Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. KONSEP PENYAKIT
A. Defenisi
tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia
2. Dispepsia adalah keluhan atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa
perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada (Corwin
Elizabeth, 2009).
B. Etiologi
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang
lama
4. Stres
C. Manifestasi Klinis
1
4. Nafsu makan berkurang
6. Perut kembung
D. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
2
E. Penatalaksanaan
F. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala
1. Laboratorium
2. Radiologis
3
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
4. USG (ultrasonografi)
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien yang dikaji meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, suku, pendidikan dan pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab yang dikaji meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, alamat, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan apa yang dirasakan pasien saat itu atau alasan
masuk ke RS.
d. Riwayat kesehatan sekarang
4
Kaji masalah – masalah yang timbul saat mulai dirasakan keluhan sampai
saat ini.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang riwayat penyakit yang pernah dialami dan riwayat alergi
terhadap makanan, obat, zat kimia ataupun cuaca.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga.
g. Aktifitas sehari-hari
Meliputi pola activity daily living (ADL) antara kondisi sehat dan sakit,
didentifikasi hal-hal yang mempeerburuk kondisi klien saat ini dari aspek
ADL, meliputi :
1. Nutrisi
2. Eliminasi
3. Istirahat tidur
4. Personal hygiene
5. Aktivitas
h. Pemeriksaan fisik
1. Pernapasan
Perubahan sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok saraf
parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan otot-otot pernapasan) dan
perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatik desenden akibat trauma
pada tulang belakang sehingga jaringan saraf di medula spinalis terputus.
Dalam beberapa keadaan trauma sumsum tulang belakang pada daerah
servikal dan toraks diperoleh hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut.
a. Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi pemapasan,
re traksi interkostal, dan pengembangan paru tidak simetris. Pada
observasi ekspansi dada dinilai penuh a tau tidak penuh dan
kesimetrisannya. Ketidaksimetrisan mungkin menunjukkan adanya
atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, dan
5
pneumotoraks. Selain itu, juga dinilai retraksi otot-otot interkostal,
substernal, dan pernapasan abdomen.
b. Respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas ini dapat
terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu menggerakkan dinding
dada akibat adanya blok saraf parasimpatis.
c. Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan
didapatkan apabila trauma terjadipada rongga toraks.
d. Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabila trauma
terjadi pada toraks/hematoraks.
e. Auskultasi. Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronki
pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk
menu run sering didapatkan pada klien cedera tulang belakang yang
mengalami penurunan tingkat kesadaran (koma). Saat dilakukan
pemeriksaan sistem pemapasan klien cedera tulang belakang dengan
fraktur dislokasi vertebra lumbalis dan protrusi diskus intervertebralis L-
5 dan S-1, klien tidak mengalami kelainan inspeksi pernapasan. Pada
palpasi toraks, didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kin. Pada
auskultasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.
2. Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang belakang
didapatkan renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat.
Hasil pemeriksaan kardiovaskular klien cedera tulang belakang pada
beberapa keadaan adalah tekanan darah menurun, bradikardia, berdebar-
debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau
pucat. Bradikardia merupakan tanda perubahan perfusi jaringan otak. Kulit
yang tampak pucat menandakan adanya penurunan kadar hemoglobin
dalam darah. Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan
tanda-tanda awal dari suatu renjatan.
3. Persyarafan
a. Tingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons terhadap
Iingkungan adalah indika tor paling sensitif untuk disfungsi sistem
6
persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut,
kesadaran klien cedera tulang belakang biasanya berkisar dari letargi,
stupor, semikoma sampai koma.
b. Pemeriksaan fungsi serebral. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama mengalami cedera
tulang belakang biasanya mengalami perubahan status mental.
c. Pemeriksaan Saraf kranial:
1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang
belakang dan tidak ada kelainan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi
normal.
3) Saraf III, 1V, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata dan pupil isokor.
4) Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalami
paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada
kelainan
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku
kuduk
8) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. Pemeriksaan refleks:
1) Pemeriksaan refleks dalam. Refleks Achilles menghilang dan
refleks pa tela biasanya melemah karena kelemahan pada otot
hamstring.
7
2) Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali yang didahului dengan refleks patologis.
3) Refleks Bullbo Cavemosus positif
e. Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada kauda
ekuina, is mengalami hilangnya sensibilitas secara menetap pada kedua
bokong, perineum, dan anus. Pemeriksaan sensorik superfisial dapat
memberikan petunjuk mengenai lokasi cedera akibat trauma di daerah
tulang belakang.
f. Perkemihan. Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan
karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine
dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurun-nya perfusi
pada ginjal.
g. Pencernaan. Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering
didapatkan adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya
bising usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini merupakan
gejala awal dari syok spinal yang akan berlangsung beberapa ha ri
sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adaanya
mual dan kurangnya asupan nutrisi. Pemeriksaan rongga mulut dengan
menilai ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat
menunjukkan adanya dehidrasi.
h. Muskuloskletal. Paralisis motor& dan paralisis alat-alat dalam
bergantung pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan
motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.
2. Diagnosa Keperawatan
8
3. Insomnia berhubungan dengan terkait gejala penyakit
4. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan cairan aktif
9
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
No
TUJUAN KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
(NOC) (NIC)
Indikator : Aktivity :
10
2. Hipertermi
3. Insomnia
11
No
TUJUAN KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
(NOC) (NIC)
12
Daftar Pustaka
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta
13