Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan


kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti
pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan,
diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu
penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses
pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding
arteri (Yuet Wai Kan, 2000).

Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara


maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan
duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan.
Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan
harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010).

Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum


mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan,
hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak
konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan
New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan
informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol.
Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan
banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut,
kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.

1
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit
ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK.
Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK
di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-
an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari
penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep penyakit jantung koroner (PJK) ?


2. Bagaimana Konsep Askep penyakit jantung koroner (PJK) ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Konsep penyakit jantung koroner (PJK)


2. Untuk mengetahui Konsep Askep penyakit jantung koroner (PJK)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang


disebabkan oleh penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri yang mengalirkan
darah ke otot jantung. Penyempitan arteri koroner dimulai dengan terjadinya
atherosclerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak
(plaque) pada dinding arteri koroner, baik dengan gejala klinis maupun tanpa gejala
(Fitriani, 2011).

Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik adalah penyakit
jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan
tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli
koronaria, dan spasme. Oleh karena aterosklerosis merupakan penyebab terbanyak
(99%) maka pembahasan tentang PJK pada umumnya terbatas penyebab tersebut
(Majid, 2007).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi
penyempitan atau sumbatan pada liang arteri koroner oleh karena proses
atherosclerosis. Pada proses atherosclerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri
koroner yang sudah terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut (Valentina, 2008).

Penyakit Jantung Koroner adalah keadaaan dimana terjadi ketidakseimbangan


antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh
pembuluh darah coroner ( Huon, 2005).

2. Etiologi

Secara spesifik, faktor- faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit


jantung koroner menurut Suharjo (2008) adalah:

a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).

3
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner.
b. Berusia lebih dari dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
c. Wanita yang telah mengalami menopause secara fisiologis ataupun secara dini
(pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner apalagi ketika usia
wanita itu telah menginjak usia lanjut.
d. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang buruk
dalam segi diet keluarga.
e. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
f. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor resiko utama penyakit
jantung koroner.Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak endotel
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang
akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
g. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya atherosclerosis coroner yang merupakan penyebab penyakit jantung
coroner.
h. Kegemukan (obesitas).
Obesitas bias merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung
di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan
terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung
koroner.

4
i. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena
penyakit jantung kororner.
j. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi
yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
3. Insidensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah
kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi
penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar
sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara
berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung
pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan
akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan
akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi
keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Prevalensi penyakit jantung koroner
di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan
berdasarkan diagnosis dokter gejala sebesar 1,5%. Sementara itu, prevalensi
penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter
sebesar 0.13%.
4. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang
di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak
permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob
di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat
istirahat membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan

5
untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2),
yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada
dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan
kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung
yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat
mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal
maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai
glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat
sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan
asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun,
gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume,
pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir
diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan
jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari (Jan, 2005).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Suharjo (2008), tanda dan gejala dari penyakit jantung koroner yaitu:
a. Nyeri dada
b. Sesak napas
c. Kelelahan atau kepenatan
d. Palpitasi
e. Pusing dan pingsan

6
6. Test Diagnostik
Menurut Marry (2008), pemeriksaan penunjang pada penyakit jantung koroner
adalah :
a. ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
b. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
c. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
d. Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
e. Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis ata akut.
f. Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
g. Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikiler.
h. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi
atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
i. Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap
suatu stress/ aktivitas.
7. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung coroner yang dapat terjadi antara lain:
a. Serangan jantung mendadak
b. Gagal jantung
c. Angina tidak stabil
d. Kematian mendadak (Arif, 2009).
8. Prognosis
Prognosis pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:

7
a. Wilayah yang terkena oklusi
b. Sirkulasi kolateral
c. Durasi atau waktu oklusi
d. Oklusi total atau parsial
e. Kebutuhan oksigen miokard
Berikut prognosis pada penyakit jantung koroner:
a. 25% meninggal sebelum sampai ke rumah sakit
b. Total mortalitas 15-30%
c. Mortalitas pada usia < 50 tahun 10-20%
d. Mortalitas usia > 50 tahun sekitar 20%
9. Terapi
Menurut Lilik (2009), penatalaksanaan pada pasien penyakit jantung koroner
yaitu:
a. Umum
1) Penjelasan mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir
terutama untuk melakukan aktivitas.
2) Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan
sekarang
3) Pengendalian faktor risiko
4) Pencegahan sekunder.
Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pem-buluh darah lain,
yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk menghambat
proses yang ada. Yang sering dipakai adalah aspirin dengan dosis 375
mg,160 mg,80mg.
5) Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak
terjadi iskemia yang lebih berat sampai infark miokardium.Misalnya diberi
O2.
b. Mengatasi penyakit jantung koroner
1) Medikamentosa

