Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut adalah penyakit saluran pernafasan akut

yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhintis, fharyngitis, dan otitis

serta saluran pernafasan bagian bawah seperti : laryngitis, bronchitis, brochiolitis,

dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari. Infeksi saluran

pernapasan atas merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan anak

(Riskesdas, 2013 dalam Muhammad dan Maryatun 2016).

Word Health Organization (2012) dalam Muhammad dan Maryatun,

2017, menyatakan penyakit infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit

utama yang menyebabkan kematian pada bayi dan menempati posisi pertama

angka kesakitan balita. Kejadian infeksi saluran pernapasan atas di negara maju

didominasi oleh virus, sedangkan di negara berkembang sering disebabkan oleh

bakteri seperti S.pneumonia dan H.influenza. Penyakit infeksi saluran pernapasan

atas menyebabkan 4,25 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Infeksi

saluran pernapasan atas juga merupakan penyebab utama penyakit anak-anak dan

pembunuh utama, 20-40% dari semua rawat inap antara anak-anak adalah infeksi

saluran pernafasan akut. Pneumonia menyebabkan hampir 1,6 juta kematian per

tahun pada anak balita dan menjadi pembunuh global terbesar dalam kelompok

umur balita.

Data Riskesdas (2018), menunjukkan penurunan prevalensi infeksi saluran

pernapasan atas berdasarkan diagnosis dan gejala di Indonesia dari 25% pada

1
2

tahun 2013 menjadi 9,3% pada tahun 2018. Prevelensi infeksi saluran pernapasan

atas berdasarkan diagnosis dan gejala di Aceh juga menunjukkan penurunan dari

30% pada tahun 2013 menjadi 9,3% pada tahun 2018.

Keluarga memiliki peran penting dalam melakukan upaya pencengahan

dan perawatan balita yang menderita infeksi saluran pernapasan atas. Ibu memiliki

peranan yang cukup besar dalam mengasuh dan merawat anak yang sakit,

mengingat ibu adalah pengasuh utama anak dalam keluarga. Adapun aktivitas

perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat anak menderita infeksi saluran

pernapasan atas adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit maupun

setalah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam dan tidak

membiarkan anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan

tenggorokan dan meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan

observasi tanda-tanda pneumonia (Nurhadiyah, 2008). Selain itu, upaya

pencengahan penyakit itu penting dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan

imunisasi maupun penghindaran pajanan asap, perbaikan lingkungan hidup dan

sikap hidup sehat (Misnadiarly, 2008 dalam yanti 2012).

Peran perawat menurut Setiadi (2008), bahwa dalam memberikan asuhan

keperawatan kesehatan keluarga, perawat membantu keluarga mengenal

penyimpangan dari keadaan normal tentang kesehatannya, koordinator pelayanan

kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga yaitu berperan dalam

mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik secara berkelompok maupun

individu, fasilitator yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah

dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya, pendidik


3

kesehatan untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi

perilaku sehat, penyuluh dan konsultan yang berperan dalam memberikan

petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.


Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan studi

kasustentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak. H Khususnya An. RM

Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Di Desa Birem Bayeun Kabupaten Aceh

Timur ”.
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan

Keluarga Bapak. H Khususnya An. RM Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Di Desa Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur ”.


C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak. H Khususnya An.

RM Dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Di Desa Birem Bayeun Kabupaten

Aceh Timur ”.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif

meliputi aspek biopsikososial dengan pendekatan proses keperawatan.


