Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN IPTEKS

Dampak Stres Oksidatif Akibat Aktifitas Fisik Terhadap Siklus Menstruasi Atlet Wanita

Novita Sari Harahap

Abstrak
Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan pertahanan antioksidan yang dibentuk dalam tubuh
merupakan awal terjadinya stres oksidatif. Aktifitas fisik konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat
sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot diperkirakan meningkat 100 kali lipat.
Peningkatan konsumsi oksigen ini berakibat meningkatnya produksi radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan sel. Perempuan semakin aktif secara fisik beberapa dekade terakhir ini dan
keterlibatan mereka dalam berbagai bidang olahraga semakin meningkat. Hampir semua jenis dan cabang
olahraga telah diikuti perempuan, baik olahraga prestasi maupun olahraga rekreasi. Gangguan fungsi
reproduksi yang paling sering diamati dan diduga ada kaitannya dengan aktifitas olahraga antara lain
adalah oligomenorrhoe, amenorrhoe, anovulasi dan gangguan pemendekan fase luteal.
Aktifitas fisik dengan intensitas maksimal dan melelahkan, dapat menyebabkan berbagai jenis ganguan
fungsi reproduksi pada perempuan. Besar kecilnya kerusakan sel otot, tergantung pada intensitas latihan.
Kerusakan sel otot dapat bertambah berat, jika terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas
yang dihasilkan pada saat aktifitas fisik intensitas tinggi dengan durasi lama, dengan sistem pertahanan
antioksidan dalam tubuh.

Kata kunci : Stres oksidatif, aktifitas fisik, siklus menstruasi, atlet


.
(Leeuwenburgh & Heinecke, 2001). Menurut Ji
PENDAHULUAN (1999), selama aktifitas fisik maksimal, konsumsi
Manfaat aktifitas fisik bila dilakukan oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali,
dalam keadaan sehat secara teratur dan sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot
menyenangkan, dengan intensitas ringan diperkirakan meningkat 100 kali lipat.
sampai sedang akan meningkatkan kesehatan Peningkatan konsumsi oksigen ini berakibat
dan kebugaran tubuh. Latihan aerobik yang meningkatnya produksi radikal bebas yang
demikian akan memperbaiki dan memperlambat dapat menyebabkan kerusakan sel.
proses penurunan fungsi organ tubuh, serta Perempuan semakin aktif secara fisik beberapa
dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap dekade terakhir ini dan keterlibatan mereka
infeksi. Aktifitas fisik dengan intensitas maksimal dalam berbagai bidang olahraga semakin
dan melelahkan, dilaporkan justru dapat meningkat. Hampir semua jenis dan cabang
menyebabkan berbagai jenis ganguan fungsi olahraga telah diikuti perempuan, baik olahraga
reproduksi pada perempuan (Hartanti et al., prestasi maupun olahraga rekreasi. Gangguan
1999). Besar kecilnya kerusakan sel otot, fungsi reproduksi yang paling sering diamati dan
tergantung pada intensitas latihan. Kerusakan diduga ada kaitannya dengan aktifitas olahraga
sel otot dapat bertambah berat, jika terjadi antara lain adalah oligomenorrhoe,
ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas amenorrhoe, anovulasi dan gangguan
yang dihasilkan pada saat aktifitas fisik pemendekan fase luteal. Tingkat (prevalensi)
intensitas tinggi dengan durasi lama, dengan amenorrhoe sekunder, contohnya, lebih sering
sistem pertahanan antioksidan dalam tubuh. terjadi pada perempuan atlet, teutama pelari
Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan jarak jauh, pesenam dan penari ballet, yaitu
pertahanan antioksidan yang dibentuk dalam berkisar 5 sampai 44%, jauh melebihi angka
tubuh merupakan awal terjadinya stres oksidatif perkiraan untuk perempuan bukan atlet yang
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 89
PENERAPAN IPTEKS

