukan tindakan kompres
hangat. Hasil dari setelah melakukan kompres hangat, pasien mengatakan masih
merasa panas pada badannya tapi tidak seperti tadi siang sebelum di lakukan
kompres hangat tersebut, data objektif : suhu pasien 37,1OC, badan pasien masih
teraba panas, 3 jam setelah melakukan kompres hangat peneliti melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh pasien 37OC. Setelah 2 jam
mengukur tanda-tanda vital peneliti melakukan evaluasi kembali terhadap pasien,
data subjektif : pasien mengatakan badannya sudah tidak panas lagi, data objektif
: suhu tubuh pasien 36,7 OC. Tindakan kompres hangat yang di lakukan peneliti
terhadap pasien di anggap efektif karena suhu tubuh pasien sudah turun dan
berada dalam batas normal yaitu 36,7 OC sehingga masalah peningkatan suhu
tubuh pada pasien dapat teratasi.

Hasil penelitian Widya Wati,dkk (2015) yang telah dilaksanakan di RSUD


Banjarbaru tahun 2015 mengatakan bahwa tingkat pengetahuan orang tua dalam
penatalaksanaan pada anak dari 66 responden didapatkan pengetahuan responden
tertinggi adalah berpengetahuan cukup 27 orang (40,9%), berpengetahuan baik
sebanyak 20 orang (30,3%) dan berpengetahuan kurang 19 orang (28,8%). Lebih
dari setengahnya termasuk dalam kategori cukup baik, dikarenakan orang tua
belum menerima apa yang telah terjadi pada anaknya. Pengetahuan orang tua di
RSUD Banjarbaru kebanyakan berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahaya penyakit DBD dan
kaitannya dengan pentingnya melaksanakan pencegahan terhadap kejadian
demam berdarah dengue (DBD).

Survey awal yang peneliti lakukan di ruang anak RS. Dr. Reksodiwiryo Padang
pada tanggal 21 November 2018, terdapat 2 orang pasien anak dengan DBD,

Poltekkes Kemenkes Padang


6

pasien anak 1 berusia 2 tahun dan pasien anak 2 berusia 3 tahun. Diagnosa
keperawatan utama yang diangkat pada 2 pasien anak tesebut sama yaitu
Hipertermi. Peneliti melakukan wawancara kepada orang tua pasien anak 1 dan
pasien anak 2. Hasil wawancara pada orang tua anak mengatakan perawat ruangan
telah melakukan pemberian obat dan menyuruh keluarga untuk memberikan
kompres hangat pada anaknya tanpa mengevaluasi suhu tubuhnya. Berdasarkan
status rekam medik yang telah diamati, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
terjadinya Hipertermi yaitu mengukur suhu, mengajarkan kompres hangat dan
memberikan obat paracetamol. Namun pada evaluasi perawat hanya melakukan
monitor tanda-tanda vital pada pergantian shift. Berdasarkan buku Ngastiyah
(2014), mengatakan bahwa seharusnya pemantauan tanda-tanda vital dilakukan
sekali 3 jam.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan penelitian studi kasus
penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di ruang Merpati RS TK
III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diaatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III
Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang
2019.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang


7

b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa Keperawatan pada pasien anak dengan


kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr.
Reksodiwiryo Padang.
c. Mendeskripsikan rencana Keperawatan pada pasien anak dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.
d. Mendeskripsikan tindakan Keperawatan pada pasien anak dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi Keperawatan pada pasien anak dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

D. Manfaat Penilitian
1. Aplikatif
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan
asuhan keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
RS TK III Dr.Reksodiwiryo Padang tahun 2019.

b. Bagi direktur rumah sakit


Melalui direktur hasil yang di peroleh dari laporan karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat menjadi referensi oleh terhadap pemberian asuhan
keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ruang
Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

c. Bagi institusi prodi keperawatan padang


Hasil peneliti ini sebagai tambahan pembelajaran di institusi prodi
keperawatan padang khususnya bagi mahasiswa dalam penerapan asuhan
keperawatan Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD).

2. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian karya tulis ilmiah yang diperoleh ini diharapkan dapat
memberikan masukan bagi peneliti berikutnya untuk menambahkan

Poltekkes Kemenkes Padang


8

wawasan, pengetahuan dan data dasar penelitian selanjutnya dalam penerapan


asuhan keperawatan Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)


1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Ngastiyah, 2014).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang sangat menular,
penyakit ini banyak menimbulkan kematian di daerah tropis dan
subtropics serta merupakan ancaman kesehatan bagi dunia (Marni, 2016).

2. Etiologi
Penyebab dari penyakit demam berdarah adalah karena salah satu dari 4
virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari family Flaviviridae yang
ditularkan oleh vector nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa
inkubasi penyakit ini pada fase demam tinggi terjadi pada hari ke 1-3, fase
kritis terjadi pada hari ke berakhir 4 – 5 hari setelah timbulnya demam dan
fase penyembuhan terjadi pada hari ke 6-7. (Marni, 2016).

Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan


kematian, terutama pada anak. Penyebab penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah di
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue (DEN) yang termasuk dalam
grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Virus dengue yang bayak berkembang di masyarakat
adalah virus dengue dengan tipe 1 dan tipe 3. Struktur antigen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, variasi genetik yang
berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotype,
tetapi juga didalam serotype itu sendiri tergantung waktu dan daerah
penyebarannya (Zulkoni, 2011).
9
10

3. Klasifikasi
Derajat 1:
Demam disertai gejala khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
dengan di uji tourniqet positif
Derajat 2:
Ditandai dengan derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain.
Derajat 3:
Ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi lemah dan cepat (>120/menit),
tekanan nadi sempit (<20 mmHg) hipotensi, akral dingin.
Derajat 4:
Renjatan berat dengan ditandai dengan tanda-tanda syok seperti nadi tidak
dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (Setiawan,dkk, 2014).

4. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2014) anatomi fisiologi, sebagai berikut:
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan oksigen dan makanan
dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme
dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit merupakan tempat ekskresi sisa-
sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah dan darah.
a. Jantung
Jantung merupakan organ muskolar berongga, bentuknya menyerupai
piramid atau jantung pisang, yang merupakan pusat sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastinum.
Ujung jantung mengarah ke bawah, ke depan bagian kiri: Basis jantung
mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit ke arah kanan. Pada basis
jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah
dan pembuluh balik paru.
Lapisan jantung terdiri dari:
1) Perikardium

Poltekkes Kemenkes Padang


11

Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung, terletak di


dalam mediastinum minus, terletak di belakang korpus sterni dan
rawan iga II-VI.
2) Miokardium
Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria.
3) Endokardium (pemukaan dalam jantung)
Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium.
Ruang-ruang jantung:
1) Atrium dekstra
Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya
membentuk suatu rigi atau krista terminalis.
2) Ventrikel dekstra
Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikuler
dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis.
3) Atrium sinistra
Terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak di belakang atrium
kanan, membentuk sebagian besar basis (fascies posterior)di belakang
atrium sinistra terdapat sinus oblig perikardium serosum dan
perikardium fibrosum.
4) Ventrikel sinistra
Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler
sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta.

b. Sistem Pembuluh Darah


Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh
tubuh. Saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai
pemompa darah. Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut
(transportasi) darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh dan
mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung.
Fungsi ini disebut sirkulasi darah.
Pembuluh darah ada 3 yaitu:

Poltekkes Kemenkes Padang


12

1) Arteri
Atau pembuluh darah nadi merupakan pembuluh darah yang keluar
dari jantung yang membawa darah ke seluruh tubuh dan alat tubuh.
Aorta Merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari
jantung bagian ventrikel sinistra.
2) Vena
Merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yang membawa
darah dari alat-alat tubuh masuk ke jantung.
3) Kapiler
Pembuluh darah yang sangat kecil sehingga disebut juga pembuluh
rambut.

Aliran darah dalam tubuh terdiri dari:


4) Aliran darah koroner
Aliran darah yang mendistribusikan darah di dalam otot jantung
melalui pembuluh darah utama:
a) Arteri koronaria kanan, yang megatur distribusi nutrisi dan darah
daerah otot jantung kanan depan belakang serta oto jantung kiri
bagian belakang bawah berhadapan dengan diafragma.
b) Arteri intraventrikuler anterior memberi darah untuk otot jantung
kiri depan dan septum jantung.
5) Aliran darah portal
Aliran darah balik, darah vena yang berasal dari (usus halus, usus
besar, lambung, limpa dan hati).
6) Aliran darah pulmonal
Aliran darah dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis kemudian
bercabang ke paru kiri dan paru kanan, bercabang lagi ke alveoli
(kapiler alveoli).
7) Aliran darah sistemik
Mulai dari ventrikel sinistra ke aorta masuk ke seluruh tubuh.
c. Darah

Poltekkes Kemenkes Padang


13

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darahyang mempunyai fungsi


transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur keseimbangan
asam dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran),
membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan hormon dengan membawa
dan menghantarkan dari kelenjar ke sasaran.
Fungsi darah secara umum:
1) Sebagai alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk
fungsi metabolisme:
a) Respirasi: Gas oksigen dan karbondioksida dibawa oleh
Hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma darah
kemudianterjadi pertukaran gas di paru.
b) Nutrisi zat gizi yang diabsorpsi dari usus, dibawa plasma ke hati
dan jaringan-jaringan tubuh, dan digunakan untuk metsbolisme.
c) Mempertahankan air, elektrolit, keseimbangan asam basa, dan
berperan dalam homeostasis.
d) Sekresi hasil metabolisme dibawa plasma keluar tubuh oleh ginjal.
e) Regulasi metabolisme
2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang merupakan
fungsi dari sel darah putih.
3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan
4) Mempertahankan temperatur tubuh
Komponen Padat Darah, sebagai berikut:
1) Sel darah merah (Eritrosit)
Bila dilihat di bawah mikroskop sel darah merah (Eritrosit) tidak
mempunyai inti, ukurannya 0,007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-
kira 4,5-5 juta/mm3, warnanya kuning kemerah-merahan, sifatnya
kenyal sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah
yang dilalui. Oleh karena itu di dalamnya mengandung hemoglobin
yang berfungsi mengikat oksigen (O2), eritrosit membawa oksigen dari
paru ke jaringan dan karbon dioksida (CO2) dibawa dari jaringan ke
paru untuk dikeluarkan melalui jalan pernapasan. Jumlah hemoglobin

Poltekkes Kemenkes Padang


14

dalam masing-masing sel adalah normal, drah mengandung rata-rata


15 gram, dan tiap gram mampu mengikat 1,39 ml oksigen. Pada orang
normal hemoglobin dapat mengangkut 20 ml oksigen dalam 100 ml
darah.
2) Sel darah putih (Leukosit)
Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit, dapat
berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia),
mempunyai bermacam-macam inti sel, banyaknya antara 6000-
9000/mm3. Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju
jaringan, saluran limfe, dan kembali lagi ke aliran darah.
3) Pembeku Darah (Trombosit)
Pembeku darah (trombosit) merupakan benda-benda kecil yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong, warnanya putih. Trombosit bukan berupa sel melainkan
berbentuk keping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel
besar. Fungsinya memegang peranan penting dalam proses pembekuan
darah dan hemostasis (menghentikan aliran darah).
4) Komponen cair darah (plasma)
Merupakan bagian dari 5% berat badan, media sirkulasi elemen-
elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan
sel darah pembeku. Plasma didapat dengan cara melakukan pemisahan
sel-sel darah dari darah dengan cara pemusingan (sentrifugasi). Plasma
darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksinya bersifat
alkali. Plasma diberikan secara intravena untuk memulihkan volume
darah atau mengantikan faktor-faktor I, VIII, XI pada pasien yang
tidak memilikinya.

5. Patofisiologi
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus dewasa betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam
tubuhnya dari penderita dari demam berdarah lain. Nyamuk Aedes
aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi hari (setelah matahari

Poltekkes Kemenkes Padang


15

terbit) dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang
beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia
dibawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab,
serta daerah pinggiran kumuh (Zulkoni,2011).

Penyakit ini biasanya mulai dengan tiba-tiba dengan sakit kepala berat,
demam, perasaan sangat lemah, nyeri pada persendian-persendian dan
otot-otot. Demam naik dengan cepat menjadi 380 sampai 400C, demam
ini bisa berlangsung selama 2-4 hari, dan diikuti dengan kesembuhan
yang cepat kira-kira dalam 24 jam dan sesudah itu suhu tubuh bisa naik
lagi kedua kalinya. Pada saat ini ruam mungkin keliatan dikulit
(Supriyanto, 2015).

Apabila tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan
aman. Akan tetapi, apabila virus yang masuk itu mempunyai tipe yang
berbeda maka akan mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan
transformasi limfosit imun yang dapat meningkatkan titer antibodi IgG
antidengue. Dalam limfosit, terjadi replikasi virus dengue yang
bertransformasi akibat virus yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan
terbentuknya kompleks antigen-antibodi (Marni, 2016).

Kemudian antigen-antibodi akan mengaktifkan sistem komplemen C3


dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai
meningginya permeabilitas pembuluh darah. Tingginya permeabilitas
dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma yang
berlangsung selama perjalanan penyakit, sejak permulaan masa demam
dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Pada pasien yang renjatan
berat (syok) volume plasma dapat menurun sampai 30% atau lebih jika
keaadan tersebut tidak teratasi akan menyebabkan anoksia jaringan,
asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian. Perdarahan yang
terjadi pada pasien DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya

Poltekkes Kemenkes Padang


16

fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor


V, VII, IX, X dan fibrinogen) (Ngastiyah,2014).

Sementara itu, akibat cairan yang merembes darah menjadi kental yang
dapat di lihat dari adanya peningkatan nilai hematokrit. Karenanya obat
utamanya adalah cairan, cairan yang keluar dari dalam pembuluh darah
menyebabkan badan bengkak (edema), perut membesar berisi cairan
(asites) dan cairan yang ada dalam paru dan rongga selaput paru (efusi
pleura) yang menyebabkan sesak nafas (Soedjas,2011).