2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan Infeksi

Saluran Pernpasan Atas.


b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan Infeksi

Saluran Pernapsan Atas.


c. Dapat menyusun rencana diagnosa keperawatan pada keluarga dengan

ISPA.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan ISPA.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dengan ISPA.
f. Mendapatkan gambaran dalam melaksanakan lima fungsi kesehatan

keluarga.
E. Manfaat
4

1. Manfaat Teoritis

Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan IPTEK dan dijadikan bahan sebagai dasar untuk peningkatan

penerapan ilmu keperawatan ISPA.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dalam merawat pasien ISPA dan juga menambah referensi/

kepustakaan didalam institusi pendidikan.

b. Bagi Keluarga

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman kepada keluarga terutama tentang pentingnya mengetahui

penyebab terjadinya ISPA hingga dapat menurunkan resiko terjadinya

komplikasi.

c. Bagi Puskesmas

Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menambah

wawasan bagi puskesmas dalam membuat kebijakan perawatan pasien

dengan ISPA. Dan membantu menegakkan diagnosa dan pengobatan bagi

pasien ISPA.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)


1. Pengertian
Menurut Nelson (2012), infeksi saluran pernafasan atas adalah

infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,

tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian atas dan bawah secara

simultan atau berurutan.


Sedangkan menurut Amin (2011), dalam Astuti (2017), infeksi

saluran pernafasan atas adalah radang saluran pernafasan bagian atas yang

disebabkan oleh infeksi jasad renik, virus maupun riketsia, disertai radang

parenkim paru. Infeksi Saluran Pernafasan Atas adalah penyakit penyebab

angka absensi tertinggi, lebih dari 50% semua angka tidak masuk sekolah/

kerja karena sakit. Infeksi Saluran Pernapasan Atas bila mengenai saluran

pernafasan bawah, khususnya pada bayi, anak-anak, dan orang tua,

memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa Bronchitis, dan

banyak berakhir pada kematian.


Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh virus atau bakteri.

Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala:

tenggorokkan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering dan berdahak.

Infeksi Saluran Pernafasan Atas selalu menduduki peringkat Pertama dari

10 penyakit terbanyak di Indonesia Kemenkes RI (2014), dalam Astuti

(2017).
2. Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan Atas
Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan Atas menurut Marni (2014).
a. Anatomi
Bagian-bagian dari saluran Pernafasan :

5
6

Saluran Pernafasan bagian atas :


1. Hidung
Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat

di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing-masing

rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping

hidung) anterior dan dibelakang berhubungan dengan bagian farings

(nasofarings).
Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum,

yaitu bagian lebih lebar tepat dibelakang nares anterior dan repirasi.
2. Farings
Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak dibawah dasar

tenggorokkan, belakang dan atas palatum molle orofarings, di

belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan

laringofarings, di belakang larings.


3. Larings
Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke

saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang

dipakai berbicara dan bernyanyi.

4. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 12

cm, meluas dari laring sampai kepuncak paru, tempat bercabang

menjadi bronkus kiri dan kanan. Tetapi terbukanya trakea disebabkan

tunjangan sederatan tulang rawan (16-20 buah) yang terbentuk tapal

kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus).


Saluran Pernafasan bagian bawah :
1. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung-gelembung (gelembung hawa + alveoli), gelembung


7

hawa alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, jika

dibentangkan luar permukaannya.


a. Fisiologi
Pernafasan adalah suatu peristiwa dimana tubuh kita kekurangan

oksigen (O2) dan menghirup O2 dari udara luar tubuh (inspirasi)

melalui organ-organ pernafasan, dan pada saat tubuh kelebihan

karbondioksida (CO2) maka tubuh berusaha mengeluarkan CO2 dengan

cara menghembuskan napas (ekspirasi). Sistem pernafasan berkaitan

dengan pertukaran udara masuk dan keluar paru-paru, trakea dapat

melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembabkan udara yang

masuk.
Menurut Syaifuddin (2011), fungsi pernafasan bagi tubuh kita

adalah pertam, mengambil udara dari luar masuk kedalam tubuh , atau

jaringan. Kedua, mengeluarkan CO2 sisa dari metabolisme sel/jaringan

yang dibawa darah ke paru-paru untuk dibuang melalui proses

pernafasan. Ketiga, melindungi tubuh kita dari kekurangan cairan dan

mengubah suhu tubuh. Keempat, melindungi sistem pernafasan dari

jaringan lain terhadap serangan patogenik, dan tidak kalah pentingnya

yaitu untuk membentuk komunikasi seperti bicara, bernyanyi, berteriak

dan menghasilkan suara.