hanya berkisar antara 2 sampai 5%. Selanjutnya, bebas untuk suatu kelompok atom yang
dilaporkan pula bahwa gangguan fase luteal dan membentuk suatu molekul. Perubahan terjadi
anovulasi prevalensinya jauh lebih tinggi pada ketika pada abad ke 20 seorang ilmuwan Rusia,
atlet perempuan yang menekuni olah raga membuat radikal bebas organik pertama dari
berat, yaitu sekitar 42%, jika dibandingkan trifenilmetan, senyawa hidrokarbon yang
dengan atlet yang berlatih dengan porsi ringan, digunakan sebagai bahan dasar berbagai zat
yang hanya kurang lebih 16% (De Souze et al, pewarna. Berdasarkan penelitian para ilmuwan
1998). lainnya, istilah radikal bebas kemudian diartikan
Gangguan-gangguan fungsi reproduksi terkait sebagai molekul yang relatif tidak stabil,
aktifitas fisik maksimal bisa bermuara pada mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
penurunan fertilitas. Misalnya pemendekan fase berpasangan di orbit luarnya. Molekul tesebut
luteal dapat mengakibatkan penurunan tingkat bersifat reaktif dalam mencari pasangan
progesterone darah. Selanjutnya penurunan elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuh
tingkat progesterone ini dapat menimbulkan maka akan terjadi reaksi berantai yang disebut
gangguan proses implantasi dan pemeliharaan peroksidasi lipid dan menghasilkan radikal bebas
konseptus yang berdampak negative terhadap baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah.
penampilan reproduksi perempuan secara (Cuzzocrea et al., 2001)
keseluruhan. Pemendekan fase luteal ini tidak Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel
selalu disertai dengan perubahan panjang siklus tubuh secara konstan menjadi senyawa yang
mnestruasi, tetapi secara klinis, pemendekan sangat reaktif, dikenal sebagai senyawa reaktif
fase luteal berhubungan dengan fungsi oksigen yang diterjemahkan dari reactive
abnormal korpus luteum yang menyebabkan oxygen species (ROS), satu bentuk radikal bebas.
produksi progesterone menjadi tidak memadai. Perisitiwa ini berlangsung saat proses sintesa
Karena itu, perubahan fase ini juga bisa energi oleh mitokondria atau proses
mengakibatkan asinkronisasi pertumbuhan detoksifikasi yang melibatkan enzim sitokrom P-
folikel, terganggunya pematangan oosit dan 450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini
diferensiasi fungsi endometrium yang pada merupakan konsekuensi logis dalam kehidupan
akhirnya akan menurunkan produktifitas siklus aerobik. Sebagian ROS berasal dari proses
dan meningkatkan laju kehilangan embrio yang fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya
bermuara pada infertilitas dan aborsi spontsn adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan
(Loucks, 1986; Ginsburg, 1992). lingkungan (emisi kendaraan bermotor dan
Gangguan fungsi reproduksi akibat aktifitas fisik industri, asbes, asap rokok, dan lain-lain), radiasi
maksimal seperti yang dijelaskan diatas ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta
berhubungan sangat erat dengan penurunan paparan zat kimia (termasuk obat) yang bersifat
fungsi sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium mengoksidasi. Ada berbagai jenis ROS,
dan/atau sumbu hipotalamus-hipofisis-korteks contohnya adalah superoksida (O2 ‾ ),
adrenal (Sundgot-Borgen, 2000). Berbagai hidroksil (OH‾), alkoksil (RO‾), peroksil (ROO‾)
penelitian mengungkapkan terjadinya dan hidroperoksil (ROOH). (Cuzzocrea et al.,
penurunan tingkat LH darah pada atlet 2001)
perempuan penderita anovulasi, defisiensi atau Pada kenyatannya, segala sesuatu dalam hidup
pemendekan fase luteal (Veldhuis et al, 1985). ini memang diciptakan sang pencipta alam
secara seimbang. Sistem defensif dianugerahkan
STRES OKSIDATIF terhadap setiap sel berupa perangkat
Sampai permulaan abad ke 20, tidak seorangpun antioksidan enzimatis (glutathione, ubiquinol,
percaya bahwa suatu senyawa bernama radikal catalase, superoxide dismutase,
bebas dapat berada dalam keadaan bebas. Para hydroperoxidase, dan lain sebagainya).
ilmuwan masih menggunakan istilah radikal Antioksidan enzimatis endogen ini pertama kali
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 90
PENERAPAN IPTEKS