Poltekkes Kemenkes Padang


17

6. Woc Infeksi virus Dengue


(karena gigitan nyamuk Aedes Aegypti)

hipertermi demam
Virus mengeluarkan Toksin(zat
Menstimulasi pusat
beracun Aegypti)
termoregulasi

Pelepasan pirogen dlm darah


Hipotalamus

Menyerang sel darah Viremia


(trombosit)
Reaksi Imunologis
Sesak nafas
Trombosit
Mual (Trombositopenia) Histamin
Efusi
muntah pleura
Pemeabilitas pembuluh darah
perdarahan

Ht Hb Plasma dalam pembuluh darah keluar


dari dari intravaskuler ke ekstravaskuler
o Petechie
o Gusi Anemia
o Epitaksis
o Perdarahan gastrointestinal Plasma dalam pembuluh darah Kekurangan
volume cairan

Intake nutrisi Darah menjadi kental di


Asam lambung tidak adekuat dalam pembuluh darah

Daya tahan Hematokrit


tubuh/kelemahan Ketidakefektifan
fisik seimbangan nutrisi
Aliran darah menjadi lambat

Suplai O2 dan zat


makanan kurang ke otak COP
Intoleransi Aktifitas
o Tekanan darah
Kerja jantung o halus /tidak teraba
o sesak nafas
Hipoksia
o kulit lembab

Penumpukan
as.laktat di otak Syok Hipovolemik
Penurunan Kesadaran
dan sendi

Nyeri sendi
Sakit kepala

Nyeri Akut

Poltekkes Kemenkes Padang


18

7. Manifestasi Klinis
Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot
seluruh tubuh, nyeri dibelakang kepala hebat, suara serak, batuk,
epistaksis serta disuria. Demam berdarah dengue ditandai oleh demam
mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,
perut, dan kepala. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa.
Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang
beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan
dibawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena dan juga hematuria massif.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda
anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin, dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah
menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang
(Ngastiyah,2014).
Gejala klinis DBD menurut (Nugroho, 2011), sebagai berikut:
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari
b. Manifestasi pendarahan (petekie, hidung, perdarahan gusi, mimisan,
hematemesis, melena)
c. Hepatomegali (pembesaran hati, limpa)
d. Syok, tekanan nadi kurang dari 20mmHg, tekanan sistolik sampai
kurang dari 80/menit
e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan trombosit dibawah
100.000/mm3.
f. Gejala klinik lain: lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang,
dan sakit kepala.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

8. Respon Tubuh
a. Sistem pernafasan
Pertanda telah terjadi kebocoran plasma yang berpotensi
menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya yaitu syok. Pada hal ini
anak akan mengalami efusi pleura yaitu adanya cairan di rongga
pleura yang dapat mengakibatkan anak sesak nafas.
b. Sistem sirkulasi
Biasanya apabila sudah terjadi renjatan pada hari ke 2-7, anak
terlihat lesu, nafsu makan menurun, hal ini disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga
terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada system kardiovaskuler terjadinya peningkatan nilai hematokrit,
yang disebabkan oleh cairan yang merembes darah menjadi kental
karenanya cairan yang keluar dari dalam pembuluh darah
menyebabkan badan bengkak (edema). Dan mengakibatkan aliran
darah ke jantung menjadi lambat ketika aliran darah ke jantung
melambat curah jantung juga menurun.
d. Sistem otak
Aliran oksigen ke otak juga akan mengalami penurunan , karena
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke
ekstravaskuler yang menyebabkan peningkatan hematokrit. Sehingga
darah menjadi kental dan suplai oksigen ke otak menurun dan bisa
juga mengakibatkan penururnan kesadaran.

Poltekkes Kemenkes Padang


20

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hemoglobin
biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak
dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
2) Hematokrit
Pada Ht tejadi peningkatan > 20%. Nilai normal Hematokrit yaitu
3 kali nilai Hemoglobin. Nilai normal: 33- 38%.
3) Trombosit
Pada Trombosit terjadinya penurunan < 100.000/mm3. Nilai
normal: 200.000-400.000/ml.
4) Leukosit
(Leukopenia) serta waktu perdarahan dan waktu protrombin
memanjang. Pada Leukosit mengalami penurunan dibawah normal.
Nilai normal: 9.000-12.000/mm3.

b. Pemeriksaan immunoglobulin M (IgM)


Apabila terjadi syok maka biasanya akan terjadi hiponatremia,
hiperkalemia, protein plasma, yang menurun, peningkatan transamin
serum, dan pada sediaan apusan darah tepi terdapat fragmentosit
yang menandakan adanya hemolisis.
c. Pemeriksaan rontgen thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak biasanya di dapatkan efusi pleura,
ditemukan adanya cairan di rongga pleura.
(Marni, 2016).

10. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2014), ada penatalaksanaan medis dan
keperawatan pada Demam Berdarah Dengue (DBD), sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan DBD tanpa renjatan

Poltekkes Kemenkes Padang


21

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien


dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
11/2 – 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu
dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi
sedikit dan butuh keterlibatan orang tua dalam kegiatan ini. Jika anak
tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan
memasang sonde karena resiko merangsang terjadinya perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang-kejang diberi luminal atau anti konvulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis: anak umur kurang 1 tahun
50 mg IM; anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang
belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB.
Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan di bawah 1 tahun 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infuse diberikan
pada pasien DBD tanpa renjatan apabila pasien terus-menerus
muntah, tidak dapat di berikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cendrung meningkat.
2) Penatalaksanaan DBD disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infuse
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plama. Cairan
yang diberikan biasanya Ringer Laktat (RL). Jika pemberian cairan
tersebut tidak ada respons diberikan plasma ekspander, banyaknya
20-30ml/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus
harus diguyur dengan cara membuka klem infuse, tetapi karena
biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak
mencapai yang diharapkan maka untuk mengatasinya dimasukkan
cairan secara paksa ialah dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak
100-200 ml, baru kemudian di guyur.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I

Poltekkes Kemenkes Padang


22

Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa
dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi
terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang
infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang
pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien Dengue Syok Syndrom (DSS) adalah pasien gawat maka jika
tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi
fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama
adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai
puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah
sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya
kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam
rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan
darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

11. Pencegahan
Menurut Zulkoni (2011), pencegahannya sebagai berikut:
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypt. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup yang tepat,
yaitu dari sisi:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi:
1) Menguras bak mandi/ penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu.
2) Mengganti/ menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali.
3) Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, dan ban bekas di sekitar rumah
dan lain-lain.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
c. Kimiawi
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan:
1) Pengasapan/ fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas tertentu.
2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah


dengan mengkobinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan
“3M Plus”. Konsep 3M yaitu menutup, menguras, menimbun.
Selain itu juga melakukan strategi “plus” seperti memelihara ikan

Poltekkes Kemenkes Padang


24

pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada


waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan lation anti nyamuk, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Anak Demam Berdarah Dengue


(DBD)
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada identitas pasien ada nama, umur, jenis kelamin, nama ibu, alamat,
agama.
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan menurut Nugroho (2011), yaitu:
1) Keluhan utama
Biasanya pada pasien DBD Pasien mengeluh panas, sakit kepala,
lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada pasien DBD Didapatkan adanya keluhan panas
mendadak yang disertai menggigil. Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7, anak semakin lemah. Kadang – kadang disertai
dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Anak mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang
lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.

Poltekkes Kemenkes Padang


25

c. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan anak menjadi berkurang.
2) Eliminasi
BAB: Biasanya anak sering mengalami diare
BAK: biasanya anak pada saat DBD buang airnya sedikit.
3) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
a) Tingkat kesadaran: Biasanya ditemukan kesadaran menurun,
terjadi pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit
meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak
berkurang.
b) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan Darah: Biasanya menurun (Normal: 80-100/60 mmHg)
Nadi : Biasanya melemah (Normal: 80-90x/menit)
Pernapasan : Biasanya meningkat (Normal: 20-30x/menit)
Suhu : Biasanya meningkat > 37,50C (Normal: 36,5oC-
37,5oC)
2) Kepala: Biasanya kepala simetris, tidak ada kelainan
3) Mata: simetris, konjungtiva anemis , sclera tidak ikterik, mata
anemis
4) Hidung: terkadang hidung mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV.
5) Telinga: bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran

Poltekkes Kemenkes Padang


26

6) Mulut: : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada


perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
7) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak
ada, nyeri telan
8) Dada/thorak
I : Bentuk simetris, ada menggunakan otot bantu pernafasan kadang-
kadang tampak sesak.
P : fremitus kiri kanan sama
P : biasanya jika di perkusi bunyinya sonor
A : terdengar bunyi ronchi, krakles
9) Abdomen
I: bentuk simetris , dan terkadang asites
P: biasanya mengalami nyeri tekan , pembesaran hati
P: biasaya terdengar re dup
A: bising usus (+), penurunan nafsu makan
10) Genetalia
Biasanya tidak ada masalah.
11) Ekstremitas
Biasanya CRT >2 detik, akral dingin dan pada kuku sianosis, nyeri
otot dan sendi.

2. Program Pengobatan
Menurut Suriadi, Dkk (2010) , yaitu:
a. Antiperatik jika terdapat demam
b. Antikonvulsan jika terdapat kejang
c. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Poltekkes Kemenkes Padang


27

c. Risiko pendarahan
d. Risiko syok
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
f. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makan
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Imobilitas
h. Mual
( Nanda, 2015 )

4. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Diagnosa dan Intervensi keperawatan NANDA, NIC-NOC
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan tindakan keperawatan a. Jaga intake asupan yang
Definisi diharapkan kekurangan akurat dan catat output
Penurunan cairan volume cairan akan pasien
intravaskular, interstisial teratasi dengan kriteria b. Monitor status dehidrasi
dan intaselular hasil: (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut
Batasan Karakteristik Hidrasi nadi adekuat dan
a. Haus Indikator: tekanan darah
b. Kelemahan a. Turgor kulit ortostatik)
c. Membrane mukosa kembali normal c. Monitor tanda-tanda
kering b. Membrane mukosa vital
d. Peningkatan lembab d. Monitor perubahan
frekuensi nadi c. Intake cairan berat badan pasien
e. Peningkatan tercukupi sebelum dan setelah
hematokrit d. Tekanan darah dialisis.
f. Peningkatan suhu kembali normal e. Kaji lokasi dan luasnya
tubuh e. Tekanan nadi edema, jika ada.
g. Penurunan BB tiba- normal f. Monitor makanan/cairan
tiba yang dikonsumsi dan
h. Penurunan tekanan (Hal 102) hitung asupan kalori
darah yang harian.
i. Penurunan tekanan g. Monitor status gizi
nadi h. Tingkatkan asupan oral
j. Penurunan turgor ( misalnya, memberikan
kulit sedotan dan nawarkan

Poltekkes Kemenkes Padang


28

cairan diantara waktu


Faktor yang makan, mengganti air es
Berhubungan secara rutin )
a. Kegagalan i. Dukung pasien dan
mekanisme regulasi keluarga untuk
b. Kehilangan cairan membantu dalam
aktif pemberian makan
dengan baik.
j. Monitor reaksi pasien
terhadap terapi elektrolit
yang diresepkan
k. Konsultasi dengan
dokter jika tanda-tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan menetap
atau memburuk.

(Hal 157)

Monitor Cairan
a. Tentukan faktor resiko
yang mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan.
b. Periksa turgor kulit
dengan memegang
jaringan sekitar tulang
seperti tangan atau
tulang kering, mencubit
kulit dengan lembut,
pegang dengan kedua
tangan dan lepaskan
(dimana, kulit akan
turun kembali dengan
cepat jika pasien
terhidrasi dengan baik).
c. Monitor asupan dan
pengeluaran.
d. Catat dengan akurat
asupan dan
pengeluaran.
e. Cek kembali asupan dan
pengeluaran pada
semua pasien dengan
terapi.
(Hal 229)

Poltekkes Kemenkes Padang


29

2 Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan demam


Definisi tindakan keperawatan a. Pantau suhu dan
Peningkatan suhu tubuh diharapkan suhu tubuh tanda-tanda vital
diaatas kisaran normal klien akan berkurang lainnya
diurnal karena dengan kriteria hasil: b. Monitor warna kulit
kegagalan termoregulasi dan suhu
Termoregulasi c. Monitor asupan dan
Batasan Karakteristik Indikator: keluaran, sadari
a. Apnea a. Suhu tubuh kembali perubahan kehilangan
b. Gelisah stabil cairan yang tak
c. Hipotensi b. Tidak ada tanda- dirasakan.
d. Kejang tada hipertermi d. Beri obat atau cairan
e. Kulit kemerahan c. Tidak ada tanda IV (misalnya,
f. Kulit terasa hangat hipotemi antipiretik, agen
g. Letargi d. Nafas kembali antibakteri, dan agen
h. Takikardia teratur anti menggigil)
i. Takipnea e. Klien tampak tidak e. Tutup pasien dengan
Faktor yang gelisah,lesu selimut atau pakaian
Berhubungan f. Tidak ada tanda- ringan tergandung
a. Aktifitas berlebihan tanda adanya pada fase demam
b. Dehidrasi dehidrasi f. Fasilitasi istirahat
c. Peningkatan laju terapkan pembatasan
metabolisme (Hal 565) aktifitas jika
d. Penyakit diperlukan
e. Suhu lingkungan g. Mandikan pasien
tinggi dengan spons hangat
(Hal 457) dengan hati-hati, atau
dengan mengompres
hangat pasien untuk
mengurangi suhu
tinggi pada pasien.
h. Tingkatkan sirkulasi
udara
i. Pastikan tanda lain
dari infeksi yang
terpantau pada
orangtua, karena
hanya menunjukkan
demam ringan atau
tidak demam sama
sekali selama prpses
infeksi
j. Lembabkan bibir dan
mukosa hidung yang
kering.

(Hal 355)

Poltekkes Kemenkes Padang


30

3. Risiko pendarahan Setelah dilakukan Pencegahan pendarahan


Definisi tindakan keperawatan a. Monitor ketat tanda-
Rentan mengalami diharapkan keparahan tanda perdarahan
penurunan volume kehilangan darah akan b. Monitor nilai labor
darah yang dapat teratasi dengan kriteria
c. Monitor status cairan
menganggu kesehatan hasil: yang meliputi intake
dan ouput
Faktor risiko Keparahan d. Observasi adanya
a. Aneurisme Kehilangan Darah darah dalam sekresi
b. Gangguan fungsi Indikator: cairan tubuh
hati a. Tidak ada e. Instruksikan pasien
c. Kurang kehilangan darah untuk meningkatkan
pengetahuan yang terlihat makanan yang kaya
kewaspadaan b. Tidak ada hematuria vitamin K
pendarahan c. Tidak ada keluar Instruksikan keluarga
d. Program darah dari anus untuk memonitor tanda-
pengobatan d. Tidak ada tanda perdarahan dan
hematemesis mengambil tindakan yang
(Hal 408) e. Tidak ada penurunan tepat jika terjadi
tekanan darah perdarahan (misalnya:
sistolik lapor kepada perawat)
f. Tidak ada penurunan (Hal 278)
tekanan darah
diastol

(Hal 148)
4. Risiko Syok Setelah dilakukan Pencegahan Syok
Defenisi tindakan keperawatan a. Monitor tehadap
Rentan mengalami diharapkan keparahan adanya respon
ketidakcukupan aliran kehilangan darah akan kompensasi awal syok
darah ke jaringan tubuh, teratasi dengan kriteria (misalnya, tekanan
yang dapat hasil: darah normal, nadi
mengakibatkan Keparahan Syok lemah
disfungsi seluler yang b. Monitor kemungkinan
mengancam jiwa, yang Hipovolemik penyebab kehilangan
dapat menganggu Indikator: cairan
kesehatan. a. Penurunan tekanan c. Monitor status
darah sistolik tidak sirkulasi
Faktor Risiko ada lagi d. Catat adanya memar,
a. Hipoksemia b. Penurunan tekanan petechie dan kondisi
b. Hipoksia darah diastol tidak membran mukosa
c. Hipovolemia ada lagi e. Monitor terhadap
d. Infeksi c. Nadi lemah dan adanya tanda/gejala
e. Sepsis halus tidak ada lagi asites dan nyeri
f. Sindrom respons d. Tidak pucat abdomen
inflamasi sistemik (Hal 161) f. Berikan cairan melalui
(Hal 424) IV atau oral sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang


31

kebutuhan
g. Anjurkan pasien dan
Status Sirkulasi keluarga mengenai
Indikator: faktor-faktor pemicu
a. Tekanan darah syok/ tanda gejala.
sistol batas normal (Hal 281)
b. Tekanan darah
diastol batas Monitor Tanda-Tanda
normal Vital
c. Tekanan nadi a. Monitor tekanan
normal darah, nadi, suhu, dan
d. Saturasi oksigen status pernapasan
normal dengan cepat
(Hal 561) b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum
obat jika
memungkinkan
c. Monitor dan laporkan
tanda gejala hipotermi
dan hipertermi
d. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
e. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital.
(Hal 237)
5. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Defenisi tindakan keperawatan a. Lakukan pengkajian
Pengalaman sensori dan diharapkan nyeri akan nyeri komprehensif
emosional tidak teratasi dengan kriteria b. Gali pengetahuan dan
menyenangkan yang hasil: kepercayaan pasien
muncul akibat mengenai nyeri
kerusakan jaringan Kontrol Nyeri c. Pertimbangkan
aktual atau ptensial atau Indikator: pengaruh budaya
yang digambarkan a. Dapat mengenali terhadap respon nyeri
sebagai kerusakan nyeri kapan terjadi d. Tentukan akibat dari
(International b. Dapat pengalaman nyeri
Association fot the menggunakan terhadap kualitas
Study of Pain); awitan tindakan hidup pasien
yang tiba-tiba atau pengurangan nyeri e. Gali bersama pasien
lambat dari intensitas tanpa analgesik faktor-faktor yang
ringan hingga berat c. Melaporkan nyeri dapat menurunkan
dengan akhir yang dapat yang terkontrol atau memperberat
diantisipasi atau (Hal 247) nyeri
diprediksi. f. Berikan informasi
Manajemen Nyeri mengenai nyeri,

Poltekkes Kemenkes Padang


32

Batasan Karakteristik Indikator: seperti penyebab


a. Diaforesis a. Nyeri terkontrol nyeri, berapa lama
b. Dilatasi pupil b. Tigkat nyeri nyeri akan dirasakan,
c. Ekspresi wajah nyeri terpantau secara dan antisipasi dari
(mis., mata kurang reguler ketidaknyamanan
bercahaya, tampak c. Mampu akibat prosedur
kacau, gerakan mata mengambil g. Ajarkan penggunaan
berpencar atau tetap tindakan untuk teknik non
satu fokus, meringis) mengurangi nyeri farmakologis seperti
d. Fokus menyempit d. Mampu teknik relaksasi
(mis., persepsi mengambil (dengan aroma terapi)
waktu, proses tindakan untuk atau dengan teknik
berfikir, interaksi memberikan distraksi (mengalihkan
dengan orang dan kenyamanan perhatian pasienseperti
lingkungan) (Hal 179) dengan menonton film
e. Fokus pada diri kartun)
sendiri h. Kendalikan faktor
f. Lapran tentang lingkungan yang dapat
perilaku nyeri/ mempengaruhi respon
perubahan aktifitas pasien terhadap
(mis., anggota ketidaknyamanan
keluarga, pemberi i. Kurangi atau eliminasi
asupan) faktor-faktor yang
g. Mengekpresikan dapat meningkatkan
perilaku (mis., nyeri.
gelisah, merengek,
menangis, waspada (Hal 197)
h. Perilaku distraksi
i. Perubahan pada Manajemen
parameter fisiologis Lingkungan:
(mis., tekanan darah, Kenyamanan
frekuensi jantung, a. Tentukan tujuan
frekuensi oasien dan keluarga
pernapasan, saturasi dalam mengelola
oksigen dan CO2 lingkugan
j. Perubahan posisi b. Ciptakan lingkungan
untuk menghindari yang tenang dan
nyeri mendukung
k. Perubahan selera c. Sediakan lingkungan
makan yang aman dan bersih
l. Putus asa d. Sesuaikan suhu
m. Sikap melindungi ruangan yang paling
area nyeri. menyamankan
individu, jika
Faktor yang memungkinkan
Berhubungan e. Berikan atau
a. Agens cedera singkirkan selimut

Poltekkes Kemenkes Padang


33

biologis (mis., untuk meningkatkan


infeksi, iskemia, kenyamanan terhadap
neoplasma) suhu, seperti yang
b. Agens cedera fisik diindikasikan
(mis., abses, f. Posisikan pasien untuk
amputasi, luka bakar, memfasilitasi
terpotong, kenyamanan.
mengangkat berat, (Hal 192)
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
c. Agens cedera
kimiawi (mis., luka
bakar, kapaisin,
metilen klorida,
agens, mustard)
Hal 469

6. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Gangguan


Nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan Makan
kebutuhan tubuh diharapkan a) Kolaborasi dengan
Defenisi ketidakseimbangan tim kesehatan lain
Asupan nutrisi tidak nutrisi akan teratasi untuk
cukup untuk memenuhi dengan kriteria hasil: mengembangkan
kebutuhan metabolik. rencana perawatan
Status Nutrisi dengan melibatkan
Batasan Karakteristik Indikator : klien dan orang-
a. Berat badan 20% a) Asupan gizi orang terdekat
atau lebih di bawah terpenuhi dengan tepat
rentang ideal b) Asupan b) Dorong klien untuk
b. Cepat kenyang makanan mendiskusikan
setelah makan terpenuhi makanan yang
c. Gangguan sensasi c) Asupan cairan disukai bersama
rasa terpenuhi dengan ahli gizi
d. Kelemahan otot d) Asupan energi c) Kembangkan
pengunyah terpenuhi. hubungan yang
e. Kelemahan otot (Hal 551) mendukung dengan
untuk menelan klien
f. Ketidakmampua Nafsu Makan d) Monitor intake/
n merasakan Indikator: asupan dan asupan
makanan a) Hasrat/ cairan secara tepat
g. Nyeri abdomen keinginan untuk e) Bantu klien (dan
h. Kurang minat makan ada orang-orang
pada makanan b) Energi untuk terdekat klien
i. Penurunan berat makan bangkit dengan tepat)

Poltekkes Kemenkes Padang


34

badan dengan kembali untuk mengkaji


asupan makan c) Rangsangan dan memecahkan
adekuat untuk makan masalah personal
j. Sariawan rogga ada yang berkontribusi
mulut (Hal 319) terhadap terjadinya
k. Tonus otot gangguan makan
menurun f) Berikan dukungan
atau arahan jika
Faktor yang diperlukan
Berhubungan g) Observasi klien
a. Faktor biologis selama dan setelah
b. Faktor ekonomi pemberian makan.
c. Gangguan (Hal 179)
psikososial
d. Ketidakmampuan Manajemen Nutrisi
mencerna makan a. Tentukan status gizi
e. Kurang asupan pasien dan
makan kemampuan pasien
(Hal 177) untuk memenuhi
kebutuhan gizi
b. Tentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
c. Berikan pilihan makan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap
pilihan [makanan]
yang lebih sehat, jika
diperlukan
d. Lakukan atau bantu
klien terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan
e. Anjurkan keluarga
untuk membawa
makanan favorit
pasien sementara
[pasien] berada di
rumah sakit atau
fasilitas perawaran
yang sesuai
f. Tawarkan makanan
ringan yang padat gizi
g. Monitor kalori dan
asupan makanan

Poltekkes Kemenkes Padang


35

h. Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan.
(Hal 197)
7. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
Defenisi tindakan keperawatan a. Bantu klien untuk
Ketidakcukupan energi diharapkan Intoleransi memilih aktivitas dan
psikologis atau Aktifitas akan teratasi pencapaian tujuan
fisiologis untuk dengan kriteria hasil: melalui aktivitas yang
mempertahankan atau (Hal 618) konsisten dengan
menyelesaikan aktivitas kemampuan fisik,
kehidupan sehari-hari Toleransi Terhadap fisiologis dan sosial.
yang ingin dilakukan. Aktivitas b. Bantu klien untuk
Indikator: tetap fokus pada
Batasan Karakteristik a. Saturasi oksigen kekuatan [yang
a. Dispnea setelah kembali normal dimilikinya]
beraktifitas ketika beraktifitas dibandingkan dengan
b. Keletihan b. Frekuensi nadi kelemahan [yang
c. Ketidaknyamanan normal ketika dimilinya]
setelah beraktifitas beraktifitas c. Dorong aktivitas
d. Respons frekuensi c. Frekuensi kreatif yang tepat
jantung abnormal pernapasan normal d. Bantu klien untuk
terhadap aktifitas ketika beraktifitas mengidentifikasi
e. Respons tekanan d. Tekanan darah aktivitas yang
darah abnormal sistolik normal diinginkan
terhadap aktivitas ketika bersktifitas e. Bantu klien dan
e. Tekanan darah keluarga untuk
Faktor yang diastol normal mengidentifikasi
Berhubungan ketika bernafas kelemahan dalam level
a. Gaya hidup kurang (Hal 583) aktivitas tertentu
gerak f. Intruksikan pasien dan
b. Imobilitas Daya tahan keluarga untuk
c. Ketidakseimbangan Indikator: melaksanakan
antara suplai dan a. Mampu aktivitas yang
kebutuhan oksigen melakukan diinginkan maupun
d. Tirah baring aktifitas fisik yang telah diresepkan
Hal 241 b. Daya tahan otot g. Bantu dengan aktivitas
normal fisik secara teratur
c. Mampu (misalnya., ambulasi,
memulihkan transfer/ berpindah,
energi setelah berputar dan
istirahat kebersihan diri), sesuai
d. Oksigen darah dengan kebutuhan.
ketika beraktifitas (Hal 431)
normal
(Hal 80) Manajemen Energi

Poltekkes Kemenkes Padang


36

a. Tentukan persepsi
pasien/ orang terdekat
dengan pasien
mengenai penyebab
kelelahan
b. Monitor intake/
asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber
energi yang adekuat
c. Monitor/ catat waktu
dan lama istirahat tidur
pasien
d. Anjurkan pasien untuk
memilih aktivitas-
aktivitas yang
membangun ketahanan
e. Anjurkan tidur siang
bila diperlukan.
(Hal 177)

8. Mual Setelah dilakukan Manajemen Mual


Defenisi tindakan keperawatan a. Dorong pasien untuk
Suatu fenomena diharapkan mual akan memantau pengalaman
subjektif tentang rasa teratasi dengan kriteria diri terhadap mual
tidak nyaman pada hasil: b. Evaluasi pengalaman
bagian belakang masa lalu individu
tenggorok atau Kontrol Mual dan terhadap mual
lambung, yang dapat Muntah c. Dapatkan riwayat diet
atau tidak dapat a. Mengenali onset pasien seperti makanan
mengakibatkan muntah. mual yang disukai dan tidak
b. Mendeskripsikan disukai
Batasan Karakteristik faktor-faktor d. Identifikasi faktor-
a. Keengganan penyebab faktor yang dapat
terhadap makanan c. Mengenali pencetus menyebabkan atau
b. Mual stimulus muntah berkontribusi terhadap
c. Peningkatan menelan (Hal 246) mual (misalnya obat-
d. Peningkatan salivasi obatan dan prosedur)
e. Rasa asam di dalam e. Ajari penggunanaan
mulut teknik nonfarmakologis
f. Sensasi muntah (misalnya teknik
Faktor yang relaksasi, terapi musik)
Berhubungan f. Dorong pola makan
Biofisik dengan porsi sedikit
a. Distensi lambung makanan yang menarik
b. Gangguan biokimia bagi pasien yang
c. Iritasi mualberikan informasi

Poltekkes Kemenkes Padang


37

d. Peningkatan tekanan mengenai mual seperti


Intrakarnial (TIK) penyebab mual dan
e. Penyakit pankreas berapa lama itu akan
f. Program pengobatan berlangsung.
Situasional
a. Ansietas (Hal 196)
b. Gangguan psikologis
c. Rasa makan/
minuman yang tidak
enak
d. Stimulasi lingkungan
yang tidak
menyenangkan

Nanda (2015), Nursing Interventions Classification (NOC) (2013), Nursing


Outcome Classification (NIC) (2013).

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan
pada anak dengan DBD di di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2019.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian telah dilakukan dari bulan November 2018 sampai dengan bulan
Juni 2019, studi kasus pada tanggal 12-16 April 2019 di Ruang Merpati RS
TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien Demam Berdarah
Dengue (DBD) diruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Jumlah populasi pasien anak dengan DBD di Ruang Merpati RS TK III
Dr. Reksodiwiryo Padang selama dilakukan penelitian dari tanggal 12-
16 April 2019 sebanyak 1 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah satu orang pasien dari jumlah populasi
satu orang. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria Inklusi
a. Anak dan orang tua bersedia menjadi responden dan setuju
berpatisipasi dengan peneliti.
b. Anak yang mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) derajat II
di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.

38
39

Adapun cara pengambilan sampel yaitu:


Populasi yang ditemukan saat melakukan penelitian sebanyak satu orang
pasien anak Demam Berdarah Dengue (DBD). Kemudian populasi dijadikan
partisipan.

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Pada penelitian ini alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan fisik adalah
thermometer, stetoskop, timbangan, arloji, tensimeter anak, instrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan proses
keperawatan anak mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,
observasi dan studi dokumentasi.
1. Format pengkajian keperawatan anak terdiri dari: identitas anak,
identitas orang tua, riwayat kesehatan, lingkungan, pengkajian khusus,
data penunjang.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah dan etiologi.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format catatan perkembangan keperawatan terdiri dari: nama pasien,
nomor reksm medik, hari dan tanggal, jam dan implementasi
keperawatan, jam dan hasil evaluasi keperawatan serta paraf yang
melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan
dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


40

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang bersumber langsung dari pasien.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara seperti identitas pasien
riwayat kesehatan, pola aktivitas sehari-hari, dan keadaan
lingkungan sekitar tempat tinggal, pemeriksaan fisik yang di ukur
tanda-tanda vital seperti tekanan darah (adakah mengalami
hipotensi/ tensi turun), nadi (adakah nadi teraba lemah), suhu
(adakah suhu < 37,50C), pernapasan (adakah pernapasan > 40x/i),
observasi (terutama observasi adanya perdarahan dikulit atau
perdarahan lainnya).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam medik, serta
dokumentasi di ruang anak RS. Dr. Reksodiwiryo padang.
Umumnya berupa bukti penunjang (berupan hasil pemeriksaan
darah rutin yaitu Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit),
kemudian hasil pemeriksaan rotgen thoraks, serta catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan.

2. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
pemeriksaan fisik, serta studi dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian seperti
identitas, riwayat kesehatn (riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga kondisi
lingkungan pasien), pola aktifitas sehari-hari/ ADL. Dalam penelitian
ini wawancara dilakukan dengan keluarga responden menggunakan
pedoman wawancara bebas.
b. Pemeriksaan fisik

Poltekkes Kemenkes Padang


41

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik


responden. Cara pengumpulan data dengan menggunakan
pemeriksaan secara langsung untuk mencari perubahan atau hal-hal
yang tidak normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam asuhan
keperawatan ini meliputi keadaan umum, pengukuran tanda-tanda
vital seperti tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Peneliti juga
mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, setelah
dilakukannya asuhan keperawatan, selain itu juga mengobservasi
respon tubuh terhadap tindakan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
c. Studi Dokumentasi
Penelitian menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk menunjang
penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dari dokumentasi
meliputi data dari rekam medik responden seperti tes laboratorium
darah (hemoglobin,leukosit,hematokrit dan trombosit), pemeriksaan
diagnostik seperti rontgen thoraks dan tindakan yang dilakukan
perawat.
Adapun prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah :
1) Peneliti meminta izin penelitian dari instalasi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
2) Meminta surat rekomendasi ke RS TK III dr. Reksodiwiryo Padang
3) Meminta izin kepala Instaldik RS TK III dr. Reksodiwiryo Padang
4) Melakukan pemilihan sampel yaitu berdasarkan pasien yang ada
waktu jadwal penelitian.
5) Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian .
6) Keluarga memberikan persetujuan untuk pasien dijadikan sebagai
responden dalam penelitian.
7) Keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
8) Keluarga pasien menandatangani informed consent. Peneliti
memintak waktu kepada keluarga pasien untuk melakukan
pengkajian dan asuhan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


42

F. Analisa Data dan Pembahasan


Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan teori dan
konsep keperawatan pada pasien DBD. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,. penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan implementasi sampai
evaluasi hasil dari tindakan keperawatan akan di narasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada kasus DBD. Analisa
yang dilakukan untuk menentukan apakah ada kesuaian antara teori yang
ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mulai tanggal 12 April 2019 sampai 16
April 2019 yang berlokasi di ruang Merpati Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo
Padang melibatkan 1 partisipan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Responden berjenis kelamin perempuan.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Jumat tanggal 12 April 2019 pukul 09.15 WIB di
Ruang Merpati Rumah Sakit TK III Dr.Reksodiwiryo Padang dengan metode
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.

a. Identitas Pasien

Pasien anak perempuan bernama An.V umur 13 tahun dirawat di ruang Merpati
Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo Padang sejak tanggal 11 April 2019. Pasien
masuk melalui IGD Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo Padang pada tanggal 11
April 2019 jam 23.00 WIB, dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, mual dan muntah 1 - 2x/sehari, nyeri pada ulu hati.
Sebelumnya An. V pernah berobat di poliklinik (2 hari pertama demam), dan hari
ke 3 demam dibawa ke IGD rumah sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang. Nilai
laboratorium trombosit menurun dari batas normal 28.000/mm3. Tanda- tanda
vital: S: 38,2oC, HR: 100 x/menit, TD: 80/60 MmHg.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Jumat, 12 April 2019 jam 09.15 WIB.
Keluarga mengatakan demam 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas
tinggi turun naik. Hari ke-2 anak dibawa ke poliklinik kemudian diberi obat dan
demam masih turun naik, lalu hari ke-3 dibawa lagi oleh keluarga ke IGD RS. TK
III dr. Reksodiwiryo Padang dan diberi obat lalu disuruh pulang dan anak tetap

43
44

demam. Pada hari ke-5 demam anak dibawa lagi ke IGD RS. TK III dr.
Reksodiwiryo Padang dengan keluhan demam, nyeri ulu hati mual dan muntah,
dilakukan pemeriksaan (Hb: 13,1 g/dl , Leukosit: 2.730 mm3, Trombosit:
28.000/mm3, Ht: 38%), kemudian pasien dianjurkan rawat inap. Data saat
pengkajian (TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/i, Suhu: 37,80C, RR: 22x/i) anak masih
demam, terdapat petekie di tangan, badan terasa lemah dan letih serta nyeri pada
ulu hati.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu, Keluarga mengatakan An. V pernah


demam, pilek.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pengkajian riwayat keluarga, didapatkan hasil keluarga pasien mengatakan tidak


ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien yaitu
DBD, saudara An. V juga pernah mengalami demam dan pilek, tidak ada keluarga
yang menderita penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung
koroner serta tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular.

e. Lingkungan Tempat Tinggal

Pengkajian lingkungan lingkungan tempat tinggal, didapatkan An. V tinggal di


lingkungan komplek yang padat penduduk. Keluarga mengatakan di rumah
memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2 minggu. Halaman
perkarangan bersih tidak ada air tergenang dan tidak ada kolam disekitar rumah
pasien, dari tetangga An. V juga tidak ada. Sumber air minum dari dispenser dan
tempat mencuci menggunakan air kran yang berasal dari PDAM. Jamban/WC
berada di dalam rumah menggunakan Septic Tank, sampah yang menampung air
seperti kaleng bekas atau botol minum biasanya di kumpulkan dulu di dalam
plastik sampah lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah yang berjarak 300
meter dari rumah pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


45

f. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian pemeriksaan fisik An.V didapatkan keadaan umum pasien lemah,


kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital pasien tekanan darah 100/70 mmHg,
nadi 98 x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit, suhu 37,8oC, wajah tampak
kemerahan dan tidak ada lesi atau benjolan, pada pemeriksaan mata sklera tidak
ikterik, konjungtiva anemi, pupil isokor, dan tidak ada edema pada palpebra.
Hidung simetris dan tampak bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak
ada perdarahan di hidung. Pada mulut warna bibir pucat dan mukosa kering tidak
ada perdarahan gusi. Telinga simetris kiri dan kanan, tampak bersih, pendengaran
baik. Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, dan pembesaran kelenjer
limfa. Pada pemeriksaan dada didapatkan hasil inspeksi bentuk dada simetris kiri
dan kanan, tidak ada tarikan dinding dada, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi
sonor dan diaskultasi vesikuler. Pemeriksaan jantung ictus kordis tidak terlihat,
ictus kordis teraba, jantung dalam batas normal, irama jantung reguler. Pada
pemeriksaan abdomen An. V didapatkan inspeksi simetris, nyeri tekan pada ulu
hati, bising usus (+). Pemeriksaan turgor kulit kembali cepat, kelembapan kulit
kering dan kemerahan. Pemeriksaan ekstermitas atas tidak ada lesi dan edema,
capillary refill < 3 detik, dan tampak bintik-bintik kemerahan pada tangan,
terpasang infus RL 20tts/i pada tangan kanan, pada ekstremitas bawah akral teraba
hangat, capillary refill < 3 detik, tidak ada lesi dan edema.

g. Kebiasaan Sehari-hari

Selama dirawat di rumah sakit An. V makan cuma ½ porsi diit ML dihabiskan,
minum air putih + 500cc/hari, An. V sulit untuk minum. Sejak dirawat di rumah
sakit An. V belum ada BAB, dan BAK An. V ± 4-5 kali/hari. An. V sering
terbangun pada malam hari dan tidur tidak nyenyak, pada waktu sehat An. V tidur
tidak teratur ± 2jam. Pada saat sakit An. V mandi hanya di lap dengan waslap
diatas tempat tidur oleh keluarga 2x/hari, dan An. V hanya sering berbaring di
tempat tidur.

Poltekkes Kemenkes Padang


46

h. Data Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 12 April 2019 didapatkan


hemoglobin 13,1gr/dl, leukosit 2.7300mm3, trombosit 28.000mm3, hematokrit
38%. Pasien mendapat terapi IVFD RL 120 tts/mnt, obat oral Paracetamol 400mg
3x1, Psidii 3x1, Ranitidine Syrup 3x1.

2. Rumusan Masalah Keperawatan

Dari data hasil pengkajian pada pasien tanggal 12 April 2019 didapatkan rumusan
masalah keperawatan yang muncul ada 3 diagnosa yaitu sebagai berikut:

a. Diagnosa pertama Kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif ditandai dengan data subjektif anak mengeluh mual dan susah untuk
minum, data objektif adalah Suhu 37,280C TD: 100/70 MmHg, RR:
22x/menit, HR: 98x/menit, Trombosit: 28.000/mm3, Hematokrit: 38%,
Mukosa bibir tampak kering, Kulit tampak kering dan terlihat ada petekie,
intake: 500cc/hari, output: 1000cc/hari.
b. Diagnosa yang kedua Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, ditandai dengan data subjektif anak demam badan teraba
hangat, data objektif adalah kulit teraba hangat, wajah tampak kemerahan,
lesu dan gelisah, Suhu 37,8oC, TD: 100/70 MmHg.
c. Diagnose ketiga Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia,
ditandai dengan data subjektif keluarga mengatakan ada bintik-bintik
kemerahan dan data objektif tampak ada bintik-bintik kemerahan di
ektremitas kanan atas, trombosit: 28.000/mm3
d. Diagnosa keempat Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,
ditandai dengan data subjektif anak mengeluh nyeri ulu hati dan data objektif
nyeri tekan pada ulu hati, skala nyeri 4, dan anak tampak meringis.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

3. Rencana Keperawatan

Dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada pasien selama


perawatan dibutuhkan intervensi keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan serta rencana tindakan yang dilakukan yang
mengacu pada Nursing Outcomes Classifications (NOC) dan Nursing
Interventions Classifications (NIC) yang diuraikan sebagai berikut:

a. Kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif , setelah


dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan akan
teratasi dengan kriteria hasil turgor kulit kembali normal, membrane mukosa
lembab, intake cairan tercukupi, tekanan darah kembali normal, tekanan nadi
normal. Intervensinya adalah Manajemen Cairan; jaga intake asupan yang
akurat dan catat output pasien, monitor status dehidrasi, memonitor tanda-
tanda vital sekali 3 jam, Pantau intake dan output pasien, tingkatkan asupan
oral, dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan
dengan baik, anjurkan pasien minum yang banyak, monitor hasil
laboratorium.

b. Rencana keperawatan kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan


peningkatan laju metabolisme, setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria hasil, tidak ada tanda-tanda
hipertermi, tidak ada tanda hipotemi, nafas kembali teratur, klien tampak
tidak gelisah,lesu, tidak ada tanda-tanda adanya dehidrasi. Dengan intervensi
Perawatan Demam; pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, monitor asupan dan keluaran, beri obat atau cairan IV
(misalnya, antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggigil), tingkatkan
sirkulasi udara, lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering, anjurkan
pasien untuk banyak minum, kolaborasi pemberian obat Paracetamol tablet
apabila demam.

c. Rencana keperawatan kegita yaitu Risiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia, setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keparahan kehilangan darah tidak trjadi dengan kriteria hasil tidak ada

Poltekkes Kemenkes Padang


48

kehilangan darah yang terlihat, tidak ada hematuria, tidak ada keluar darah
dari anus, tidak ada hematemesis, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik,
tidak ada penurunan tekanan darah diastol.

d. Rencana keperawatan keempat yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen


cedera biologis, setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri berkurang dengan kriteria hasil dapat mengenali nyeri kapan terjadi,
dapat menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik, melaporkan
nyeri yang terkontrol. Dengan intervensinya Manajemen Nyeri; lakukan
pengkajian nyeri komprehensif, gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat nyeri, berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur, ajarkan penggunaan teknik non
farmakologis seperti teknik relaksasi (dengan aroma terapi) atau dengan
teknik distraksi (mengalihkan perhatian pasienseperti dengan menonton film
kartun), kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan, kolaborasi pemberian obat Ranitidine
Syrup apabila nyeri.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan tindakan keperawatan yang


telah direncanakan. Peneliti melakukan implementasi dengan waktu 5 hari dimulai
tanggal 12-16 April 2019, tindakan keperawatan yang dilakukan pada anak adalah
sebagai berikut:

a. Pada diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan aktif yaitu implementasi yang dilakukan jaga intake asupan yang akurat
dan catat output pasien, memonitor status dehidrasi (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut nadi adekuat dan tekanan darah ortostatik), memonitor
tanda-tanda vital, tingkatkan asupan oral ( misalnya, memberikan sedotan dan
menawarkan cairan diantara waktu makan), kolaborasi pemberian cairan IVFD
RL 20tts/menit, memberikan obat Psidi ( Jam 08.00).

Poltekkes Kemenkes Padang


49

b. Pada diagnosa kedua Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju


metabolisme yaitu, pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna
kulit dan suhu, monitor asupan dan keluaran sadari perubahan kehilangan
cairan yang tak dirasakan, memberikan obat atau cairan (paracetamol 400mg )
( Jam 08.00), fasilitasi istirahat terapkan pembatasan aktifitas jika diperlukan,
lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering.

c. Pada diagnosa ketiga Risiko perdarahan berhubungan dengan trombosiopenia


yaitu memantau ketat tanda-tanda perdarahan (petekie), memantau nilai labor
(Hb, Ht, Trombosit), memonitor status cairan intake dan output, observasi
adanya darah dalam sekresi cairan tubuh, intruksikan pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin K (kacang-kacangan), intruksikan
keluarga untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan mengambil tindakan
yang tepat jika terjadi perdarahan (misal: melapor kepada perawat)

d. Pada diagnosa keempat Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan
alihkan perhatian), menganjurkan tingkatkan istirahat, memberikan obat
ranitidine syrup.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan/ intervensi keperawatan, dilakukan evaluasi


keperawatan sebagai bentuk monitor tingkat keberhasilan dari asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan menggunakan SOAP
setelah 5 hari rawatan dari tanggal 12-16 April 2019. Berikut hasil evaluasi yang
dilakukan pada An. V, yaitu:

a. Evaluasi keperawatan diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan aktif didapatkan evaluasi keperawatan teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


50

sebagian pada hari ke-5 dengan hasil adalah: Hasil evaluasi didapatkan data
subjektif An. V masih dipaksa untuk minum. Data objektif didapatkan An. V
Mukosa bibir sudah tidak tampak kering lagi, kulit masih tampak kering, intake
minum: 3000cc, IVFD RL 20tts/i, trombosit: 83.000/mm3, hematokrit: : 36,4
%. Kriteria hasil tercapai yaitu membran mukosa lembab, intake cairan
tercukupi, tekanan darah normal dan nadi normal.

b. Evaluasi keperawatan diagnosa kedua Hipertermi berhubungan dengan


peningkatan laju metabolisme teratasi pada hari ke-4 dengan kriteria hasil tidak
ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada tanda hipertermia, tidak lagi gelisah dan
lesu, tidak ada perubahan warna kulit pada anak.

c. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa ketiga risiko perdarahan berhubungan


dengan trombositopenia pencegahan perdaran teratasi pada hari ke-5 dengan
kriteria hasil tidak ada lagi bintik – bintik kemerahan di ekstremitas atas kanan,
mukosa bibir tidak kemerahan, Hb: 13,4 g/dl, trombosit: 83.000/mm3.

d. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keempat nyeri akut berhubungan dengan


agen cidera biologis kontrol nyeri dan status kenyamanan teratasi sebagian
pada hari ke-5, dengan kriteria hasil tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada
wajah yang meringis, tidak terganggu kesejahteraan fisik karena pasien kurang
tidur.

B. Pembahasan Kasus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan melalui proses pendekatan


keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Peneliti akan membahas mengenai
perbandingan antara teori dengan aplikasi atau praktek asuhan keperawatan pada
An. V. Dimana pengkajian dilaksanakan pada tanggal 12 April 2019 sampai 16
April 2019 di ruang Merpati Rumah Sakit TK III Dr.Reksodiwiryo Padang yang
dapat diuraikan sebagai berikut:

Poltekkes Kemenkes Padang


51

1. Pengkajian

Hasil pengkajian riwayat kesehatan An. V didapatkan demam 5 hari yang lalu,
panas tinggi turun naik, nyeri ulu hati mual dan muntah1-2x/ hari, dilakukan
pemeriksaan (Hb: 13,1 g/dl , Leukosit: 2.730 mm3, Trombosit: 28.000 mm3, Ht:
38%). Data saat pengkajian (TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/i, Suhu: 37,80C, RR:
22x/i).

Berdasarkan penelitian Agus putra,dkk (2015) menyebutkan bahwa pasien yang


datang berobat ke puskesmas dengan gejala demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas berlangsung selama 3-5 hari dan disertai dengan 2 atau lebih tanda-
tanda : mual, muntah, bintik perdarahan, nyeri sendi yang berada di wilayah
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015 yaitu sebesar 27
pasien.

Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri dibelakang
kepala hebat, suara serak, batuk, epistaksis serta disuria.

Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, perut, dan kepala. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena
dan juga hematuria massif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya
dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-
tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin, dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah,2014).

Keluarga An. V mengatakan tinggal di lingkungan komplek yang padat penduduk,


keluarga mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali

Poltekkes Kemenkes Padang


52

dalam 2 minggu. Jamban/WC berada di dalam rumah menggunakan Septic Tank,


sampah yang menampung air seperti kaleng bekas atau botol minum biasanya di
kumpulkan dulu di dalam plastik sampah lalu dibuang ke tempat pembuangan
sampah yang berjarak 300 meter dari rumah pasien.

Zulkoni, 2011, menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang menyebabkan


Demam berdarah Dengue (DBD) seringkali daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, seperti menguras bak mandi sekurang-kurangnya
sekali seminggu, mengubur kaleng-kaleng bekas dan ban bekas disekitar rumah.
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan
sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas (2011), menyebutkan bahwa
nyamuk memiliki daya jarak terbang hingga 100 meter.

