Cindy Fenita Mangindaan PDF
Cindy Fenita Mangindaan PDF
Cindy Fenita Mangindaan PDF
SKRIPSI
OLEH
CINDY FENITA MANGINDAAN
NIM. 10011181320006
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya
OLEH
CINDY FENITA MANGINDAAN
NIM. 10011181320006
ABSTRAK
Pekerjaan pada confined space merupakan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi.
Salah satu penyumbang angka kecelakaan kerja pada pekerjaan di confined space
terjadi saat kegiatan perbaikan. Turnaround merupakan kegiatan rutin yang
memiliki risiko tinggi yang dilakukan di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dimana
pada kegiatan ini dilakukan berbagai perbaikan alat-alat produksi. Meskipun telah
dilaksanakan manajemen risiko, masih ada 2 kasus kecelakan kerja yang terjadi
saat kegiatan turnaround di tahun 2015, oleh karena itu dilakukan penilaian risiko
pada perbaikan vessel saat kegiatan turnaorund. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian kualitatif, dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) untuk
proses identifikasi risiko, tabel penilaian risiko semikuantitatif AS/NZ 4360:1999
untuk analisis risiko dan level risiko semikuantitatif Cross (1988) untuk evaluasi
risiko. Hasil identifikasi risiko menunjukkan bahwa ditemukan 54 risiko pada
kegiatan penggantian stripper dan 59 risiko pada kegiatan penggantian carbamat
condensor. Hasil analisis risiko menunjukkan terdapat 27 risiko dengan tingkat
risiko very high, 1 risiko dengan tingkat risiko priority 1, 14 risiko dengan tingkat
risiko substansial, 2 risiko dengan tingkat risiko priority 3 dan 10 risiko dengan
tingkat risiko acceptable pada kegiatan penggantian stripper dan 33 risiko dengan
tingkat risiko very high, 1 risiko dengan tingkat risiko priority 1,14 risiko dengan
tingkat risiko substansial, 2 risiko dengan tingkat risiko priority 3 dan 9 risiko
dengan tingkat risiko acceptable pada kegiatan penggantian carbamat condensor.
Saran penelitian ini sebaiknya semua aktivitas di lapangan dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku serta dilakukan pengawasan untuk memastikan
penerapan peraturan.
i
Universitas Sriwijaya
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH ENVORIONMENT
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SRIWIJAYA
Skripsi, 20th July 2017
ABSTRACT
Work in confined space is a job that has high risks. One contributor to the number
of work accidents on the work in the confined space is an accident that occurred
during the repairment activities. Turnaround is a high-risk routine activity
conducted at PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang where in this activity carried out
various repairments of production tools. Despite the implementation of risk
management, there were still 2 cases of work accidents occurred during
turnaround activities in 2015, therefore a risk assessment were performed on
vessel repairment during turnaorund activities. This research used qualitative
research design, used Job Safety Analysis (JSA) for risk identification, AS/NZ
4360:1999 semi quantative risk assessment table for risk analysis and Cross’ semi
quantitative risk level (1988) for risk evaluation. The results of risk identification
showed that there were 54 risks in stripper replacement activity and 59 risks on
carbamat condensor replacement activity. The result of risk analysis showed there
were 27 risks with very high risk level, 1 risk with priority 1 risk level, 14 risk
with substantial risk level, 2 risk with priority 3 risk level and 10 risk with
acceptable risk level on stripper replacement activity and 33 risk with very high
risk level, 1 risk with priority 1 risk level, 14 risk with substantial risk level, 2 risk
with priority 3 risk level and 9 risk with acceptable risk level on carbamat
condensor replacement activity. Suggestions from this research are all activities
in the field should be carried out in accordance with applicable regulations and
there should be supervision to ensure the implementation of the regulations.
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Umum
Nama Lengkap : Cindy Fenita Mangindaan
NIM : 10011181320006
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 12 November 1996
Alamat : Jl. Sikam No. 102 RT. 11 RW. 03 Kel/Kec.
Kalidoni Palembang
Email : cindyfenita@gmail.com
HP : 082282688494
Riwayat Pendidikan
2013-2017 : Dept. Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Kesehatan Lingkungan (K3KL), Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya
2011-2013 : SMA Negeri 5 Palembang
2008-2011 : SMP Negeri 29 Palembang
2002-2008 : SD Negeri 200 Palembang
Pengalaman Organisasi
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul : “Penilaian Risiko Keselamatan Kerja
pada Perbaikan Vessel saat Kegiatan Turnaround (TA) Di PT. Pupuk
Sriwidjaja (PUSRI) Palembang Tahun 2017”.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari adanya
kekurangan dan kelemahan yang disebabkan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan segala bentuk dukungan,
bantuan, bimbingan, motivasi serta doanya, sehingga memacu dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya
2. Ibu Dr. Novrikasari, S.K.M.,M.Kes selaku pembimbing satu yang telah
mendampingi, mengarahkan dan memberikan masukan yang sangat
bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan proses bimbingan.
3. Ibu Inoy Trisnaini,S.K.M.,M.KL selaku pembimbing dua yang telah
mendampingi, mengarahkan dan memberikan masukan yang sangat
bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan proses bimbingan.
4. Ibu Elvi Sunarsih, S.K.M., M.Kes selaku penguji satu yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Ibu Ani Nidya Listianti, S.K.M., M.KKK selaku penguji dua yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi.
6. Bapak Ir.H.Maulana Yusuf, M.Sc.,M.T selaku penguji tiga yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi.
7. Mbak Sri Arinda, S.KM selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan dukungan, bimbingan dan saran selama kegiatan penyusunan
skripsi.
8. Mama dan Papa yang selalu memberikan doa dan dukungan moral
maupun materi selama pengerjaan proposal skripsi ini.
vii
9. Alm. Papade, Mamade, Vanny Oktarina, S.T dan Azzahra Aprilia yang
selalu memberikan saran, semangat, serta pencerahan.
10. Dinda Rahma Vinanty, thank you for stick around me through ups and
down. I owe you lots!
11. Manis Manja (Dinda, Tiara, Ria, Syahyahi, Desi, Vivin, Pupu dan Bela),
thank you for being my biggest support system.
12. Faster dan Okidoki, thank you for never turn your back on me.
13. Teman-teman angkatan FKM 2013, thank you for being the best college
friends. I’ll see you guys on top!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran, dan kritik yang membangun sangatlah diharapkan guna lebih
sempurnanya proposal skripsi ini.
Penulis
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Ekslusif ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat : di Indralaya
Pada Tanggal : 25 Juli 2017
Yang Menyatakan,
ix
DAFTAR ISI
x
2.3.1 Definisi Kecelakaan Kerja ................................................................ 9
2.3.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................................. 9
2.4 Confined Space ....................................................................................... 10
2.4.1 Pengertian Confined Space ............................................................. 10
2.4.2 Penggolongan Jenis Confined Space............................................... 11
2.4.3 Jenis Pekerjaan Pada Confined Space ............................................. 11
2.4.4 Bahaya Pada Confined Space .......................................................... 12
2.4.5 Program Confined Space ................................................................. 13
2.5 Immediately Dangerous to Life or Health (IDLH) ................................ 16
2.6 Material Safety Data Sheet (MSDS) ...................................................... 16
2.7 Vessel (Bejana Tekan) ............................................................................ 19
2.7.1 Defini Vessel ................................................................................... 19
2.7.2 Jenis-Jenis Vessel Berdasarkan Posisinya ....................................... 19
2.6.3 Jenis-jenis Vessel Berdasarkan Prosesnya ...................................... 20
2.8 Bekerja Pada Ketinggian ........................................................................ 22
2.8.1 Pengertian Bekerja pada Ketinggian ............................................... 22
2.8.2 Bahaya Bekerja pada Ketinggian .................................................... 22
2.9 Manajemen Risiko .................................................................................. 24
2.9.1 Pengertian Manajemen Risiko ........................................................ 24
2.9.2 Proses Manajemen Risiko ............................................................... 24
2.10 Job Safety Analysis (JSA)....................................................................... 33
2.10.1 Langkah-Langkah melakukan JSA ................................................. 33
2.11 Keabsahan Penelitian ............................................................................. 36
2.12 Kerangka Teori ....................................................................................... 37
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH.............................. 38
3.1 Kerangka Pikir ........................................................................................ 38
3.2 Definisi Istilah ........................................................................................ 38
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 40
4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 40
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 40
4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data ............................................... 41
4.3.1 Jenis Data ........................................................................................ 41
4.3.2 Cara Pengumpulan Data .................................................................. 42
4.3.3 Alat Pengumpulan Data .................................................................. 42
4.4 Pengolahan Data ..................................................................................... 42
4.5 Validasi Data .......................................................................................... 43
xi
4.6 Analisis dan Penyajian Data ................................................................... 43
4.6.1 Analisis Data ................................................................................... 43
4.6.2 Penyajian Data ............................................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 45
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian................................................................... 45
5.1.1 Gambaran Umum PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang ...................... 45
5.1.2 Gambaran Khusus Pabrik PUSRI IB dan Kegiatan Turn Around
(TA) 59
5.1.3 Karakteristik Informan .................................................................... 63
5.2 Langkah Kerja ........................................................................................ 63
5.3 Identifikasi Risiko .................................................................................. 71
5.4 Analisis dan Tingkatan Risiko................................................................ 81
5.5 Evaluasi Risiko ....................................................................................... 92
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 95
6.1 Pembahasan ............................................................................................ 95
6.1.1. Tingkat Risiko Very High ............................................................... 95
6.1.2 Tingkat Risiko Priority 1 .............................................................. 100
6.1.3. Tingkat Risiko Substansial ........................................................... 102
6.1.4. Tingkat Risiko Priority 3 .............................................................. 107
6.1.5 Tingkat Risiko Acceptable ............................................................ 108
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 111
7.1 Simpulan ............................................................................................... 111
7.2 Saran ..................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR ISTILAH
A
Asetilin : bahan bakar yang digunakan untuk pengelasan gas
C
Carbamat Condensor : alat yang berfungsi untuk menghasilkan panas
melalui proses kondensasi gas
Confined Space : ruang yang cukup luas namun memiliki akses
keluar masuk yang terbatas
Consequences : dampak yang ditimbulkan oleh suatu kejadian
D
Drum Vessel : vessel yang digunakan untuk menampung fluida
E
Englufment : terperosok/terjebak
Exposure : frekuensi pemaparan terhadap bahaya
F
Flammable : mudah terbakar
G
Grating : baja yang digunakan sebagai pijakan
H
Handrail : pegangan tangan atau pembatas yang terdapat pada
scaffold
Hot Work Permit : permit yang digunakan untuk jenis pekerjaan yang
berkaitan dengan penggunaan nyala api
I
IDLH : pemaparan terhadap kontaminan di udara yang
mungkin bisa menyebabkan kematian atau efek
samping kesehatan
J
Job Safety Analysis : tools yang digunakan untuk mengidentifikasi
risiko
L
Lower Explosive Limit : batas bawah titik nyala gas explosive
Lower Flammable Limit : batas bawah konsentrasi campuran gas atau uap
yang mudah terbakar di udara
M
Manhole : tempat keluar masuk pekerja di confined space
MSDS : dokumen yang mengandung informasi mengenai
bahan kimia, berupa sifat fisik dan kimiawi, cara
xv
penggunaan, penyimpanan dan pengelolaan bahan
buangan
N
Nozzle : saluran penghubung antar vessel
P
Permissible Explosive Limit : batas pemaparan zat kimia atau agen fisik yang
diizinkan pada karyawan
Platform : alat pendukung scaffold yang berfungsi sebagai
pijakan pekerja
Probability : kecenderungan terjadinya suatu kejadian
Production Separator : vessel yang berfungsi untuk memisahkan proses
produksi
S
Scaffold : konstruksi pembantu untuk pekerjaan diketinggian
Separator Vessel : jenis vessel yang berfungsi untuk memisahkan
bahan yan masuk
Skirt/Leg : penyangga vessel
Stripper : alat pemisah kelebihan amoniak dan menguraikan
amonium karbamat yang tidak terkonversi di reaktor
urea
Swirl : pemisah amoniak di dalam stripper
T
Test Separator : pengukur kadar laju produksi
Torque Wrench : alat yang digunakan untuk melepas dan
mengencangkan baut
Tower Vessel : jenis vessel yang digunakan untuk menyaring dan
memisahkan bahan mentah yang masuk
Turnaround : kegiatan rutin yang dilakukan untuk melakukan
perbaikan alat-alat produksi di PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang
V
Vessel : tempat yang digunakan untuk menyimpan fluida,
baik bertekanan atau tidak bertekanan
Vessel Horizontal : vessel yang posisinya mendatar
Vessel Vertical : vessel yang posisinya berada tegak lurus
W
Work Permit : izin kerja
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sriwijaya
2
tidak mencakup semua insiden yang mengakibatkan cedera serius atau penyakit.
