Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGI FALLOT
( TOF )
A. Definisi
Tetralogy of fallot terdiri dari dua kata, yaitu tetralogy a fallot. Tetralogy
artinya sindrom yang terdiri dari 4 unsur ( tetra = empat ), sedangkan
Fallot adalah nama seorang dokter dari Perancis, yaitu “ Etienne L.A.Fallot
“ (1850-1910).
Tetralogy of Fallot ( TOF ) adalah kelainan jantung kongenital dengan
gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang
abnormal meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding
Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan. ( Buku Ajar Kardiologi Anak, 2002 )
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels stensen pada tahun 1672.
tetapi, tahun 1888 seorang dokter dari perancis Etienne Fallot
menerangkan secara mendetil akan keempat kelainaan anatomi yang
timbul pada tetralogy of fallot.
Adapun keempat anatomi jantung yang dialami penderita Tetralogy of
Follot adalah sebagai berikut:
1. Stenosis pulmonal yaitu penyempitan dari katup pulmonal dan outflow
tract pada bagian bawah katup yang menyebabkan obstruksi darah
untuk mengalirkan dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.
2. Ventricular septal defect yaitu lubang pada septum antara ventrikel kiri
dan kanan.
3. Overriding aorta yaitu pergeseran aorta sehingga terletak lebih kanan
dan di atas defek septum interventrikular.
4. Hipertropi ventrikel kanan yaitu penebalan dinding otot ventrikel kanan
akibat ventrikel kanan memompa dengan tekanan tinggi.

1
Keparahan dari sianotik tergantung pada penyempitan katup pulmonal
dan juga outflow tract dari ventrikel kanan. Semakin sempit outflow tract
maka darah yang mengalami oksigenisasi semakin sedikit, serta darah
diventrikel kanan akan dipompa melalui katup aorta akibat defek septum
interventrikular.
Akibat dari keempat defek tersebut adalah :
1. Darah yang mengalir ke paru – paru berkurang.
2. Terjadinya percampuran darah yang kaya dan miskin oksigen dalam
jantung.
3. Sianotik yang di sebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam jantung.

B. Etiologi
Pada sebagian kasus penyebab jantung tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen.Faktor – faktor tersebut anatara lain :
1. Faktor endogen :
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan.

2
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut progam KB oral atau
suntik, minum obat – obatan tanpa resep dokter (
thalidomide,detroamphetalamine, aminopterin, amethopterin,
jamu )
b. Selama hamil ibu menderita rubella ( campak jerman ) atau
infeksi virus lainya.
c. Pajanan terhadap sinar – X
d. Gizi yang buruk selama hamil
e. Ibu yang alkoholi
f. Usia ibu di atas 40 tahun
(sumber : Ilmu Kesehatan Anak, 2001 )
Para ahli bependapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90 % kasus penyebab adalah multi
faktor.Apapun sebabnya, pajanan tehadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke
delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

C. Patofisiologi
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta
yang abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri
pulmonalis, serta terdapatnya defek septum ventrikel dengan demikian,
bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan ke 4 kelainan. Derajat
hipertropi ventrikel kanan yang timbul tergantung pada derajat stenosis
pulmonal. Pada 50 % kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler,
pada 10 – 25 % kasus kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10 %
kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal
perifer.

3
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonal masih ditempat yang
normal. Overriding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah
anterior mengarah septum, klasifikasi overriding menurut Kjellberg :
1. Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden
mengarah kebelakang ventrikel kiri.
2. Pada overriding 25 % sumbu aorta asenden kearah ventrikel
sehingga lebih kurang 25 % orifisium aorta menghadap ventrikel
kanan.
3. Pada overriding 50 % sumbu aorta mengarah ke septum
sehingga 50 % orifisium aorta menghadap ke depan ventrikel
kanan.
4. Pada overriding 75 % sumbu aorta asenden mengarah ke depan
ventrikel kanan, derajat overriding ini bersama dengan defek
septum ventrikel dan derajat stenosis menentukan basarnya pirau
kanan ke kiri. ( Ilmu Kesehatan Anak, 2001 ).
Ada 4 jenis dari Stenosis Pulmonal :
1. Stenosis Katup Pulmonal (Valvular)
Katup menebal dan / atau menyempit
2. Supravalvar Stenosis Pulmonal
Tepat diatas katup pulmonal menyempit
3. Subvalvar (Infundibular) Stenosis Pulmonal
Otot bawah area katup menebal, penyempitan saluran keluar dari
ventrikel kanan
4. Stenosis Pulmonal cabang perifer
Arteri paru-paru kanan / kiri menyempit.
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, maka :
1. Arteri pulmonal mengalami stenosis, bila obstruksi lebih berat darah
yang mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru berkurang sehingga
volume darah yang teroksigenasi tidak optimal ( oksigen dalam
darah berkurang ).