3. Etiologi
Menurut Nelson (2012), infeksi saluran akut disebabkan oleh virus

dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme sterptokokus dan

difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan

penyakit faring primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian

besar penyakit berasal dari non bakteri.


8

a. Virus sinsisial pernafasan (VSP)


Merupakan salah satu penyebab utama bronkiolitis, kira-kira

meliputi sepertiga dari semua kasus, virus ini penyebab yang lazim

penyakit pneumonia, croup, dan bronkiolitis, juga penyakit demam saluran

pernafasan atas yang tidak terdiferensiasi.

b. Virus Parainfluenza
Menyebabkan sebagian besar kasus sindrom croup tetapi juga

menimbulkan bronchitis, bronkiolitis, dan penyakit demam saluran

pernafasan bawah.
c. Virus Influenza
Tidak memainkan peran besar dalam berbagai syndrome

pernafasan kecuali selama epidemi. Pada bayi dan anak, virus influenza

lebih menyebabkan penyakit saluran pernafasan atas dari pada penyakit

saluran pernafasan bawah.


d. Adenovirus
Menyebabkan kurang dari 10% penyakit pernafasan, sebagian

besar darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. Namun faringitis dan

demam faringokunjungtifitis adalah manifestasi klinis yang paling

seringpada anak-anak. Namun adenovirus kadang-kadang menyebabkan

infeksi saluran pernafasan bawah yang berat.


e. Rhinovirus dan Koronavirus
Biasanya menimbulkan gejala yang terbatas pada saluran

pernafasan atas, paling sering hidung dan merupakan bagian yang berarti

dari syndrome common cold.


4. Patofisiologi Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Proses terjadinya infeksi saluran pernafasan atas menurut Marni

(2014), diawali dengan masuknya bakteri : escherichia coli, streptoccus


9

pneumoniae, chlamidya trachomatis, clamidia pneumonia, mycoplasma

pneumoniae, dan beberapa bakteri lain dan virus : mikrosovirus,

adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza, virus

parainfluenza, rhinovirus, respiratory syncytial virus ke dalam tubuh

manusia melalui partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat

pada sel epitel hidung, dengan mengikuti proses pernafasan maka kuman

tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernafasan, yang

mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya.


Umur mempunyai pengaruh besar terutama pada infeksi saluran

pernafasan atas, saluran pernafasan bawah, anak, dan bayi, akan

memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan

orang dewasa. Terutama penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi

pertama karena virus, pada mereka ini tampak lebih berat karena belum

diperoleh kekebalan alamiah. Pada orang dewasa, mereka memberikan

gambaran klinik yang ringan sebab telah terjadi kekebalan yang diberikan

oleh infeksinya terdahulunya. Pada infeksi Saluran Pernafasan Atas

dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini:


a. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
b. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk-batuk dan

bersin-bersin.
c. Melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah

dicemari jasad renik (hand to hand transmision).


Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus,

melalui bahan sekresi hidung. Virus Infeksi Saluran Pernafasan Atas

terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung dari pada faring.

Dari beberapa klinik, laboraturium, maupun dilapangan, diperoleh


10

kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus

yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang

semula banyak di duga (Amin, 2011 dalam Astuti, 2017).


5. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Marni (2014)
Umumnya infeksi saluran pernafasan atas biasanya ditandai

dengan keluhan dan gejala yang ringan, namun seiring berjalannya waktu,

keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat kalau tidak

segera diatasi. Oleh sebab itu, jika anak/bayi sudah menunjukkan gejala

sakit infeksi saluran pernafasan atas maka harus segera di obati agar tidak

menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal nafas atau bahkan kematian.

Gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam, batuk, hidung

tersumbat, dan sakit tenggorokkan.


