PENDAHULUAN
yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
60 tahun ke atas mencapai 600 juta dan angka ini akan menjadi 2 kali lipat pada
tahun 2025. Pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar dan 80% diantaranya
cukup signifikan selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta (4,48%)
pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta (8,37%) pada tahun 2009. Peningkatan
lansia tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup lansia agar
dapat hidup sehat, produktif, dan mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi
keluarga dan pemerintah serta dapat menjadi aset negara yang berharga dalam
1
2
fungsi organ tubuh sehingga akan menimbulkan berbagai masalah baik secara
mulut yang dialami oleh lansia erat kaitannya dengan status gizinya, semakin
buruk kondisi kesehatan rongga mulut akan berdampak buruk juga terhadap
kualitas kesehatannya, selain itu perubahan fisik dan penurunan fungsi organ
tubuh lansia dapat juga mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi.
Kualitas asupan gizi yang buruk pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup
persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan
tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan
kepedulian selama hidupnya. Menurut Survei WHO, sekitar 30% dari orang tua
65-74 tahun telah kehilangan semua gigi. Pada tahun 2010, WHO mengadopsi
kebijakan mengenai retensi gigi asli tidak kurang dari 20 elemen yang
fungsional dan estetis, sebagai tolak ukur kesehatan mulut (WHO, 2017)
mencapai 600 juta jiwadan angka ini akan menjadi 2 kali lipat pada tahun 2025.
Pada tahun 2050 akan menjadi 2 milyar dan 80% diantaranya bermukim di
dengan jumlah penduduk lansia (usia ≥60 tahun) 74.743 jiwa pada tahun
peningkatan kualitas hidup lansia agar dapat hidup sehat, produktif, dan
mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan pemerintah serta dapat
2013).
kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui
proses menua. Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak
meningkatkan kualitas hidup lansia. Hal ini dipengaruhi oleh karena perawatan
hidup. Faktor penyebab kehilangan gigi yang paling banyak adalah karies gigi
sekitar 83% dan penyakit periodontal 17%. Hasil penelitian oleh Bales, dkk
pada tahun 2002-2007 di Amerika Serikat menyatakan 24% dari lansia yang
berusia 65-75 tahun kehilangan gigi karena karies dan 31% dari lansia yang
berusia lebih dari 75 tahun mengalami kehilangan gigi akibat karies dan
kehilangan gigi pada posterior seperti molar, cenderung kehilangan kontak gigi
tidak segera diganti, selain akan mengganggu fungsi pengunyahan, lambat laun
dapat menyebabkan resorpsi tulang alveolar. Maka dari itu dibutuhkan gigi
tiruan yang disebut protesa untuk mengembalikan fungsi gigi yang hilang. Gigi
tiruan dibuat tidak hanya untuk mengganti gigi yang hilang, tetapi harus mampu
fungsi estetik, dan mencegah terjadinya kerusakan pada tulang alveolar dan
penelitiannya dapat diketahui responden dengan kualitas hidup baik dan sangat
dan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember (32,9%). Hasil uji Chi Square-
Fisher Exact diperoleh nilai p value = 1,000. Karena diketahui nilai p value >
terhadap kualitas hidup. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas
5
fisik, sensasi , pemahaman terhadap kesehatan, fungsi sosial dan peran, serta
merupakan fungsi dari sejumlah variabel, seperti stress, depresi, penilaian, dan
cara mengatasi. Dimana oral health yang berkaitan dengan kualitas hidup
merupakan bagian dari kualitas hidup yang memberi efek utama pada
dengan kualitas hidup pada dimensi biologis, psikologis, dan sosial. Jadi,
kehilangan gigi akan memberikan dampak pada kualitas hidup. Kualitas hidup
gigi dan mulutnya. Pada manula 60 tahun keatas, banyak yang telah mengalami
diri dan perasaan berguna.1,4 Meskipun pada beberapa hasil penelitian, tidak
komunikasi yang baik dengan orang lain, memperbaiki faktor estetik dan akan
mempunyai kualitas hidup yang lebih baik dibanding yang tidak menggunakan
gigi tiruan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Mack
jumlah lansia di Desa Kampala pada tahun 2019 secara keseluruhan mencapai
751 orang , terdiri dari umur 45-59 sebanyak 495 orang (Laki-laki 260
orang, Perempuan 80 orang) dan sedangkan pada umur >70 sebanyak 117 orang
diantaranya umur 60-69 sebanyak 13 orang, umur 70> sebanyak 14 orang dari
“Hubungan kualitas hidup lansia pada lansia pengguna gigi tiruan penuh di
kasus tersebut adalah “Hubungan kualitas hidup pada lansia pengguna gigi
“
8
Bantaeng
Bantaeng.