Menurut analisa peneliti kondisi lingkungan pada anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) sama dengan teori. Dimana lingkungan yang padat penduduk dan jarang
menguras bak mandi, dapat menyebabkan terjadinya Demam Berdarah Dengue
(DBD).

Pemeriksaan fisik pada An. V didapatkan adanya petechie pada ekstremitas atas
lengan kanan, badan terasa lemah dan letih, serta nyeri ulu hati. Susilaningrum
dkk (2013), mengatakan gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda
perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis,
perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut Nursalam
dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan
kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai
dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan peradarahan gusi.

Berdasarkan penelitian Draha.S,dkk (2017) ditemukan bahwa keluhan terbanyak


pada DBD adalah demam (100%), diikuti sakit kepala (97,14%), mual (85,71%),
nyeri ulu hati (85,71%), dan terjadi perdarahan (57,12%). Jenis perdarahan yang
terbanyak adalah petekie (45,71%), diikuti perdarahan gusi (5,71%), epistaksis
(2,85%), melena (2,85%), sedangkan hematemesis tidak ditemukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


53

Menurut analisa peneliti gejala perdarahan pada anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) sama dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena merembesnya
cairan plasma dari ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak, sehingga
mengakibatkan menurunnya volume plasma serta gangguan pada fungsi trombosit
(trombositopeni) dan kelainan koagulasi pada darah karena meningkatnya nilai
hematokrit.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian pada partisipan ditemukan 3 diagnosa kekurangan


volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis.

Marni (2016), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah keperawatan
yang terjadi pada anak dengan DBD adalah kurangnya volume cairan. Kurangnya
volume cairan pada anak dengan DBD ini disebabkan oleh adanya perpindahan
cairan intra vascular ke ekstra vascular akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan untuk itu tujuan rencana keperawatannya adalah mengatasi kurangnya cairan
serta mempertahankan asupan dan keluarannya. Selain itu diagnosa keperawatan
yang bisa muncul karena DBD ialah hipertermi.

Menurut NANDA (2015) ada 8 diagnosa keperawatan kemungkinan yang


muncul yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, risiko
pendarahan, risiko syok, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,
ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makan, intoleransi aktifitas berhubungan dengan Imobilitas, mual.

Menurut analisa peneliti, tegaknya diagnosa utama pada An. V, Kekurangan


volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif karena sesuai dengan
data penunjang hasil laboratorium dari An. V pada pengkajian awal trombosit:
28.000/mm3, hematokrit: 38,6 % , dan keluarga juga mengatakan An. V demam

Poltekkes Kemenkes Padang


54

turun naik sejak 5 hari yang lalu, mengatakan anaknya waktu masuk IGD
mengalami mual serta muntah, An. V susah untuk minum, anak tampak pucat
lemah dan lesu, suhu: 37,80C, membran mukosa bibir kering, kulit kering.

Menurut analisa peneliti, dari hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan


yang kedua pada An. V yaitu, Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme sama dengan teori. Pada penyakit DBD ini yang disebabkan oleh
arbovirus/virus dengue yang masuk pada tubuh manusia dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk (Aedes Aegypti), dimana terdapat gejala klinis yang timbul secara
mendadak berupa demam / suhu tubuh tinggi dan disertai dengan gejala-gejala
lainnya seperti lemah, nafsu makan kurang, muntah, perdarahan, nyeri otot, dan
persendian.

Dari hasil pengkajian ditemukan diagnosa keperawatan yang ketiga risiko


perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, karena hasil pengkajian dan
data penunjang yang mendukung yaitu keluarga mengatakan terdapat bintik-bintik
merah, Trombosit: 28.000/mm3, konjungtiva anemi, mukosa bibir tampak kering.

Ngastiyah (2014), mengatakan pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan juga beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
dengan perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena, dan juga hematuria masif.

Menurut analisa peneliti, diagnosa resiko perdarahan dapat ditegakkan pada An.
V, terjadi karena infeksi dari virus dengue tersebut menyerang sistem peredaran
darah, yakni menyebabkan trombosit (keping darah) dan sel darah putih turun dan
komponen cairan dalam darah keluar ke jaringan sekitarnya. Seorang penderita
infeksi virus dengue rentan untuk mengalami perdarahan seperti perdarahan
dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan pada gusi, epistaksis, sampai
perdarahan hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan
juga hematuria masif.

Poltekkes Kemenkes Padang


55

Dari hasil pengkajian pada An. V selanjutnya diagnosa keempat yang muncul
yaitu nyeri akut dengan hasil pengkajian dan data penunjang yang mendukung
yaitu An. V mengatakan perutnya terasa nyeri, tampak gelisah, meringis sambil
memegangi perutnya yang sakit, skala nyeri 4, dan terdapat nyeri tekan pada ulu
hati.

Ngastiyah (2014), Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, perut, dan kepala. Menurut analisa peneliti alasan dapat ditegakkan
diagnosa nyeri akut karena sesuai dengan yang telah dijelaskan teori menurut
Ngastiyah (2014) nyeri yang terjadi pada anak seperti nyeri sendi, otot, ulu hati,
kepala itu karena adanya infeksi dari virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk (Aedes Aegypti) yang dapat menimbulkan gejala demam secara
mendadak dan disertai nyeri pada anggota badan termasuk nyeri pada perut.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang


ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC),
yang didalamnya terdapat tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan serta rencana
tindakan yang akan dilakukan. Pada diagnosa Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif intervensi yang dilakukan tujuannya
untuk mengidentifikasi faktor kekurangan volume cairan, monitor status
dehidrasi, asupan gizi pasien, berat badan yang ideal. Intervensi keperawatannya
adalah manajemen cairan, tindakan keperawatannya seperti, pertahankan catatan
intake dan output, monitor status hidrasi (membran mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah), memonitor tanda-tanda vital 3 jam sekali, tingkatkan
untuk mengkonsumsi cairan oral setiap 1 ½ – 2 liter dalam 24 jam, lembabkan
bibir yang kering dan pecah-pecah (menggunakan air dan madu), kolaborasi
pemberian cairan IV (IVFD RL 20 tts/i), dan monitor hasil laboratorium.

Poltekkes Kemenkes Padang


56

Rencana tindakan untuk diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan


laju metabolisme intervensi yang dilakukan tujuannya untuk mengidentifikasi
faktor resiko perawatan demam, suhu tubuh dalam batas normal, akral teraba
hangat, CRT <2 detik. Intervensinya adalah perawatan demam, tindakan
keperawatanya seperti Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya 3 jam sekali,
monitor warna kulit dan suhu, monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
kehilangan cairan yang tak dirasakan, beri obat atau cairan IV (misalnya,
antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggigil), berikan kompres hangat,
lembabkan bibir, anjurkan pasien untuk banyak minum, kolaborasi pemberian
obat Paracetamol tablet apabila demam.

Rencana tindakan untuk diagnosa Resiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia intervensi yang dilakukan tujuannya mengidentifikasi tanda dan
gejala perdarahan. Intervensinya adalah pencegahan perdarahan, tindakan
keperawatannya seperti memonitor ketat tanda-tanda perdarahan, memonitor nilai
labor, memonitor status cairan yang meliputi intake dan ouput, observasi adanya
darah dalam sekresi cairan tubuh, instruksikan pasien untuk meningkatkan
makanan yang kaya vitamin K, instruksikan keluarga untuk memonitor tanda-
tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan
(misalnya: lapor kepada perawat)

Rencana tindakan untuk diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis intervensi yang dilakukan tujuannya untuk mengidentifikasi pengkajian
nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi). Intervensinya adalah manajemen nyeri, tindakan
keperawatannya seperti melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, gali
faktor yang dapat menurunkan nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri seperti teknik relaksasi (dengan aroma terapi) atau dengan teknik
distraksi (mengalihkan perhatian), kolaborasi pemberian obat Ranitidine Syrup.

Ngastiyah (2014) mengatakan, pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) ini
biasanya keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala
demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan.

Poltekkes Kemenkes Padang


57

Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika
pasien demam.

Berdasarkan NIC (2013) tindakan yang dilakukan untuk diagnosa hipertermi


adalah pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya sekali 3 jam, monitor warna kulit
dan suhu, berikan obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan
agen anti menggil), monitor penurunan tingkat kesadaran, dorong konsumsi
cairan, fasilitasi istirahat, kompres hangat, lembabkan bibir dan mukosa hidung
yang kering.

Berdasarkan analisa peneliti tindakan yang dilakukan belum sama dengan teori.
Didalam teori rencana tindakan memonitor tanda-tanda vital 3 jam sekali
sedangkan diruangan di temukan bahwa perawat ruangan memantau hanya waktu
pergantian shift dinas saja.

4. Implementasi Keperawatan

Peneliti melakukan implementasi keperawatan berdasarkan tindakan yang telah


direncanakan.Implementasi yang dilakukan bertujuan untuk teratasinya masalah
pada pasien.

Implementasi keperawatan pada Kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan aktif, tindakan yang dilakukan adalah kolaborasi pemberian
cairan IVFD 20 tts/i, tingkatkan asupan oral, memberikan obat Psidii.

Berdasarkan penelitian Andriani, dkk (2014) mengatakan terapi suportif pada


penderita DBD berupa pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi.
Data terapi suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62
penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang diberikan
ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9% dan untuk DBD derajat III dan IV
diberikan koloid tunggal seperti gelofusin/gelofundin, plasma darah atau bila syok
tetap terjadi diberikan kombinasi kristaloid dan koloid. Pada terapi antipiretik,

Poltekkes Kemenkes Padang


58

data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian parasetamol


sebanyak 58 penderita (78.38%).

Pengobatan yang diberikan biasanaya bersifat penurun demam dan


menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti paracetamol.
Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam,
infus diberikan pada pasien apabila pasien terus menerus muntah, sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat
Ngastiyah (2014).

Menurut analisa peneliti, pelaksanaan implementasi anak DBD kekurangan cairan


itu dianjurkan untuk banyak minum dan kolaborasi pemberian cairan melalui
intrvena (IV) sesuai dengan teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan
mengakibatkan pengurangan volume plasma yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan hematokrit , darah menjadi kental sehingga aliran darah menjadi
lambat, yang akan berakibat syok hipovolemik.

Implementasi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme,


tindakan yang dilakukan adalah melakukan kompres hangat pada pasien.
Berdasarkan penelitian Mariana S,dkk (2017), Setelah dilakukan penelitian
pemberian kompres air suhu hangat pada 17 responden didapatkan hasil
penurunan suhu tubuh rata-rata sebesar 0.8 dengan suhu tubuh rata-rata 38.2
sebelum dilakukan kompres air suhu hangat. Pada pemberian kompres air suhu
hangat banyak anak yang mengalami penurunan suhu tubuh 0.7-1.1 sebanyak 9
anak (53%). Penurunan suhu tubuh 0.2-0.6 dialami oleh 4 anak (23%), dan
penurunan suhu tubuh 1.2 terjadi pada 2 anak (12%) dan penurunan terbesar yaitu
1.3-1.9 terjadi pada 2 anak (12%).

Menurut analisa peneliti, kompres hangat terhadap anak yang mengalami


hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres denga air hangat
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah melebar, sehingga mempermudah
penguapan atau evaporasi dan perpindahan suhu semakin cepat, sehingga suhu
anak cepat turun.

Poltekkes Kemenkes Padang


59

Implementasi pada diagnosa resiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia, salah satu nya memantau tanda perdarahan dan nilai
laboratorium. Menurut Ngastiyah (2014), observasi tanda vital setiap 3 jam,
periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4 jam sekali).

Berdasarkan analisa peneliti mengobservasi tanda perdarahan dan nilai


laboratorium perlu dilakukan, karena pada anak DBD rentan untuk perdarahan
yang diakibatkan trombosit menurun.

Implementasi pada diagnosa selanjutnya Nyeri akut berhubungan dengan agen


cidera biologis, salah satu intervensinya adalah memberikan obat ranitidine syrup
pada An. V. Menurut penelitian setianyngrum (2016) mengatakan bahwa
penggunaan ranitidin sebanyak 15 pasien (37,5%). Pada pasien DBD dapat terjadi
perdarahan spontan, salah satunya pada saluran cerna. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan spontan pada saluran cerna sehingga perlu diberikan obat antitukak.

Berdasarkan analisa peneliti pemberian obat ranitidine syrup termasuk dalam


golongan antihistamin, lebih tepatnya disebut H2-antagonis digunakan untuk
mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri ulu
hati pada An, V yang sesuai dengan teori, karena pada anak Demam Berdarah
Dengue (DBD) anak mengalami nyeri perut dan nyeri tekan pada ulu hati, apabila
tidak diaatasi bisa mengakibatkan perdarahan pada saluran pencernaan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengetahui respon tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
ketidakefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

Setelah implementasi keperawatan dilakukan, evaluasi keperawatan pasien secara


menyeluruh untuk diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan

Poltekkes Kemenkes Padang


60

cairan aktif, didapatkan evaluasi masalah keperawatan teratasi sebagian, dengan


kriteria hasil An. V mengatakan tidak mual lagi pada hari rawatan ke-2 , turgor
kulit kembali normal pada rawatan ke-3, membran mukosa kembali lembab pada
rawatan ke-4, tekanan darah normal pada rawatan ke-2 , tekanan nadi normal pada
rawatan ke-2, trombosit meningkat dari 28.000/mm3 pada rawatan ke-1 menjadi
28.000/mm3 pada rawatan ke-5, intervensi dilanjutkan dengan pemberian cairan
IVFD 20 tts x/i.

Kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan keperawatan untuk


diagnosa Kekurangan volume cairan yaitu, Turgor kulit kembali normal,
membrane mukosa lembab, intake cairan tercukupi, tekanan darah kembali
normal, tekanan nadi normal (Nursing Outcomes Classification 2015).

Ngastiyah (2014) mengatakan, masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari.
Penyakit DBD ini akan sembuh sendirinya dalam hari dengan penurunan suhu
secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam.
Karena kekurangan cairan pada tubuh akan mengakibatkan pengurangan volume
plasma yang mengakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit , darah menjadi
kental sehingga aliran darah menjadi lambat, yang akan berakibat syok
hipovolemik.

Menurut analisa peneliti, evaluasi masalah keperawatan teratasi sebagian dengan


kriteria hasil turgor kulit kembali normal, membrane mukosa lembab, tekanan
darah kembali normal, tekanan nadi normal. Sehingga intervensi di hentikan dan
diberikan dischart planning berupa menaga intake asupan yang akurat dan catat
output pasien, monitor status dehidrasi, memantau tanda-tanda vital 3 jam sekali,
meningkatkan asupan oral (1 ½ -2 liter dalam 24 jam).

Poltekkes Kemenkes Padang


61

Hasil evaluasi pada diagnosa kedua Hipertermi berhubungan dengan peningkatan


laju metabolisme didapatkan masalah sudah teratasi dengan kriteria hasil An. V
mengatakan suhu tubuh kembali stabil pada hari rawatan ke-2, ditemukan adanya
tanda- tanda hipertermi pada rawatan ke 1 sampai tidak ada tanda-tan hipertermi
pada hari rawatan ke-4, nafas An. V kembali teratur pada rawatan ke-2, An. V
tidak gelisah dan lesu dan tidak ada tanda- tanda adanya dehidrasi pada rawatan
ke-4. Rencana tindak lanjut yaitu menganjurkan pada keluarga pasien untuk
menerapkan kompres hangat apabila anak demam.

Kriteria hasil yang diharapkan dengan masalah Hipertermi yaitu, Suhu tubuh
kembali stabil, tidak ada tanda-tada hipertermi, tidak ada tanda hipotemi, nafas
kembali teratur, klien tampak tidak gelisah,lesu, tidak ada tanda-tanda adanya
dehidrasi (Nursing Outcomes Classification 2015).