6. Pemeriksaan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
a. Gambaran Radiologis
Foto thorax (posterior anterior/lateral) merupakan pemeriksaan

penunjang untuk menegakkan diagnosis. Foto thoraxs saja tidak dapat

secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan

petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia

lobaris tersering disebabkan oleh streptococcus pneumonia,

pseudomanas aeruginosa sering memperlihatkan infilrat bilateral atau

gambaran bronkopneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering

menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun

dapat mengenai beberapa lobus.


b. Pemeriksaan laboraturium.
Pada pemeriksaan laboraturium terdapat peningkatan jumlah

leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang mencapai 30.000/ul, dan


11

pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta

peningkatan laju endap darah. Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.


Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak

diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia, pada saluran

lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (Hartati, 2011 dalam

Febriyanto, 2013).
7. Prosedur Diagnostic Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Menurut Marni (2014), pengobatan berdasarkan usia anak, kondisi

klinis dan kondisi epidemiologi. Untuk penderita infeksi Saluran

Pernafasan Atas yang masih ringan cukup di rawat dirumah dengan

diberikan obat penurunan panas yang biasa di beli di toko obat / apotik,

apabila disertai batuk bisa diberikan obat tradisional berupa ½ sendok teh

jeruk nipis dan ½ sendok teh madu / kecap, bisa diberikan 3-4x sehari, jika

dalam tiga hari belum ada perbaikan, segera bawa kedokter / pusat layanan

kesehatan.
Penanganan yang dilakukan meliputi terapi suportif dan terapi etiologi.

Terapi suportif dengan memberikan oksigen sesuai kebutuhan anak,

meningkatkan asupan makanan anak, mengoreksi keidakseimbangan asam

basa dan elektrolit sesuai kebutuhan anak tersebut. apabila penyebab

Infeksi Saluran Pernafasan Atas belum di ketahui secara pasti dapat

diberikan antibiotik secara empiris, tetapi kalau sudah diketahui secara

pasti, misalnya disebabkan oleh virus maka tidak perlu diberi antibiotik.

Antibiotik yang bisa digunakan untuk mengatasi penyakit Infeksi Saluran


12

Pernafasan Atas bawah ini adalah kottrimoksasol, ampisilin, amoxcilin,

gentamisin, cefotaxim dan eritromisin.

8. Diet Pada Pasien ISPA

Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara menjaga keadaan gizi

agar tetap baik, mencegah anak berhubungan dengan penderita infeksi

saluiran pernapasan atas, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

dan dengan melakukan imunisasi pada anak. Diet yang diberikan pada

penderita infeksi saluran pernapasan atas antara lain yaitu diet berdasarkan

kepadatan makanan (Diet makanan saring dan Diet makanan lunak).

Tujuan dietnya antara lain memberikan makanan dalam bentuk lunak yang

mudah ditelan dan dicerna sesuai dengan kebutuhan gizi dan keadaan

penyakit (Tanti, 2010).

Makanan sehat untuk penderita infeksi saluran pernapasan atas adalah

sebagai berikut, sayuran brokoli, kubis, dan jenis buah-buahan seperti apel,

pisang, alpukat, dan Vitamin itu sangat bagus dikonsumsi oleh penderita

penyakit infeksi saluran pernapasan atas yaitu vitamin A dan C. Hal ini

karena vitamin tersebut nantinya akan membantu mengatasi penyakit

inffeksi saluran pernapasan atas yang sedang di alami oleh Anda. Dan

inilah ada beberapa makanan memiliki kandungan Vitamin A dan C yang

tinggi yaitu jeruk, kiwi, stoberi, nanas, pepaya, jambu biji, mangga dan

yang lainnya (Sursilah, 2018).

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian
13

Menurut Sayekti (1994), dalam Setiadi (2008), keluarga adalah suatu

ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa

yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau

seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik

anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004) mendefinisikan

keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.