8
a) Nitrat (N),yang dapat di berikan parenteral, sublingual, buccal, oral, trans
dermal dan ada yang dibuat lepas lambat.Yang terdiri dari Gliseral
Trinitrat(GTN) dan Isosorbid 5 Mononitrat (ISMN).
b) Berbagai jenis penyekat beta untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Ada
yang bekerja cepat seperti pindolol dan pro-panolol.Ada yang bekerja
lambat seperti sotalol dan nadolol. Ada beta 1 selektif seperti asebutolol,
metoprolol dan atenolol.
c) Antagonis Calsium (Ca A),juga terdiri dari beberapa jenis baik dgunakan
secara oral maupun parenteral.Umumnya obat-obatan ini mengurangi
kebutuhan O2 dan menambah masuk (dilatasi koroner),ada yang
menurunkan HR seperti Verapamil dan diltiazem.Efek samping
Utamanya seperti sakit kepala,edema kaki,bradikardia sampai blokade
jantung dan lain-lain.Obat-obat tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri
atau kombinasi (2 atau 3 macam) bila diperlukan.
2) Revaskularisasi
a) Pemakaian trombolitik,biasanya pada PJK akut seperti IJA.Rekanalisasi
dengan tromobolitik paling sering dilakukan pada PJK aktif terutama
IMA.
b) Prosedur invasif non operatif, yaitu melebarkan arteria coronaria dengan
balon.
c) Operasi (Coronary Artery Surgery CAS).
Beberapa macam Operasi adalah sebagai berikut.
(1) Operasi Pintas Koroner (CABG)
(2) Vena Saphena (Saphenous Vein).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pada asuhan keperawatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara umum. Proses keperawatan diartikan sebagai
pendekatan dalam pemecahan masalah dan sistematis untuk memberikan
ashan keperawatan terhadap semua orang. Proses keperawatan adalah suatu
pendekatanuntuk pemecahan masalah yang memungkinkan perawat untuk
mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Tujuan proses keperawatan

9
adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien,
menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang
berpusat pada klien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang diharapkan
(Asmadi, 2008).

Langkah-langkah proses keperawatan dibagi 5 tahap yaitu:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada (Asmadi, 2008).

Pengkajian dapat dilakukan persistem tubuh dengan menggunakan 4 metode


yaitu : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam pengkajian yang
dilakukan dalam tahapanya meliputi:

a. Pengumpulan Data

Data yang dikaji adalah sebagai berikut :

1) Biodata
a) Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan
terakhir, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik,
diagnose medis, pekerjaan dan alamat.
b) Identitas penamggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat serta hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga
mendorong pasien untuk mencari pertolongan medis.Keluhan utama

10
dikumpulkan untuk menetapkan prioritas intervensi keperawatan dan
untuk mengkaji tingkat pemahaman klien tentang kondisi
kesehatannya saat ini. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien
penyakit jantung koroner adalah nyeri dada, sesak napas, pusing,
kelelahan atau mudah cak dan jantung berdebar-debar (Paula, 2009).
(2) Riwayat keluhan utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta
menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit saat ini.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah klien pernah menderita
penyakit yang sama atau perlu dikaji apakah klien pernah mengalami
penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan
akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji dengan menggunakan genogram, adakah anggota keluarga yang
mempunyai penyakit serupa dengan klien atau penyakit keturunan
seperti hipertensi, DM.
3) Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara head
to toe dan didokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a) Keadaan Umum
Biasanya Klien dengan penyakit jantung koroner akan datang dengan
adanya keluhan sesak nafas berat, dengan keadaan umum yang buruk
misalnya dengan tampak sakit berat.
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkatan kesadaran terdiri dari enam tingkatan yaitu:
(1) Kompos mentis: sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya (GCS 15-14)
(2) Apatis: keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh (GCS 13-12).