9
Kabupaten Bantaeng.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok lansia yang
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak
semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan
beberapa ahli:
tiga, yaitu:young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan
tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very
old).
12
(Indrawati.T,2017)
1. Teori biologi
usia.( Wijayanti,2017)
3) Teori stres
2. Teori Psikologi
3. Teori Sosial
penuaan, yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri dan teori
perkembangan.
mengikuti perintah.
c. Teori perkembangan
masa kehidupannya.
/ menjanda.
4. Teori spiritual
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu: aspek biologi, aspek
masyarakat.
sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka
batasan usia dari WHO, batasan lansia di indonesia dan menurut ahli
(WHO, 2014).
tahun.
tahun
22
3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
sosial dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi pada sel adalah
2014).
kesehatan rongga mulut yang dialami oleh lansia erat kaitannya dengan
perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh lansia dapat juga
(Nugroho, 2013)
mastikasi.
24
Dagu menjadi maju ke depan, keriput meluas dari sudut bibir dan
sudut mandibula. Hal ini dapat dicegah dengan restorasi gigi yang
baik, penggantian gigi yang hilang dan kontrol gigi tiruan secara
oklusi gigi atas dan gigi bawah dan akan mengakibatkan daya
per square inch menjadi 50 pounds per square inch. Pada manula
lidah dan bagian dorsal lidah serta kehilangan tonus otot lidah.
berbicara.
gigi tiruan. Hal ini lebih disebabkan karena efek penyakit kronik dan
Wangsarahardja.K yaitu:
stomatopirosis) .
teriritasi.
2. Xerostomia
pecah-pecah dan fissur pada mukosa mulut dan halitosis. Hal ini
menurun.
1) Gangguan pengecap
2) Karies gigi
terjadi akibat resesi gingiva dimana pada keadaan ini akar gigi
RK,2016)
(Permana, 2014)
hasil penelitian yang dilakukan oleh Butt dkk yang mengatakan bahwa
sehari-hari. (Sutikno.E.2017)
berguna.(Sutikno.E.2017)
31
manula tersebut
manula.(Dharmawan.OV,2016)
32
hidup dan kesehatan mulut adalah Quality of Life Related Oral Health
terhadap fungsi fisik, psikis, dan sosial akibat karies gigi dan penyakit
mulut yang buruk, misalnya banyak gigi yang hilang sebagai akibat
rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan
hidup.(Kasim E. 2016)
pasien.(Wangsarahardja.K,2017)
seseorang antara lain dapat dilihat dari aspek usia, kehilangan gigi,
lansia
pekerjaan.
aktivitas seksual.
dilingkungan, transportasi.
health).
kualitas hidup buruk dan nilai 100 untuk kualitas hidup terbaik.
b) WHOQOL-OLD
3. Aktivitas pada masa lampau, kini dan yang akan datang (past,
hidup.
dicintai.
c) GOHAI
d) OIDP
(Eric.J,Stancic.2016)
1. Makan
2. Berbicara
3. Membersihkan mulut
4. Aktivitas fisik ringan
5. Tidur
6. relaks
7. senyum
8. keadaan emosional
9. jalan ke luar
10. menikmati berinteraksi dengan orang lain
38
e) OHIP-49
dengan kesehatan mulut yang terdiri dari 7 dimensi dan tiap dimensi
f) OHIP-EDENT
CT,2016)
39
g) OHIP-14.