Menurut Nugroho (2011) mengatakan bahwa pada fase penyembuhan turunnya


panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dimana virus sudah mulai melemah
ditandai dengan keadaan umum membaik dan demam sudah turun.

Berdasarkan analisa peneliti, evaluasi masalah keperawatan teratasi dengan


kriteria hasil suhu tubuh kembali stabil, tidak ada tanda-tada hipertermi, tidak ada
tanda hipotemi, nafas kembali teratur, klien tampak tidak gelisah,lesu, tidak ada
tanda-tanda adanya dehidrasi. Implementasi yang berhasil untuk mengatasi
masalah Hipertermi adalah melakukan kompres hangat, meningkatkan istirahat,
kolaborasi pemberian obat paracetamol ).

Hasil evaluasi pada diagnosa ketiga Resiko perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia yaitu masalah teratasi ditandai dengan data subjektif An. V tidak
ada lagi bintik-bintik merah di ektremitas sudah mulai hilang pada hari rawatan
ke-5, data objektif An. V mulai meningkat Trombosit: 83.000/mm3 pada hari
rwatan ke-5, mukosa bibir sudah tampak lembab pada rawatan ke-4. Rencana

Poltekkes Kemenkes Padang


62

tindak lanjut yaitu memantau tanda dan gejala perdarahan dan menganjurkan
untuk banyak minum.

Kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan keperawatan untuk


diagnosa Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia tidak ada
kehilangan darah yang terlihat, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik, tidak
ada penurunan tekanan darah diastol (Nursing Outcomes Classification 2015).

Berdasarkan analisa peneliti, evaluasi masalah keperawatan teratasi, didapatkan


adanya peningkatan trombosit 83.000/mm3 dan implementasi yang berhasil untuk
mengatasi masalah Resiko perdarahan adalah memantau tanda perdarahan dan
nilai laboratorium.

Hasil evaluasi pada diagnosa keempat Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis yaitu masalah teratasi sebagian ditandai dengan data subjektif An.
V mengatakan masih nyeri ulu hati pada rawatan ke-5, data objektif An. V tampak
tidak meringis lagi pada rawatan dan nyeri tekan pada ulu hati pada rawatan ke-5,
ditemukan skala nyeri 4 pada rawatan ke-1 menjadi 2 pada rawatan ke-5 .
Rencana tindak lanjut yaitu menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
nonfarmakologis apabila nyeri.

Kriteria hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan keperawatan untuk


diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah nyeri dapat
terkontrol dengam mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor
penyebab nyeri, melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri. Nyeri berkurang:
tidak ada lagi nyeri yang dilaporkan dan tidak ada ekspresi nyeri wajah (Nursing
Outcomes Classification 2015).

Demam berdarah biasanya penyakit pemulihan sendiri, tidak ada pengobatan anti
virus spesifik yang tersedia saat ini untuk demam berdarah. Perawatan suportif
dengan analgesik, penggantian cairan, dan istirahat ditempat tidur biasanya cukup
Munawwarah.BA,dkk (2018).

Poltekkes Kemenkes Padang


63

Berdasarkan analisa peneliti, evaluasi masalah keperawatan teratasi sebagian,


didapatkan adanya penurunan intensitas nyeri yang dirasakan oleh anak dan
implementasi yang berhasil untuk mengatasi masalah Nyeri akut adalah
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, melakukan penanganan nyeri
secara nonfarmakologis, kolaborasi pemberian obat ranitidine syrup.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam


Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang tahun 2019, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada An. V didapatkan data mengalami DBD dengan gejala
yaitu demam dengan suhu 37,8oC, panas turun naik, mual dan muntah, nyeri
ulu hati.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. V yaitu kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, resiko perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada An. V yaitu, manajemen cairan, monitor cairan, perawatan
demam, pencegahan perdarahan, manajemen nyeri.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dari tanggal 12 April-16
April 2019. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan
pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Diagnosa keperawatan pada An. V yaitu kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif teratasi sebagian pada hari ke 5,
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi pada
hari ke 4, resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada
hari ke 5, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi sebagian
pada hari ke 5

64
65

B. Saran
1. Bagi Direktur RS TK III dr. Reksodiwiryo Padang
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan pelatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes RI Padang


Melalui direktur karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan
pustaka yang bisa dijadikan sebagai informasi untuk menambah
pengetahuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD).

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam
penerapan asuhan keperawatan lainnya.

4. Bagi Pasien dan Keluarga


Saran bagi pasien dan keluarga adalah menganjurkan untuk
mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak, karena An. V mengalami
kekurangan cairan yang ditandai dengan rendahnya trombosit , serta
mengonsumsi obat pereda demam dan nyeri, dan menganjurkan pasien
untuk istirahat secara total agar mempercepat pemulihan

Poltekkes Kemenkes Padang


Daftar Pustaka

Adriani,dkk,2013. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan Demam Berdarah


Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di Rsup Prof.
Dr. R.D Kandou Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3 No. 2.
https://ejournal.unsrat.ac.id (Diakses Pada Tanggal 22 Mei 2019).

Agus putra,dkk,2015.Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan Angka Bebas Jentik


Dan Jenis Infeksi Virus Dengue
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1517-
83822010000300001&nrm=iso. (Diakses tanggal 15 Mei 2019).

Bulechek,et.al,2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi


Keenam.Singapure:Elseiver.

Dengue And Severe Dengue. (World Health Organization (WHO), 2018)


(Diakses Pada Tanggal 20 November 2018). Tersedia dari URL: HYPERLINK
www.who.int

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2018. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2017.
(Diakses Pada Tanggal 11 November 2018). Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatra Barat Tahun 2017. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat.
Galih Anissa, Dkk,2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa.Jurnal Universitas Diponegoro.
Volume 4. No 4. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses
Pada tanggal 04 September 2018).
Hidayat, A. Azi. Alimul. (2013). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik
Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika.
Kartika, Ira Iin. (2017). Buku Ajar Dasar- Dasar Riset Keperawatan dan
Pengelolaan Data Statistik. Jakarta: TIM, 2017.
Kementrian Kesehatan RI 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. (Diakses Pada
Tanggal 11 November 2018). Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id
Marni.,S.Kep., Ns., M.Kes,2016.Asuhan keperawatan Anak Pada Penyakit
Tropis.jakarta: Erlangga Medical Series.
Mariana S,dkk,2017.Efektivitas Kompres Air Suhu Hangat Dengan Kompres
Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia Pra-Sekolah Di
Ruang Anak Rs Bethesda Gmim Tomoho.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/17872/17393
(Diakses 20 Mei 2019).

Poltekkes Kemenkes Padang


Moorhead,et.al,2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapure:Elseiver.
Munawwarah.BA,dkk,2018.Efektivitas Cairan Kristaloid dan Koloid Pasien
Demam Berdarah Anak di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantu. https://e-
journal.unair.ac.id/JFIKI/article/view/9669 (Diakses 20 Mei 2019).
NANDA,2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2-17 Edisi
10. Jakarta:EGC.
Ndraha,dkk,2017.Pola Klinis dan Peningkatan Enzim Hati Pasien DBD di RSUD
Koja Volume 2.
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Ked/article/view/1464.( Diakses 17
Mei 2019).
Ngastiyah,2014.Perawatan anak Sakit Edisi 2.Jakarta: EGC
Nursalam, 2011.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 2.Jakarta Selatan:Salemba Medika.
Rita & Suriadi,2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Satria,beni, 2017. Prevalensi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Rs Tentara Binjai vol1 n0.1 TAHUN 2017. http://lppm.akperkesdam-
binjai.ac.id/simpan/-DEMAM-BERDARAH-BERDARAH-DENGUE-
(DBD).pdf
(Diakses tanggal 15 Desember 2018).

Setianyngrum, N.M.I. 2016. Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue (Dbd)


Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode
Agustus 2015-Maret 2016. http://perpusnwu.web.id. (Diakses Pada Tanggal 20
Mei 2019)

Setiawan Dony, Dkk.2014.Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian


dan Pengukuran).Yogyakarta:Nuha medika.
Soedjas, Triwibowo. 2011. Bila Anak Sakit. Yogyakarta: Amara Books.

Supriyanto,2015. Agar Anak Tumbuh Sehat & Cerdas.Yogyakarta: Cahaya Ilmu

Susilaningrum, Rekawati, Nursalam & Sri Utami. (2013). Asuhan Keperawatan


bayi dan anak: untuk perawat dan bidan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Syaifudin,2014. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4.Jakarta:EGC.

Poltekkes Kemenkes Padang


Widya Wati,Dkk,2015. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang
Upaya PencegahanDengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada
Anak Di RSUD Banjarbaru Tahun 2015.
http://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/view/22.(Diakses
tanggal 26 November 2018).

Zulkoni,Akhsin,2011.Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan


Masyarakat,Teknik Lingkungan.Yogyakarta:Nuka Medika.

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu pengkajian
Jumat 12 April 2019 09.15 WIB

Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RS TK III dr.Reksodiwiryo Padang


Ruangan : Merpati
Tanggal masuk RS : 11 April 2019
No. Rekam Medik : 232016
Sumber informasi : Keluarga
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An. V
Tanggal lahir/ umur 11 Desember 2005 / 13 tahun
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMP
Anak ke/ jumlah saudara 3/ 4 orang
Diagnose Medis DBD

2. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH


Nama Ny. R Tn. D
Umur 44 Tahun 46 Tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan D3 SMA
Pekerjaan Bidan Swasta
Alamat Asrama TNI Gantiang Blok T No. 45 Padang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


No Nama Usia Jenis Hub. pendidikan Status ket

Poltekkes Kemenkes Padang


(inisial) (bl/th) kelamin Dg KK kesehatan
1. Ny. F 18 th P Anak SMA Sehat
2. Ny. V 16 th P Anak SMP Sehat
3. An. V 13 th P Anak SMP Pasien
4. An. N 9 th L Anak SD Sehat
II. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA Keluarga mengatakan An. V masuk rumah sakit TK III
dr. Reksodiwiryo Padang melalui IGD pada tanggal 11
April 2019 jam 23.00 Wib, dengan keluhan demam sejak
5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, mual dan
muntah 1 - 2x/sehari, nyeri pada ulu hati. Sebelumnya
An. V pernah berobat di poliklinik (2 hari pertama
demam), dan hari ke 3 demam dibawa ke IGD rumah
sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang. Tanda- tanda
o
vital: S: 38,2 C, HR: 100 x/menit, TD: 80/60 MmHg.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian yang dilakukan pada hari Jumat, 12 April 2019 jam 09.15 WIB.
Keluarga mengatakan demam 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas
tinggi turun naik. Hari ke-2 anak dibawa ke poliklinik kemudian diberi obat dan
demam masih turun naik, lalu hari ke-3 dibawa lagi oleh keluarga ke IGD RS. TK
III dr. Reksodiwiryo Padang dan diberi obat lalu disuruh pulang dan anak tetap
demam. Pada hari ke-5 demam anak dibawa lagi ke IGD RS. TK III dr.
Reksodiwiryo Padang dengan keluhan demam, nyeri ulu hati mual dan muntah,
dilakukan pemeriksaan (Hb: 13,1 g/dl , Leukosit: 2.730 mm3, Trombosit: 28.000
mm3, Ht: 38%), kemudian pasien dianjurkan rawat inap. Data saat pengkajian
(TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/i, Suhu: 37,80C, RR: 22x/i) anak masih demam,
terdapat petekie di tangan, badan terasa lemah dan letih serta nyeri pada ulu hati.

2. Riwayata kesehatan dahulu


Keluarga mengatakan An. V pernah demam, pilek 2 tahun yang lalu.
a. Penyakit yang pernah diderita anak

Poltekkes Kemenkes Padang


Keluarga mengatakan An. V pernah mengalami demam biasa dan pilek
sebelumnya sekitar 2 tahun yang lalu.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota kelu arga pernah sakit Keluarga mengatakan saudara An. V juga
pernah mengalami demam dan pilek.
Riwayat penyakit keturunan Keluarga mengatakan tidak ada dari anggota
keluarga yang memiliki penyakit keturunan
seperti (penyakit Jantung, Hipertensi atau
DM).
Genogram
Ket:
: laki- laki : perempuan
:serumah

III. RIWAYAT IMUNISASI


BCG Ada Simpulan:
DPT Ada Lengkap
Polio Ada
Hepatitis B Ada
Campak Ada

IV. LINGKUNGAN
Rumah: An. V tinggal di lingkungan komplek yang padat penduduk. Keluarga
mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2
minggu. Halaman perkarangan bersih tidak ada air tergenang dan tidak ada kolam
disekitar rumah pasien, dari tetangga An. V juga tidak ada. Sumber air minum dari
dispenser dan tempat mencuci menggunakan air kran yang berasal dari PDAM,
jamban/WC berada di dalam rumah menggunakan Septic Tank, sampah yang
menampung air seperti kaleng bekas atau botol minum biasanya di kumpulkan
dulu di dalam plastik sampah lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah yang
berjarak 300 meter dari rumah pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang


V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran Compos mentis
GCS: E: 4 M : 5 V: 6 jumlah: 15
b. tanda vital Suhu: 37,8oC RR: 22 x/m HR: 98 x/m
TD: 100/70 mmHg
c. posture BB: 38 Kg PB/TB: 140 Cm
d. kepala Bentuk : Normal
Kebersihan : Bersih

e. mata Simetris
Sklera : ikterik
Refleks cahaya: positif
Pupil : isokor
Konjungtiva : anemi
Palpebra : tidak ada edema

f. hidung Letak : simetris


Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan : bersih
Data lain: tidak ada perdarahan di hidung
g. mulut warna bibir. Lidah. Palatum: pucat
Data lain: mukosa bibir kering, gusi tidak berdarah
h. telinga Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Pemeriksaan pendengaran : Baik

Poltekkes Kemenkes Padang


Data lain: tidak ada perdarahan di telinga
i. leher Pembesaran kelenjar getah bening: Tidak ada
Pembesaran vena junggularis: Tidak ada
j. dada
- thoraks Inspeksi : simetris kiri dan kanan tidak ada tarikan
dinding dada

Auskultasi : vesikuler

Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama


Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat


Auskultasi : irama jantung reguler
Palpasi : ictus kordis teraba
k. Abdomen Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : nyeri tekan pada ulu hati
Perkusi : timpani

l. Kulit Turgor : kembali cepat


Kelembaban: kulit kering
Warna : kemerahan
Data lain: terdapat petekie
m. ekstremitas Capillary refil: < 3 detik
atas Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, terdapat
petekie, tidak ada edema,HR: 98x/i, terpasang infus RL 20
tts/menit di tangan sebelah kanan
n. ekstremitas Capillary refill : < 3 detik
bawah Data lain yang ditemukan : akral teraba hangat, tidak ada lesi
dan edema
o. Genetalia Tidak ada masalah

Poltekkes Kemenkes Padang


dan anus
2. kebiasaan sehari- hari
a. nutrisi dan cairan Sehat :
Makan : makan 3x sehari dengan komponen nasi,
lauk pauk dan juga sayur
Minum : 6-7 gelas/ hari
Sakit :
Makan : mendapat diit ML, ½ porsi yang diabiskan
Minum : + 500cc/hari, sulit untuk minum
b. istrahat dan tidur Siang: Malam:
Sehat :Biasanya An. V Sehat: keluarga
tidur siang sekitar jam mengatakan klien
14.00 wib, keluarga tidur teratur 8 jam/ hari
mengatakan klien dengan nyenyak. Keluarga
jarang tidur siang mengatakan tidur
karena beraktivitas dan menggunakan obat nyamuk
sekolah elektrik tidak pakai
Sakit: klien sering tidur kelambu.
± 2jam/hari Sakit: klien sering
terbangun saat
malam karena nyeri pada
ulu hati.
c. Eliminasi BAK: BAB:
Sehat: klien BAK 5- Sehat : klien BAB 1 kali
6x/hari
sehari dengan konsistensi
Sakit : keluarga
padat, bau khas,warna
mengatakan klien BAK
kekuningan.
±4-5 kali
Sakit: sejak di rawat di RS
klien belum ada BAB
d. personal hygiene Mandi: 2x/hari
Cuci rambut: 2xseminggu
Sikat gigi: 1x/hari