2. Ciri-ciri Keluarga
a. Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam

Setiadi (2008), yaitu :


1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara


3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan


4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.
b. Ciri Keluarga Indonesia
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.


3. Tipe keluarga
Tipe keluarga yang dikemukakan Setiadi (2008) terbagi menjadi dua

yaitu :
a. Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
14

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.


2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-nenek, paman-bibi).

b. Modern
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.


2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anak, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.


3) Niddle Age /Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena


sekolah/perkawinan/meniti karier.
4) Dydic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.


5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat dari perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar

rumah.
6) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
15

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.


8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.


9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-

panti.
11) Comunal
Satu rumah terdiri dari atau lebih pasangan yang monogami dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyedian fasilitas.


12) Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi
13) Cohibing Coiple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin
14) Group Marriage Satu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-

anak.

15) Gay and Lesbian family


Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.
4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008) Struktur keluarga menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat, struktur keluarga

terdiri dari bermacam-macam diantaranya :


a. Patrilineal
16

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.
b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.


Struktur keluarga menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi

oleh Friedman dalam Suprajitno (2004) mengatakan ada empat elemen

struktur keluarga, yaitu :


a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat

atau peran formal dan informal


b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan

dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola

komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan

anak, dan anggota lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain unuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.


17

5. Fungsi Pokok Keluarga


a. Fungsi pokok keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008)

secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :


1) Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.


2) Fungsi sosiolisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.


3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan keluarga.


4) Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.


b. Menurut Effendy (1998) dalam setiadi (2008) ada tiga fungsi pokok

keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :


1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhanya.


2) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak

agar kesehatanya selalu dipelihara,sehingga diharapkan menjadikan

meraka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
18

3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa

depannya.
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur dalam

Setyowanti dan Murwani (2008) yaitu:


1) Struktur legalisasi, masing-masing keluarga mempunyai hak yang

sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)


2) Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3) Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka :

mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity)


4) Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan
5) Struktur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa

(permissiveness)
6) Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, sukar berteman)
7) Suasana emosi yang dingin (disfungsi, sukar berteman)
8) Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stres emosional).
6. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1981) dalam Setiadi (2008) membagi lima tugas

keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :


a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu mudah
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga


e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada).


7. Peranan Kelurga
Menurut Setiadi (2008), Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara

normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang


19

diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga

mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.


Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain

adalah :
a. Ayah, sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.


b. Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.


c. Anak, berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.


8. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008) membagi keluarga dalam

delapan tahap perkembangan, yaitu :


a. Keluarga baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak tugas

perkembangan keluarga tahap ini anatara lain:


1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok

sosial
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua).


b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain

adalah :
20

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan)
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3) Membagi peran dan tanggung jawab (begaimana peran orang tua

terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan


4) Konseling KB post partum enam minggu.
5) Menata ruang untuk anak
6) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada

anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan

kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas

perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :


1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggung jawab
7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah,

dan lingkungan lebih luas


2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual
3) Menyediakan aktifis untuk anak
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan

anak
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan

dan kesehatan anggota keluarga.


e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
21

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang

yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi)


2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)
Tugas dalam tahap perkembangan mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri dan menerima kepergiaan anaknya, menata kembali fasilitas

dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,

kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
6) Berperan suami-istri kekek dan nenek
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak-anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah

minat sosial dan waktu santai


2) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
5) Persiapan masa tua/pensiun.
h. Keluarga lanjut usia.
Tugas perkembangan pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap pensiun dengan cara merubah cara hidup
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
4) Melakukan life review masa lalu.
22

Menurut Carter & Mc Goldrick (1989) dalam Setiadi (2008) membagi

keluarga dalam lima tahap perkembangan, yaitu :


a. Keluarga antara (masa bebas / pacaran) dengan usia dewasa muda
b. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
c. Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai usia

sekolah)
d. Keluargaa yang memiliki anak dewasa
e. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
f. Keluarga lansia.
9. Dukungan Sosial Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) menjelaskan

dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial. Jenis dukungan keluarga ada empat,

yaitu :
1) Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit


2) Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan diseminator (penyebar informasi)