banyak gigi yang tanggal serta terjadi kerusakan gusi karena proses
kesehatan rongga mulut yang buruk, xerostomia, atropi otot, dan indera
memiliki rasa percaya diri yang kurang, merasa sakit, dan kesulitan
seluruhnya atau kehilangan seluruh gigi asli sebesar 1,6%. Kehilangan gigi
pada lansia disebabkan oleh karena dampak lanjut dari karies dan penyakit
periodontal serta trauma yang tidak dirawat. Lansia dengan oral hygiene
yang buruk memiliki masalah pada sosial dan kontak interpersonalnya yang
atau seluruh gigi asli dan struktur pendukungnya yang telah hilang pada
rahang atas dan rahang bawah. Tujuan pembuatan gigitiruan penuh yaitu
Vertikal dimensi ini yang akan membuat pasien terlihat lebih muda atau
umumnya akan memiliki dagu yang rendah dan menonjol ke luar dari wajah
harus dievaluasi dua kali setahun. Pasien akan terus mengalami resobsi
usia, jaringan akan menjadi kurang elastik. Bukan hal baru apabila pasien
tahun atau setiap dua sampai lima tahun, bergantung dengan kondisi mulut
masalah dalam hal beraktivitas atau bergerak. Gigi geligi yang berfungsi
dengan baik dan estetis akan memperbaiki kualitas kehidupan lansia baik
BAB 3
KERANGKA KONSEP
pustaka mengenai “Hubungan kualitas hidup pada lansia pengguna gigi tiruan
Kualitas hidup
lansia pengguna
gigi tiruan penuh
pada
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: : Penghubung Variabel
pertanyaan peneliti. Setiap hipotesis terdiri atas suatu unit atau bagian dari
Ha: Ada hubungan kualitas hidup dengan penggunaan gigi tiruan penuh
Bantaeng Kab.Bantaeng
Ho: Tidak ada hubungan kualitas hidup dengan penggunaan gigi tiruan
Bantaeng Kab.Bantaeng
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu jenis
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat penelitiaan (Nursalam,
2017).
47
Tehnik Sampling :
Purvosive sampling
Pengumpulan data:
Kuesioner
Pengumpulan Data
Pengolahan Data:
Editing
Coding
Tabulating
2017). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kualitas
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari
Tabel 4.2
kuesioner OHIP-14.
4.5.1 Populasi
yang diteliti (Nursalam 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
4.5.2 Sampel
Besar sampel yaitu sebanyak 30 orang lansia pengguna gigi tiruan penuh
a. Kriteria inklusi
dalam kriteria inklusi kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
adalah :
b. Kriteria Eksklusi
1. Tempat penelitian
Kabupaten Bantaeng
2. Waktu penelitian
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari objek yang
tentang penelitian ini. Dan jika calon responden ini setuju menjadi
2. Data sekunder
respoden dari rumah ke rumah. Lembar kusioner diisi oleh lansia yang
pengisian kuesioner.
53
2012).
memperoleh penyajian data dan kesimpulan yang baik, data yang diperoleh dari
penelitian ini masih mentah, belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan
1.7.1 Editing
pertanyaan yang telah terisi antara lain kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan,
Kadang-kadang(KK):Skor 3
Sering(S) :Skor 4
1.7.2 coding
1.7.3 Entry
1.7.4 Cleaning
kegiatan pengecekan ulang terhadap data yang sudah di entry dalam program
Data yang telah diolah tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis terlebih
dahulu, sehingga hasil analisis data dapat digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan. Analisis dalam penelitian ini yaitu analisis univarial dan analisis
bivarial.
karakteristik kualitas hiduo sebagai variabel bebas dan lansia pengguna gigi
kualiatas hidup dengan penggunaan gigi tiruan penuh pada lansia di Desa
yang memenuhi kriteria inklusi dan di sertai judul penelitian dan manfaat
persetujuan ini jelas dan muda di pahami sehingga responden bisa tahu
data tertentu yang dapat melihat untuk di laporkan sebagai hasil penelitian
(Notoatmodjo.2014).
58
peneliti, banyak kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
tertentu.
penelitian ini adalah semua responden mendapat perlakuan yang sama tanpa
resiko atau dampak negatif yang akan terjadi. Penelitian yang dilakukan tidak