11
(3) Somnolen: keadaan kesadaran yang mau tidur saja dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi
(GCS 11-10).
(4) Delirium: keadaan kacau motorik seperti memberontak dan tidak
sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu (GCS 9-7).
(5) Sopor: keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya
dapat ditimbulkan dengan rangsang nyeri (GCS 9-7).
(6) Koma: keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak
dapat dibangunkan dengan rangsang apapun (GCS < 7) .
c) Tanda-tanda Vital
Sebelum melakukan tindakan lain, yang perlu diperhatikan adalah
tanda-tanda vital, karena sangat berhubungan dengan fungsi
kehidupan dan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan masalah yang
terjadi. Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu:
(1) Tekanan darah
(2) Pemeriksaan denyut nadi
(3) Pemeriksaan suhu
(4) Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang
hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, kesimetrisan
gerakan dada saat bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau
ronchi, serta frekuensi napas. Biasanya pada klien dengan penyakit
jantung koroner didapatkan pernapasan tidak teratur, pernapasan sulit,
frekuensi napas meningkat serta pada saat auskultasi didapatkan suara
paru ronchi atau wheezing.
(2) Sistem kardiovaskuler
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada tidaknya
peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi jantung pada daerah dada
dan pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung

12
peningkatan frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik, ada tidaknya
oedema, warna pucat dan sianosis. Pada klien dengan penyakit
jantung koroner dalam pemeriksaan didapatkan bunyi jantung yang
bisa normal, S3/S4/murmur, pulsasi arteri, sianosis perifer dan
palpitasi.
(3) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen untuk mengetahui
peristaltik usus, adanya massa atau nyeri tekan. Pada klien dengan
penyakit jantung coroner biasanya didapatkan bising usus yang
normal.
(4) Sistem muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion dari pergerakan sendi mulai dari
kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri
yang dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien waktu bergerak
dan observasi adanya luka pada otot akibat peradangan, kaji adanya
deformitas dan atrofi otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus
harus dikaji. Pada penderita penyakit jantung koroner akan ditemukan
kelemahan umum dan penurunan toleransi terhadap aktifitas.
(5) Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemerikasaan kulit meliputi
tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.
(6) Sistem indera
(a) Mata : Di kaji mulai dari adanya nyeri tekan atau tidak, adanya
konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterus atau tidak, kelopak mata
cekung atau tidak. Pada klien yang mengalami sesak berat biasanya
dijumpai anemis pada konjungtiva, ketajaman penglihatan berkurang
dan penurunan lapang pandang.
(b) Telinga
Dikaji mulai dari kebersihan telinga, simetris atau tidak, adanya nyeri
tekan atau tidak, dilakukan tes pendengaran.

13
(c) Hidung
Kaji apakah ada pernafasan cuping hidung, defiasi septum, kepatenan
hidung (jika nares posterior mem-besar menunjukan adanya distress
pernafasan).
(d) Mulut
Di kaji mulai dari kebersihan mulut, sianosis atau tidak, bibir pecah –
pecah atau tidak..
(7) Sistem saraf
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial,
fungsi sensori, serta fungsi reflex. Pada klien dengan penyakit jantung
koroner mengalami pusing dan kadang mengalami syncope.
(8) Sistem perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang,
observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui
adanya retensi urine dan kaji tentang keadaan alat-alat genitourinari
bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri tekan dan
benjolan serta bagaimana pengeluaran urinnya, lancar atau ada nyeri
sewaktu miksi, serta bagaimana warna urinnya.
(9) Sistem imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada
kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.
(10) Sistem reproduksi
Kaji bagaimana system reproduksi klien mengenai kebersihan vulva
dan perineum, Pada klien dengan penyakit jantung koroner cenderung
ditemukan adanya penurunan libido akibat intoleransi terhadap
aktivitas.
4) Pola Aktivitas Sehari – Hari
a) Nutrisi
Pada penderita penyakit jantung koroner mengalami masalah dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan dan
kehilangan sensasi kecap.

14
b) Eliminasi (BAB dan BAK)
Pada klien dengan penyakit jantung koroner akan terjadi penurunan
eliminasi BAK dan BAB akibat dari menurunya intake nutrisi.
c) Istrahat dan Tidur
Istrahat tidur terganggu akibat adanya nyeri.
d) Personal Hygiene
Biasanya mengalami gangguan pemenuhan ADL akibat adanya nyeri
dada.
5) Data Psikologis
Menurut Nursalam (2008), data psikologis mencakup :
a) Status emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba
klien menjadi mudah tersinggung.
b) Konsep Diri
(1) Body image: mengkaji pandangan klien terhadap keadaan
fisiknya saat ini, apakah klien merasa terganggu dengan keadaannya
saat ini?
(2) Ideal: kaji keadaan yang diinginkan klien dan sesuatu yang
menjadi harapan dari cita-citanya?
(3) Harga diri: kaji apakah klien pada saat ini merasa malu atau
bagaimana penilaian pribadi klien tentang hasil yang dicapai dan
seberapa jauh perilaku klien dalam memenuhi ideal dirinya?.
(4) Peran: kaji bagaimana pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi
yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat?
6) Data Sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika
di rumah atau di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli dan
lebih banyak diam akan lingkungan sekitarnya.
7) Data Spritual
Hal-hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama
sakit.Perlu pula dikaji keyakinan klien tentang keembuhannya

15
dihubungkan dengan agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi
klien tentang penyakitnya serta siapa yang menjadi pendorong dan
memotivasi bagi kesembuhan klien.
8) Data Penunjang
(a) ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri
iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari
injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
(b) Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam
4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
(c) Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya
penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo
atau hiperkalemia.
(d) Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan
hari setelah serangan.
(e) Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses
penyakit paru yang kronis ata akut.
(f) Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
(g) Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF,
atau aneurisma ventrikiler.
(h) Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada
jantung.
(i) Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya.Setelah dapat
dikelompokkan, maka perawat dapat mengidentifikasi masalah

16
keperawatan klien dengan merumuskannya.Adapun data-data yang
muncul diklasifikasikan dalam data subyektif dan obyektif (Marelli,
2008).
c. Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-
teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian.
Menginterprestasikan data atau membandingkan dengan standar fisiologis
setelah dianalisa, maka akan didapat penyebab terjadinya masalah pada
klien (Nursalam, 2008).
Analisa data terdiri dari :
1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah keperawatan
3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu masalah.
d. Prioritas masalah
Prioritas masalah dituliskan dalam urutan tertentu untuk memudahkan
pengurutan diagnosa keperawatan berkaitan yang dipilih, yang tersaji
dalam pedoman perawatan. Setelah masalah dianalisa diprioritaskan
sesuai dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang
harus segera diatasi yaitu:
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu pernyataan yang menguraikan respon
insani (status kesehatan atau perubahan pola interaksi aktual potensial)
individu atau kelompok yang perawat dapat membuat intervensi yang
pasti demi kelestarian status kesehatan atau mengurangi, menghilangkan
atau mencegah perubahan-perubahan (Carpenito, 2009).
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
penyakit jantung koroner menurut Doengoes (2005) adalah:

17
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan
iskemiapada miokard.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap
konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
d. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan
perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload
atau peningkatan SVR, miocardial infark.
e. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, hipovolemia.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan
yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga
pasien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (Doengoes, 2005).
4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan,
melaksanakan anjuran–anjuran dokter dan menjalankan ketentuan rumah
sakit. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah
ditetapkan dengan harapan mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Catatan yang dibuat dalam implementasi merupakan sumber yang
ditujukan untuk evaluasi keberhasilan tindakan perawatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Hidayat, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati

18
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan
status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan
efek dari tindakan yang diberikan pada klien (Hidayat, 2009).
Dalam evaluasi, proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam
terus menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan
keperawatan yang ditulis oleh perawat jaga sebelum mengakhiri jam
dinasnya (Hidayat, 2009).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah
baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon
Adapun yang dievaluasi adalah sebagai berikut:
a. Apakah nyeri teratasi ?
b. Apakah intoleransi aktivitas teratasi ?
c. Apakah ansietas teratasi?
d. Apakah perubahan curah jantung teratasi?
e. Apakah perubahan perfusi jaringan teratasi?
f. Apakah kurang pengetahuan teratasi?

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ
jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang
dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner
juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena
adanya faktor resiko yang antara lain adalah gaya hidup yang kurang
aktivitas fisik (olahraga), riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini
dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-
faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol,
melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress
kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja
kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang
signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada
pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap
kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi
rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk menjaga
kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.

B. Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan
hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda
sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin
terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku
hidup sehat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and


Cardiovascular Risk in Physical Workers and Managers.

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC.

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang


Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja
Kasar.

Corwin J. Elizabeth, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3,


Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit


Dian Rakyat, Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah &


Mengobati Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

Doenges, Marilynn E. 2005. Nursing Diagnosis Manual. Philadelphia:


Davis Company

Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan


Kesehatan Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan


Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.

Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di


Indonesia.
Majid, Abdul. (2007). Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi,
Pencegahan dan Pengobatan Terkini. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sivaramakrishna, R., 2000. Powell American Journal of


Roentgenology, 175, 4551

Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan


Penyakit Jantung. Universitas Diponegoro.

Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan.


(2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit
Jantung Koroner

Anda mungkin juga menyukai