4
2. Oleh karena tekanan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel kiri
maka aliran darah dari kanan ke kiri ( right to left shunt ) sehingga
darah yang kaya O2 dengan darah yang kaya CO2 bercampur.
3. Karena terdapat pulmonal stenosis sehingga darah dari ventrikel
kanan aliran darahnya right to left shunt dan posisi aorta bergeser 50
% tepat di atas septum inteventrikuler (overriding aorta), maka aliran
darah dari ventrikel kanan dan kiri masuk ke aorta dan terjadi
percampuran darah yang sudah teroksigenisasi dan belum
teroksigenisasi.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompakan sejumlah besar
darah ke dalam aorta yang bertekann tinggi serta melawan tekanan
tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot – ototnya
akan mengalami pembesaran ( hipertrofi ventrikel kanan ).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan


ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup
dan menghadapi stenosis pulmonal, maka darah akan dipintaskan
melewati defek septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya
darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenisasi, hal inilah
yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001)

5
D.Patway

6
E. Manifetasi klinis
Tanda – tanda dan gejala Tetralogi of Fallot tergantung pada ukuran
defek yang dialami bayi yang lahir.
Tanda – tanda dan gejala:
1. Sianosis suatu keadaan dimana pada sirkulasi bayi kekurangan
darah yang telah dioksigenisasi sehingga kulit,kuku serta bibir
menjadi pucat. Kulit terasa dingin dan warna kulit pucat.

2. Sesak nafas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang


atau pingsan. Setelah melakukan aktivitas anak sering jongkok (
squatting ), untuk mengurangi hipoksia dengan posisi lutut ke dada
(knee chest).

3. BB bayi tidak bertambah, susah untuk diberi makan bayi cepat lelah
ketika di beri makan, sehingga Pertumbuhan dan perkembangan
anak lambat.
4. Clubbing finger”s yaitu mekanisme masih belum jelas diperkirakan
ada hipoksia kronis yang memicu penambahan jaringan ikat pada

7
bagian lunak didasar kuku, sehingga pangkal kuku tidak dapat
bertemu dan membentuk sudut 165 derajat.

5. Murmur dan terdengar pada batas kiri sternum tengah sampai


bawah. Murmur pada TOF adalah murmur sistolik akibat adanya
Pulmonal Stenosis, jika pasien mengalami spell sehingga terjadi
spasme infundibulum maka murmur nya bisa tidak terdengar.

TETRALOGY SPELLS
Beberapa bayi yang menderita tetralogy of follot mengalami apa yang
disebut dengan tetralogy “ SPELLS “. Hal tersebut dapat terjadi saat
adanya penurunaan kadar oksigen yang mendadak pada sirkulasi.
Penurunaan tersebut menyebabkan bayi menjadi sangat biru. Bayi
juga dapat :
1. Menjadi sangat lemas dan pucat
2. Menjadi sangat gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi
3. Kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan
4. Auskultasi terdengar bising jantung yang melemah / menghilang
Penyebab tetralogy Spell ini belum diketahui, tetapi menurut penelitian
hal tersebut dapat timbul apabila bayi :
1. Sedang dalam keaadaan yang tidak senang
2. Memiliki kadar eritrosit yang rendah
3. Tidak mendapat cairan yang cukup
4. Spasme infundibulum berat

8
5. Menangis lama
6. Peningkatan suhu tubuh / mengedan
Bayi yang mengalami tertalogy spells ini perlu diadakan tindakan
operasi segera demi keselamatan dari jiwa bayi ini. Tetapi apabila
tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan , maka dalam perjalanan
dapat dilakukan tindakan membuat bayi terasa nyaman untuk
memulihkan serangan spell dengan cara knee chest position yaitu
memberikan posisi lutut ke dada dengan tujuan menambah aliran
darah ke paru-paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan jumlah hemoglobin dan hematokrit yang sesuai dengan
derajat desaturasi dan stenosis. Pasein TOF dengan kadar
hemoglobin dan hematrokit normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi besi. Pada umumnya Hb dipertahankan 16 – 18 gr / dl
dan hematrokit antara 50 – 60% .Nilai AGD menunjukan
peningkatan tekanan partial karbondioksida ( PCO2),penurunan
tekanan parsial oksigen ( PO2 ) dan penurunaan PH.
2. Radiologi
Arkus aorta terletak di sebelah kanan pada 25 % kasus. Apeks
jantung kecil dan terangkat dan kanul pulmonalis cekung ,
vaskularisasi paru menurun. Gambar ini mirip dengan sepatu boot.
3. Elektrokardiografi
Deviasi sumbu QRS ke kanan , hipertrofi ventrikel kanan, Pada
anakyang sudah besar di jumpai P pulmonal
4. Ekokardiogram
a. Ekokardiogram 2 dimensi :
- Tentukan tipe VSD ( perimembranous atau subatrial doubly
committed
- Overriding aorta
- Devisiasi septum infundibular ke anterior

9
b. Ekokardiogram berwarna dan Doppler :
- Aliran dari ventrikel kanan ke aorta melaalui VSD
- Hitung perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis (beratnya PS)
5. Cateterisasi
Pemeriksaan sadap jantung dilakukan terutama untuk :
- Menilai konfluensi dan ukuran arteri pulmonalis serta cabang –
cabangnya.
- Mencari anomali arteri coroner.
- Melihat ada tidaknya VSD tambahan.
- Melihat ada tidaknya kolateral dari aorta langsung ke paru (anak
besar atau dewasa).
Angiografi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis :
- Menilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis.
- Ada tidaknya stenosis pada percabangan arteri pulmonalis atau
perifer
Angiografi aorta.
- dilakukan bila diperlukan untuk melihat kelainan arteri koronaria
atau bila diduga adanya kolateral.

F. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pada penderita yang mengalami tetralogi spell, terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut karena dapat
mengakibatkan komplikasi serius pada sistem saraf pusat. Tetralogi
spell ditandai dengan adanya paroksismal hiperpnea (nafas cepat
dan dalam), menangis lama, gelisah, sianosis meningkat dan
pengurangan intensitas murmur jantung. Penatalaksanaan untuk
kondisi ini antara lain dengan cara :
a. Berikan Posisi lutut ke dada (knee chest position), hal ini di
maksudkan agar aliran balik (venous return) dari tubuh bagian

10
bawah menjadi berkurang, dan akan menyebabkan kenaikan
saturasi oksigen arteri. Diharapkan juga pada posisi tersebut
sistemik vascular resisten meningkat sedangkan resistensi
vascular paru tetap, sehingga aliran darah keparu bertambah,
yang akan menambah saturasi oksigen

b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat


pula diberi diazepam (stesolid) per rectal fungsinya untuk
menenangkan, agar kebutuhan oksigen yang dibutuhkan
berkurang dan dapat mengendorkan otot infundibulum.
c. Oksigen dapat diberikan, dengan usaha diatas dapat
diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang dan
anak menjadi tenang.
d. Pemberian propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan lahan untuk
menghambat impuls simpatis pada reseptor beta di jantung
dan pembuluh darah perifer sehingga mengurangi tahanan
vascular perifer, dengan memperbaiki kontraksi dan
mengurangi spasme infundibulum. Dosis total dapat dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan
separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
e. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat
efektif dalam penanganan serangan sianotik. Penambahan

11
volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah keparu bertambah dan aliran darah
sistematik oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
(Standar Pelayanan Medik RS.PJNHK, 2003)

2. Penanganan Surgical / Pembedahan


Penyakit TOF harus dikoreksi dengan tindakan pembedahan, baik
pada neonatus ataupun anak. Tujuan dari pembedahan adalah
memperbaiki pulmonal stenosis dengan cara di reseksi dan
menutup lubang ventrikel septal defek. Dengan memperbaiki defek
pada TOF diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas
hidup pasien. Dokter Cardiologist Pediatrik dan Dokter Bedah
Jantung Pediatrik akan melakukan konfrensi sebelumnya untuk
menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan operasi. Keputusan
operasi berdasarkan kesehatan anak saat itu dan berat badan
anak, besarnya tingkat keparahan defek dan bergantung pada
simpton yang terdapat pada anak. Pembedahan TOF terbagi
menjadi :
a. Prosedur Paliatif (Shunt)
Pada bayi dengan gejala spell berulang harus dilakukan operasi
paliatif terlebih dahulu yang bertujuan untuk meningkatkan kadar
oksigen dalam darah, memperbesar diameter LPA dan RPA,
melatih pompa dari ventrikel kiri. Hal ini bertujuan untuk
memberikan waktu pada bayi untuk tumbuh dan lebih kuat
menghadapi operasi yang lebih besar (Total Koreksi). Shunt juga
ditujukan untuk meningkatkan aliran darah ke arteri pulmonal
sehingga serangan spell dapat berkurang serta ukuran diameter
arteri pulmonal mencapai ukuran optimal sehingga dapat
dialirkan darah saat Total Koreksi dikerjakan.

12
Beberapa indikasi yang sering digunakan untuk pemilihan
prosedur Shunt terlebih dahulu dibandingkan dengan Total
Koreksi antara lain :
- Neonatus dengan TOF dan Atresia Pulmonal dengan hipoksia
berat
- Bayi dengan hipoplasti annulus pulmonal dan arteri pulmoner
hipoplastik dimana membutuhkan jalur transannular untuk
dilakukan Total Koreksi.
- Anak dengan hipoplasti cabang-cabang arteri pulmonal
- Bayi dengan BB< 2,5 kg
Prosedur Shunt yang sering dilakukan, antara lain :
- Classic Blalock-Taussig shunt (BT-Shunt), yaitu merupakan
prosedur shunt yang dianastomosis sisi sama sisi dari arteri
subklavia ke arteri pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan
pada bayi diatas 3 bulan karena Shunt dapat menjadi
tersumbat pada bayi usia < 3 bulan akibat ukuran arteri yang
lebih kecil.
- Modified Blalock-Taussig Shunt, pada prosedur ini
menggunakan Gore-Tex yaitu suatu alat shunt buatan,
dipasang diantara arteri subklavia dan arteri pulmonal.
Prosedur ini paling sering digunakan pada bayi usia < 3 bulan.
Insiden mortalitas surgical pada prosedur ini < 1 %
- Waterson Shunt, yaitu membuat anantomosis dari aorta
asending ke arteri pulmonal kanan, hal ini biasanya dilakukan
pada bayi. Pada tipe ini ahli bedah harus hati-hati untuk
menentukan ukuran anastomosis yang dibuat antara bagian
aorta asending dengan bagian anterior arteri pulmonal kanan.
Jika anastomosis terlalu kecil maka akan mengakibatkan
hipoksia berat.
- Potts Shunt, yaitu anastomosis antara aorta desenden
dengan arteri pulmonal yang kiri teknik ini jarang digunakan,

13
karena memiliki tingkat kesulitan dan komplikasi seperti pada
bedah Waterson Shunt.

b. Prosedur Total Koreksi


Indikasi dan saat yang tepat dapat dilakukan Total Koreksi pada
TOF, antara lain:
- Ukuran arteri pulmonalis kanan dan kiri cukup besar dan
memenuhi kriteria yang diajukan oleh Kirklin yang disesuaikan
dengan berat badan.
- Ukuran dan fungsi ventrikel kiri harus baik agar mampu
menampung aliran darah dan memompanya setelah terkoreksi.
- SpO2 < 75%, sering terjadinya serangan tetralogi spell secara
umum merupakan suatu pertimbangan untuk indikasi dilakukan
operasi.
- Bayi dengan gejala simptomatik dengan stenosis pulmonal dapat
dioperasi setelah 3-4 bulan. Namun bisa juga operasi dilakukan
setelah 1 atau 2 tahun pada kasus asimptomatik, asianotik,
minimal sianotik atau Pink Fallot.
- Bayi dengan riwayat prosedur Shunt sebelumnya dapat dilakukan
Total Koreksi 6 bulan setelah prosedur Shunt.

14
Total Koreksi terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan
reseksi infundibulum yang mengalami hipertropi (Myung, K Park,
2008). Penutupan lubang pada VSD biasanya menggunakan suatu
alat yang dinamakan pericardial patch. Pericardial patch ini
menghentikan darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen
bercampur antara ventrikel kanan dan kiri. Ketika ventrikel kanan
tidak lagi bekerja dengan kuat untuk memompakan darah ke paru,
maka ukuran ventrikel kanan akan kembali ke ukuran normal
dengan sendirinya. Keuntungan operasi secara dini diantaranya
dapat mengurangi tingkat keparahan hipertropi otot jantung dan
fibrosis ventrikel kanan, serta pertumbuhan yang baik pada arteri
pulmonal dan unit alveolar.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder
dengan adanya malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis,
serangan sianotik akut)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan
5. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena

15
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
7. Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/ prognosis penyakit
anak b.d kurangnya paparan informasi
8. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau
informasi tentang penyakit

16
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnese
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
- Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin,
amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
- Pajanan terhadap sinar –X
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting
(jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa
lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
c. Riwayat psikososial/ perkembangan
- Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
- Mekanisme koping anak/ keluarga
- Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
- Akivitas dan istirahat

17
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena
kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan
umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

- Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
- Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
- Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit
menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran
mukosa Kering
- Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
- Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian
- Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher
kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/
mengaduh/mengeluh

18
- Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras
didaerah pulmonal yang semakin melemah
dengan bertambahnya derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
- Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara
umum,
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan hemoglobin dan
hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah

b. Radiologis : Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan


aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung,
gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu

c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir


selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta


dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri
pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum


ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer

f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan


penurunan PaO2

19
C. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan aliran darah ke pulmonal
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Gangguan
Tujuan Tujuan : Setelah dilakukan NIC :
pertukaran tindakan keperawatan diharapkan Respiratory
gas b.d pertukaran gas kembali lancar Monitoring
penurunan Intervensi :
alian darah ke NOC : Respiratory status : a. Monitor rata-rata,
pulmonal Gas Exchange kedalaman,
Indikator 1 2 3 4 5 irama,suara dan
Mendemonstra usaha respirasi
sikan
peningkatan b. Auskultasi suara
ventilasi
napas, catat area
Oksigen yang
adekuat penurunan/tidak
Memelihara adanya ventilasi
kebersihan
paru dan suara
Bebas dari tambahan
tanda distress
pernafasan c. Tentukan
TTV dalam kebutuhan suction
rentang normal
dengan
mengauskultasi
Indicator skala :
crakles dan ronkhi
1 = Selalu menunjukan
pada jalan napas
2= Sering menunjukan
d. Monitor
3 = Kadang menunjukan
kelelahan otot
4 = Jarang menunjukan
diafragma
5 = tidak pernah menunjukan
(gerakan
paradoksis)
e. Monitor TTV

20
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder
dengan adanya malformasi jantung
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Penurunan Tujuan : Setelah dilakukan NIC : Regulasi
kardiak output tindakan selama proses Hemodinamik
b.d sirkulasi keperawatan diharapkan curah Intervensi :
yang tidak jantung efektif a.Pantau denyut
efektif NOC : Status Sirkulasi perifer, waktu
sekunder Indikator 1 2 3 4 5 pengisian kapiler,
dengan Sistolik dan dan suhu serta
adanya diastolik dalam warna ekstremitas
malformasi batas normal b. Pantau dan
jantung Denyut dokumentasikan

jantung dalam denyut jantung,

batas normal irama dan nadi.

Oedem c. Pantau asupan/

perifer tidak haluaran urin, dan

ada berat badan

Gas darah pasien dengan

dalam batas tepat

normal d.Minimalkan/
hilangkan stressor
lingkungan
Indicator skala :
e. Pasang kateter
1 = Ekstrem
jika diperlukan
2 = Kuat
3 = Ringan
4 = Sedang
5 = Tidak ada gangguan

21
1. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi ( anoxia
kronis, serangan sianotik akut)
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan NIC : Perawatan
perfusi tindakan selama proses sirkulasi
jaringan b.d keperawatan diharapkan perfusi Intervensi :
penurunan jaringan efektif a. Melakukan
sirkulasi ( Noc : Perfusi jaringan perifer sirkulasi perifer
anoxia kronis, Indikator 1 2 3 4 5 secara
serangan Fungsi otot komprehensif
sianotik akut) utuh b. Kaji tingkat rasa

Kulit utuh, tidak nyaman/

warna normal nyeri

Denyut c. Pantau status

proximal dan cairan meliputi

perifer distal asupan dan

kuat dan haluaran

simetris d. Rendahkan
ekstremitas untuk
menigkatkan
Indicator skala :
sirkulasi arteri
1 = Ekstrem
yang tepat.
2 = Berat
e. Anjurkan
3 = Sedang
latihan gerak
4 = Ringan
aktif/pasif selama
5 = tidak terganggu
tirah baring

22
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Ke tidak Tujuan : Setelah dilakukan NIC I : Nutrition
seimbangan tindakan keperawatan selama Management
nutrisi kurang proses keperawatan diharapkan a.Kaji BB
dari kebutuhan BB stabil, pasien bebas dari tanda b. Berikan makanan
tubuh b.d fatiq -tanda malnutrisi dan pasien dapat tinggi kalori untuk
selama makan mengumpulkan energi untuk peningkatan
dan beraktivitas kembali. energi.
peningkatan Noc : Nutritional status:food c. Berikan makanan
kebutuhan and fluid intake. tinggi Na.
kalori, Indikator 1 2 3 4 5 d. Tingkatkan
penurunan Asupan nutrisi makanan yang
nafsu makan Asupan mengandung

makanan dan protein,vitamin

cairan dan besi

BB meningkat apabila dianjurkan.

Kekuatan NIC II : Nutrition

dapat terapi

terkumpul a. Berikan

kembali lingkungan

Stamina nyaman pada saat


pasien makan.
Indicator skala :
b. Lakukan
1 = Tidak pernah menujukkan
perawatan mulut
2 = Jarang menunjukkan
sebelum pasien
3 = Kadang menunjukkan
makan.
4 = Sering menunjukkan
c. Sediakan
5 = Selalu menunjukan

23
makanan yang
menarik untuk
pasien agar
pasien merasa
tertarik.
d. Ajari pasien dan
keluarga tentang
diet yang harus
diberikan.

24
3. Peningkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
Peningkatan Tujuan : Setelah dilakukan NIC :
tindakan keperawatan selama
volume cairan Fluid/Electrolyte
proses keperawatan diharapkan
tubuh b.d terjadi keseimbangan cairan dan management.
tidak ada oedem pada tubuh
kongestif vena Intervensi :
Noc : Fluid Balance
Indikator 1 2 3 4 5 a.Kaji keadaan
Tekanan darah umum pasien.
normal b. Kaji tanda-tanda
Denyut nadi
normal vital.
Denyut nadi c. Monitor tanda dan
teraba
Tidak terjadi gejalapeningkatan
acites/oedema retensi urine.
pada perut
Masukan d Pantau masukan
selama 24 jam dan keluaran
seimbang
Penegangan urine serta hitung
pada vena keseimbangan
jugularis tidak
teraba cairan.
Turgor kulit e. Berikan/batasi
baik
ciaran tergantung
Indicator skala : pada status
1 = Tidak pernah menujukkan volume cairan.
2= Jarang menunjukkan f. Kolaborasi
3= Kadang menunjukkan medis untuk
4 = Sering menunjukkan pemberian obat-
5 = Selalu menunjukan obatan ( Diuretik)

25
I. DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.


(1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
2. Http://webcache.googleusercontent.com/-
search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ%3Ainherent.brawijaya.ac.id%
2Fvlm%2Ffile.php%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+baw
aan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses tanggal 6 April 2010).
Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan.
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-
penyakit-jantung.html. (akses tanggal 6 April 2010).
Yahya. Fauzi. (2009). Penyakit Jantung bawaan.
http://joenurse.blog.friendster.com/2009/05/penyakit-jantung-
bawaan/. (akses tanggal 6 April 2010).
3. Engram.B. 1994. Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th.
Ed. Editor Monica ester, S.Kp. Jaka
4. Mansjoer Arif : 1999 : Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I :
5. MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
: Jakarta
6. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993
Proses
Keperawatan
7. Aspiani, Y (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Ganggan
Kardiovaskuler : Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta: EG
8. Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan Kita, 2001, Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta, Diklat RSJNHK
9. Smeltzer & Bare, (2014). Textbook of Medical-Surgical Nursing
(10th ed).Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
10. Udjianti, W, J (2010), Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta:
Salemba Medika

26
LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGY OF FALLOT (TOF)

Untuk memenuhi laporan profesi di Departemen Anak

Ruang 7 (HCU) RSSA Malang

FITRIA ISMA WATI

190070300111033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

27
28

Anda mungkin juga menyukai