Angka kejadian ini terjadi pada 28 negara dengan melibatkan hampir setiap
kelompok usia. Lebih dari 61% dari insiden (298 orang) terjadi selama kegiatan
konstruksi, perbaikan dan pembersihan (Bakhtiar&Sulaksmono, 2013).
Kecelakaan kerja terkait confined space juga terjadi di Indonesia,
sayangnya belum ada data yang komperhensif. Dalam beberapa tahun terakhir
terjadi cukup banyak kasus kecelakaan kerja terkait confined space yang
mengakibatkan pekerjanya mengalami luka serius atau bahkan kematian. Di
Indonesia, hal tersebut juga terjadi pada industri besar yang dipercaya cukup
profesional di bidangnya (Khair, 2012). Salah satu contoh kejadian kecelakaan
pada confined space di Indonesia terjadi pada 21 November 2016, dua orang
pekerja tewas saat sedang melakukan pengelasan dalam rangka perbaikan tangki
penyimpanan oli di pabrik PT. Tawu Inti Bati (Khumaini, 2016).
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang merupakan salah satu industri non-migas
yang terus mengalami perkembangan. Industri yang bergerak dalam bidang
produksi dan pemasaran pupuk ini terus menerus melakukan pembangunan dan
perbaikan untuk meningkatkan hasil produksi berupa urea dan amonia sebagai
hasil produksi utama. Dalam pelaksanaan proses produksi, PT. Pupuk Sriwidjaja
ditunjang oleh beberapa alat dan mesin salah satunya adalah bejana tekan atau
selanjutnya disebut vessel (PT. Pusri, 2017).
Peningkatan peforma kerja dari vessel serta alat-alat produksi lainnya,
dilakukan dengan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan saat Turnaround
(TA). Turnaround (TA) adalah suatu kegiatan yang melibatkan orang ketiga atau
kontraktor dalam rentang waktu tertentu dimana suatu pabrik atau sebagian dari
pabrik di non-aktifkan secara terencana untuk melaksanakan tindakan
perawatan/pemeliharaan, modifikasi-modifikasi dan proyek-proyek
penyempurnaan. Kegiatan turnaround (TA) merupakan salah satu kegiatan yang
memiliki risiko yang tinggi, karena itu sebelum dilaksanakan kegiatan tersebut
PT. Pupuk Sriwidajaja (PUSRI) Palembang telah melaksanakan proses penilaian
risiko. Meskipun demikian, pada tahun 2015 terjadi 2 kasus kecelakaan kerja yang
menimpa kontraktor selama proses turnaround (TA) (Arif, 2016).
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
dan meskipun telah dilakukan penilaian risiko, 2 kasus kecelakan kerja tetap
selama kegiatan turnaround (TA) pada tahun 2015 (Arif, 2016). Mengingat
perbaikan vessel yang dilakukan saat kegiatan turnaround (TA) yang melibatkan
banyak pihak dan posisi PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) Palembang yang berada
di tengah pemukiman penduduk, maka adanya kecelakaan harus dihindari agar
tidak membahayakan pekerja dan penduduk sekitar yaitu dengan cara melakukan
penilaian risiko keselamatan kerja pada perbaikan vessel saat kegiatan turnaround
(TA) di PT. Pupuk Sriwidajaja (PUSRI) Palembang.
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
1. Lingkungan Sosial
Karakter negatif dapat memperbesar kemungkinan seseorang
berperilaku tidak aman. Karakter seseorang terbentuk dari lingkungan sosial
dan faktor keturunan/ancestry.
2. Kesalahan Manusia
Karakter negatif baik yang diturunkan maupun pengaruh lingkungan,
menjadi penyebab mengapa seseorang berperilaku tidak aman dan mengapa
kondisi tidak aman dapat tercipta.
3. Tindakan Tidak Aman Atau Kondisi Tidak Aman
Tindakan tidak aman dilakukan oleh manusia dan menimbulkan
bahaya mekanikal maupun fisik yang merupakan penyebab langsung
kecelakaan.
4. Kecelakaan
Pada umumnya, kecelakaan yang mengakibatkan cidera disebabkan
oleh jatuh atau terbentur oleh benda yang bergerak.
5. Cidera
Termasuk dalam cidera yaitu terjatuh, terbentur benda bergerak,
terpotong, terbakar, terkena ledakan, terjebak dalam ruang terbatas,
tertimbun, dan tenggelam.
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
d. Bahaya yang bersumber dari sifat material confined space yang dapat
menyebabkan pekerja terpeleset atau tersandung.
e. Bahaya ketinggian pada confined space yang dapat menyebabkan
pekerja terjatuh.
f. Komunikasi yang buruk pada pekerja di dalam confined space dan
pekerja di luar confined space dapat menjadi bahaya pada pekerjaan ini.
g. Bahaya temperatur atau suhu yang terlampau tinggi dapat menyebabkan
penyakit terkait pajanan temperatur berlebih, seperti heat stress dan
dapat berkembang menjadi heat exhaustion, heat cramps, heat stroke
maupun kematian.
h. Bahaya engulfment.
i. Bahaya kebisingan dapat terjadi pada pekerjaan confined space,
khususnya pada pekerjaan confined space yang menggunakan air atau
steam gun bertekanan tinggi, abrasive blasting, needle gunning, scaling
dan grinding.
j. Bahaya tekanan tinggi
k. Bahaya electrical dapat menyebabkan electrical shock yang bersumber
dari kabel yang terkelupas, kegagalan koneksi peralatan dengan sumber
tenaga
l. Bahaya getaran dapat disebabkan penggunaan pneumatic hammer dan
rotary grinders.
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
berbahaya, uji terlebih dahulu konsentrasi oksigen, lalu konsentrasi uap dan
gas yang mudah meledak serta konsentrasi uap dan gas berbahaya.
9. Sedikitnya terdapat satu orang petugas madya wajib ada di luar ruangan
selama kegiatan yang telah diotorisasi tersebut berlangsung.
10. Jika lebih dari satu ruangan yang harus dipantau oleh seorang petugas
madya, maka perlu diatur cara dan prosedur yang dapat memudahkan
petugas madya tersebut merespon keadaan gawat darurat yang terjadi tanpa
meninggalkan tanggung jawabnya pada seluruh ruangan.
11. Penentuan siapa saja pekerja yang akan bertugas (seperti petigas utama,
petugas madya, ahli K3, petugas penguji atau pemantau kondisi udara dalam
ruangan dengan izin khusus tersebut), beri penjabaran masing-masing dan
pelatihan.
12. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk memanggil tim
penyelamat dan tim tanggap darurat untuk mengeluarkan petugas utama dari
confined space, melakukan tindakan tanggap darurat lain yang diperlukan
untuk menyelamatkan pekerja dan untuk mencegah petugas yang tidak
berwenang melakukan penyelamatan.
13. Kembangkan dan implementasikan sistem unutk persiapan, penerbitan,
penggunaan dan pembatalan izin kegiatan.
14. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk mengkoordinasi
kegiatan jika ada beberapa pekerja dari unit kerja berbeda bekerja
bersamaan sebagai petugas utama yang berwenang dalam ruangan, sehingga
tidak saling membahayakan satu sama lain.
15. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk mengakhiri kegiatan
setelah selesai dilaksanakan.
16. Kaji ulang proses kegiatan bila pengurus meyakini langkah-langkah
pencegahan yang dilakukan dalam program untuk ruang terbatas dengan
izin khusus tidak dapat melindungi pekerja dan revisi program untuk
memperbaiki kekurangan yang ada sebelum kegiatan berikutnya diizinkan.
17. Kaji ulang program Permit Required Confined Space yang terdapat
pembatalan izin.
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
1. Informasi umum
a. Tanggal pembuatan
b. Alamat produsen atau suplier
c. Nomor seri CAS (Chemical Abstract Serial Number)
d. Nama kimia
e. Nama perdagangan dan sinonim
f. Nama kimia lainnya
g. Rumus struktur dan rumus kimia
h. Tanda bahaya bahan kimia
2. Informasi tentang komponen berbahaya
a. Batas paparan tiap komponen
b. Komposisi
c. Persen berat
3. Informasi data fisika
a. Titik didih
b. Tekanan uap
c. Kerapatan uap
d. Titik beku atau titik leleh
e. Kerapatan cairan
f. Persen penguapan
g. Kelarutan
h. Penampakan fisik dan bau
4. Informasi tentang data kemudahan terbakar dan ledakan
a. Titik nyala
b. Batas kemampuan terbakar
c. Batas temperatur terendah yang menimbulkan ledakan
d. Batas temperatur tertinggi yang menimbulkan ledakan
e. Media /bahan kimia yang digunakan untuk pemadaman
f. Prosedur khusus untuk pemadaman
5. Informasi tentang data reaktivitas
a. Stabilitas bahan
b. Pengaturan lokasi penempatan bahan
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Universitas Sriwijaya
20
2. Vessel Horisontal
Vessel horisontal merupakan vessel yang posisinya mendatar
dengan menggunakan penyangga jenis saddle. Vessel Horisontal dapat
dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini :
Universitas Sriwijaya
21
2. Drum Vessel
Drum vessel adalah jenis vessel yang digunakan untuk menampung fluida,
baik dari destilator atau condenser. Fluida tersebut selanjutnya
dipompakan menuju proses selanjutnya baik itu menuju pembuangan atau
bahkan ke unit produksi. Yang termasuk di dalam kategori drum adalah
tipe yang digunakan untuk refluxing (mengalirkan kembali), surge, suction
dan jenis pengumpul cairan lainya. Drum Vessel dapat dilihat pada
gambar 2.4 di bawah ini :
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
4. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri
dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara
kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan
api serta tumpahanbahan berbahaya.
5. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan
penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja.
Universitas Sriwijaya
25
MENETAPKAN KONTEKS
PENGENDALIAN RISIKO
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
27
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan skala deskriptif untuk
menggambarkan besaran konsekuensi yang potensial dan kemungkinan
bahwa konsekuensi akan terjadi. Skala tersebut dapat diadaptasikan atau
disesuaikan dengan keadaan, dan uraian yang berbeda dapat digunakan
untuk risiko yang berbeda.