dikemukakan oleh Mc Cord dan Fridovich yang kapasitas sistem pertahanan antioksidan.
menemukan enzim antioksidan alami dalam Radikal bebas ini dapat menyerang membran sel
tubuh manusia dengan nama superoksida sehingga mengakibatkan kerusakan sel-sel otot
dismutase (SOD). Hanya dalam waktu singkat dan tulang yang aktif bekerja. Kelelahan dan
setelah teori tersebut disampaikan, selanjutnya nyeri pada otot yang aktif yang sering
ditemukan enzim-enzim antioksidan endogen menyertai aktifitas fisik yang berat dan
lainnya seperti glutation peroksidase dan melelahkan, merupakan tanda paling jelas
katalase yang mengubah hidrogen peroksidase adanya kegiatan radikal bebas. (Cooper, 2000)
menjadi air dan oksigen. (Cooper, 2000) Mekanisme terbentuknya radikal bebas selama
Sebenarnya radikal bebas, termasuk ROS, aktifitas fisik maksimal ada 2 cara. Pertama
penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh disebabkan lepasnya elektron superoksida dari
yang normal dalam memerangi peradangan, mitokondria. Pada saat aktifitas fisik maksimal
membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus terjadi peningkatan konsumsi oksigen sampai 20
otot polos pembuluh darah dan organ-organ kali, bahkan dalam otot dapat mencapai 100
dalam tubuh kita. Namun bila dihasilkan kali. Penggunaan oksigen yang berlebih ini dapat
melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan memicu pembentukan radikal bebas di berbagai
seluler, maka dia akan menyerang sel itu sendiri. jaringan tubuh. Selama aktifitas fisik maksimal,
Struktur sel yang berubah turut merubah pengeluaran radikal bebas terutama
fungsinya, yang akan mengarah pada proses superoksida dapat meningkat dalam
munculnya penyakit. (Cooper, 2000) mitokondria, atau pusat-pusat energi di dalam
Stres oksidatif (oxidative stress) adalah sel. Kedua, terbentuknya radikal bebas selama
ketidakseimbangan antara radikal bebas aktifitas fisik maksimal, erat hubungannya
(prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dengan proses iskemia-perfusi. Pada saat
dua kondisi umum: kurangnya antioksidan dan aktifitas fisik maksimal, terjadi hipoksia relatif
kelebihan produksi radikal bebas. Dugaan sementara di jaringan beberapa organ yang
bahwa radikal bebas tersebar di mana-mana, tidak aktif seperti ginjal, hati dan usus. Hal ini
pada setiap kejadian pembakaran seperti untuk kompensasi peningkatan pasokan darah
merokok, memasak, pembakaran bahan bakar ke otot yan aktif dan kulit. Disamping itu selama
pada mesin dan kendaraan bermotor. Paparan aktifitas fisik dengan intensitas tinggi dengan
sinar ultraviolet yang terus-menerus, pestisida denyut nadi 80-85% denyut nadi maksimal,
dan pencemaran lain di dalam makanan kita, serabut otot menjadi relatif hipoksia, karena
bahkan karena aktifitas atau olah raga yang pada saat otot berkontraksi dengan kuat,
berlebihan, menyebabkan tidak adanya pilihan memeras pembuluh darah intramuskular di
selain tubuh harus melakukan tindakan bagian otot yang aktif, akibatnya terjadi
protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi penurunan aliran darah ke otot yang aktif untuk
"gempuran" radikal bebas adalah dengan sementara. Setelah selesai aktifitas fisik, darah
mengurangi paparannya atau mengoptimalkan dengan cepat kembali ke berbagai organ yang
pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan. kekurangan aliran darah tadi, sehingga terjadi
(Claudia dan Alvaro, 2004) perfusi yang dapat menyebabkan sejumlah
Pada keadaan normal, radikal bebas terbentuk radikal bebas turut dalam sirkulasi. (Cooper,
sangat perlahan, 5% dari konsumsi oksigen akan 2000)
membentuk radikal bebas kemudian dinetralisir Sumber utama produksi senyawa oksigen reaktif
oleh antioksidan yang ada dalam tubuh. Namun (ROS) selama aktifitas fisik adalah sebagai
jika laju pembentukan radikal bebas sangat berikut :
meningkat melebihi 5% karena terpicu oleh 1. Rantai transfor elektron mitokondria,
aktifitas yang berat dan melelahkan, jumlah terutama pada komplek 1 (NADH-ubiquinone
radikal bebas akan melebihi kemampuan
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 91
PENERAPAN IPTEKS