Poltekkes Kemenkes Padang


e. aktifitas bermain Saudara / teman
f. rekreasi Pola rekreasi keluarga: tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Hematologi
Pemer 12/ 04 13/ 04 14/ 04 15/ 04 16/ 04 Hasil
iksaan Normal
Hemo 13,1 13,2 12,2 12,8 13,4 10-16 gr/dL
Labora globin
torium Leuko 2.730 8.780 7.070 7.180 8.350 9.000-
sit 12.000/mm3
Hema 38 38,6 35,7 36,4 36,6 33- 38%
tokrit
Trom 28.000 34.000 41.000 56.000 83.000 150.000-
bosit 400.000/m
m3
Radiol -
ogi
Terapi - IVFD RL 20tts/menit
medis - Paracetamol 400mg 3x1 (Oral)
- Psidii 3x1 (Oral)
- Ranitidine syrup 3x1 (Oral)

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

Fadiah Rilwahyuni
163110204

Poltekkes Kemenkes Padang


ANALISA DATA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. V


No MR : 232016

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Kehilangan Kekurangan
- An. V mengatakan mual cairan aktif volume cairan
- Keluarga mengatakan An.
V susah untuk minum
DO:
- Suhu 37,80C TD: 100/70
MmHg, RR: 22x/menit,
HR: 98x/menit
- Trombosit: 28.000/mm3
- Hematokrit: 38%
- Mukosa bibir tampak
kering
- Kulit tampak kering dan
terlihat ada petekie
- Intake: 500cc/hari
- Output: 1000cc/hari
2. DS: Peningkatan laju Hipertermia
- Keluarga mengatakan An. metabolisme
V demam badan teraba
hangat
DO:
- Suhu 37,8oC
- TD: 100/70 MmHg
- Kulit teraba hangat
- Wajah tampak kemerahan

Poltekkes Kemenkes Padang


- An. V tampak lesu dan
gelisah
3. DS: Trombositopenia Risiko perdarahan
- Keluarga mengatakan An.
V tampak bintik-bintik
merah
DO:
- Suhu : 37,50C, RR : 22 x/m,
HR: 98 x/m
- Hemobglobin: 13,1 gr/dl
- Trombosit: 28.000/mm3
- Konjungtiva anemis
- Mukosa bibir tampak
kering
- Adanya petekie di
ekstremitas atas kanan
4. DS: Agen cidera Nyeri akut
- An. V mengatakan nyeri biologis
pada perut bagian ulu hati
- Nyeri rasa di tusuk-tusuk
- Keluarga mengatakan An.
V susah tidur karena nyeri
DO:
- Skala nyeri 4
- An. V tampak meringis
- Nyeri tekan pada ulu hati
- TD: 100/70 MmHg
- HR: 98x/i

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. V


No MR : 232016

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. 12 April 2019 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
2. 12 April 2019 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme
3. 12 April 2019 Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
4. 12 April 2019 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. V


No MR : 232016

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan tindakan keperawatan
l. Jaga intake asupan
diharapkan kekurangan
Definisi yang akurat dan catat
volume cairan akan output pasien
Penurunan cairan teratasi dengan kriteria m.Monitor status
intravaskular, interstisial hasil: dehidrasi (misalnya,
dan intaselular membrane mukosa
lembab, denyut nadi
adekuat dan tekanan
Hidrasi darah ortostatik)
Batasan Karakteristik n. Monitor tanda-tanda
Indikator:
vital setiap 3 jam
k. Haus f. Turgor kulit kembali sekali (TD, Nadi, Suhu
l. Kelemahan normal dan Pernapasan)
m. Membrane mukosa g. Membrane mukosa o. Pantau intake dan
kering

Poltekkes Kemenkes Padang


n. Peningkatan lembab output pasien
frekuensi nadi h. Intake cairan p. Monitor
o. Peningkatan tercukupi makanan/cairan yang
hematokrit i. Tekanan darah dikonsumsi dan hitung
p. Peningkatan suhu kembali normal asupan kalori yang
tubuh j. Tekanan nadi normal harian.
q. Penurunan BB tiba- q. Tingkatkan asupan
tiba oral ( misalnya,
r. Penurunan tekanan (Hal 102) memberikan sedotan
darah dan nawarkan cairan
s. Penurunan tekanan diantara waktu
nadi makan,)
t. Penurunan turgor r. Dukung pasien dan
kulit keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
Faktor yang dengan baik.
Berhubungan s. Anjurkan pasien
minum yang banyak
c. Kegagalan mekanisme t. Monitor hasil
regulasi laboratorium
Kehilangan cairan aktif

(Hal 157)

Monitor Cairan

f. Tentukan faktor resiko


yang mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan.
g. Periksa turgor kulit
dengan memegang
jaringan sekitar tulang
seperti tangan atau
tulang kering,
mencubit kulit dengan
lembut, pegang dengan
kedua tangan dan
lepaskan (dimana,
kulit akan turun
kembali dengan cepat
jika pasien terhidrasi
dengan baik).
h. Monitor asupan dan
pengeluaran.

Poltekkes Kemenkes Padang


i. Catat dengan akurat
asupan dan
pengeluaran.
j. Cek kembali asupan
dan pengeluaran pada
semua pasien dengan
terapi.
(Hal 229)
Hipertermia Setelah dilakukan Perawatan demam
tindakan keperawatan
Definisi k. Pantau suhu dan
diharapkan termoregulasi
tanda-tanda vital
Peningkatan suhu tubuh klien normal dengan lainnya 3 jam sekali
diaatas kisaran normal kriteria hasil: l. Monitor warna kulit
diurnal karena kegagalan dan suhu
termoregulasi m. Monitor asupan dan
keluaran, sadari
Termoregulasi
perubahan
Indikator: kehilangan cairan
Batasan Karakteristik yang tak dirasakan.
g. Suhu tubuh kembali n. Beri obat atau cairan
j. Apnea stabil IV (misalnya,
k. Gelisah h. Tidak ada tanda-tada antipiretik, agen
l. Hipotensi hipertermi antibakteri, dan agen
m. Kejang i. Tidak ada tanda anti menggigil)
n. Kulit kemerahan hipotemi o. Berikan kompres
o. Kulit terasa hangat j. Nafas kembali teratur hangat
p. Letargi k. Klien tampak tidak p. Tingkatkan sirkulasi
q. Takikardia gelisah,lesu udara
r. Takipnea l. Tidak ada tanda-tanda q. Lembabkan bibir dan
Faktor yang adanya dehidrasi mukosa hidung yang
Berhubungan kering.
r. Anjurkan pasien
f. Aktifitas berlebihan (Hal 565) untuk banyak minum
g. Dehidrasi s. Kolaborasi
h. Peningkatan laju pemberian obat
metabolisme Paracetamol tablet
i. Penyakit apabila demam.
j. Suhu lingkungan (Hal 355)
tinggi
(Hal 457)

Risiko pendarahan Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan


tindakan keperawatan f. Monitor ketat tanda-
Definisi diharapkan keparahan tanda perdarahan
kehilangan darah tidak g. Monitor nilai labor

Poltekkes Kemenkes Padang


Rentan mengalami terjadi dengan kriteria h. Monitor status cairan
penurunan volume darah hasil : yang meliputi intake
yang dapat menganggu dan ouput
Keparahan kehilangan i. Observasi adanya
kesehatan
darah darah dalam sekresi
Indikator: cairan tubuh
g. Tidak ada kehilangan j. Instruksikan pasien
Faktor risiko darah yang terlihat untuk meningkatkan
h. Tidak ada hematuria makanan yang kaya
e. Aneurisme i. Tidak ada vitamin K
f. Gangguan fungsi hematemesis k. Instruksikan keluarga
hati j. Tidak ada penurunan untuk memonitor
g. Kurang pengetahuan tekanan darah sistolik tanda-tanda
kewaspadaan k. Tidak ada penurunan perdarahan dan
pendarahan tekanan darah diastol mengambil tindakan
h. Program pengobatan yang tepat jika terjadi
perdarahan
(misalnya: lapor
(Hal 408) kepada perawat)

Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan
Defenisi j. Lakukan pengkajian
diharapkan tingkat nyeri
nyeri komprehensif
Pengalaman sensori dan berkurang dengan kriteria k. Gali bersama pasien
emosional tidak hasil: faktor-faktor yang
menyenangkan yang dapat menurunkan
Kontrol Nyeri atau memperberat
muncul akibat kerusakan
nyeri
jaringan aktual atau Indikator:
l. Berikan informasi
ptensial atau yang mengenai nyeri,
d. Dapat mengenali
digambarkan sebagai seperti penyebab
nyeri kapan terjadi
kerusakan (International e. Dapat menggunakan nyeri, berapa lama
Association fot the Study tindakan pengurangan nyeri akan dirasakan,
of Pain); awitan yang nyeri tanpa analgesik dan antisipasi dari
tiba-tiba atau lambat dari f. Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
yang terkontrol akibat prosedur
intensitas ringan hingga
(Hal 247) m. Ajarkan penggunaan
berat dengan akhir yang teknik non
dapat diantisipasi atau farmakologis seperti
diprediksi. teknik relaksasi
Manajemen Nyeri (dengan aroma
terapi) atau dengan
Indikator: teknik distraksi
Batasan Karakteristik (mengalihkan
e. Nyeri terkontrol perhatian
n. Diaforesis f. Tigkat nyeri pasienseperti dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


o. Dilatasi pupil terpantau secara menonton film
p. Ekspresi wajah nyeri reguler kartun)
(mis., mata kurang g. Mampu mengambil n. Kendalikan faktor
bercahaya, tampak tindakan untuk lingkungan yang
kacau, gerakan mata mengurangi nyeri dapat mempengaruhi
berpencar atau tetap h. Mampu mengambil respon pasien
satu fokus, meringis) tindakan untuk terhadap
q. Fokus menyempit memberikan ketidaknyamanan
(mis., persepsi waktu, kenyamanan o. Kolaborasi
proses berfikir, (Hal 179) pemberian obat
interaksi dengan orang Ranitidine Syrup
dan lingkungan) apabila nyeri
r. Fokus pada diri
sendiri
s. Lapran tentang (Hal 197)
perilaku nyeri/
perubahan aktifitas Manajemen
(mis., anggota Lingkungan:
keluarga, pemberi Kenyamanan
asupan)
t. Mengekpresikan g. Tentukan tujuan
perilaku (mis., gelisah, oasien dan keluarga
merengek, menangis, dalam mengelola
waspada lingkugan
u. Perilaku distraksi h. Ciptakan lingkungan
v. Perubahan pada yang tenang dan
parameter fisiologis mendukung
(mis., tekanan darah, i. Sediakan lingkungan
frekuensi jantung, yang aman dan bersih
frekuensi pernapasan, j. Sesuaikan suhu
saturasi oksigen dan ruangan yang paling
CO2 menyamankan
w. Perubahan posisi individu, jika
untuk menghindari memungkinkan
nyeri k. Posisikan pasien
x. Perubahan selera untuk memfasilitasi
makan kenyamanan.
y. Putus asa (Hal 192)
z. Sikap melindungi area
nyeri.

Faktor yang
Berhubungan

d. Agens cedera biologis


(mis., infeksi, iskemia,
neoplasma)

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Agens cedera fisik
(mis., abses, amputasi,
luka bakar, terpotong,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
f. Agens cedera kimiawi
(mis., luka bakar,
kapaisin, metilen
klorida, agens,
mustard)
(Hal 469)

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. V

No MR : 232016

Hari/ Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf


Tanggal Keperawatan
Jumat/ 12 Kekurangan volume u. Jaga intake asupan yang akurat dan catat S:
April 2019 cairan berhubungan output pasien - An. V mengatakan terasa mual
dengan kehilangan v. Memonitor status dehidrasi (misalnya, - Keluarga mengatakan An. V sulit
cairan aktif membrane mukosa lembab, denyut nadi untuk minum
adekuat dan tekanan darah ortostatik) O:
w. Memonitor tanda-tanda vital 3 jam - An. V tampak lemah dan lesu
sekali - Mukosa bibir tampak kering
x. Tingkatkan asupan oral ( misalnya, - Kulit tampak kering dan ada
memberikan sedotan dan menawarkan petekie
cairan diantara waktu makan) - Intake minum: 500cc/hari, IVFD
y. Kolaborasi pemberian cairan IVFD RL RL 20 tts/i
20 tts/menit - Output: 1000cc/hari

Poltekkes Kemenkes Padang


z. Memberikan obat Psidi ( Jam 08.00) - Trombosit: 28.000/mm3
- Hematokrit: : 38 %
A: masalah cairan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pertahankan catatan intake
- Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah
- Monitor hasil laboratorium
Hipertermi t. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
berhubungan lainnya 3 jam sekali - Kelurga mengatakan badan An. V
dengan peningkatan u. Memonitor warna kulit dan suhu teraba hangat
laju metabolisme v. Memonitor asupan dan keluaran, sadari O:
perubahan kehilangan cairan yang tak - Badan An. V teraba hangat
dirasakan. - An. V tampak lesu
w. Memberikan kompres hangat - Kulit tampak kemerahan
x. Memberikan obat atau cairan - Intake minum 500cc/hari
(paracetamol 400mg ) ( Jam 08.00) - Suhu: 37,80C
y. Fasilitasi istirahat terapkan pembatasan - Hb: 13,1 g/dl
aktifitas jika diperlukan - Leukosit: : 2.730/ mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


z. Lembabkan bibir dan mukosa hidung A: masalah termoregulasi belum teratasi
yang kering.
P: intervensi dilanjutkan
- Pantau suhu
- Kompres hangat
- Anjurkan konsumsi cairan
Risiko Perdarahan 1. Memantau ketat tanda-tanda perdarahan S:
berhubungan (seperti: petekie) - Keluarga mengatakan tangan An. V
dengan 2. Memantau nilai labor (Hb, Ht, ada bintik- bintik kemerahan
trombositopenia Trombosit) O:
3. Memonitor status cairan intake dan - Tampak bintik kemerahan di
output ekstremitas kanan atas
4. Mengukur tanda-tanda vital - Hb: 13,1 g/dl
5. Observasi adanya darah dalam sekresi - Trombosit: 28.000/mm3
cairan tubuh - Mukosa bibir tampak kering
6. Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi kemerahan
makanan yang kaya vitamin K (kacang- A: masalah belum teratasi
kacangan) P: intervensi dilanjutkan
7. Intruksikan keluarga untuk memonitor - Monitor ketat tanda- tanda
tanda-tanda perdarahan dan mengambil perdarahan

Poltekkes Kemenkes Padang


tindakan yang tepat jika terjadi - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
perdarahan (misal: melapor kepada Trombosit)
perawat) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
berhubungan komprehensif termasuk lokasi, - An. V mengatakan nyeri pada ulu
dengan agen cidera karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas hati
biologis dan faktor presipitasi - Keluarga mengatakan An. V
2. Observasi reaksi non verbal dari kurang tidur karena nyeri pada ulu
ketidaknyamanan hati
3. Kontrol lingkungan yang dapat O:
mempengaruhi nyeri seperti suhu - An. V tampak meringis
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Skala nyeri 4
4. Lakukan penanganan nyeri (non - Suhu: 37,8oC, RR: 22x/menit
farmakologis yaitu teknik napas dalam - TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/menit
dan alihkan perhatian) A: masalah manajemen nyeri belum