Universitas Sriwijaya
28
b. Analisis Semi-kuantitatif
Dalam analisis semi kuantitatif, skala kualitatif seperti diuraikan
di atas diberi nilai tertentu. Penilaian dengan menggunakan analisis
semi kuantitatif tidak dapat membedakan tiap level risiko dengan tepat,
karena salah satu variabel (konsekuensi atau probability) nilainya
ekstrem (Fitriana, 2012)
Salah satu metode analisis semi kuantitatif adalah kalkulasi risiko
berdasarkan AS/NZ 4360:1999. Terdapat tiga komponen yang
dijadikan kriteria yang dianalisis, yaitu :
1. Tingkat Kemungkinan Bahaya untuk Terjadi (Probability)
2. Frekuensi Terpajan Bahaya (Exposure)
3. Konsekuensi dari Bahaya (Consequnces)
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya
30
c. Analisis Kuantitatif
Universitas Sriwijaya
31
Likelihood Konsekuensi
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (Almost H H E E E
Certain)
B (Likely) M H H E E
C (Moderate) L M H E E
D (Unlikely) L L M H E
E (Rare) L L M H H
Sumber : AS/NZ 4360:2004
Keterangan :
E : Tingkat risiko ekstrim, harus segera ditangani
H : Tingkat risiko tinggi, perlu mendapat perhatian khusus dari manajemen
M : Tingkat risiko sedang, perlu ditunjuk pihak yang bertanggung jawab
untuk menanganinya
L : Tingkat risiko ekstrim, dikendalikan dengan prosedur-prosedur rutin
Tabel 2.5 Level Risiko Secara Semi Kuantitatif dan Tindakan yang Harus
Diambil
Level Risiko Deskripsi Tindakan
> 350 Very High Aktivitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi
hingga mencapai batas yang yang diperbolehkan
atau diterima
180-350 Priority 1 Membutuhkan tindakan penanganan segera
70-180 Substansial Membutuhkan tindakan perbaikan
20-70 Priority 3 Membutuhkan perhatian dan pengawasan secara
berkesinambungan
<20 Acceptable Intensitas yang menimbulkan risiko dikurangi
seminimal mungkin
Sumber: Risk Management Study Notes, Jean Cross, 1998
Universitas Sriwijaya
32
6. Perlakuan Risiko
Perlakuan risiko meliputi pengidentifikasian opsi untuk
memperlakukan risiko, menaksir opsi tersebut, menyiapkan rencana
perlakuan risiko, dan mengimplementasi rencana dimaksud (AS/NZS
4360:2004).
a. Identifikasi Opsi Perlakuan Risiko
Opsi-opsi perlakuan risiko tersebut tidak bersifat mutually-
exclusive (satu risiko satu opsi) atau satu opsi cocok untuk semua
kondisi risiko. Opsi-opsi risiko berdasarkan AS/NZS 4360:2004
meliputi :
a) Menghindari risiko
b) Mengurangi likelihood
c) Mengurangi konsekuensi
d) Memindahkan risiko
e) Menahan risiko
b. Menilai Opsi Perlakuan Risiko
Opsi harus dinilai berdasarkan luasnya pengurangan risiko, dan
besarnya manfaat tambahan atau peluang-peluang yang tercipta,
dengan memperhatikan kriteria yang dikembangkan (mengembangkan
kriteria evaluasi risiko). Sejumlah opsi dapat dipertimbangkan dan
diaplikasi baik secara individual atau dalam kombinasi.
c. Menyiapkan Rencana Perlakuan Risiko
Rencana yang dibuat harus mencakup dokumentasi tentang
bagaimana opsi yang terpilih akan diimplementasi. Rencana
perlakuan harus meliputi identifikasi penanggungjawab, jadwal,
outcome yang diharapkan dari perlakuan, anggaran, ukuran kinerja,
dan proses penelaahan yang harus dijalankan. Rencana juga harus
mencakup suatu mekanisme untuk menaksir implementasi perlakuan
terhadap kriteria kinerja, pihak yang bertanggungjawab dan tujuan-
tujuan lain, dan untuk memantau tahap-tahap pengimplementasian
yang kritikal.
Universitas Sriwijaya
33
Universitas Sriwijaya
34
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
36
Universitas Sriwijaya
37
MENETAPKAN KONTEKS
PENGENDALIAN RISIKO
Universitas Sriwijaya
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
IDENTIFIKASI RISIKO
ANALISIS RISIKO
TINGKATAN RISIKO
EVALUASI RISIKO
38
Universitas Sriwijaya
39
Universitas Sriwijaya
BAB IV
METODE PENELITIAN
40
Universitas Sriwijaya
41
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelusuran kepustakaan, profil
perusahaan, SMK3 PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Surat Izin Kerja
(workpermit), instruksi kerja dan dokumen pendukung lainnya.
45
Universitas Sriwijaya
42
Universitas Sriwijaya
43
Universitas Sriwijaya
44
Universitas Sriwijaya
BAB V
HASIL PENELITIAN
45
Universitas Sriwijaya
46
beroperasi sejak tahun 1963. Kebutuhan pupuk yang terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun dan ketersediaan gas bumi yang berperan sebagai bahan baku
pupuk urea saat itu berada dalam jumlah yang cukup, maka dibangun pabrik baru
yang dikenal dengan PUSRI-II dengan area seluas 15 hektar yang semula
berkapasitas 380.000 ton urea per tahun sejak tahun 1974, yang kemudian
mengalami optimalisasi hingga berkapasitas 570.000 ton per tahun sejak tahun
1994. Pada tahun 1976 dan 1977 dioperasikan pula pabrik baru yaitu PUSRI-III
dan PUSRI-IV dengan kapasitas urea terpasang masing-masing sebesar 570.000
ton per tahun
Kebutuhan urea yang terus mengalami peningkatan menyebabkan adanya
pelaksanaan optimalisasi Pabrik Amonia II, Pabrik Amoniak III dan Pabrik
Amonia IV. Pada tahun 1990 dibangun pabrik baru yaitu PUSRI-IB yang
menggunakan teknologi hemat energi sebagai pengganti PUSRI-I yang dinilai
sudah tidak efisien sehingga pengoperasiannya diberhentikan sejak tahun 1987.
Pabrik IB dirancang dengan kapasitas 570.000 ton urea per tahun dan mulai
beroperasi pada tahun 1994. Dengan pengoperasian PUSRI-IB dan
pengoptimalisasian PUSRI-II, PUSRI-III dan PUSRI-IV maka PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang mempunyai empat pabrik utama dengan total kapasitas
produksi terpasang 2.280.000 ton urea per tahun.
B. Visi, Misi dan Makna Perusahaan
Pada tahun 2012, PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan review
terhadap visi, misi, nilai dan budaya perusahaan. Proses review ini merupakan
penyesuaian atas perubahan posisi perusahaan sebagai anak perusahaan dari PT.
Pupuk Indonesia (Persero) dan lingkup lingkungan bisnis perusahaan pasca spin
off. Dasar pengesahan hasil analisa visi, misi, tata nilai dan makna perusahaan
adalah Surat Keputusan Direksi No. SK/DIR/207/2012 tanggal 11 Juni 2012.
Universitas Sriwijaya
47
Universitas Sriwijaya
48
Universitas Sriwijaya
49
Pada tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa cakupan atau area kecamatan yang
berada di sekitar lingkungan industri PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang cukup luas,
yaitu sebesar 53.500 𝑘𝑚 . Adapun jumlah penduduk yang berdomisili di daerah
tersebut cukup banyak yaitu sebanyak 276.220 jiwa. Berikut adalah gambar peta
situasi pabrik, komplek, perumahan dan kawasan industri PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang :
Universitas Sriwijaya
50
Universitas Sriwijaya
51
Universitas Sriwijaya
52
F. Proses Produksi
1. Pabrik Utilitas
Pabrik utilitas ialah pabrik yang menghasilkan bahan-bahan
pembantu maupun energi yang dibutuhkan oleh pabrik Ammonia dan urea.
Produk yang dihasilkan dari pabrik utilitas ini antara lain sebagai berikut :
a. Air Bersih (Filter water)
Bahan baku pembuatan air bersih adalah air Sungai Musi. Air
sungai dipompakan masuk ke Premix Tank (Floculator) kemudian
dialirkan ke Clarifier (Floc Treator) setelah dari Clarifier, air dikirim
ke Clear Well sebagai penampung air bersih sementara serta sebagai
tempat pengaturan PH. Setelah dari Clear Well disaring di Sand Filter.
Air yang keluar dari Sand Filter adalah merupakan air bersih (Filter
Water) lalu ditampung ke dalam Filter Water Tank.
b. Air Dermin (Dermin Water)
Air bersih (Filter water) dimasukkan ke dalam Carbon Filter yaitu
vessel yang didalamnya diisi dengan karbon aktif yang bertujuan
Universitas Sriwijaya
53
c. Uap Air
Air demin dari tangki penyimpanan, sebelum dialirkan ke boiler,
dialirkan dulu ke deaerator untuk menghilangkan udara dan gas-gas
lain yang terlarut, sehingga dapat mencegah terjadinya korosi. Sebagai
pengikat udara (oksigen) maka ke dalam deaerator diinjeksikan
Hydrazine (N2H4) sehingga bereaksi dengan O2 sebagai berikut :
N2H4 + O2 N2 + 2H2O
Dari deaerator kemudian dialirkan ke boiler (WHB dan PB) untuk
memproduksi uap air pada tekanan 42 kg/cm2 dan suhu 399oC.
Sebagian besar uap air dipakai di Pabrik Urea dan sebagian kecil ke
Pabrik Offsite serta Pabrik Ammonia.
d. Gas Nitrogen
Gas Nitrogen (N2) diproduksi di unit Air Separation Plant (ASP).
N2 tersebut biasanya dipakai untuk memblanket vessel/HE
bertekanan. Nitrogen berada di dalam air dengan cepat akan berubah
menjadi nitrogen organik atau ammonia-nitrogen. Nitrogen organik
diukur dengan metode Kjeldal dengan mengimutkan tahap
pengenceran untuk mengubah nitrogen organik menjadi amonia dan
analisis emonia melalui titrasi. Pemindahan dari nitrogen organi ke
dalam ammonia juga dimasukkan dalam tipe pengolahan air kotor
secara biologis. Ammonia kemudian digunakan oleh bakteri untuk sel
tiruan dengan menghasilkan oksidasi ke nitrit atau nitrat. Nitrit akan
Universitas Sriwijaya
54
Universitas Sriwijaya
55
Universitas Sriwijaya
56
3. Pabrik Urea
Bahan baku pembuatan urea adalah gas 𝑪 dan 𝑯 cair yang
dipasok dari pabrik amoniak. Proses pembuatan urea secara singkat dapat
dilihat melalui gambar berikut :
Universitas Sriwijaya
57
SEKSI
𝑯 SEKSI SINTESA SEKSI PEMBUTIRAN
𝑪 PURIFIKASI
SEKSI
KRISTALISASI
SEKSI
RECOVERY
PEMURNIAN
PRODUK
PROSES KONDENSAT
A. Seksi Sintesa
1) Reaktor Urea
Urea dihasilkan dari reaksi antara 𝑯 dan 𝑪 sebagai
berikut:
2 𝑯 +𝑪 𝑯 𝐶 𝑯 + Q1
𝑯 𝐶 𝑯 𝑯 𝐶 𝑯 +𝑯 – Q2
Dengan kondisi operasi : tekanan = 175kg/𝑐𝑚 , suhu
= C, rasio 𝑯 /𝑪 = 4,0 dan rasio 𝑯 /𝑪 = 0,46.
2) 𝐶 Stripper
Berfungsi sebagai pemisah kelebihan amoniak dan
menguraikan amonium karbanat yang tidak terkonversi di
reaktor urea dengan cara pemanasan menggunakan steam dan
𝐶 Stripping.
3) Carbamat Condenser
Gas dari bagian atas stripper dikondensasikan dan diserap
oleh larutan karbanat di dalam carbanat condenser sehingga
akan menghasilkan panas.
Universitas Sriwijaya
58
4) Scrubber
Berfungsi untuk menyerap gas amoniak dan 𝑪 yang
keluar dari bagian atas reaktor menggunakan larutan karbnat
daur ulang yang berasal dari HPA.
B. Seksi Purifikasi/Dekomposisi
Seksi purifikasi berfungsi untuk memisahkan urea dari hasil
reaksi di seksi sintesin dengan cara mendekomposisikan
ammonium karbonat pada tekanan tersebut dengan reaksi :
𝑯 𝐶 𝑯 𝐶 + 𝐻
Terjadinya reaksi samping hidrolisa urea dan pembentukna
biuret. Dekomposisi dilakukan dalam dua tahap yaitu High
Pressure Decomposer (HPD) pada tekanan 17 kg/𝑐𝑚 dan suhu
C sedangkan Low Pressure Decomposer (LDP) pada tekanan
2,3 kg/𝑐𝑚 dan suhu C.
C. Seksi Recovery
Seksi recovery berfungsi untuk menyerap sisa gas 𝐶 dan 𝐻
yang keluar dari seksi dekomposisi dengan menggunakan air dan
larutan urea di dalam absorber untuk kemudian didaur ulang ke
reaktor urea. Peralatan utama di seksi recovery adalah High
Pressure Absorber (HPA) dan Low Pressure Absorber (LPA).
D. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran
Seksi kristalisasi berfungsi untuk mengolah larutan urea yang
keluar dari decomposter kemudian dikristalisasi di dalam vaccum
crystallizer pada tekanan 73 mmHg dan suhu C, kristal urea
yang terjadi dipisahkan dengan centrifudge dan kemudian
dikeringkan menggunakan udara panas sampai mempunyai
kandungan air kurang dari 0,3%. Untuk menjaga agar kandungan
biuret dalam kristal urea tetap rendah, maka sejumlah larutan
mother liquor yang banyak mengandung biuret didaur ulang
untuk menyerap 𝐻 dan 𝐶 di seksi recovery yang kemudian
Universitas Sriwijaya
59
5.1.2 Gambaran Khusus Pabrik PUSRI IB dan Kegiatan Turn Around (TA)
Pabrik PUSRI IB merupakan pabrik yang dibangun pada tahun 1990 dan
berperan sebagai pengganti Pabrik PUSRI I yang sudah tidak dioperasikan lagi
sejak tahun 1987. Tanggal 15 Januari 1990 merupakan early start date untuk
memulai kegiatan Process Engineering Design Package. Tanggal 1 Mei 1990
merupakan effective date dari pelaksanaan pembangunannya dan diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 22 Desember 1994.
Pabrik PUSRI IB dirancang dengan menerapkan teknologi proses
pembuatan amonia dan urea hemat energi dengan efisiensi 30% lebih hemat dari
Universitas Sriwijaya
60
Salah satu hasil produksi dari PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah
urea. Proses produksi urea yang terbagi menjadi 6 (enam) proses yaitu sintesa,
seksi purifikasi, recovery, kristalisasi dan pembutiran serta pengolahan kondensat
proses tentu saja melibatkan banyak alat. Alat-alat tersebut antara lain, reaktor,
stripper, condensor, scrubber, preheater, compressor, decomposer, absorber
cooler,heat exchanger, absorber, gas separator, melter, blower, induced fan,
crystalizer dan belt conveyer.
Stripper dan carbamat condensor merupakan alat produksi yang berfungsi
dalam proses sintesa. Stripper berfungsi sebagai pemisah kelebihan amoniak dan
menguraikan amonium karbanat yang tidak terkonversi di reaktor urea dengan
cara pemanasan menggunakan steam dan 𝐶 stripping. Stripper tersebut
berdasarkan posisinya tergolong vessel jenis vertical dan berdasarkan prosesnya
tergolong separator vessel. Stripper dioperasikan pada tekanan sedikit di atas
Universitas Sriwijaya
61
tekanan urea dan suhu bagian atas C dan bagian bawah C. Berikut
adalah gambar stripper yang ada di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang :
Universitas Sriwijaya
62
Universitas Sriwijaya
63
Universitas Sriwijaya
64
Universitas Sriwijaya
65
Bongkar Melepaskan
Bongkar
Pasang struktur dan nozzle flange
isolasi nozzle
scaffold grating yang dari sistem
stripper
menghalangi pepipaan
Blind semua
Bongkar
nozzle dengan Pembersihan Membuka
semua swirl
blind stripper manhole
dari stripper
sementara
Bongkar Melepaskan
Bongkar isolasi
struktur dan nozzle flange
Pasang scaffold nozzle CC#1
grating yang dari sistem
dan CC#2
menghalangi pepipaan
Universitas Sriwijaya
66
C. Pengangkatan Alat
Setelah sampai di PUSRI, tahapan selanjutnya adalah proses pengangkatan
stripper dan carbamat condensor ke pondasi. Proses pengangkatan dilakukan
dengan menggunakan crane dengan kapasitas 550 ton untuk pengangkatan dan
crane dengan kapasistas 500 ton untuk penegakan stripper dan carbamat
condensor, seperti pada gambar dibawah ini :
Universitas Sriwijaya
67
Universitas Sriwijaya
68
D. Saat di Pondasi
Setelah stripper dan carbamat condensor diangkat sampai ke pondasi,
langkah selanjutnya adalah menyesuaikan stripper dan carbamat condensor agar
berada pada posisi yang tepat saat berada di pondasi. Setelah dipastikan stripper
dan carbamat condensor berada pada posisi yang sesuai dan telah di pasang pada
setiap pondasi, selanjutnya dilakukan pelepasan tali crane dan pemasangan
kembali stripper dan carbamat condensor pada perpipaan disekitarnya agar
stripper dan carbamat condensor dapat berfungsi seperti semula. Adapun proses
pelepasan tali crane dari stripper dan carbamat condensor terdapat pada gambar
5.14 berikut :
Universitas Sriwijaya
69
Universitas Sriwijaya
70
Mengisolasi
Final Check
peralatan
Untuk CC #1 Untuk CC #2 :
Setting dan
Centering/alignme (EA-101) : potong potong
melepaskan
nt CC#1 dan sambungan piping sambungan piping
sandaran CC#1
CC#2 ke leher nozzle ke nozzle inlet
dan CC#2
26” mix gas 8”
Memeriksan
Mengisolasi
Final Check kekencangan mur
peralatan
dan baut
Universitas Sriwijaya
71
Universitas Sriwijaya
72
Universitas Sriwijaya
73
10. Tutup man hole dengan a. Posisi stripper yang a. Pekerja terjatuh
temporary gasket berada di ketinggian dari ketinggian
b. Grating yang sudah b. Tangan pekerja
banyak di bongkar terjepit
c. Posisi tangan yang
salah saat menutup
man hole
11. Penurunan dan a. Pemasangan tali a. Pekerja terjatuh
pengepakan stripper crane pada stripper dari ketinggian
yang dilakukan b. Stripper
secara manual terlepas dari
b. Posisi stripper yang tali crane
berada di ketinggian c. Pekerja
c. Grating yang sudah tertimpa
banyak di bongkar stripper
d. Keseimbangan tali
crane saat
penurunan dan
penggulingan
stripper
e. Pekerja yang berada
di sekitar lokasi
pengangkatan
f. Posisi pengepakan
stripper yang tidak
tepat
g. Pelepasan tali crane
PEMINDAHAN STRIPPER DARI P.II MENUJU P.IB
12. Pemindahan stripper dari a. Posisi stripper saat a. Stripper
P.II menuju P.IB dipindahkan terlepas lepas
b. Kekuatan dari
pengepakan stripper pengepakan
PENGANGKATAN STRIPPER
13. Modifikasi pengangkatan a. Penggunaan tabung a. Terjadi ledakan
stripper, menandai, gas asetilin dan b. Pekerja terkena
memotong, mengukur oksigen api las
sudut dan penyelesaian
Universitas Sriwijaya
74
Universitas Sriwijaya
75
Universitas Sriwijaya
76
Universitas Sriwijaya
77
Universitas Sriwijaya
78
Universitas Sriwijaya
79
Universitas Sriwijaya
80
Universitas Sriwijaya
81
Universitas Sriwijaya
82
Universitas Sriwijaya
83
Universitas Sriwijaya
84
Universitas Sriwijaya
85
Universitas Sriwijaya
86
Keterangan :
P = probability
C = consequences
E = Exposure
Risk Rating = P x C x E
Universitas Sriwijaya
87
Universitas Sriwijaya
88
Universitas Sriwijaya
89
Universitas Sriwijaya
90
Kejatuhan 6 1 3 18 Acceptable
alat kerja
Universitas Sriwijaya
91
Keterangan :
P = probability
C = consequences
E = Exposure
Risk Rating = P x C x E
Universitas Sriwijaya
92
Gambar 5.10 Daftar Prioritas Risiko dan Tindakan yang Harus Diambil
NO RISIKO TINGKATAN TINDAKAN PENGENDALIAN
RISIKO YANG HARUS YANG DILAKUKAN
DIAMBIL PERUSAHAAN
1. Terjatuh dari Peraturan bekerja pada
ketinggian ketinggian yang tertuang
dalam SMK3,
penyediaan APD, safety
talk, melibatkan pekerja
yang berkompeten dan
JSA
2. Ledakan saat Penyediaan APD, JSA,
pengelasan safety talk, pemilihan
pekerja yang sudah
bersertifikasi dan
memahami cara
Aktivitas melakukan pengelasan
diberhentikan gas, pemberlakuan Hot
sampai risiko bisa Work Permit dan
dikurangi hingga penyediaan alat
Very High mencapai batas pemadam kebakaran di
yang diperbolehkan sekitar area kerja
3. Strippper dan atau diterima Penggunaan crane yang
carbamat sesuai dengan beban
condensor tertentu, pemilihan
terjatuh kontraktor pelaksana
lifting procedure yang
berkompeten, JSA,
safety talk, penyesuaian
lifting procedure, serta
penyediaan APD
4. Pekerja Penyediaan APD, JSA,
tertimpa safety talk, pelaksanaan
stripper atau pekerjaan sesuai dengan
Universitas Sriwijaya
93
Universitas Sriwijaya
94
Universitas Sriwijaya
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan
Secara garis besar, kegiatan penggantian stripper dan carbamat condensor
merupakan kegiatan dengan langkah kerja yang serupa karena lokasi dari stripper
dan carbamat condensor yang berada di ketinggian dan juga pengerjaan dilakukan
pada waktu yang hampir bersamaan. Sehingga, jenis bahaya dan risiko pada
penggantian stripper dan carbamat condensor sebagian besar adalah sama. Secara
umum, langkah kerja penggantian stripper dan carbamat condensor terbagi
menjadi 4, yaitu penurunan, pemindahan, pengangkatan serta pengerjaan saat
berada di pondasi. Hasil evaluasi risiko menggambarkan bahwa risiko-risiko yang
ada pada aktivitas penggantian stripper dan carbamat condensor tergolong
menjadi risiko dengan tingkat very high, priority 1, subtansial, priority 3 dan
acceptable. Setiap risiko tersebut harus dikendalikan sedemikian rupa sesuai
dengan jenis dan tingkatan risikonya agar pekerja dapat melakukan pekerjaan
dengan aman.
95
Universitas Sriwijaya
96
isolasi nozzle, melepas nozzle flange dari sistem pemisahan, membuka man hole,
mengukur sudut dan tepi carbamat condensor, blind nozzle, tutup manhole,
pemasangan tali crane pada stripper dan carbamat condensor, centering alat,
setting dan pelepasan sandaran alat, proses pemasangan baut dan gasket baru,
pengencangan baut pada flange, perubahan jalur piping, penyambungan semua
nozzle flange, penguncian nozzle, inspeksi NDT, penguncian man hole,
pemeriksaan kekencangan mur dan baut, mengisolasi peralatan dan final check.
Hasil analisis risiko menggambarkan bahwa risiko terjatuh dari ketinggian
saat pemasangan scaffold memiliki tingkat risiko very high karena kemungkinan
atau probability terjadinya kejadian tersebut cukup besar dengan nilai 6 (likely).
Hal tersebut disebabkan karena scaffold yang tidak dilengkapi dengan pembatas
(handrail) dan jarak serta ukuran yang tidak sesuai standar. Berdasarkan
penelusuran dokumen perusahaan, diketahui ukuran papan yang digunakan
memiliki lebar 30 cm, sedangkan peraturan yang ada di perusahaan mengharuskan
lebar ukuran papan minimal 60 cm. Ketidaksesuaian ukuran papan platform
tersebut menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan semakin besar. Terbukti
bahwa selama pelaksanaan kegiatan turnaround (TA), ditemukan 2 nearmiss yang
diakibatkan karena papan scaffold yang tidak sesuai dengan ukuran. Hal ini
didukung oleh data Biro Statistik Tenaga Kerja yang dikutip oleh Juliatin, Tarigan
dan Lestari (2012) yang menyatakan bahwa sebesar salah satu sumber penyebab
72% kecelakaan yang menimpa pekerja di tempat kerja yang melibatkan
scaffolding adalah papan yang digunakan sebagai platform. Landasan (base plate)
yang tidak dipasang juga menyebabkan kemungkinan scaffold goyang dan
menyebabkan pekerja terjatuh lebih besar. Padahal, scaffold harus dilandasi
dengan papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan posisi scaffold,
peralatan dan bahan yang digunakan pekerja (Astina, 2015). Selain itu karena
scaffold yang dipasang berada pada ketinggian 15-40 meter sehingga apabila
pekerja terjatuh dari ketinggian dapat menyebabkan cidera serius bahkan kematian
sehingga nilai konsekuensinya (consequences) adalah 50 (disaster). Proses
pemasangan scaffold merupakan proses yang hanya dilakukan pada awal tahapan
kerja sehingga nilai exposure nya adalah 3 (occasionally). Hasil ini serupa dengan
Universitas Sriwijaya
97
penelitian yang dilakukan Fitriana (2012) menjelaskan bahwa risiko terjatuh pada
proses pemasangan scaffold berada pada tingkat risiko vey high.
Risiko terjatuh dari ketinggian tidak hanya terdapat pada proses
pemasangan scaffold saja. Risiko terjatuh dari ketinggian juga terdapat pada
proses pelepasan dan pemasangan stripper ataupun carbamat condensor dari
perpiapaan sekitarnya. Hasil analisis risiko dari risiko terjatuh dari ketinggian
pada proses pelepasan dan pemasangan stripper ataupun carbamat condensor
dari perpiapaan sekitarnya yaitu saat membongkar struktur dan grating
penghalang, membongkar isolasi nozzle, melepas nozzle flange dari sistem
pemisahan, membuka man hole, mengukur sudut dan tepi carbamat condensor,
blind nozzle, tutup manhole, pemasangan tali crane pada stripper dan carbamat
condensor, centering alat, setting dan pelepasan sandaran alat, proses pemasangan
baut dan gasket baru, pengencangan baut pada flange, perubahan jalur piping,
penyambungan semua nozzle flange, penguncian nozzle, inspeksi NDT,
penguncian man hole, pemeriksaan kekencangan mur dan baut, mengisolasi
peralatan dan final check adalah very high. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Septianingrum (2012) yang menyatakan bahwa bekerja diketinggian
memungkinkan terjadinya kecelakan kerja yang berakibat serius. Semua aktivitas
kerja tersebut memiliki risiko terjatuh dengan tingkat risiko very high karena
semua aktivitas tersebut dilakukan di ketinggan 15-40 meter, sehingga
konsekuensi terjatuhnya pekerja sangat besar. Meskipun terdapat perbedaan dalam
frekuensi eksposur pada beberapa langkah pekerjaan, hasil akhir analisis risiko
adalah sama yaitu very high.
Tingkat risiko very high pada risiko terjatuh dari ketinggian diperoleh
karena sebagian besar struktur dan grating yang biasanya digunakan untuk pijakan
pekerja harus dibongkar guna mempermudah penurunan stripper dan carbamat
condensor, sehingga selama melakukan aktivitas-aktivitas tersebut pekerja hanya
bergantung pada grating yang tersisa, pondasi stripper dan carbamat condensor
serta scaffold. Namun, pada dasarnya perusahaan telah mewajibkan pekerja yang
melakukan pekerjaan dengan ketinggian lebih dari 1,8 m untuk menggunkaan
APD berupa full bodyhardness, namun masih terdapat pekerja yang menggunakan
APD tersebut, hal ini menyebabkan nilai kemungkinannya (probability) adalah 3
Universitas Sriwijaya
98
(unusual but possible). Fitriana (2012) menyatakan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan pekerja tidak menggunakan APD, diantaranya adalah
ketidakperdulian pekerja terhadap keselamatan, pekerja terlalu berani atau terbiasa
mengambil risiko, kurangnya pelatihan, pemilihan peralatan yang tidak tepat,
kurangnya pengawasan, dan kurangnya penekanan terhadap perlunya penggunaan
peralatan dengan benar. Adapun dampak yang ditimbulkan berupa cidera serius
bahkan kematian sehingga nilai konsekuensinya (consequences) adalah 50
(disaster). Selain itu, sebagian besar pekerjaan pada proses penggantian stripper
dan carbamat condensor dilakukan pada area kerja yang tinggi, sehingga nilai
exposure nya adalah 6 (frequently).
Risiko lain yang memiliki tingkat very high adalah risiko ledakan saat
pengelasan terdapat pada memotong grating penghalang, pemotongan leher nozzle
26” pada CC#1 dan pemotongan flange pada rintisan akhir di CC#2, pemotongan
sudut dan tepi stripper, persiapan tepi nozzle CC#1, persiapan tepi rintisan akhir
nozzle inlet mix gas CC#2, potong sambungan piping CC#1 dan CC#2,
pengelasan pipa dan flange dan pengelasan rintisan akhir pipa. Las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Berdasarkan jenisnya pengelasan dibagi dua macam yaitu
pengelasan listrik dan pengelasan gas. Prinsip kedua pengelasan tersebut pada
dasarnya sama, yaitu dengan prinsip pencairan logam (Arnoldi, 2010).
Pengelasan yang dilakukan pada beberapa langkah kerja dalam proses
penurunan stripper dan carbamat condensor merupakan pengelasan jenis gas,
yaitu pengelasan yang menggunakan panas yang didapat dari busur api yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan oksigen. Bahan bakar yang
digunakan di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang adalah bahan bakar berupa gas
asetilin.
Hasil analisis risiko menyatakan terjadinya ledakan akibat kebocoran
tabung gas asetilin dan oksigen memiliki tingkat risiko very high. Saputra (2015)
menyatakan kebocoran gas sering terjadi karena pekerja lupa menutup kembali
valve setelah digunakan, kurangnya pemeriksaan pada peralatan las, kurang
Universitas Sriwijaya
99
rapatnya pada saat menutup valve. Hasil tersebut didapatkan berdasarkan sifat dari
gas asetilin yang memang mudah meledak dan oksigen yang mudah terbakar bila
kontak dengan material lain, namun karena kondisi pekerjaan yang dilakukan di
luar ruangan sehingga kemungkinan terjadinya ledakan adalah 3 (unsual but
possible), konsekuensi apabila terjadi ledakan berupa cidera serius, cidera
permanen hingga kematian karena apabila tabung gas asetilin mengalami ledakan,
otomatis pekerja yang tengah bekerja melakukan proses pengelasan serta pekerja
disekitar dapat terkena dampaknya sehingga nilai konsekuensinya adalah 50
(disaster). Frekuensi paparan pekerja terhadap bahaya pengelasan memiliki nilai 3
(occasionally). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mukti
(2013) dengan metode analisis risiko kualitatif yang memberikan tingkat risiko
ledakan high pada aktivitas pengelasan dengan gas asetilin. Hal tersebut terjadi
karena perbedaan metode yang digunakan saat melakukan analisis risiko, dimana
pada penelitian ini menggunakan metode semi kuantitatif, sehingga nilai
eksposure atau frekuensi paparan juga turut dipertimbangkan dalam analisis
risiko.
Risiko terjatuhnya stripper dan carbamat condensor terdapat pada langkah
kerja pemasangan dan pelepasan tali crane, keseimbangan crane saat penurunan,
penggulingan, penegakan dan pengangkatan stripper dan carbamat condensor.
Proses penurunan dan pengangkatan stripper dan carbamat condensor merupakan
bagian inti dari proses penggantian stripper dan carbamat condensor tersebut.
Proses ini melibatkan 2 crane, yaitu crane dengan kapasitas 550 ton untuk proses
penurunan dan pengangkatan, serta crane dengan kapasitas 500 ton untuk proses
penggulingan dan penegakan stripper dan carbamat condensor. Menurut Cudley
(2004) yang dikutip Basuki (2011), Crane adalah alat yang digunakan untuk
mengangkat dan memindahkan material dengan menggunakan prinsip kerja tali.
Hasil analisis risiko menyatakan risiko terjatuhnya stripper dan carbamat
condensor memiliki tingkat risiko very high. Hal ini terjadi selain karena kondisi
beban yang cukup berat serta jarak penurunan dan pengangkatan yang cukup
tinggi, berkisar antara 15-40 meter. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Nurlela dan Suprapto (2014) yang menyatakan penggunaan crane
memiliki bahaya yang tinggi dan wajib dilakukan pengendalian.
Universitas Sriwijaya
100
Hasil yang didapat dari evaluasi risiko, didapatkan 4 jenis risiko yang
memiliki tingkat risiko very high. Tindakan yang harus dilakukan untuk
menangani risiko dengan tingkat very high berdasarkan Cross (1998) adalah
pemberhentian aktivitas kerja sampai risiko bisa dikurangi hingga mencapai batas
yang diperbolehkan. Artinya, sebelum risiko bisa dikurangi atau dikendalikan,
aktivitas kerja tidak boleh berlanjut.
Penerapan tindakan yang dilakukan dalam penanganan risiko dengan
tingkat very high sudah sesuai dengan Cross (1998). Semua aktivitas kerja yang
memiliki tingkat risiko very high, dipastikan aman terlebih dahulu sebelum
dilanjutkan. Adapun tindakan yang dilakukan perusahaan untuk menurunkan
risiko-risiko tersebut antara lain penerapan insturksi kerja aman yang tertuang
dalam SMK3 seperti instruksi kerja aman pada ketinggian, penyediaan alat
pelindung diri (APD) baik itu APD umum berupa safety shoes, sarung tangan dan
helmet, juga disediakan APD khusus berupa full bodyharness untuk pekerjaan di
ketinggian dan cap las serta kacamata las untuk pekerjaan pengelasan, pelaksanan
safety talk yang dilaksanakan pada awal pekerjaan serta dilakukan hampir satu
minggu 1 kali dimana pada saat safety talk pekerja diberi penjelasan rinci
mengenai pekerjaan mereka serta risiko dan penanganan risiko tersebut, pekerjaan
hanya melibatkan pekerja yang berkompeten, bersertifikasi dan memahami proses
kerja, Job Safety Analysis (JSA) yang dibuat oleh pihak K3, pemberlakuan Hot
Work Permit yang diajukan oleh pekerja dan disetujui oleh bagian PK&KK
Departemen K3LH, penggunaan crane yang sesuai dengan beban tertentu,
penyesuaian lifting procedure dari kontraktor pemenang tender dan lifting
procedure yang sesuai dengan keadaan perusahaan, pekerjaan dilakukan sesuai
dengan lifting procedure yang disepakati dan membatasi pekerja yang berada di
area kerja.
Universitas Sriwijaya
101
memiliki tingkat risiko priority 1 adalah risiko stripper dan carbamat condensor
terlepas dari pengepakan yang terdapat pada langkah kerja pemindahan stripper
dan carbamat condensor dari P.II menuju P.IB.
Hasil analisis risiko menggambarkan risiko risiko stripper dan carbamat
condensor terlepas dari pengepakan memiliki tingkat risiko priority 1, karena
dampak yang ditimbulkan apabila stripper atau carbamat condensor lepas dari
pengepakan dan mengenai pekerja berupa cidera serius sehingga memiliki nilai
konsekuensi 25 (very serious), kemungkinan terjadinya risiko ini sangat
ditentukan oleh kuatnya pengepakan yang dilakukan pekerja sehingga memiliki
nilai 3 (unsual but possible) dan pekerjaan ini dilakukan pada tahap pemindahan
saja sehingga memiliki nilai exposure 3 (occasionally).
Hasil yang didapat dari evaluasi risiko, didapatkan 1 risiko yang memiliki
tingkat risiko priority 1. Tindakan yang harus dilakukan untuk menangani risiko
dengan tingkat priority 1 berdasarkan Cross (1998) adalah pemberlakuan tindakan
pengendalian segera. Penerapan tindakan yang dilakukan dalam penanganan
risiko dengan tingkat priority 1 sudah sesuai dengan Cross (1998). Semua
aktivitas kerja yang memiliki tingkat risiko priority 1 dilakukan pengendalian
segera mungkin, atau dapat juga dikatakan pengendalian risikonyanya sedikit
lebih diutamakan. Adapun tindakan yang dilakukan perusahaan untuk
menurunkan risiko-risiko tersebut antara lain pelaksanaan proses pengepakan
dilakukan sesuai prosedur antara lain dipastikan besi pengepakan dalam keadaan
yang baik serta penempatan stripper ataupun carbamat condensor sesuai dengan
besi pengepakan, Job Safety Analysis (JSA), pelaksanaan safety talk dan pekerja
dilarang berada disekitar area pemindahan serta penyediaan alat pelindung diri
(APD) berupa safety shoes, helmet dan sarung tangan.
Job Safety Analysis (JSA) yang ada di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
dibuat oleh bagian K3 perusahaan, padahal OSHA menyatakan bahwa dalam
proses pembuatan Job Safety Analysis (JSA) harus melibatkan semua orang yang
terlibat di dalam pekerjaan tersebut atau orang yang terlibat dalam pekerjaan harus
hadir saat pembuatan JSA. Hal ini mengakibatkan bahaya yang tertera pada JSA
hanya bersumber dari observasi petugas yang membuat JSA saja. Sebaiknya,
dalam proses pembuatan JSA melibatkan seluruh pekerja yang terlibat dalam
Universitas Sriwijaya
102
pekerjaan,agar jenis bahaya dan risiko yang didapat lebih objektif dan sesuai
dengan keadaan di lapangan. Selain itu, dalam worksheet JSA akan lebih baik
apabila jenis bahaya dan rekomendasi kerja aman dibuat serinci mungkin, agar
pekerja dapat lebih paham mengenai risiko pekerjaannya.
Universitas Sriwijaya
103
menyatakan bahwa risiko terkena percikan api las pada pekerjaan yang
berhubungan dengan pengelasan memiliki tingkat risiko sedang.
Risiko tangan pekerja tergores dan risiko terkena aliran listrik terdapat
pada aktivitas menggunakan gerinda listrik untuk membongkar struktur dan
grating penghalang. Risiko tergoresnya tangan pekerja saat penggunaan gerinda
listrik memiliki tingkat risiko substansial. Hal tersebut terjadi karena walaupun
kemungkinan risikonya besar karena yaitu dengan nilai 6 (likely) serta dapat
menimbulkan cacat permanen yaitu dengan nilai 25 (very serious), namun
frekuensi pengguaan gerinda yang jarang karena gerinda baru digunakan ketika
terdapat struktur dan grating yang tidak memungkinkan untuk dibongkar melalui
sistem pengelasan dengan nilai 1 (rare). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Kusumasari, Tarwaka dan Darnoto (2014) yang menyatakan risiko
tergoresnya tangan akibat penggunaan gerinda memiliki risiko sedang.
Risiko lain dari gerinda listrik adalah pekerja terkena sengatan arus listrik
dengan tingkat risiko substansial yang dapat berasal dari kabel yang mengelupas
maupun kondisi tangan pekerja dalam keadaan basah. Hal tersebut terjadi karena
meskipun kemungkinan kesetrum cukup besar dan konsekuensi yang ditimbulkan
berupa cidera serius, frekuensi paparan pekerja terhadap arus listrik dari gerinda
listrik sangat jarang. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Fitriana (2012) namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mukti (2013)
dengan metode analisis risiko kualitatif yang memberikan tingkat risiko
tergoresnya tangan pekerja pada penggunaan gerinda listrik high dan risiko
terkanan arus listrik very high. Hal tersebut terjadi karena perbedaan metode yang
digunakan saat melakukan analisis risiko, dimana pada penelitian ini
menggunakan metode semi kuantitatif, sehingga nilai eksposure atau frekuensi
paparan juga turut dipertimbangkan dalam proses analisis risiko.
Risiko pekerja terhirup gas sisa, risiko pekerja lemas, risiko pekerja
pingsan, risiko pekerja terjatuh dan risiko pekerja mengalami kekurangan oksigen
merupakan risiko yang terdapat pada aktivitas kerja yang dilakukan di dalam
stripper dan carbamat condensor. Adapun langkah kerja yang dilakukan di dalam
stripper dan carbamat condensor antara lain proses pembongkaran swirel stripper
dan pembersihan stripper serta inspeksi baik pada stripper ataupun carbamat
Universitas Sriwijaya
104
Universitas Sriwijaya
105
diperoleh tingkat risiko substansial. Ismail (2011) menyatakan bahwa salah satu
faktor penyebab kecelakaan dalam confined space adalah kekurangan oksigen.
Hasil ini didapatkan berdasarkan walaupun kemungkinan pekerja mengalami
kekurangan oksigen sangat besar, namun pada dasarnya pekerja telah dibekali
dengan APD berupa airline respiratory, sehingga nilai probability nya adalah 3
(unusual but possible), sedangkan dampak kekurangan oksigen hanya berupa
cidera yang membutuhkan perawatan medis sehingga memiliki nilai konsekuensi
5 (important) dan pekerjaan di dalam confined space ini merupakan pekerjaan
yang dilakukan dalam waktu yang cukup lama sehingga memiliki nilai exposure 6
(frequently).
Risiko terjatuh di dalam stripper memiliki tingkat risiko subtansial,
karena selain dampak yang ditimbulkan berupa cidera ringan, kemungkinan
terjadinya risiko tersebut tidak terlalu besar. Pekerja terjatuh saat berada di dalam
confined space disebabkan karena kondisi confined space yang cukup gelap
sehingga memiliki nilai probability 3 (unusual but possible). Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ismail (2011) dalam artikelnya yang menyatakan bahwa salah
satu penyebab kecelakaan non-asmopheric hazard di dalam confined space adalah
keadaan confined space yang kurang pencahayaan. Sedangkan dampak terjatuh di
dalam ruang terbatas hanya berupa cidera yang membutuhkan perawatan medis
sehingga memiliki nilai konsekuensi 5 (important) karena saat memasuki confined
space pekerja dibekali APD berupa body harness, sehingga bila pekerja terjatuh
badan pekerja akan menggantung pada body harness tersebut serta pekerjaan di
dalam confined space ini merupakan pekerjaan yang dilakukan dalam waktu yang
cukup lama sehingga memiliki nilai exposure 6 (frequently).
Kondisi pekerja yang akan masuk ke dalam stripper juga harus
diperhatikan. Bila pekerja masuk ke dalam stripper dalam kondisi yang tidak
sehat, maka risiko untuk pekerja pingsan cukup besar yaitu dengan tingkat risiko
subtansial. Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi pekerja yang masuk ke
dalam confined space menjadi tinggi adalah fakta bahwa tidak dilakukannya tes
kesehatan khusus bagi pekerja yang akan memasuki confined space. Meskipun
saat ini pihak perusahaan mulai mengarah untuk melakukan tes kesehatan bagi
pekerja yang akan masuk ke dalam confined space¸ yaitu berupa pengecekan
Universitas Sriwijaya
106
tekanan darah, akan lebih baik bila dilakukan tes kesehatan secara keseluruhan
untuk memastikan pekerja benar-benar dalam kondisi sehat. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 113
tahun 2006 yang menyatakan bahwa petugas yang bekerja di ruang terbatas harus
dipastikan dalam keadaan sehat.
Risiko pekerja tersandung alat-alat kerja terdapat pada saat penguncian
manhole dengan metode bolt tensioning. Hasil analisis risiko menyatakan risiko
pekerja tersandung alat-alat kerja memiliki tingkat risiko subtansial. Hal ini dapat
menyebabkan pekerja tersandung alat-alat kerja tersebut dengan nilai probablity
6 (likely) dan terjadi kecelakaan kerja yang membutuhkan perawatan medis
dengan nilai konsekuensi 5 (important) serta alat-alat kerja tersebut digunakan
pada sebagian besar langkah kerja sehingga nilai exposure nya adalah 6
(frequently). Dyahrini dan Hasanah (2011) dalam penelitiannya menyatakan
kebersihan dan kerapian tempat kerja harus selalu dijaga keberadaannya agar
dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Berdasarkan penelitian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa berserakannya alat-alat kerja juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya kecelakaan.
Hasil yang didapat dari evaluasi risiko, didapatkan 9 jenis risiko yang
memiliki tingkat risiko substansial. Tindakan yang harus dilakukan untuk
menangani risiko dengan tingkat substansial berdasarkan Cross (1998) adalah
dibutuhkannya tindakan perbaikan pada sumber bahaya.
Penerapan tindakan yang dilakukan dalam penanganan risiko dengan
tingkat substansial sudah sesuai dengan Cross (1998). Semua aktivitas kerja yang
memiliki tingkat risiko substansial diperbaiki proses kerjanya jangan sampai
memiliki risiko yang tinggi. Adapun tindakan yang dilakukan perusahaan untuk
menurunkan risiko-risiko tersebut antara lain penyediaan alat pelindung diri
(APD) baik itu alat pelindung diri umum berupa safety shoes, sarung tangan dan
helmet maupun sarung tangan khusus berupa cap las dan kacamata las untuk
pekerjaan pengelasan serta gas mask dan airline repiratory untuk pekerjaan di
dalam confined space, pelaksanaan safety talk, Job Safety Analysis (JSA),
pemberlakuan work permit berupa hot work permit untuk pekerjaan pengelasan
dan confined space work permit untuk pekerjaan yang dilakukan di dalam stripper
Universitas Sriwijaya
107
dan carbamat condensor serta pengecekan kadar gas berupa sebelum confined
space dimasuki sesuai dengan safety permit No. 4 SMK3 023 PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang.
Selain tindakan yang telah dilakukan tersebut akan lebih baik apabila
pihak persahaan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja sebelum
memasuki confined space, baik itu pemeriksaan keadaan jantung, paru-paru,
denyut nadi dan tekanan darah agar ketika pekerja masuk ke dalam confined space
pekerja benar-benar dalam keadaan sehat.
Universitas Sriwijaya
108
Universitas Sriwijaya
109
Universitas Sriwijaya
110
Universitas Sriwijaya
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Hasil identifikasi risiko yang didapat menggambarkan bahwa kegiatan
penggantian stripper dan carbamat condensor yang dilakukan saat
turn around (TA) di PUSRI IB secara umum memiliki langkah kerja
yang hampir sama dengan total 54 risiko pada penggantian stripper
dan 59 risiko pada penggantian carbamat condensor. Adapun risiko-
risiko tersebut berupa terjatuh dari ketinggian, ledakan, alat terjatuh,
tertimpa alat, alat terlepas dari pengelasan, terkena percikan api las,
tergores, tersengat aliran listrik, terhirup gas sisa, lemas, pingsan,
terjatuh, kekurangan oksigen, tersandung, tertimpa grating, terhirup
debu, kaki masuk lubang platform, terjepit, kejatuhan alat dan nyeri
punggung.
2. Hasil analisis risiko yang didapat menggambarkan bahwa pada
kegiatan penggantian stripper terdapat 27 risiko dengan tingkat risiko
very high yaitu dikelompokkan ke dalam risiko terjatuh dari
ketinggian, risiko ledakan akibat penggunaan las asetilin, terjatuhnya
stripper saat proses penurunan, penggulingan, penegakan dan
pengangkatan, risiko pekerja tertimpa stripper, 1 risiko dengan tingkat
risiko priority 1 yaitu risiko stripper terlepas dari pengepakan, 14
risiko dengan tingkat risiko substansial yaitu dikelompokkan dalam
risiko terkena percikan api las, risiko tergores saat mengunakan
gerinda listrik, risiko terkena aliran listrik dan risiko terhirup gas sisa
saat melakukan kegiatan di dalam stripper, 2 risiko dengan tingkat
risiko priority 3 yaitu risiko tertimpa grating dan risiko terhirup debu
saat membongkar isolasi nozzle, serta 10 risiko dengan tingkat risiko
acceptable yaitu risiko tangan tergores besi platform, risiko kaki
masuk lubang antar platform, risiko kejatuhan alat kerja, risiko
terjatuh saat pengecekkan crane dan risiko nyeri punggung saat
mengunci manhole, sedangkan pada kegiatan penggantian carbamat
condensor memiliki 33 risiko dengan tingkat risiko very high yaitu
111
Universitas Sriwijaya
112
7.2 Saran
1. Pembuatan Job Safety Analysis (JSA) yang ada di PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang sebaiknya dibuat secara lebih rinci, baik itu
dalam jenis bahaya pada pekerjaan ataupun rekomendasi yang
Universitas Sriwijaya
113
Universitas Sriwijaya
114
DAFTAR PUSTAKA
Akbar & Usman. 2009. Metode Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara.
Arnoldi, D. 2010. Pengelasan Tungsten Bit Pada Drill Bit dengan Menggunakan
Las Asetilin. Vol. 2, No. 2.
Badan Pusat Statistik Kota Palembang. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Palembang Tahun
2014-2015 [Online]. https://palembangkota.bps.go.id. [Accessed 27 Mei
2017]
Universitas Sriwijaya
115
Fitiriana, R. 2012. Kajian Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Overhaul Tanki
Timbun L3 di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong Palembang Tahun 2011. Program Sarjana Reguler Kesehatan
Masyarakat Skripsi, Universitas Indonesia.
Geigle, S. 2002. OSH Academy Course 706 Study Guide Conducting a Job
Hazard Analysis, Oregon, Geigle Communications.
Universitas Sriwijaya
116
Menteri Tenaga Kerja. 1998. Permenaker No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja. Jakarta: Sekretariat Negara.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1982. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Bejana Tekanan Jakarta:
Sekretariat Negara.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri
Nurlela & Suprapto, H. 2014. Identifikasi dan Analisis Manajemen Risiko pada
Proyek Pembangunan Infrastruktur Bangunan Gedung Bertingkat.
Universitas Sriwijaya
117
Services.
Plc, A. P. 2008. Acetylene Material Safety Data Sheet.
Praxair, I. 2016. Carbon Dioxide Safety Data Sheet. USA: Praxair, Inc.
Said, A. A. 2013. Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JSA) dalam
Identifikasi Bahaya di Tempat Kerja pada Terminal Y PT. X di Kabupaten
Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Tahun 2012. Program Sarjana
Reguler Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Work Safe BC. 2005. Confined Space Entry Program A Reference Manual.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Lampiran 1.
WORKSHEET JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
Disetujui Oleh :
APD yang dibutuhkan : (tanda tangan)
Sumber : www.osha.gov
Lampiran 2.
TABEL PENIALAIN RISIKO
SEMI KUANTITATIF
> 350 Very High Aktivitas dihentikan sampai risiko bisa dikurangi
hingga mencapai batas yang yang diperbolehkan
atau diterima
Nama Pewawancara :
Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
Identitas Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Nomor HP :
(tanda tangan)
Nama :
Badge :
Lampiran 5.
PEDOMAN WAWANCARA
PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PERBAIKAN
VESSEL SAAT KEGIATAN TURNAROUND (TA) DI PT. PUPUK
SRIWIDJAJA (PUSRI) PALEMBANG TAHUN 2017
(Staff Senior Departemen K3LH)
1. Kebijakan Perusahaan
Bagaimana kebijakan yang ada di PT. PUSRI terkait kegiatan turnaround
(TA) dan confined space?
PROBE :
a. Apakah kebijakan tersebut dibuat secara khusus (tertulis/tidak)?
b. Bagaimana penerapan kebijakan tersebut di lingkungan kerja PT. PUSRI?
c. Sejak kapan kebijakan tersebut diberlakukan?
2. Identifikasi Risiko
Risiko apa saja yang terdapat pada penggantian stripper dan carbamat
condensor?
PROBE :
a. Adakah SOP atau urutan kerja yang mengatur mengenai penggantian
stripper dan carbamat condensor? jika ada, apakah pelaksanan di
lapangan telah sesuai dengan SOP?
b. Pernahkan dilakukan proses identifikasi risiko sebelumnya?
c. Bahaya apa saja yang terdapat pada penggantian stripper dan carbamat
condensor?
d. Apakah dampak dari bahaya tersebut?
3. Analisis Risiko
Berapa besar consequences, Probability dan exposure stripper dan carbamat
condensor?
A. Consequences
PROBE :
a) Seberapa besar konsekuensi dari risiko-risiko yang ada pada
penggantian stripper dan carbamat condensor?
b) Pernahkah terjadi kecelakaan di unit kerja PUSRI IB ini?
c) Jika pernah, apa saja kerugian yang dialami?
B. Probability
PROBE :
a) Seberapa besar kemungkinan terjadinya kecelakaan dari risiko-
risiko pada pekerjaan penggantian stripper dan carbamat
condensor?
C. Exposure
PROBE :
a) Berapa lama waktu kerja pekerja yang ada di dalam stripper dan
carbamat condensor?
b) Berapa kali frekuensi pekerja ketika memasuki stripper dan
carbamat condensor dalam satu jenis pekerjaan?
4. Persiapan Sebelum Sebelum Memulai Pekerjaan Penggantian Stripper dan
Carbamat Condensor
Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan?
PROBE :
a. Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum memulai pekerjaan pada
stripper dan carbamat condensor?
b. Adakah work-permit khusus sebelum melakukan pekerjaan?
c. Adakah pemeriksaan kesehatan khusus sebelum memasuki stripper dan
carbamat condensor?
d. Adakah Safety Talk sebelum kegiatan penggantian stripper dan carbamat
condensor dimulai?
e. Jika ada, berapa lama pelaksanaan safety talk dan apa saja yang
dibicarakan saat safety talk?
f. Jika tidak ada, mengapa?
g. Tindakan apa saja yang harus dilakukan sebelum memasuki stripper dan
carbamat condensor?
h. Adakah SOP yang mengatur persiapan sebelum memasuki carbamat
condensor? Jika ada, apakah penerapannya sudah sesuai dengan SOP?
5. Pelatihan Karyawan
Adakah pelatihan yang diberikan kepada karyawan mengenai confined
space dan bekerja pada ketinggian?
PROBE :
a. Ada berapa jenis pelatihan yang diberikan?
b. Jika ada, kepada siapa saja pelatihan diberikan?
c. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut? (bekerjasama dengan
siapa)
d. Adakah kriteria khusus bagi karyawan yang akan diberikan
pelatihan?
6. APD
Ketersediaan APD untuk pekerja pada pekerjaan penggantian stripper dan
carbamat condensor?
PROBE :
a. Adakah APD khusus yang harus digunakan pekerja saat akan
melakukan pekerjaan stripper dan carbamat condensor?
b. Apakah APD tersebut disediakan oleh perusahaan?
c. Apakah APD tersebut diberikan kepada pekerja atau hanya
dipinjamkan saja?
d. Apakah ketersediaan APD sudah sesuai dengan kebutuhan pekerja?
e. Adakah pekerja yang tidak menggunakan APD ketika bekerja,
misalnya seperti bekerja di ketinggian? Bagaimana tindakan dari
perusahaan?
PEDOMAN WAWANCARA
PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PERBAIKAN
VESSEL SAAT KEGIATAN TURNAROUND (TA) DI PT. PUPUK
SRIWIDJAJA (PUSRI) PALEMBANG TAHUN 2017
(Supervisor Mekanikal Urea PUSRI IB)
10. Bagaimana langkah kerja penggantian stripper dan - Sebenarnya kita ini menggunakan
carbamat condensor tersebut? sistem proyek ya, kemaren yang
megang untuk mechanikal work itu
brikasa, kalau untuk alat beratnya itu
brikasa. Jadi awalnya proses tender
dulu, dan baru terealisasi penurunan
alat, setelah itu dipindahkan dari
PUSRI II ke PUSRI IB lalu baru
dipasang kembali
11. Apakah ada SOP atau prosedur resminya? - Kalau prosedurnya itu ada, dibuat
oleh pemenang tender lalu di
komunikasikan kepada pihak kita
disesuaikan sama kondisi kita
IDENTIFIKASI RISIKO
12. Adakah SOP atau urutan kerja yang mengatur Kalau pekerjaan seperti itu kan Kalau SOP yang mengatur urutan
mengenai penggantian stripper dan carbamat bukan kita yang mengerjakan, jadi kerja secara khusus itu tidak ada,
condensor? jika ada, apakah pelaksanaan di lebih disesuaikan dengan pekerja tapi ada SOP untuk kegiatan tertentu
lapangan telah sesuai dengan SOP? disana. SOP atau urutan kerja adanya seperti lifting procedure¸ sejauh ini
untuk kegiatan-kegiatan seperti pelaksanaanya sudah sesuai dengan
memasuki confined space agar tidak prosedur
berbahaya dan kegiatan bekerja di
NO. PERTANYAAN INFORMAN KUNCI
M IR
ketinggian
13. Pernahkan dilakukan proses identifikasi risiko Identifikasi risiko ada, tapi Identifikasi risiko pasti dilakukan
sebelumnya? sebenarnya kalau JSA itu seharusnya karena kan sebelum pekerjaan
pekerja yang mengetahui, tapi pada dimulai itu harus ada work permit
kenyataanya biasanya orang safety dari bagian safety dulu
yang membuat jadi hanya
berdasarkan feeling saja
14. Risiko jenis apa yang paling sering ditemukan pada Paling terjatuh atau terkena benturan Ya risiko terjatuh dari ketinggian,
penggantian stripper dan carbamat condensor? benda tumpul dan tersandung alat risiko ledakan karena asetilin kan
kerja memang berbahaya ya, selebihnya
ya risiko-risiko di sekitar lokasi
kerja lah
ANALISIS RISIKO
15. Seberapa besar konsekuensi dari risiko-risiko yang Kalau itu kan kerjanya kebanyakan Risikonya cukup besar dan parah sih
ada pada penggantian stripper dan carbamat di ketinggian, jadi ya kalau sampai ya tapi kan semuanya sudah
condensor? terajatuh risikonya bisa sampai dikendalikan sama perusahaannya
meninggal
16. Pernahkah terjadi kecelakaan di unit kerja PUSRI Kecelakaan yang sampai Rasanya kecelakan-kecelakaan
IB ini? menyebabkan kematian itu tidak ringan pernah ya, tapi tidak sampai
pernah, karena jam kerja aman kita meninggal
NO. PERTANYAAN INFORMAN KUNCI
M IR
sudah 30 ribu lebih, tapi kalau
kecelakaan ringan pasti pernah
17. Jika pernah, apa saja kerugian yang dialami? Tidak ada kerugian yang berarti, Kerugiannya kecil seperti proses
karena biasanya dampak kerja harus terhenti selama beberapa
kecelakaannya kecil saat saja
18. Seberapa besar kemungkinan terjadinya kecelakaan Tergantung, kalau dia memakai APD Kalo kemungkinan kan itu
dari risiko-risiko pada pekerjaan penggantian kemungkinan terjadinya kecelakaan tergantung dari banyak hal ya,
stripper dan carbamat condensor? tidak terlalu besar misalnya kondisi lapangan, terus
dari pekerjanya juga jadi ya kalo
kemungkinan itu tergantung hal hal
itu lah
19. Berapa lama waktu kerja pekerja yang ada di dalam Kalau itu tergantung kebutuhan Kalau pada penggantian stripper dan
stripper dan carbamat condensor? pekerjaan, tapi kalau biasanya kita CC, pekerjaan di dalam itu tidak
pake sistem shift jadi 15 menit sekali
terlalu banyak, yang paling lama itu
bila pekerjaan yang dilakukan di inspeksi bisa sampai 1 atau 2 jam
dalam berat
20. Berapa kali frekuensi pekerja ketika memasuki Ya tergantung kebutuhan, kalau Kira kira disesuaikan sama kondisi
stripper dan carbamat condensor dalam satu jenis untuk di stripper dan carbamat di lapangan, tergantung kebutuhan
pekerjaan? condensor saya rasa tidak terlalu pekerjaannya lah
banyak kegiatan yang dilakukan di
dalamnya
PERSIAPAN SEBELUM SEBELUM MEMULAI PEKERJAAN PENGGANTIAN STRIPPER DAN CARBAMAT CONDENSOR
21. Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum Persiapan yang dilakukan paling ya Persiapan disesuaikan sama
memulai pekerjaan pada stripper dan carbamat persiapan alat dan material yang pemenang tender, disini kita
NO. PERTANYAAN INFORMAN KUNCI
M IR
condensor? diperlukan memantau saja apakah ada alat-alat
yang harus disediakan dari kita
22. Adakah work-permit khusus sebelum melakukan Iya ada, semua pekerjaan harus ada Work permit itu ada, alurnya itu
pekerjaan? work permitnya antara pekerja dengan orang safety
23. Adakah pemeriksaan kesehatan khusus sebelum Untuk sementara ini jarang, cuma Pemeriksaan kesehatan kalo khusus
memasuki stripper dan carbamat condensor? kita baru mengarah untuk melakukan itu tidak ada, tapi kita tau lah kan
pengecekan tensi darah bisa diliat langsung pekerjanya sehat
atau tidak
34. Adakah Safety Talk sebelum kegiatan penggantian Safety talk dilaksanakan sesuai Ada, jadi kita meminta kepada
stripper dan carbamat condensor dimulai? jadwal, kadang unit kerja yang pemenang tender untuk melakukan
meminta safety talk setiap pagi, dari pusri
juga ada safety induction itu
semuanya dikumpulkan sebelum
kerja, nanti seminggu setelah itu
diberi lagi oleh pihak K3
25. Jika ada, berapa lama pelaksanaan safety talk dan Kalau safety talk satu minggu sekali, Di awal pekerjaan itu satu kali
apa saja yang dibicarakan saat safety talk? kalau yang dilaksanakan setiap hari dikumpulkan semuanya, setelah itu
namanya call book meeting, biasanya dikembalikan kepada pihak
mengingatkan risiko-risiko pemenang tender
pekerjaannya
26. Jika tidak ada, mengapa? - -
27. Tindakan apa saja yang harus dilakukan sebelum Karena stripper dan carbamat Ya persiapan-persiapan alat, terus
memasuki stripper dan carbamat condensor? condensor tergolong confined space, persiapan dari pekerjanya, kalau buat
jadi yang harus dilakukan pertama itu pekerjaan di dalamnya itu kan pasti
pengecekan kadar gas toksiknya, harus di cek kandungan gas-gasnya,
NO. PERTANYAAN INFORMAN KUNCI
M IR
apakah sudah aman apa belum, lalu ahrus dipastikan vessel aman untuk
pengecekan penerangan di dalamnya dimasuki, kurang lebih itu sih
bila dibutuhkan, setelah semua
dipastikan aman barulah pekerja
boleh masuk
28. Adakah SOP yang mengatur persiapan sebelum Setahu saya ada, tertuang dalam Iya ada di SMK3, penerapannya
memasuki stripper dan carbamat condensor? Jika SMK3, penerapannya sudah cukup kurang lebih sudah sesuai
ada, apakah penerapannya sudah sesuai dengan baik dan sesuai
SOP?
PELATIHAN KARYAWAN
29. Ada berapa jenis pelatihan yang diberikan? Ada, tapi jumlahnya saya lupa -
30. Jika ada, kepada siapa saja pelatihan diberikan? Pekerja yang mendapat pelatihan -
31. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut? Biasanya dari pihak ketiga -
(bekerjasama dengan siapa)
32. Adakah kriteria khusus bagi karyawan yang akan Biasanya alurnya kita dari TKL -
diberikan pelatihan? memberikan pemberitahuan tentang
pelatihan ke diklat, nanti mereka
yang mencari pekerja yang sesuai
APD
33.. Adakah APD khusus yang harus digunakan pekerja Kalau APD kan tergantung jenis APDnya ya APD standar saja,
saat akan melakukan pekerjaan stripper dan pekerjaan, kalau bekerja di seperti safety shoes, helm, sarung
carbamat condensor? ketinggian ya menggunakan full tangan, tapi kalau pekerjaan tertentu
bodyharness, kalau di dalam ya ya ada APD khususnya juga
menggunakan airline respiratory,
NO. PERTANYAAN INFORMAN KUNCI
M IR
kalau pengelasan ya menggunakan
cap las
34. Apakah APD tersebut disediakan oleh perusahaan? APD disediakan oleh bagian material Ada yang mereka punya sendiri,
nanti kalau kurang baru kita yang
pinjamkan
35. Apakah APD tersebut diberikan kepada pekerja atau Sifatnya dipinjamkan saja Setahu saya dipinjamkan, tapi itu
hanya dipinjamkan saja? menjadi tanggung jawab pekerja
36. Apakah ketersediaan APD sudah sesuai dengan Menurut saya belum cukup, karena Kalau ketersediaan sudah cukup, tapi
kebutuhan pekerja? prosedur pembeliannya cukup susah. ya ada beberapa APD yang sudah
tua jadi sebaiknya diganti
37. Adakah pekerja yang tidak menggunakan APD Kalau itu ya banyak, biasanya kita Ya kalau itu masih banyak, biasanya
ketika bekerja, misalnya seperti bekerja di memberikan terguran orang safety yang kasih teguran
ketinggian? Bagaimana tindakan dari perusahaan? seperti itu
MATRIKS HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN BIASA
6. Seberapa besar konsekuensi dari risiko-risiko yang ada pada Oh kalau itu pasti besar Konsekuensinya ya besar, kalau
pekerjaan penggantian stripper dan carbamat condensor? dampaknya, soalnya kan kita ini jatuh saja kita bisa patah kaki
NO. PERTANYAAN INFORMAN BIASA
YS HM
bekerja di tempat yang cukup atau tangan bahkan meinggal,
tinggi kau terjatuh kan bisa kalau pingsan di dalam alat terus
bahaya tidak ketahuan kan bisa bahaya
juga
7. Pernahkah terjadi kecelakaan di unit kerja PUSRI IB? Kalau aku yang ngalami itu Pernah, tapi tidak sampai
belum pernah, tapi aku dengar- meninggal
dengar itu pernah ada kecelakaan
8. Jika pernah, apa saja kerugian yang dialami? Nah kurang tau, tapi paling sih Kemarin sih tidak ada, karena
rugi materi pekerjanya cuma mengalami
cidera ringan saja
9. Seberapa besar kemungkinan terjadinya kecelakaan dari Lumayan besar lah, apalagi Tergantung dari pekerjanya,
risiko-risiko pada pekerjaan penggantian stripper dan kalau kita tidak hati-hati apakah dia hati-hati, apakah dia
carbamat condensor? berkonsentrasi ketika bekerja,
apakah dia memakai APD
10. Berapa lama waktu kerja anda di dalam stripper dan Kalau di dalam itu tergantung Karena disini aku bagian lifting,
carbamat condensor? pekerjaan, kalau banyak ya lama jadi aku kurang tau
tapi biasanya kami ini bergantian
masuknya
11. Berapa kali frekuensi anda ketika memasuki stripper dan Ya tergantung, kadang satu kali -
carbamat condensor dalam satu jenis pekerjaan? dalam satu hari kadang juga
lebih
12. Adakah work-permit khusus sebelum melakukan pekerjaan? Ada Iya ada, orang safety biasanya
yang menangani masalah itu
13. Adakah pemeriksaan kesehatan khusus sebelum memasuki Tidak ada Tidak ada
stripper dan carbamat condensor?
NO. PERTANYAAN INFORMAN BIASA
YS HM
14. Adakah Safety Talk sebelum memulai pekerjaan? Iya ada Ada
15. Jika ada, berapa lama pelaksanaan safety talk dan apa saja Kurang lebih 30 menit pas awal 30 menit lah itupun dilakukan di
yang dibicarakan saat safety talk? sebelum mulai bekerja, sisanya awal sebelum bekerja, ya
setiap pagi sekitar 10-15 menit. membicarakan proses kerja,
Yang dibicarakan itu lebih ke risikonya terus diingatkan juga
peringatan sih agar berhati-hati untuk memakai APD
dan selalu memakai APD serta
memperhatikan kondisi kerja
16. Adakah APD khusus yang harus digunakan sebelum APD khusus misal untuk Helm, sepatu, sarung tangan sih
memulai pekerjaan? ketinggian ya full body hardness, ya kayaknya
untuk mengelas itu cap las,
masker sisanya ya APD biasa
seperti helm, sepatu safety,
sarung tangan
17. Tindakan apa saja yang harus dilakukan sebelum memasuki Kita itu pertama periksa kesiapan -
stripper dan carbamat condensor? alat dan material, setelah itu
biasanya pihak safety periksa
keadaan stripper dan CC apakah
sudah bisa dimasuki apa belum,
terkahir ya melaksanakan
pekerjaannya
18. Adakah SOP yang mengatur persiapan sebelum memasuki Kalau itu aku kurang tau -
stripper dan carbamat condensor? Jika ada, apakah
penerapannya sudah sesuai dengan SOP?
Lampiran 7.
143
Universitas Sriwijaya
Proses Pengepakan Stripper Pengepakan Swirl Stripper