reductase) dan komplek 3 (Ubiquinone- lebih besar dan lebih berotot disbanding
cytochrome c reductase), dengan perempuan (Vander et al.,2001).
yaitu tempat pembentukan radikal superoksida Sejalan dengan perbedaan ukuran tubuh
dan hydrogen peroksida. tersebut, beberapa aspek fisiologis tubuh
2. Jalur xanthin oxidase melalui mekanisme perempuan pun menjadi berbeda dari laki-
iskemia-reperfusi jantung. Selama iskemia, ATP laki. Contohnya, perempuan secara umum
diubah menjadi AMP. Jika suplai oksigen kurang memiliki ukuran jantung, volume darah,
AMP akan diubah menjadi hypoxanthin yang kandungan hemoglobin, nilai VO2 maksimal
selanjutnya diubah menjadi xanthin dan asam (VO2max),stroke volume dan luaran jantung
urat oleh xanthin oxidase, yang akhirnya maksimal (maximal cardiac output) yang lebih
membentuk radikal superoksida. kecil, tetapi memiliki rata-rata laju denyut
3. Neutrofil dan respon inflamasi, yang jantung (pada tingkat latihan sub maksimal) dan
merupakan sumber sekunder produksi ROS massa total lemak lebih besar jika disbanding
selama periode recovery setelah latihan fisik dengan laki-laki (Vander et al.,2001).
berat. Konsekuensi dari perbedaan-perbedaan morfo-
4. Katekolamin, yaitu pada latihan fisik jangka fisiologi tersebut maka kedua seks juga
panjang. Pada latihan ini terjadi peningkatan menunjukkan adanya perbedaan kecil dalam hal
metabolisme oksidatif yang melalui aktivasi respons atau adaptasi fisiologis terhadap
reseptor ß-adrenergik menyebabkan produksi kegiatan olahraga.Contohnya, atlet perempuan
ROS mitokondria meningkat. (Rohimah, 2005) dapat memproleh kekuatan yang besar melalui
latihan kekuatan walaupun kekuatan yang
PENAMPILAN ATLET LAKI-LAKI DAN ATLET didapatkan tersebut biasanya tidak di ikuti
WANITA dengan peningkatan yang besar dalam
Setelah pubertas, karena adanya jumlah otot (muscle bulk). Demikian juga
perbedaan aktivitas hormonal, laki-laki dan dalam hal kemampuan (performansi) dalam
perempuan menjadi berbeda, terutama dalam bidang olahraga, khususnya atletik, perempuan
hal ukuran dan komposisi tubuh. Pubertas di memiliki catatan rekor rata-rata 10% sampai
awali oleh aktifnya kelenjar hipofisis anterior 13% di bawah rekor laki-laki.
memproduksi dan mensekresi hormone FSH
(follicle-stimulating hormone) dan LH SIKLUS MENSTRUASI PADA ATLET WANITA
(Luteinizing hormone). Dalam jumlah yang Seperti diketahui, ada tiga fase ( tahap) utama
memadai, kedua hormone ini bekerja siklus menstruasi atau siklus uterus, yaitu
menstimulasi gonad,yaitu ovarium pada tahap mensis,tahap proliferasi dan tahap
perempuan atau testis pada laki-laki, untuk sekresi. Tahap mensis (menstruasi)adalah
berkembang dan mulai bersekresi steroid seks tahap dimana terjadi peluruhan dinding uterus
yaitu estrogen atau testosterone. Estrogen (endometrium)yang di tandai dengan adanya
akan mempengaruhi dan menimbulkan perdarahan. Tahap pertama ini memakan waktu
pelebaran pelvis, merangsang perkembangan selama 4 sampai 5 hari. Tahap kedua, atau
kelenjar air susu, dan meningkatkan tahap proliferasi, merupakan tahap perbaikan
penimbulan lemak terutama pada bagian paha dinding uterus yang di tujukan untuk
dan pinggul. Testoteron menyebabkan mempersiapkan uterus menerima konseptus
peningkatan pembentukan tulang yang hasil fertilisasi. Selama tahap ini uterus
berakibat pada tumbuhnya tulang yang mengalami penebalan akibat terjadinya
besar serta meningkatkan sintasis protein yang proliferasi sel-sel endometrium secara kontinu,
bermuara pada peningkatan massa otot. sementara di dalam ovarium terjadi
Akibatnya, laki-laki pascapuber akan menjadi pertumbuhan dan pematangan satu
folikel.konsekuensi dari pertumbuhan dan
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 92
PENERAPAN IPTEKS