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Menganjurkan tingkatkan istirahat teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
- Anjurkan melakukan penanganan
nyeri (non farmakologis) yaitu
dengan teknik relaksasi nafas dalam
Sabtu/ 13 Ke kurangan 1. Jaga intake asupan yang akurat dan catat S:
April 2019 volume cairan output pasien - An. V mengatakan tidak mual lagi
berhubungan 2. Monitor status dehidrasi (misalnya, - Keluarga mengatakan An. V masih
dengan kehilangan membrane mukosa lembab, denyut nadi sulit untuk minum
cairan aktif adekuat dan tekanan darah ortostatik) O:
3. Monitor tanda-tanda vital 3 jam sekali - An. V masih tampak lemah dan lesu
4. Tingkatkan asupan oral ( misalnya, - Mukosa bibir masih tampak kering
memberikan sedotan dan menawarkan - Kulit masih tampak kering dan
cairan diantara waktu makan ) terdapat petekie
5. Kolaborasi pemberian cairan IVFD RL - Intake minum: 1500cc/hari, IVFD
20 tts/menit RL 20 tts/i
6. Memberikan obat Psidi (Jam 08.00) - Output: 1100cc/hari

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Monitor hasil laboratorium - Trombosit: 34.000/mm3
- Hematokrit: : 38,6 %
A: masalah cairan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pertahankan catatan intake
- Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah
- Monitor hasil laboratorium
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
berhubungan lainnya 3 jam sekali - Kelurga mengatakan badan An. V
dengan peningkatan 2. Monitor warna kulit dan suhu masih teraba hangat
laju metabolisme 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari O:
perubahan kehilangan cairan yang tak - Badan An. V masih teraba hangat
dirasakan. - An. V tampak lesu
4. Memberikan kompres hangat - Kulit masih tampak kemerahan
5. Memberikan obat atau cairan - Intake minum 1500cc/hari
(paracetamol 400mg) (Jam 08.00) - Suhu: 37,30C
6. Fasilitasi istirahat terapkan pembatasan - Hb : 13,2 g/dl
aktifitas jika diperlukan - Leukosit: : 8.780/ mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Lembabkan bibir dan mukosa hidung A: masalah termoregulasi belum teratasi
yang kering. P: intervensi dilanjutkan
- Pantau suhu
- Kompres hangat
- Anjurkan konsumsi cairan
Risiko Perdarahan 1. Memantau ketat tanda-tanda S:
berhubungan perdarahan (seperti: petekie) - Keluarga mengatakan tangan An. V
dengan 2. Memantau nilai labor (Hb, Ht, masih ada bintik- bintik kemerahan
trombositopenia Trombosit) O:
3. Memonitor status cairan intake dan - Tampak bintik kemerahan di
output ekstremitas kanan atas
4. Mengukur tanda-tanda vital - Hb: 13,2 g/dl
5. Observasi adanya darah dalam sekresi - Trombosit: 34.000/mm3
cairan tubuh - Mukosa bibir tampak kering
6. Intruksikan pasien untuk kemerahan
mengkonsumsi makanan yang kaya A: masalah belum teratasi
vitamin K (kacang-kacangan) P: intervensi dilanjutkan
7. Intruksikan keluarga untuk memonitor - Monitor ketat tanda- tanda
tanda-tanda perdarahan dan perdarahan

Poltekkes Kemenkes Padang


mengambil tindakan yang tepat jika - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
terjadi perdarahan (misal: melapor Trombosit)
kepada perawat) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
berhubungan komprehensif termasuk lokasi, - An. V mengatakan masih terasa
dengan agen cidera karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri pada ulu hati
biologis dan faktor presipitasi - Keluarga mengatakan An. V
2. Observasi reaksi non verbal dari gelisah saat tidur karena nyeri pada
ketidaknyamanan ulu hati
3. Kontrol lingkungan yang dapat O:
mempengaruhi nyeri seperti suhu - An. V tampak meringis
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Skala nyeri 3
4. Lakukan penanganan nyeri (non - Suhu: 37,3oC, RR: 20x/menit
farmakologis yaitu teknik napas dalam - TD: 90/60 MmHg, HR: 100x/menit
dan alihkan perhatian) A: masalah manajemen nyeri belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Menganjurkan tingkatkan istirahat P: intervensi dilanjutkan
6. Kolaborasi pemberian obat Ranitidine - Observasi reaksi non verbal dari
Syrup ketidaknyamanan
- Anjurkan melakukan penanganan
nyeri (non farmakologis) yaitu
dengan teknik relaksasi nafas dalam
Minggu/ 14 Kekurangan volume 1. Jaga intake asupan yang akurat dan catat S:
April 2019 cairan berhubungan output pasien - Keluarga mengatakan An. V masih
dengan kehilangan 2. Monitor status dehidrasi (misalnya, kurang minum
cairan aktif membrane mukosa lembab, denyut nadi - Keluarga mengatakan An. V
adekuat dan tekanan darah ortostatik) perutnya kembung
3. Monitor tanda-tanda vital 3 jam sekali O:
4. Tingkatkan asupan oral ( misalnya, - An. V masih tampak lemah dan
memberikan sedotan dan menawarkan lesu
cairan diantara waktu makan) - Mukosa bibir masih tampak kering
5. Kolaborasi pemberian cairan IVFD RL - Intake minum: 3000cc, IVFD RL 20
20 tts/menit tts/i
6. Memberikan obat Psidi - Output: 1500cc/hari
7. Memantau hasil laboratorium - Trombosit: 41.000/mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


- Hematokrit: : 35,7 %
A: masalah cairan belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Pertahankan catatan intake
- Lembabkan bibir yang kering dan
pecah-pecah
- Monitor hasil laboratorium
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:
berhubungan lainnya 3 jam sekali - Kelurga mengatakan badan An. V
dengan peningkatan 2. Monitor warna kulit dan suhu tidak teraba hangat lagi
laju metabolisme 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari O:
perubahan kehilangan cairan yang tak - Badan An. V masih teraba hangat
dirasakan. sedikit
4. Memberikan kompres hangat - An. V tampak lesu
5. Memberikan obat atau cairan - Kulit masih tampak kemerahan
(paracetamol 400 mg 3x1 ) - Intake minum 3000cc/hari
6. Fasilitasi istirahat terapkan pembatasan - Suhu: 36,50C
aktifitas jika diperlukan - Hb: 12,2 g/dl
7. Lembabkan bibir dan mukosa hidung - Leukosit: : 7.070/ mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


yang kering. A: masalah termoregulasi teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Risiko perdarahan 1. Memantau ketat tanda-tanda perdarahan S:
berhubungan (seperti: petekie) - Keluarga mengatakan tangan An. V
dengan 2. Memantau nilai labor (Hb, Ht, masih ada bintik- bintik kemerahan
trombositopenia Trombosit) O:
3. Memonitor status cairan intake dan - Tampak bintik kemerahan di
output ekstremitas kanan atas
4. Mengukur tanda-tanda vital - Hb: 12,2 g/dl
5. Observasi adanya darah dalam sekresi - Trombosit: 41.000/mm3
cairan tubuh - Mukosa bibir masih tampak kering
6. Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi kemerahan
makanan yang kaya vitamin K (kacang- A: masalah belum teratasi
kacangan) P: intervensi dilanjutkan
7. Intruksikan keluarga untuk memonitor - Monitor ketat tanda- tanda
tanda-tanda perdarahan dan mengambil perdarahan
tindakan yang tepat jika terjadi - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
perdarahan (misal: melapor kepada Trombosit)
perawat) - Instruksikan keluarga untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
berhubungan komprehensif termasuk lokasi, - An. V mengatakan masih terasa
dengan agen cidera karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri pada ulu hati
biologis dan faktor presipitasi - Keluarga mengatakan An. V masih
2. Observasi reaksi non verbal dari gelisah saat tidur karena nyeri pada
ketidaknyamanan ulu hati
3. Kontrol lingkungan yang dapat O:
mempengaruhi nyeri seperti suhu - An. V tampak meringis
ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Skala nyeri 3
4. Lakukan penanganan nyeri (non - Suhu: 36,5oC, RR: 20x/menit
farmakologis yaitu teknik napas dalam - TD: 100/80 MmHg, HR: 90x/menit
dan alihkan perhatian) A: masalah manajemen nyeri belum
5. Menganjurkan tingkat kan istirahat teratasi
6. Kolaborasi pemberian obat Ranitidine P: intervensi dilanjutkan
Syrup - Observasi reaksi non verbal dari

Poltekkes Kemenkes Padang


ketidaknyamanan
- Anjurkan melakukan penanganan
nyeri (non farmakologis) yaitu
dengan teknik relaksasi nafas dalam
Senin / 15 Kekurangan volume 1. Jaga intake asupan yang akurat dan S:
April 2019 cairan berhubungan catat output pasien - Keluarga mengatakan An. V di
dengan kehilangan 2. Monitor status dehidrasi (misalnya, paksa untuk minum
cairan aktif membrane mukosa lembab, denyut O:
nadi adekuat dan tekanan darah - Mukosa bibir sudah tidak tampak
ortostatik) kering lagi
3. Monitor tanda-tanda vital 3 jam sekali - Kulit masih tampak kering
4. Tingkatkan asupan oral ( misalnya, - Intake minum: 3000cc, IVFD RL
memberikan sedotan dan menawarkan 20 tts/i
cairan diantara waktu makan,) - Output: 1700cc/hari
5. Kolaborasi pemberian cairan IVFD - Trombosit: 56.000/mm3
RL 20 tts/menit - Hematokrit: : 36,4 %
6. Memberikan obat Psidi A: masalah cairan teratasi sebagian
7. Memantau hasil laboratorium P: intervensi dilanjutkan
Hipertermi 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S:

Poltekkes Kemenkes Padang


berhubungan lainnya 3 jam sekali - Kelurga mengatakan badan An. V
dengan peningkatan 2. Monitor warna kulit dan suhu tidak demam lagi
laju metabolisme 3. Memberikan kompres hangat O:
4. Memberikan obat atau cairan - An. V tampak tidak demam
(paracetamol 400mg 3 x1) - Kulit tampak tidak kemerahan lagi
5. Fasilitasi istirahat terapkan pembatasan - Intake minum 3000cc
aktifitas jika diperlukan - Suhu: 36,30C, RR: 20x/menit
6. Menganjurkan keluarga untuk - TD: 100/90 MmHg, HR: 90x/menit
memberikan pakaian yang longgar - Leukosit: : 7.180/ mm3
7. Lembabkan bibir dan mukosa hidung A: masalah termoregulasi teratasi
yang kering. P: intervensi dihentikan
Risiko perdarahan 1. Memantau ketat tanda-tanda perdarahan S:
berhubungan (seperti: petekie) - Keluarga mengatakan tangan An. V
dengan 2. Memantau nilai labor (Hb, Ht, masih ada bintik- bintik kemerahan
trombositopenia Trombosit) O:
3. Memonitor status cairan intake dan - Tampak bintik kemerahan di
output ekstremitas kanan atas
4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Hb: 12,8 g/dl
cairan tubuh - Trombosit: 56.000/mm3

Poltekkes Kemenkes Padang


5. Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi - Mukosa sudah tampak lembab
makanan yang kaya vitamin K (kacang- A: masalah belum teratasi
kacangan) P: intervensi dilanjutkan
6. Intruksikan keluarga untuk memonitor - Monitor ketat tanda- tanda
tanda-tanda perdarahan dan mengambil perdarahan
tindakan yang tepat jika terjadi - Monitor nilai labor (Hb, Ht,
perdarahan (misal: melapor kepada Trombosit)
perawat) - Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda-tanda perdarahan
dan mengambil tindakan yang tepat
jika terjadi perdarahan (misalnya:
lapor kepada perawat)
Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
berhubungan komprehensif termasuk lokasi, - An. V mengatakan masih terasa
dengan agen cidera karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri sedikit pada ulu hati
biologis dan faktor presipitasi O:
2. Observasi reaksi non verbal dari - An. V tampak tidak meringis lagi
ketidaknyamanan - Skala nyeri 2
3. Kontrol lingkungan yang dapat - Suhu: 36,3oC, RR: 22x/menit

Poltekkes Kemenkes Padang


mempengaruhi nyeri seperti suhu - TD: 100/90 MmHg, HR: 90x/menit
ruangan, pencahayaan dan kebisingan A: masalah manajemen nyeri teratasi
4. Lakukan penanganan nyeri (non sebagian
farmakologis yaitu teknik napas dalam P: intervensi dilanjutkan
dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat
6. Kolaborasi pemberian obat Ranitidine
Syrup
Selasa/ 16 Kekurangan volume 1. Jaga intake asupan yang akurat dan S:
April 2019 cairan berhubungan catat output pasien - Keluarga mengatakan An. V masih
dengan kehilangan 2. Monitor status dehidrasi (misalnya, di paksa untuk minum
cairan aktif membrane mukosa lembab, denyut nadi O:
adekuat dan tekanan darah ortostatik) - Mukosa bibir sudah tampak lembab
3. Monitor tanda-tanda vital 3 jam sekali - Kulit tidak tampak kering
4. Tingkatkan asupan oral ( misalnya, - Intake minum: 3500 ml, IVFD RL
memberikan sedotan dan menawarkan 20 tts/i
cairan diantara waktu makan,) - Output: 1800cc/hari
5. Kolaborasi pemberian cairan IVFD RL - Trombosit: 83.000/mm3
20 tts/menit - Hematokrit: : 36,6 %

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Memberikan obat Psidii A: masalah cairan teratasi sebagian
7. Memantau hasil laboratorium P: intervensi dihentikan
Risiko perdarahan 1. Memantau ketat tanda-tanda perdarahan S:
berhubungan (seperti: petekie) - Keluarga mengatakan bintik- bintik
dengan 2. Memantau nilai labor (Hb, Ht, kemerahan sudah mulai hilang
trombositopenia Trombosit) O:
3. Memonitor status cairan intake dan - Bintik kemerahan sudah tampak
output sedikit
4. Observasi adanya darah dalam sekresi - Hb: 13,4 g/dl
cairan tubuh - Trombosit: 83.000/mm3
5. Intruksikan pasien untuk mengkonsumsi - Mukosa bibir sudah tampak lembab
makanan yang kaya vitamin K (kacang- A: masalah teratasi
kacangan) P: intervensi dilanjutkan
6. Intruksikan keluarga untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan dan mengambil
tindakan yang tepat jika terjadi
perdarahan (misal: melapor kepada
perawat)
Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:

Poltekkes Kemenkes Padang


berhubungan komprehensif termasuk lokasi, - An. V mengatakan masih terasa
dengan agen cidera karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri sedikit pada ulu hati
biologis dan faktor presipitasi O:
2. Observasi reaksi non verbal dari - An. V tampak tidak meringis lagi
ketidaknyamanan - Skala nyeri 2
3. Kontrol lingkungan yang dapat - Suhu: 36,3oC, RR: 20x/menit
mempengaruhi nyeri seperti suhu - TD: 110/80 MmHg, HR: 90x/menit
ruangan, pencahayaan dan kebisingan A: masalah teratasi sebagian
4. Lakukan penanganan nyeri (non P: intervensi dihentikan
farmakologis yaitu teknik napas dalam
dan alihkan perhatian)
5. Menganjurkan tingkatkan istirahat
6. Kolaborasi pemberian obat Ranitidine
Syrup

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai