FADIAH RILWAHYUNI
163110204
FADIAH RILWAHYUNI
163110204
iv
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Ruang Anak RS Dr.Reksodiwiryo Padang tahun 2019”.
Kemudian sholawat beriring salam juga dihaturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW.
vi
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya.
Peneliti
vii
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak merupakan penyakit infeksi tropis
berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian. Rata-rata DBD pada anak di
ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang mencapai 20 orang per bulan
(2018), berdasarkan wawancara dengan 2 pasien mengeluhkan suhu tubuh panas,
mual muntah, sakit kepala dan nyeri pada ulu hati. Tujuan penelitian
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD di ruang
Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019.
Hasil penelitian yang didapatkan keluhan utama pada anak yaitu demam dengan
suhu > 38,2oC, mual dan muntah 1-2x/hari nyeri pada ulu hati, ada petekie di
ekstremitas atas kanan. Diagnosa yang ditemukan yaitu kekurangan volume
cairan, hipertermi, nyeri akut. Implementasi keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen cairan, monitor cairan, perawatan demam dan manajemen nyeri. Hasil
evaluasi keperawatan didapatkan masalah cairan teratasi sebagian, suhu tubuh
kembali normal, nyeri teratasi sebagian.
Melalui direktur RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang agar perawat ruangan dapat
melanjutkan tindakan memonitor cairan intake dan output, tanda-tanda vital suhu,
nadi, pernapasan dan tekanan darah, dan mengurangi nyeri dengan teknik
relaksasi secara kontiniu.
viii
HALAMAN JUDUL......................................................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv
HALAMAN PENYATAAN ORISINIL .......................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
ix
A. Kesimpulan .......................................................................................... 64
B. Saran .................................................................................................... 65
xi
xii
xiii
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun, di Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran
diseluruh wilayah tanah air (kemenkes RI, 2017). Penyakit ini dapat menyerang
semua orang, terutama pada anak. Demam Berdarah Dengue (DBD) juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit ini merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dan termasuk golongan virus yang ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta penyebarannya
sangat cepat (Marni, 2016).
Demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang telah terinfeksi dengue
untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berbeda. Fenomena yang dapat kita lihat dari Demam Berdarah Dengue (DBD) ini
adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya volume
plasma, serta terjadinya hipotensi, trombositopeni, dan diastesis hemorhagi.
Sedangkan pada kasus berat nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan
bahwa akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang
rusak, sehingga mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningkatnya
nilai hematokrit (Susilaningrum,2013).
Nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan terjadinya syok pada anak. Syok yang
terjadi pada anak biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari
ke-3 dan ke-7, dengan gejala anak menjadi makin lemah, ujung – ujung jari,
telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan
tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. Gejala
tersebut akan membahayakan anak bila tidak ditangani dengan cepat
(Ngastiyah,2014).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Demam berdarah pada anak dapat mengakibatkan kejang, kejang pada anak
diakibatkan karena demam tinggi yang tidak diatasi secepatnya. Untuk mengatasi
kejang biasanya dapat diberikan antikonvulsi seperti diazepam, stesolid,
fenobarbital, dan obat konvulsi lainnya. Jika syok dalam kondisi berat/ parah,
maka dapat diatasi atau dicegah dengan memberikan resuitasi cairan parenteral
melalui infuse. Jika pemberian cairan infuse tidak memberikan respons, maka
diberikan plasma/ plasma ekspander sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Plasma
ekspander merupakan suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk
menggantikan plasma darah yag hilang akibat perdarahan (Marni,2016).
kematian telah tercatat antara 2010 dan 2016 dengan peningkatan yang signifikan
dalam manajemen kasus melalui kapasitas di negara.
Profil Kesehatan Indonesia (2018), menyebutkan bahwa pada tahun 2017 Demam
Berdarah Dengue masih tercatat sebagai Kejadian Luar biasa (KLB) pada anak-
anak, terdapat jumlah kasus DBD sebanyak 68.407 kasus, dengan jumlah
kematian sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun
sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian 1.598 orang. Angka
kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 78,85
menjadi 26,10 per 100.000 penduduk. Namun, penurunan case fatality rate (CFR)
dari tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,78% pada tahun 2016, menjadi
0,72% pada tahun 2017.
Pada tahun 2016 terdapat 10 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per
100.000 penduduk dimana 3 provinsi dengan case fatality rate (CFR) tertinggi,
yaitu Sulawesi Selatan sebesar 105,95 per 100.000 penduduk yang memiliki case
fatality rate (CFR) tertinggi (2,18%), Kalimantan Tengah (1,55%) dan Gorontalo
(1,47%). Dari 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, terdapat 419
kabupaten/kota (81,52%) yang sudah mencapai Incidence Rate (IR) DBD < 49 per
100.000 penduduk. Ada 3 provinsi pada tahun 2017 yang tidak memenuhi target
Incidence Rate (IR) DBD < 49 per 100.000 penduduk yaitu Sumatra Barat,
Kalimantan dan Bali.
Kasus demam berdarah di Provinsi Sumatra Barat tahun 2017 sebanyak 3.952
orang, jumlah ini mengalami penurunan di banding 2015 yaitu sebanyak 3886
orang. Kasus tertinggi ada di kota Padang (911 kasus) dan kasus terendah ada di
Kota Mentawai (21 kasus) (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat, 2017).
Di kota Padang tahun 2017, sebanyak 608 kasus demam berdarah dengan jumlah
kematian 4 orang, lebih rendah dari tahun 2016 (911 kasus). Kasus demam
berdarah terbanyak pada tahun 2017 ditemukan di wilayah kerja puskesmas
Kuranji (140 kasus) dan wilayah kerja puskesmas Koto Tangah sebanyak 140
kasus. Dan kasus terendah ada di puskesmas Bungus sebanyak 15 kasus (Dinkes
Kesehatan Kota Padang, 2017).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RS TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati bulan Januari
sampai Desember 2017 sebanyak 221 orang. Sedangkan pada tahun 2018 dari
bulan Januari sampai Oktober sebanyak 166 orang .
Peran perawat dalam asuhan keperawatan pada anak sama seperti asuhan
keperawatan lainnya, yaitu di mulai dengan menggunakan pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Secara
umum tujuan dari asuhan keperawatan untuk anak dengan masalah hipertermi
ialah untuk menurunkan suhu tubuh anak, meningkatkan kemampuan untuk
melakukan aktivitas fisik, serta mencegah berbagai resiko infeksi yang terkait
dengan masalah hipertermi. Dimana tujuan asuhan keperawatan tersebut dapat
terlaksana oleh perawat dimulai dari perencanaan, melakukan tindakan
implementasi, dan mengevaluasi perubahan yang dialami pada anak
(Susilaningrum, 2013).
Salah satu bentuk peran perawat terhadap anak dengan demam berdarah dengan
memberi tahu kepada keluarga atau orang tua pentingnya menanggulangi
terjadinya DBD, seperti melakukan tindakan kompres hangat, memberikan obat
parasetamol apabila anak demam, dan memberikan penyuluhan berupa pendidikan
kesehatan kepada orang tua atau keluarga dengan salah satu cara seperti
melakukan 3M (Menutup, Menguras, Menimbun) (Nugroho, 2011).
derajat penyakit DBD pada anak dan dewasa (p=0,004). Mayoritas pasien anak
adalah derajat 2 (46,8%) sedangkan dewasa adalah derajat 1 (62,7%).
Survey awal yang peneliti lakukan di ruang anak RS. Dr. Reksodiwiryo Padang
pada tanggal 21 November 2018, terdapat 2 orang pasien anak dengan DBD,
pasien anak 1 berusia 2 tahun dan pasien anak 2 berusia 3 tahun. Diagnosa
keperawatan utama yang diangkat pada 2 pasien anak tesebut sama yaitu
Hipertermi. Peneliti melakukan wawancara kepada orang tua pasien anak 1 dan
pasien anak 2. Hasil wawancara pada orang tua anak mengatakan perawat ruangan
telah melakukan pemberian obat dan menyuruh keluarga untuk memberikan
kompres hangat pada anaknya tanpa mengevaluasi suhu tubuhnya. Berdasarkan
status rekam medik yang telah diamati, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
terjadinya Hipertermi yaitu mengukur suhu, mengajarkan kompres hangat dan
memberikan obat paracetamol. Namun pada evaluasi perawat hanya melakukan
monitor tanda-tanda vital pada pergantian shift. Berdasarkan buku Ngastiyah
(2014), mengatakan bahwa seharusnya pemantauan tanda-tanda vital dilakukan
sekali 3 jam.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan penelitian studi kasus
penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan DBD di ruang Merpati RS TK
III Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diaatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III
Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang
2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien anak dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang.
D. Manfaat Penilitian
1. Aplikatif
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan
asuhan keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di
RS TK III Dr.Reksodiwiryo Padang tahun 2019.
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit demam berdarah adalah karena salah satu dari 4
virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari family Flaviviridae yang
ditularkan oleh vector nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa
inkubasi penyakit ini pada fase demam tinggi terjadi pada hari ke 1-3, fase
kritis terjadi pada hari ke berakhir 4 – 5 hari setelah timbulnya demam dan
fase penyembuhan terjadi pada hari ke 6-7. (Marni, 2016).
3. Klasifikasi
Derajat 1:
Demam disertai gejala khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
dengan di uji tourniqet positif
Derajat 2:
Ditandai dengan derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain.
Derajat 3:
Ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi lemah dan cepat (>120/menit),
tekanan nadi sempit (<20 mmHg) hipotensi, akral dingin.
Derajat 4:
Renjatan berat dengan ditandai dengan tanda-tanda syok seperti nadi tidak
dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (Setiawan,dkk, 2014).
4. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2014) anatomi fisiologi, sebagai berikut:
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan oksigen dan makanan
dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme
dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit merupakan tempat ekskresi sisa-
sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung,
pembuluh darah dan darah.
a. Jantung
Jantung merupakan organ muskolar berongga, bentuknya menyerupai
piramid atau jantung pisang, yang merupakan pusat sirkulasi darah ke
seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastinum.
Ujung jantung mengarah ke bawah, ke depan bagian kiri: Basis jantung
mengarah ke atas, ke belakang dan sedikit ke arah kanan. Pada basis
jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah
dan pembuluh balik paru.
Lapisan jantung terdiri dari:
1) Perikardium
1) Arteri
Atau pembuluh darah nadi merupakan pembuluh darah yang keluar
dari jantung yang membawa darah ke seluruh tubuh dan alat tubuh.
Aorta Merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar, keluar dari
jantung bagian ventrikel sinistra.
2) Vena
Merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yang membawa
darah dari alat-alat tubuh masuk ke jantung.
3) Kapiler
Pembuluh darah yang sangat kecil sehingga disebut juga pembuluh
rambut.
5. Patofisiologi
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus dewasa betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam
tubuhnya dari penderita dari demam berdarah lain. Nyamuk Aedes
aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi hari (setelah matahari
terbit) dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang
beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak yang berusia
dibawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab,
serta daerah pinggiran kumuh (Zulkoni,2011).
Penyakit ini biasanya mulai dengan tiba-tiba dengan sakit kepala berat,
demam, perasaan sangat lemah, nyeri pada persendian-persendian dan
otot-otot. Demam naik dengan cepat menjadi 380 sampai 400C, demam
ini bisa berlangsung selama 2-4 hari, dan diikuti dengan kesembuhan
yang cepat kira-kira dalam 24 jam dan sesudah itu suhu tubuh bisa naik
lagi kedua kalinya. Pada saat ini ruam mungkin keliatan dikulit
(Supriyanto, 2015).
Apabila tubuh pasien diserang untuk kedua kalinya, maka tubuh akan
aman. Akan tetapi, apabila virus yang masuk itu mempunyai tipe yang
berbeda maka akan mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan
transformasi limfosit imun yang dapat meningkatkan titer antibodi IgG
antidengue. Dalam limfosit, terjadi replikasi virus dengue yang
bertransformasi akibat virus yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan
terbentuknya kompleks antigen-antibodi (Marni, 2016).
Sementara itu, akibat cairan yang merembes darah menjadi kental yang
dapat di lihat dari adanya peningkatan nilai hematokrit. Karenanya obat
utamanya adalah cairan, cairan yang keluar dari dalam pembuluh darah
menyebabkan badan bengkak (edema), perut membesar berisi cairan
(asites) dan cairan yang ada dalam paru dan rongga selaput paru (efusi
pleura) yang menyebabkan sesak nafas (Soedjas,2011).
hipertermi demam
Virus mengeluarkan Toksin(zat
Menstimulasi pusat
beracun Aegypti)
termoregulasi
Penumpukan
as.laktat di otak Syok Hipovolemik
Penurunan Kesadaran
dan sendi
Nyeri sendi
Sakit kepala
Nyeri Akut
7. Manifestasi Klinis
Gejala klinis timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot
seluruh tubuh, nyeri dibelakang kepala hebat, suara serak, batuk,
epistaksis serta disuria. Demam berdarah dengue ditandai oleh demam
mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu
makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,
perut, dan kepala. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa.
Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang
beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan
dibawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena dan juga hematuria massif.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda
anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin, dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah
menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang
(Ngastiyah,2014).
Gejala klinis DBD menurut (Nugroho, 2011), sebagai berikut:
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari
b. Manifestasi pendarahan (petekie, hidung, perdarahan gusi, mimisan,
hematemesis, melena)
c. Hepatomegali (pembesaran hati, limpa)
d. Syok, tekanan nadi kurang dari 20mmHg, tekanan sistolik sampai
kurang dari 80/menit
e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan trombosit dibawah
100.000/mm3.
f. Gejala klinik lain: lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang,
dan sakit kepala.
8. Respon Tubuh
a. Sistem pernafasan
Pertanda telah terjadi kebocoran plasma yang berpotensi
menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya yaitu syok. Pada hal ini
anak akan mengalami efusi pleura yaitu adanya cairan di rongga
pleura yang dapat mengakibatkan anak sesak nafas.
b. Sistem sirkulasi
Biasanya apabila sudah terjadi renjatan pada hari ke 2-7, anak
terlihat lesu, nafsu makan menurun, hal ini disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga
terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada system kardiovaskuler terjadinya peningkatan nilai hematokrit,
yang disebabkan oleh cairan yang merembes darah menjadi kental
karenanya cairan yang keluar dari dalam pembuluh darah
menyebabkan badan bengkak (edema). Dan mengakibatkan aliran
darah ke jantung menjadi lambat ketika aliran darah ke jantung
melambat curah jantung juga menurun.
d. Sistem otak
Aliran oksigen ke otak juga akan mengalami penurunan , karena
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke
ekstravaskuler yang menyebabkan peningkatan hematokrit. Sehingga
darah menjadi kental dan suplai oksigen ke otak menurun dan bisa
juga mengakibatkan penururnan kesadaran.
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hemoglobin
biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak
dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL
2) Hematokrit
Pada Ht tejadi peningkatan > 20%. Nilai normal Hematokrit yaitu
3 kali nilai Hemoglobin. Nilai normal: 33- 38%.
3) Trombosit
Pada Trombosit terjadinya penurunan < 100.000/mm3. Nilai
normal: 200.000-400.000/ml.
4) Leukosit
(Leukopenia) serta waktu perdarahan dan waktu protrombin
memanjang. Pada Leukosit mengalami penurunan dibawah normal.
Nilai normal: 9.000-12.000/mm3.
10. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2014), ada penatalaksanaan medis dan
keperawatan pada Demam Berdarah Dengue (DBD), sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Penatalaksanaan DBD tanpa renjatan
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa
dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi
terdapat juga gejala perdarahan. Pasien perlu istirahat mutlak,
observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping
kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat
sudah dalam keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah
dalam perawatan baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien segera dipasang
infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang
pada dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit
dan hemoglobin serta trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien Dengue Syok Syndrom (DSS) adalah pasien gawat maka jika
tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menjadi
fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Masalah utama
adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai
puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah
sangat lambat karena menjadi kental sehingga mempengaruhi curah
jantung dan menyebabkan gangguan saraf pusat. Akibat terjadinya
kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan didalam
rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk
meringankan pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2.
Pengawasan tanda vital dilakukan setiap 15 menit terutama tekanan
darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit tetap
dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil
pemeriksaan dicatat dalam catatan khusus.
11. Pencegahan
Menurut Zulkoni (2011), pencegahannya sebagai berikut:
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypt. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup yang tepat,
yaitu dari sisi:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meliputi:
1) Menguras bak mandi/ penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu.
2) Mengganti/ menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali.
3) Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, dan ban bekas di sekitar rumah
dan lain-lain.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
c. Kimiawi
Pengendalian nyamuk secara kimiawi dapat dilakukan dengan:
1) Pengasapan/ fogging (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas tertentu.
2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
lain-lain.
c. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan anak menjadi berkurang.
2) Eliminasi
BAB: Biasanya anak sering mengalami diare
BAK: biasanya anak pada saat DBD buang airnya sedikit.
3) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari ,tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
a) Tingkat kesadaran: Biasanya ditemukan kesadaran menurun,
terjadi pada grade III dan grade IV karena nilai hematokrit
meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak
berkurang.
b) Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan Darah: Biasanya menurun (Normal: 80-100/60 mmHg)
Nadi : Biasanya melemah (Normal: 80-90x/menit)
Pernapasan : Biasanya meningkat (Normal: 20-30x/menit)
Suhu : Biasanya meningkat > 37,50C (Normal: 36,5oC-
37,5oC)
2) Kepala: Biasanya kepala simetris, tidak ada kelainan
3) Mata: simetris, konjungtiva anemis , sclera tidak ikterik, mata
anemis
4) Hidung: terkadang hidung mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV.
5) Telinga: bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
2. Program Pengobatan
Menurut Suriadi, Dkk (2010) , yaitu:
a. Antiperatik jika terdapat demam
b. Antikonvulsan jika terdapat kejang
c. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
c. Risiko pendarahan
d. Risiko syok
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
f. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makan
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Imobilitas
h. Mual
( Nanda, 2015 )
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Diagnosa dan Intervensi keperawatan NANDA, NIC-NOC
No DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan
cairan tindakan keperawatan a. Jaga intake asupan yang
Definisi diharapkan kekurangan akurat dan catat output
Penurunan cairan volume cairan akan pasien
intravaskular, interstisial teratasi dengan kriteria b. Monitor status dehidrasi
dan intaselular hasil: (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut
Batasan Karakteristik Hidrasi nadi adekuat dan
a. Haus Indikator: tekanan darah
b. Kelemahan a. Turgor kulit ortostatik)
c. Membrane mukosa kembali normal c. Monitor tanda-tanda
kering b. Membrane mukosa vital
d. Peningkatan lembab d. Monitor perubahan
frekuensi nadi c. Intake cairan berat badan pasien
e. Peningkatan tercukupi sebelum dan setelah
hematokrit d. Tekanan darah dialisis.
f. Peningkatan suhu kembali normal e. Kaji lokasi dan luasnya
tubuh e. Tekanan nadi edema, jika ada.
g. Penurunan BB tiba- normal f. Monitor makanan/cairan
tiba yang dikonsumsi dan
h. Penurunan tekanan (Hal 102) hitung asupan kalori
darah yang harian.
i. Penurunan tekanan g. Monitor status gizi
nadi h. Tingkatkan asupan oral
j. Penurunan turgor ( misalnya, memberikan
kulit sedotan dan nawarkan
(Hal 157)
Monitor Cairan
a. Tentukan faktor resiko
yang mungkin
menyebabkan
ketidakseimbangan
cairan.
b. Periksa turgor kulit
dengan memegang
jaringan sekitar tulang
seperti tangan atau
tulang kering, mencubit
kulit dengan lembut,
pegang dengan kedua
tangan dan lepaskan
(dimana, kulit akan
turun kembali dengan
cepat jika pasien
terhidrasi dengan baik).
c. Monitor asupan dan
pengeluaran.
d. Catat dengan akurat
asupan dan
pengeluaran.
e. Cek kembali asupan dan
pengeluaran pada
semua pasien dengan
terapi.
(Hal 229)
(Hal 355)
(Hal 148)
4. Risiko Syok Setelah dilakukan Pencegahan Syok
Defenisi tindakan keperawatan a. Monitor tehadap
Rentan mengalami diharapkan keparahan adanya respon
ketidakcukupan aliran kehilangan darah akan kompensasi awal syok
darah ke jaringan tubuh, teratasi dengan kriteria (misalnya, tekanan
yang dapat hasil: darah normal, nadi
mengakibatkan Keparahan Syok lemah
disfungsi seluler yang b. Monitor kemungkinan
mengancam jiwa, yang Hipovolemik penyebab kehilangan
dapat menganggu Indikator: cairan
kesehatan. a. Penurunan tekanan c. Monitor status
darah sistolik tidak sirkulasi
Faktor Risiko ada lagi d. Catat adanya memar,
a. Hipoksemia b. Penurunan tekanan petechie dan kondisi
b. Hipoksia darah diastol tidak membran mukosa
c. Hipovolemia ada lagi e. Monitor terhadap
d. Infeksi c. Nadi lemah dan adanya tanda/gejala
e. Sepsis halus tidak ada lagi asites dan nyeri
f. Sindrom respons d. Tidak pucat abdomen
inflamasi sistemik (Hal 161) f. Berikan cairan melalui
(Hal 424) IV atau oral sesuai
kebutuhan
g. Anjurkan pasien dan
Status Sirkulasi keluarga mengenai
Indikator: faktor-faktor pemicu
a. Tekanan darah syok/ tanda gejala.
sistol batas normal (Hal 281)
b. Tekanan darah
diastol batas Monitor Tanda-Tanda
normal Vital
c. Tekanan nadi a. Monitor tekanan
normal darah, nadi, suhu, dan
d. Saturasi oksigen status pernapasan
normal dengan cepat
(Hal 561) b. Monitor tekanan darah
setelah pasien minum
obat jika
memungkinkan
c. Monitor dan laporkan
tanda gejala hipotermi
dan hipertermi
d. Monitor warna kulit,
suhu dan kelembaban
e. Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital.
(Hal 237)
5. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Defenisi tindakan keperawatan a. Lakukan pengkajian
Pengalaman sensori dan diharapkan nyeri akan nyeri komprehensif
emosional tidak teratasi dengan kriteria b. Gali pengetahuan dan
menyenangkan yang hasil: kepercayaan pasien
muncul akibat mengenai nyeri
kerusakan jaringan Kontrol Nyeri c. Pertimbangkan
aktual atau ptensial atau Indikator: pengaruh budaya
yang digambarkan a. Dapat mengenali terhadap respon nyeri
sebagai kerusakan nyeri kapan terjadi d. Tentukan akibat dari
(International b. Dapat pengalaman nyeri
Association fot the menggunakan terhadap kualitas
Study of Pain); awitan tindakan hidup pasien
yang tiba-tiba atau pengurangan nyeri e. Gali bersama pasien
lambat dari intensitas tanpa analgesik faktor-faktor yang
ringan hingga berat c. Melaporkan nyeri dapat menurunkan
dengan akhir yang dapat yang terkontrol atau memperberat
diantisipasi atau (Hal 247) nyeri
diprediksi. f. Berikan informasi
Manajemen Nyeri mengenai nyeri,
h. Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan.
(Hal 197)
7. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
Defenisi tindakan keperawatan a. Bantu klien untuk
Ketidakcukupan energi diharapkan Intoleransi memilih aktivitas dan
psikologis atau Aktifitas akan teratasi pencapaian tujuan
fisiologis untuk dengan kriteria hasil: melalui aktivitas yang
mempertahankan atau (Hal 618) konsisten dengan
menyelesaikan aktivitas kemampuan fisik,
kehidupan sehari-hari Toleransi Terhadap fisiologis dan sosial.
yang ingin dilakukan. Aktivitas b. Bantu klien untuk
Indikator: tetap fokus pada
Batasan Karakteristik a. Saturasi oksigen kekuatan [yang
a. Dispnea setelah kembali normal dimilikinya]
beraktifitas ketika beraktifitas dibandingkan dengan
b. Keletihan b. Frekuensi nadi kelemahan [yang
c. Ketidaknyamanan normal ketika dimilinya]
setelah beraktifitas beraktifitas c. Dorong aktivitas
d. Respons frekuensi c. Frekuensi kreatif yang tepat
jantung abnormal pernapasan normal d. Bantu klien untuk
terhadap aktifitas ketika beraktifitas mengidentifikasi
e. Respons tekanan d. Tekanan darah aktivitas yang
darah abnormal sistolik normal diinginkan
terhadap aktivitas ketika bersktifitas e. Bantu klien dan
e. Tekanan darah keluarga untuk
Faktor yang diastol normal mengidentifikasi
Berhubungan ketika bernafas kelemahan dalam level
a. Gaya hidup kurang (Hal 583) aktivitas tertentu
gerak f. Intruksikan pasien dan
b. Imobilitas Daya tahan keluarga untuk
c. Ketidakseimbangan Indikator: melaksanakan
antara suplai dan a. Mampu aktivitas yang
kebutuhan oksigen melakukan diinginkan maupun
d. Tirah baring aktifitas fisik yang telah diresepkan
Hal 241 b. Daya tahan otot g. Bantu dengan aktivitas
normal fisik secara teratur
c. Mampu (misalnya., ambulasi,
memulihkan transfer/ berpindah,
energi setelah berputar dan
istirahat kebersihan diri), sesuai
d. Oksigen darah dengan kebutuhan.
ketika beraktifitas (Hal 431)
normal
(Hal 80) Manajemen Energi
a. Tentukan persepsi
pasien/ orang terdekat
dengan pasien
mengenai penyebab
kelelahan
b. Monitor intake/
asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber
energi yang adekuat
c. Monitor/ catat waktu
dan lama istirahat tidur
pasien
d. Anjurkan pasien untuk
memilih aktivitas-
aktivitas yang
membangun ketahanan
e. Anjurkan tidur siang
bila diperlukan.
(Hal 177)
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan
pada anak dengan DBD di di ruang Merpati RS TK III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2019.
38
39
A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mulai tanggal 12 April 2019 sampai 16
April 2019 yang berlokasi di ruang Merpati Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo
Padang melibatkan 1 partisipan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Responden berjenis kelamin perempuan.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Jumat tanggal 12 April 2019 pukul 09.15 WIB di
Ruang Merpati Rumah Sakit TK III Dr.Reksodiwiryo Padang dengan metode
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
a. Identitas Pasien
Pasien anak perempuan bernama An.V umur 13 tahun dirawat di ruang Merpati
Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo Padang sejak tanggal 11 April 2019. Pasien
masuk melalui IGD Rumah Sakit TK III dr.Reksodiwiryo Padang pada tanggal 11
April 2019 jam 23.00 WIB, dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, mual dan muntah 1 - 2x/sehari, nyeri pada ulu hati.
Sebelumnya An. V pernah berobat di poliklinik (2 hari pertama demam), dan hari
ke 3 demam dibawa ke IGD rumah sakit TK III dr. Reksodiwiryo Padang. Nilai
laboratorium trombosit menurun dari batas normal 28.000/mm3. Tanda- tanda
vital: S: 38,2oC, HR: 100 x/menit, TD: 80/60 MmHg.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Jumat, 12 April 2019 jam 09.15 WIB.
Keluarga mengatakan demam 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas
tinggi turun naik. Hari ke-2 anak dibawa ke poliklinik kemudian diberi obat dan
demam masih turun naik, lalu hari ke-3 dibawa lagi oleh keluarga ke IGD RS. TK
III dr. Reksodiwiryo Padang dan diberi obat lalu disuruh pulang dan anak tetap
43
44
demam. Pada hari ke-5 demam anak dibawa lagi ke IGD RS. TK III dr.
Reksodiwiryo Padang dengan keluhan demam, nyeri ulu hati mual dan muntah,
dilakukan pemeriksaan (Hb: 13,1 g/dl , Leukosit: 2.730 mm3, Trombosit:
28.000/mm3, Ht: 38%), kemudian pasien dianjurkan rawat inap. Data saat
pengkajian (TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/i, Suhu: 37,80C, RR: 22x/i) anak masih
demam, terdapat petekie di tangan, badan terasa lemah dan letih serta nyeri pada
ulu hati.
f. Pemeriksaan Fisik
g. Kebiasaan Sehari-hari
Selama dirawat di rumah sakit An. V makan cuma ½ porsi diit ML dihabiskan,
minum air putih + 500cc/hari, An. V sulit untuk minum. Sejak dirawat di rumah
sakit An. V belum ada BAB, dan BAK An. V ± 4-5 kali/hari. An. V sering
terbangun pada malam hari dan tidur tidak nyenyak, pada waktu sehat An. V tidur
tidak teratur ± 2jam. Pada saat sakit An. V mandi hanya di lap dengan waslap
diatas tempat tidur oleh keluarga 2x/hari, dan An. V hanya sering berbaring di
tempat tidur.
h. Data Penunjang
Dari data hasil pengkajian pada pasien tanggal 12 April 2019 didapatkan rumusan
masalah keperawatan yang muncul ada 3 diagnosa yaitu sebagai berikut:
3. Rencana Keperawatan
kehilangan darah yang terlihat, tidak ada hematuria, tidak ada keluar darah
dari anus, tidak ada hematemesis, tidak ada penurunan tekanan darah sistolik,
tidak ada penurunan tekanan darah diastol.
4. Implementasi Keperawatan
d. Pada diagnosa keempat Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, observasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan,
lakukan penanganan nyeri (non farmakologis yaitu teknik napas dalam dan
alihkan perhatian), menganjurkan tingkatkan istirahat, memberikan obat
ranitidine syrup.
5. Evaluasi Keperawatan
sebagian pada hari ke-5 dengan hasil adalah: Hasil evaluasi didapatkan data
subjektif An. V masih dipaksa untuk minum. Data objektif didapatkan An. V
Mukosa bibir sudah tidak tampak kering lagi, kulit masih tampak kering, intake
minum: 3000cc, IVFD RL 20tts/i, trombosit: 83.000/mm3, hematokrit: : 36,4
%. Kriteria hasil tercapai yaitu membran mukosa lembab, intake cairan
tercukupi, tekanan darah normal dan nadi normal.
B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian
Hasil pengkajian riwayat kesehatan An. V didapatkan demam 5 hari yang lalu,
panas tinggi turun naik, nyeri ulu hati mual dan muntah1-2x/ hari, dilakukan
pemeriksaan (Hb: 13,1 g/dl , Leukosit: 2.730 mm3, Trombosit: 28.000 mm3, Ht:
38%). Data saat pengkajian (TD: 100/70 MmHg, HR: 98x/i, Suhu: 37,80C, RR:
22x/i).
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri dibelakang
kepala hebat, suara serak, batuk, epistaksis serta disuria.
Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, perut, dan kepala. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena
dan juga hematuria massif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya
dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-
tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin, dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah,2014).
Menurut analisa peneliti kondisi lingkungan pada anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) sama dengan teori. Dimana lingkungan yang padat penduduk dan jarang
menguras bak mandi, dapat menyebabkan terjadinya Demam Berdarah Dengue
(DBD).
Pemeriksaan fisik pada An. V didapatkan adanya petechie pada ekstremitas atas
lengan kanan, badan terasa lemah dan letih, serta nyeri ulu hati. Susilaningrum
dkk (2013), mengatakan gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau tanda
perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis,
perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut Nursalam
dkk (2008) mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan
kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan spontan mulai
dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6
hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan peradarahan gusi.
Menurut analisa peneliti gejala perdarahan pada anak Demam Berdarah Dengue
(DBD) sama dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena merembesnya
cairan plasma dari ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak, sehingga
mengakibatkan menurunnya volume plasma serta gangguan pada fungsi trombosit
(trombositopeni) dan kelainan koagulasi pada darah karena meningkatnya nilai
hematokrit.
2. Diagnosa Keperawatan
Marni (2016), mengatakan bahwa salah satu diagnosis atau masalah keperawatan
yang terjadi pada anak dengan DBD adalah kurangnya volume cairan. Kurangnya
volume cairan pada anak dengan DBD ini disebabkan oleh adanya perpindahan
cairan intra vascular ke ekstra vascular akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan untuk itu tujuan rencana keperawatannya adalah mengatasi kurangnya cairan
serta mempertahankan asupan dan keluarannya. Selain itu diagnosa keperawatan
yang bisa muncul karena DBD ialah hipertermi.
turun naik sejak 5 hari yang lalu, mengatakan anaknya waktu masuk IGD
mengalami mual serta muntah, An. V susah untuk minum, anak tampak pucat
lemah dan lesu, suhu: 37,80C, membran mukosa bibir kering, kulit kering.
Ngastiyah (2014), mengatakan pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan juga beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
dengan perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena, dan juga hematuria masif.
Menurut analisa peneliti, diagnosa resiko perdarahan dapat ditegakkan pada An.
V, terjadi karena infeksi dari virus dengue tersebut menyerang sistem peredaran
darah, yakni menyebabkan trombosit (keping darah) dan sel darah putih turun dan
komponen cairan dalam darah keluar ke jaringan sekitarnya. Seorang penderita
infeksi virus dengue rentan untuk mengalami perdarahan seperti perdarahan
dibawah kulit (petekie/ekimosis), perdarahan pada gusi, epistaksis, sampai
perdarahan hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan
juga hematuria masif.
Dari hasil pengkajian pada An. V selanjutnya diagnosa keempat yang muncul
yaitu nyeri akut dengan hasil pengkajian dan data penunjang yang mendukung
yaitu An. V mengatakan perutnya terasa nyeri, tampak gelisah, meringis sambil
memegangi perutnya yang sakit, skala nyeri 4, dan terdapat nyeri tekan pada ulu
hati.
Ngastiyah (2014), Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, perut, dan kepala. Menurut analisa peneliti alasan dapat ditegakkan
diagnosa nyeri akut karena sesuai dengan yang telah dijelaskan teori menurut
Ngastiyah (2014) nyeri yang terjadi pada anak seperti nyeri sendi, otot, ulu hati,
kepala itu karena adanya infeksi dari virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk (Aedes Aegypti) yang dapat menimbulkan gejala demam secara
mendadak dan disertai nyeri pada anggota badan termasuk nyeri pada perut.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan untuk diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis intervensi yang dilakukan tujuannya untuk mengidentifikasi pengkajian
nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi). Intervensinya adalah manajemen nyeri, tindakan
keperawatannya seperti melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, gali
faktor yang dapat menurunkan nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri seperti teknik relaksasi (dengan aroma terapi) atau dengan teknik
distraksi (mengalihkan perhatian), kolaborasi pemberian obat Ranitidine Syrup.
Ngastiyah (2014) mengatakan, pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) ini
biasanya keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala
demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan.
Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24
jam. Obat-obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika
pasien demam.
Berdasarkan analisa peneliti tindakan yang dilakukan belum sama dengan teori.
Didalam teori rencana tindakan memonitor tanda-tanda vital 3 jam sekali
sedangkan diruangan di temukan bahwa perawat ruangan memantau hanya waktu
pergantian shift dinas saja.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengetahui respon tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
ketidakefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Ngastiyah (2014) mengatakan, masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari.
Penyakit DBD ini akan sembuh sendirinya dalam hari dengan penurunan suhu
secara lisis. Maka penyakit ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam.
Karena kekurangan cairan pada tubuh akan mengakibatkan pengurangan volume
plasma yang mengakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit , darah menjadi
kental sehingga aliran darah menjadi lambat, yang akan berakibat syok
hipovolemik.
Kriteria hasil yang diharapkan dengan masalah Hipertermi yaitu, Suhu tubuh
kembali stabil, tidak ada tanda-tada hipertermi, tidak ada tanda hipotemi, nafas
kembali teratur, klien tampak tidak gelisah,lesu, tidak ada tanda-tanda adanya
dehidrasi (Nursing Outcomes Classification 2015).
tindak lanjut yaitu memantau tanda dan gejala perdarahan dan menganjurkan
untuk banyak minum.
Hasil evaluasi pada diagnosa keempat Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis yaitu masalah teratasi sebagian ditandai dengan data subjektif An.
V mengatakan masih nyeri ulu hati pada rawatan ke-5, data objektif An. V tampak
tidak meringis lagi pada rawatan dan nyeri tekan pada ulu hati pada rawatan ke-5,
ditemukan skala nyeri 4 pada rawatan ke-1 menjadi 2 pada rawatan ke-5 .
Rencana tindak lanjut yaitu menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
nonfarmakologis apabila nyeri.
Demam berdarah biasanya penyakit pemulihan sendiri, tidak ada pengobatan anti
virus spesifik yang tersedia saat ini untuk demam berdarah. Perawatan suportif
dengan analgesik, penggantian cairan, dan istirahat ditempat tidur biasanya cukup
Munawwarah.BA,dkk (2018).
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian pada An. V didapatkan data mengalami DBD dengan gejala
yaitu demam dengan suhu 37,8oC, panas turun naik, mual dan muntah, nyeri
ulu hati.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. V yaitu kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, resiko perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada An. V yaitu, manajemen cairan, monitor cairan, perawatan
demam, pencegahan perdarahan, manajemen nyeri.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dari tanggal 12 April-16
April 2019. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan
pada implementasi keperawatan.
5. Hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Diagnosa keperawatan pada An. V yaitu kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif teratasi sebagian pada hari ke 5,
hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme teratasi pada
hari ke 4, resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia teratasi pada
hari ke 5, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi sebagian
pada hari ke 5
64
65
B. Saran
1. Bagi Direktur RS TK III dr. Reksodiwiryo Padang
Melalui Pimpinan RS agar sering dilaksanakan pelatihan secara berkala
penyegaran asuhan keperawatan pada pasien dengan anak dengan DBD
kepada pagawai khususnya perawat. Agar lebih meningkatnya kualitas
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2018. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2017.
(Diakses Pada Tanggal 11 November 2018). Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatra Barat Tahun 2017. Padang: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat.
Galih Anissa, Dkk,2015. Perbedaan Profil Klinis Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) Pada Anak Dan Dewasa.Jurnal Universitas Diponegoro.
Volume 4. No 4. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico (Diakses
Pada tanggal 04 September 2018).
Hidayat, A. Azi. Alimul. (2013). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik
Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika.
Kartika, Ira Iin. (2017). Buku Ajar Dasar- Dasar Riset Keperawatan dan
Pengelolaan Data Statistik. Jakarta: TIM, 2017.
Kementrian Kesehatan RI 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. (Diakses Pada
Tanggal 11 November 2018). Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://www.depkes.go.id
Marni.,S.Kep., Ns., M.Kes,2016.Asuhan keperawatan Anak Pada Penyakit
Tropis.jakarta: Erlangga Medical Series.
Mariana S,dkk,2017.Efektivitas Kompres Air Suhu Hangat Dengan Kompres
Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia Pra-Sekolah Di
Ruang Anak Rs Bethesda Gmim Tomoho.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/17872/17393
(Diakses 20 Mei 2019).
IV. LINGKUNGAN
Rumah: An. V tinggal di lingkungan komplek yang padat penduduk. Keluarga
mengatakan di rumah memakai bak mandi jarang dikuras hanya 1 kali dalam 2
minggu. Halaman perkarangan bersih tidak ada air tergenang dan tidak ada kolam
disekitar rumah pasien, dari tetangga An. V juga tidak ada. Sumber air minum dari
dispenser dan tempat mencuci menggunakan air kran yang berasal dari PDAM,
jamban/WC berada di dalam rumah menggunakan Septic Tank, sampah yang
menampung air seperti kaleng bekas atau botol minum biasanya di kumpulkan
dulu di dalam plastik sampah lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah yang
berjarak 300 meter dari rumah pasien.
e. mata Simetris
Sklera : ikterik
Refleks cahaya: positif
Pupil : isokor
Konjungtiva : anemi
Palpebra : tidak ada edema
Auskultasi : vesikuler
Fadiah Rilwahyuni
163110204
RENCANA KEPERAWATAN
(Hal 157)
Monitor Cairan
Faktor yang
Berhubungan
No MR : 232016