3) Dukungan Penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai

sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah

dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga


4) Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan Keluarga
23

Menurut Setyowati dan Murwani (2008), pengkajian adalah suatu tahapan

dimana seseorang perawat mengambil informasi secara terus menerus

terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal yang dikaji dalam keluarga

adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala

keluarga, Alamat dan telepon, Pekerjaan kepala keluarga, Pendidikan

kepala keluarga, Komposisi keluarga, Genogram.


Tapel 2.2
Contoh Format Pengumpulan Data Keluarga
Status Imunisasi
Hub

No Nama JK Kel Umur Pend Polio DPT Hepatiis Ket


BCG Campak
KK

1) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.


2) Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan.


3) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesahatan.


4) Status sosial ekonomi keluarga

Status ekonomi kelurarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status

sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan


24

yang di keluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki

oleh keluarga.

5) Aktivitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan

aktifitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan belum

terpenuhi.
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit

(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang dapat

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.


c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,

peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank

dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.


25

2) Karakteristik tetangga dan komunitas


Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas georafis keluarga


Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.


4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana

keluarga interaksinya dengan masyarakat.


5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas keluarga yang

sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.

Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan

dari anggota keluarga dan fasilitas sosial dari masyarakat setempat.


d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi

orang lain untuk merubah perilaku.


3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara

formal maupun informal.


4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga,

yang berhubungan dengan kesehatan.


e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
26

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.


2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya, dan perilaku.


3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.


4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi kelurga meliputi

berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah

anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga.


5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga meliputi,

sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan dan

papan, keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga, yang termasuk

fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi rekreasi.


f. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a) Stresor jangka pendek adalah stresor yang dialami keluarga dan

memerlukan waktu penyelesaian lebih kurang 6 bulan.


b) Stresor jangka panjang adalah stresor yang dialami keluarga dan

memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan.


g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
h. Harapan keluarga
27

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.


2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar

untuk menetapkan tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dianalis dari hasil

pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi fungsi keluarga dan koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana

perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan

tindakan keperawatan bersama keluarga dan berdasarkan kemampuan dan

sumber daya keluarga (Riasmini, dkk, 2017).

Tabel 2.1 Daftar Diagnosis Keperawatan Keluarga

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan Diagnosis


Keperawatan
Keluarga Domain 1: Kelas 2: 00080 Ketidakefektifan
Promosi Manajemen manajemen
Kesehatan Kesehatan regimen terapeutik
keluarga
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
Kesehatan
00188 Perilaku kesehatan
cenderung
Beresiko
Domain 2: Kelas 1: 00106 Kesiapan untuk
Nutrisi Ingesti meningkatkan ASI
Domain 4: Kelas 5: 00098 Gangguan pemeliharaan
Aktifitas/ Istirahat Perawatan rumah
Diri
Domain 5: Kelas 4: 00222 Ketidakefektifan kontrol
Persepsi/Kognisi Kognisi implus
Kelas 5: 00157 Kesiapan meningkatkan
Komunikasi Komunikasi
28

Domain 7: Kelas 1: Peran 00061 Ketegangan peran pemberi


Hubungan caregiver asuhan
Peran 00062 Resiko ketengangan peran
pemberi
Asuhan
00056 Ketidakmampuan menjadi
orang tua
00164 Kesiapan meningkatkan
peran menjadi orang tua
Resiko ketidakmampuan
00057 menjadi orang tua

Kelas 2: 00058 Risiko gangguan


Hubungan perlekatan
Keluarga 00063 Disfungsi proses keluarga
Gangguan proses keluarga
00060 Kesiapan meningkatkan
proses
00159 Keluarga