pematangan folikel ini adalah meningkatkan binaraga,dan lain-lain. Gangguan siklus seperti
sintesis dan sekresi estrogen. Tahap proliferasi ini dikenal dengan nama amenorrhea sekunder.
memakan waktu lebih kurang 10 hari dan Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
berakhir persis setelah terjadinya pelepasan prevalensi amenorrhea sekunder dan
ovum dari ovarium (ovulasi). kedua tahap oligomenorrhea pada atlet perempuan berkisar
pertama dari siklus uterus ini bersesuaian 5% sampai 40% atau lebih, tergantung jenis
dengan tahap folikuler siklus ovarium. Tahap olah raga yang diikutinya. Angka ini jauh lebih
ketiga atau tahap terakhir, yaitu tahap sekresi, tinggi dari taksiran normal pada populasi umum,
ditandai dengan terjadinya peningkatan yaitu berkisar antara 2% sampai 3% (untuk
ketebalan,peningkatan jumlah pembuluh darah amenorrhea) dan 10% sampai 12% (untuk
dan suplai nutrisi pada dinding uterus yang di oligomenorrhea) (Feicht et al., 1978; Dale et al.,
persiapkan untuk menerima konseptus 1979; Erdelyi, 1982; Sanborn et al., 1982;
(implantasi). Tahap ini berlangsung selama 10 Sangold & Levine, 1982; Wakat et al., 1982;
sampai 14 hari dan bersesuaian dengan itu, Carlberg et al., 1983; De Souza et al., 1998).
ovarium berada pada tahap luteal (karena folikel Namun demikian perlupula dicatat bahwa
yang kehilangan ovum pada saat ovulasi banyak perempuan amenorrhea yang dapat
sekarang di namakan korpus luteum) yang di memperoleh kehamilan, dan ini menunjukkan
tandai dengan terjadinya sekresi progesterone bahwa ovulasi (dan dengan demikian fertifitas)
sebagai tambahan terhadap sekresi estrogen tidak selalu dipengaruhi oleh ketidak-hadiran
oleh sel-sel folikel yang masih utuh. menstruasi.
Berbagai gangguan (disfungsi) siklus
menstruasi umum ditemukan pada atlet GANGGUAN SIRKULASI TERKAIT OLAHRAGA
perempuan. Walau kemunculan menstruasi Penyebab gangguan sirkulasi terkait kegiatan
yang pertama (menarche) tampaknya lebih olah raga ini kelihatannya bersifat multifaktorial,
lambat pada atlet olahraga tertentu,seperti dan factor-faktor tersebut bias terkait dan saling
senam, namun tidak ada bukti kuat bahwa menjalin satu dengan yang lainnya (Shangold,
kegiatan olahraga yang sangat intensif akan 1982). Dengan demikian, dalam memahami
menunda menarche. Disfungsi siklus menstruasi, mekanisme kerja factor-faktor tersebut evaluasi
di luar siklus normal (eumenorrhea), yang harus dibuat secara menyeluruh dan tidak
dikenal adalah adalah oligomenorrhea dan berdiri sendiri. Beberapa factor yang diduga
amenorrhea, pemendekan fase luteal dan terkait dengan kegiatan olah raga yang
anovulasi (warren & shanta, 2000). menyebabkan gangguan-gangguan sirkulasi
Oligomenorrhea adalah kelainan yang di cirikan reproduksi antara lain adalah latar belakang
oleh jarangnya frekuensi (infrequent) atau gangguan menstruasi sebelumnya, stress
ketidak-teraturan siklus, sedangkan amenorrhea psikologis, kuantitas atau intensitas latihan yang
menunjukkan ketidak-hadiran siklus menstruasi tinggi, berat badan atau total lemak yang
sama sekali. Dikenal dengan dua jenis rendah, keseimbangan nutrisi yang buruk
amenorrhea, yaitu amenorrhea primer dan (defisit energi) dan gangguan makan, usia
amenorrhea sekunder. Amenorrhea primer ginekologis atau tingkat kematangan reproduksi,
adalah suatu kelainan dimana perempuan status hormonal( Shangold, 1982; Loucks &
berusia 18 tahun atau lebih tidak pernah Horvath, 1985; Loucks, 1986; Fruth & Worrell,
mengalami siklus menstruasi. Beberapa atlet 1995; Broso & Subrizi, 1996; Wilmore & Costill,
perempuan yang pada mulanya memiliki siklus 1999)
normal kemudian diketahui mengalami absensi
siklus selama berbulan-bulan bahkan bertahun- PENUTUP
tahun setelah menjalani latihan olahraga Aktifitas fisik dengan intensitas maksimal dan
tertentu secara intensif, seperti balet, senam, melelahkan, dapat menyebabkan berbagai jenis
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 93
PENERAPAN IPTEKS

ganguan fungsi reproduksi pada perempuan. COOPER, K. H. (2000) Antioxidant Revolution,


Besar kecilnya kerusakan sel otot, tergantung Tennessee, Thomas Nelson Publishers.
pada intensitas latihan. Kerusakan sel otot dapat
bertambah berat, jika terjadi ketidakseimbangan CUZZOCREA, S., RILEY,D.P., CAPUTI,A.P.,
antara jumlah radikal bebas yang dihasilkan SALVEMIN,D. (2001) Antioxidant
pada saat aktifitas fisik intensitas tinggi dengan Therapy: A New Pharmacological
durasi lama, dengan sistem pertahanan Approach In Shock, Inflamation, And
antioksidan dalam tubuh. Ischemia-Refurfusion Injury.
Berbagai gangguan (disfungsi) siklus menstruasi Pharmacological Reviews, 53, 135-159.
umum ditemukan pada atlet perempuan.
Prevalensi amenorrhea sekunder dan FRANDSON, R.D. (1992). Anatomi dan Fisiologi
oligomenorrhea pada atlet perempuan berkisar Ternak, Edisi 4, Cetakan 1. Gajah Mada
5% sampai 40% atau lebih, tergantung jenis University, Yogyakarta, hal: 569-570
olah raga yang diikutinya
DALE, E., GERLACK, D.H., WILHITE, A.L. (1979)
Daftar Pustaka Menstrual dysfunction in distance
ADAM, G. M. (2002) Exercise Physiology, runners. Obstet.Gynecol., 54: 47-53
Laboratory Manual, New York,
McGraw-Hill Companies Inc. DE SOUZA, M.J., VAN HEEST, J., (2003) Luteal
phase deficiency in recreational
ALESSIO, H. M. (1993) Exercise-Induce Oxidative runners : evidence for a
Stress. Medical Science Sports hypometabolic state. J. Clin.
Exercise, 25, 218-224. Endocrinol. Metab., 88: 337-346

BOMPA, T. O. (1990) Theory and Methodology DOYLE, J. A. (1997) Exercise and Physical Fitness.
of Training, Toronto, Ontorio Canada, Departement of Kinesiology and
Kendall/Hunt Publishing Company. Health at Georgia State University.

BROOKS, G. A. & FAHEY, T. (1995) Exercise FEICHT, C.B., JOHNSON, T.S., MARTIN, B.J.,
Physiology: Human Bioenergytic and (1978) Secondary amenorrhoe in
its aplication, New York, John Willey athletes. Lancet, 2: 174-192
and Sons.
FOX, E. L., BOWERS,R.W., FOSS,M.L. (1993) The
BROSO, R., SUBRIZI,R. (1996). Gynecologic Physiological Basis For Exercise And
problems in female athletes. Minerva Sport, USA, Brown & Benchmark Publ.
Gynecol., 48:99-106
FRUTH, S.J., WORRELL, T.W. (1995) Factors
CALBERG, K.A., BUCKMAN,M.T (1983) High associated with menstrual
frequency of luteal phase deficiency irregularities and decreased bone
and anovulation in relatioanal women mineral density in female athletes.
runners. J. Clin. Endocrinol. Metab., J.Orthop.Sports Phys. Ther., 22: 26-38
83:4220-4232
GUYTON&HALL (1997) Fisiologi Kedokteran,
CLAUDIA, D. S., ALVARO,R.O (2004) Oxygen Free Jakarta, EGC.
Radicals And Exercise. Rev Bras. Sport,
10, 674-704. HARJANTO (2005) Petanda Biologis dan Faktor
Yang Mempengaruhi Derajat Stres
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 94
PENERAPAN IPTEKS

Oksidatif Pada Latihan Olahraga developmental toxycology, In:


Aerobik Sesaat. Penelitian Principles and methods of toxicology >
eksperimental Laboratoris. New York: Raven PressLtd., P.311-359

HARTANTI, M., PARDEDE,H., KODARIAH,R. MOREHOUSE, L. E., & MILLER,A.T. (1976)


(1999) Kadar Immunoglobulin A Dalam Physiologi Of Exercise Saint Louis, C.V.
Air Liur Atlet Pasca Pertandingan. Mosby Company.
Majalah Kedokteran Indonesia.
OZASLAN, M., AYTEKIN,T., KILIC,I.H.,
INA, M., AKYUZ,F, TURGUT,A, AND BOZKURT,A.I., GULDUR,E., CENGIZ,B.,
GETSFRIDWAR (2001) Effect of Aerobic BAGCI,C. (2004) The Effect Of Vitamin
and Anaerobic Metabolism on Free C Supplementation On Leucocyte
Radical Generation Swimmers. Counts And Exercise Performance.
Medical Science Sports Exercise, 33, Journal of Exercise Physiology, 7.
564-67.
PUTZ,R., and PABST, R. (1999), Sobotta : Atlas
JAWI, I. M. (2001) Gambaran Histologis Lien Dan anatomi manusia, Bagian 2, edisi 20
Jumlah Limfosit Darah Tikus Putih Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Setelah Overtraining. Ergonomics And Jakarta. Hal:140
Sport Physiology Seminar. Denpasar-
Bali. ROWBOTTOM, D. G., KEAST,D, MORSON A.D
(1998) Monitoring and Preventing of
JI, L. (1999) Antioxidant And Oxidative Stress In Overreaching and Overtraining in
Exercise. Proceedings Of The Ciciety Endurance athletes. In Overtraining in
For Experimental Biology And Sport USA, Human Kinatics Publisher
Medicine. Inc.

JUNQUEIRA, L.C, 1997. Histologi Dasar. Edisi 8. SANBORN, C.F., MARTIN, B.J., WAGNER Jr.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, W.W. (1982) Is athletic amenorrhoe
Jakarta, hal 434 - 440 specific to runners ? Am.J.Obstet.
Gynecol., 143: 859-861
LEEUWENBURGH, C., HEINECKE,J.W. (2001)
Oxidative Stress And Antioxidant In SHANGOLD, M.M. (1982) Menstrual irregularity
Exercise Cuurent Medical Chemistry, in athletes : basic principles evaluation
8, 829-838. and treatment. Can J. Appl. Physiol.,
25 :35-54
LESMANA, S. I. (2002) Prinsip Dasar Cedera
Olahraga. SHERWOOD, L. (1996) Fisiologi Manusia Dari Sel
Ke Sistem, Jakarta, EGC.
LUMBANGAOL, A.Y, 2007. Pengaruh Kegiatan
Olahraga Berat Terhadap Siklus Estrus SOEMPENO, B. (1981) Metode Sederhana
dan Penampilan Reproduksi Mencit Olahraga Supaya Tetap Sehat Dan
(Mus musculus), Tesis S2, Pascasarjana Segar. Makalah Simposium Forum Dan
USU, Medan. Panel-Forum Kesehatan Olahraga.
Yogyakarta.
MALOLE, M., PRAMONO (1989) The methods for
assessing female reproductive and
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 95
PENERAPAN IPTEKS

SUGANDI E, SUGIARTO. Rancangan Percobaan


Teori dan Aplikasi. Andi Offset
Yogyakarta, 1994: 8, 24

TORTORA, G. J., GRABOWSKI, S.R., (2003)


Principles Of Anatomy And Physiology
Philadelphia, John Willey And Son, Inc.

VANDER, A., SHERMAN, J., LUCIANO, D. (2001)


Human Physiology : The mechanism of
body function. Boston : McGraw Hill,
p.649-685

VILLE, C.A, (1999), Zoologi Umum. Edisi keenam.


Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal:149

WAKAT, D.K., SCHNEIDER, J.E., LI, H.Y (1996)


Control of fertility by metabolic . Am J
Physiolo, 270 : 1-19

WIDMANN, F. K. (1983) Clinical Interpretation Of


Laboratory Test Philadelphia, Davis
Company.

WILMORE, J.H., COSTILL, D.L (1999) Physiology


of sport and exercise. Champaign :
Human Kinetics, p. 571-606

JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014 96

Anda mungkin juga menyukai