Kelas 3: Performa 00223 Ketidakefektifan hubungan


peran Kesiapan meningkatkan
00207 hubungan
Resiko ketidakefektifan
00229 hubungan
Konflik peran orang tua
00064 Ketidakefektifanperforma
00055 peran
Hambatan interaksi sosial
00052
Domain 9: Kelas 2: 00074 Penurunan koping keluarga
Koping/Toleransi stres Respon Ketidakmampuan koping
Koping 00073 keluarga
Kesiapan meningkatkan
00075 koping
Keluarga
Ketidakefektifan
00199 perencanaan aktifitas
Resiko ketidakefektifan
00226 perencanaan aktifitas
Hambatan penyesuain
00210 Resiko hambatan
00211 penyesuaian
Kesiapan meningkatkan
00212 Penyesuaian
Domain 10: Kelas 3: 00083 Konflik pengembalian
Prinsip hidup Nilai/keyakinan keputusan
Aksi kongruen 00169 Hambatan religiositas
00170 Resiko hambatan
religiositas
00171 Kesiapan meningkatkan
religiositas
00184 Kesiapan meningkatkan
pengembalian keputusan
29

Domain 11: Kelas 4: 00181 Kontaminasi


Keamanan/proteksi Hazard 00180 Resiko kontaminasi
Lingkungan 00037 Resiko keracunan
Domain 13: Kelas 1: 00113 Resiko pertumbuhan tidak
Pertumbuhan Pertumbuhan proporsional
Perkembangan
Kelas 2: 00112 Resiko keterlambatan
Perkembangan perkembangan
Carers Carers 10027773 Stress pada pemberi
asuhan
10027787 Resiko stres pada pemberi
asuhan
10027721 Gangguan kemampuan
untuk melakukan
keperawatan
10027787 Resiko stres pada pemberi
asuhan
10032270 Resiko gangguan
kemampuan untuk
melakukan perawatan
Emosional/isu 10023370 Gangguan komunikasi
psikologikal 10038411 Gangguan status psikologis
Perawatan keluarga 10029841 Masalah ketenagakerjaan
Gangguan proses keluarga
10023078 Kurangnya dukungan
keluarga
10022473 Masalah dukungan sosial
Masalah hubungan
10022753 Resiko gangguan koping
keluarga
10035744
10032364
Promosi kesehatan Heal promotion 10023452 Kemampuan untuk
mempertahankan
kesehatan
10000918 Gangguan
mempertahankan
kesehatan
10032386 Resiko bahaya lingkungan
Manajemen perawatan 10021994 Kurangnya pengetahuan
jangka panjang tentang penyakit
Medikasi 10022635 Gangguan kemampuan
untuk memanajemen
pengobatan
Perawatan diri 10000925 Gangguan kerumahtangaan
Manajemen 10029792 Kekerasan rumah tangga
Resiko Keselamatan lingkungan
10030233 yang efektif
30

10029856 Masalah keselamatan


lingkungan
10032289 Resiko terjadinya
penyalahgunaan
100323301 Resiko terjadinya
pelecahan anak
10033470
Resiko terjadinya
10032340 pengabaian anak
Resiko terjadinya
10033489 pelecehan lansia
Resiko terjadinya
10015133 pengabaian lansia
10015133 Resiko untuk jatuh
10033436 Resiko terinfeksi
Resko terjadinya
pengabaian
Keadaan sosial 10029860 Masalah finansial
10029887 Tinggal di rumah
10029904 Masalah perumahan
10022563 Pendapatan yang tidak
memadai
10022753 Kurangnya dukungan
sosial

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau

mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi

pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun

dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan

tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan proritas masalah,

tujuan, dan rencana tindakan. Tahap penyusunan perencanaan keperawatan

keluarga sebagai berikut:

a. Menetapkan Prioritas Masalah

Menetapkan prioritas masalah/daignosis keperawatan keluarga adalah

dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari maglaya (2009)


31

Tabel 2.2 Skala Menentukan Prioritas (Maglaya, 2009)

NO KRITERIA NILAI BOBOT

1 Sifat masalah
Skala :Wellness 3
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat


diubah
Skala : 2 2
Mudah 1
Sebagian 0
Tidak dapat

3 Potensi masalah untuk dicegah


Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala :
Segera 2
Tidak perlu 1
1
Tidak dirasakan 0

Skoring :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.


Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu

sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah

untuk dicegah dan menonjolnya masalah.


1) Untuk kriteria pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih

berat diberikan pada masalah aktual karena yang pertama


32

memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan

oleh keluarga.
2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan

untuk menangani masalah


b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga.
c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu.
d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan

dukungan.
3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit

atau masalah.
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk

memeperbaiki masalah.
d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak

aktual dan menjadi parah.


4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan

keperawatan keluarga yaitu:


a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga

diarahkan untuk mencapai suatu hasil.


b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus

benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga


c) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan

masalah yang dapat dipilih oleh keluarga.


d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks

diagnosis keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang

berhubungan.
33

e) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung

jawab keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan

tujuan harus bersama-sama dengan kelua

TABEL 2.3 PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS
DIAGNOSA
TUJUAN DAN RENCANA INTERVENSI
NO KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
KELUARGA
1. Pola nafas tidak efektif Pernapasan dalam batas - Beri posisi yang nyaman
normal, anak bisa (kepala lebih tinggi 30
beristirahat dengan tenang derajat)

- Status respirasi : - Longgarkan pakaian


kepatenan jalan nafas
- Ajarkan dan anjurkan
- Tanda vital tehnik relaksasi napas
dalam
- Perilaku kepatuhan

- Perilaku meningkatkan - Berikan oksigen


kesehatan nasal/sesuai kebutuhan
- Pengetahuan : proses
penyakit - Pantau saturasi oksigen
dengan oksimetri
- Pengetahuan : perilaku
sehat

- Pengetahuan : promosi
34

kesehatan

Bersihan jalan napas - beri posisi yang nyaman,


2 tidak efektif Pasien mempertahankan semi fowler untuk
jalan napas yang paten, memudahkan ekspansi paru.
jalan napas tetap bersih,
anak mampu bernapas - lakukan suction sesuai
dengan mudah. kebutuhan

- ajarkan dan ajurkan anak


untuk batuk efektif bila
memungkinkan

- lakukan fisioterapi dada


pada anak

- jika terjadi takipnea hebat,


puaskan anak untuk
mencengah terjadi aspirasi

- berikan obat ekspektoran


dan bronkodilator
Resiko tinggi infeksi
3. - pakailah sarung tangan
Anak menunjukkan bukti ketika merawat pasien
penurunan gejala infeksi
- ajarkan dan anjurkan untuk
mencengah terjadinya infeksi
dengan cara mencuci tangan,
memakai sarung tangan,
memakai masker, membuang
tisu kotor dan lain sebagainya.

- batasi jumlahb pengunjung,


anggota keluarga, dan periksa
adanya penyakit paru

- kurangi kontak dengan


benda-benda disekitar pasien,
yang kemungkinan
menimbulkan kontaminasi

4. Implementasi Keperawatan Keluarga


35

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada

individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi

yang ditujukan pada individu meliputi :


a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi
d. Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :
a. Meningkatkat kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan,

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.


b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.


c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan.


d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

keluarga seoptimal mungkin.


e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan

keluarga, membantu keluarga menggunakan faasilitas kesehatan yang

ada.
5. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan

evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum


36

berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan

keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan

keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

waktu dan kesediaan klien/keluarga.


Evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan atau pada

akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi

status dan kemajuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari

tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi

meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks

keluarga, membandingkan respon, individu dan keluarga dengan kriteria

hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah serta kemajuan

pencapaian tujuan keperawatan (Riasmini, dkk, 2017).

Anda mungkin juga menyukai