Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


“STUDI KASUS MODAL KERJA, ARUS KAS, DAN PERUBAHAN LABA KOTOR”

OLEH:
KELOMPOK BEBAN
KELAS 1

WINDA LISTYA AGASTA


MUTHMAINNA
BESSE AINUN JARIYAH
FENNY MIKA
CLAUDIANA ISTANTO
JASTY KORNELIS

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS FAJAR
2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Studi Kasus Modal Kerja, Arus Kas, Dan Perubahan Laba
Kotor”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini sesuai dengan harapan anda. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.

Makassar, 10 Januari 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .........................................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................
1.3 Tujuan Pembelajaran ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Studi Kasus Modal Kerja pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) .........................
2.2 Studi kasus Laporan Arus Kas pada CV Purnama Kediri.............................................
2.3 Studi Kasus Perubahan Laba Kotor pada PT. Yumiko Maharani, Tbk ........................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen modal kerja merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Banyak
perusahan yang berskala besar atau kecil akan mempumyai perhatian yang besar di bidang manajemen,
terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju. Analisis manajemen modal kerja akan
membantu manajer keuangan dalam melaksanakan kegiatan perusahaannya dalam hal menentukan jumlah
dana yang harus tersedia dan untuk dapat melihat asal sumber dana itu diperoleh. Manajemen modal kerja
memiliki peranan besar dalam peningkatan probabilitas dan profitabilitas. Selain itu, peningkatan
investasi dalam modal kerja akan mempengaruhi profitabilitas. Dalam berbagai literatur, ditemukan
bahwa Pengkajian tentang modal kerja pada prinsipnya mengarah pada dua hal terpenting, yakni current
assets atau aktiva lancar dan current liabilities atau hutang lancar. Aktiva lancar berhubungan dengan kas,
marketable securities (surat-surat berharga), piutang dan inventori. Sedangkan hutang lancar terdiri dari
hutang-hutang jangka pendek seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada bank
lainnya yang berusia kurang dari satu tahun. Kedua unsur inilah yang merupakan aspek terpenting dalam
manajemen modal kerja bidang perbankan. Aktiva lancar akan sangat berpengaruh pada likuiditas. Jika
setiap aktiva lancar dikelola secara efisien, akan dapat mempertahankan likuiditas badan usaha pada taraf
yang aman.

Laporan arus kas (statement cash flow) dinilai banyak memberikan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan
arus kas juga memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada
aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Laporan arus kas digunakan investor,
kreditur, dan pihak-pihak lainnya dalam menilai potensi laba perusahaan. Kreditur akan memeriksa
laporan arus kas dengan seksama karena mereka mengkhawatirkan kemampuan perusahaan untuk
melunasi pinjaman. Titik awal yang baik dalam pemeriksaannya adalah menemukan kas bersih yang
di sediakan oleh aktivitas operasi. CV. Purnama adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
percetakan. Setiap tahun perusahaan hanya menyusun dua laporan utama yaitu laporan laba rugi dan
neraca. CV.Purnama selama ini belum menyusun laporan arus kas, sedangkan laporan arus kas
sebenarnya sama pentingnya dengan laporan keuangan yang lainya seperti neraca dan laporan laba
rugi.
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama dari perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya. Tiap manajemen selalu menargetkan besaran laba yang diperoleh setiap
periodenya yang saling ditentukan dari tujuan yang harus dicapai. Dalam praktiknya, laba yang
diperoleh perusahaan terdiri dari dua macam:
 Laba kotor (gross profit): laba yang didapatkan sebelum dikurangi dari biaya-biaya yang menjadi
perusahaan tersebut.
 Laba bersih (net profit): laba yang didapatkan dari sesudah mengurangi biaya-biaya yang menjadi
beban perusahaan pada suatu periode tertentu, termasuk pajak.

Secara umum, pengertian laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor
dari period eke periode lainnya, serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara dua atau lebih
periode.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana studi kasus modal kerja?
b) Bagaimana studi kasus arus kas?
c) Bagaimana studi kasus perubahan laba kotor?

1.3 Tujuan Penelitian


a) Untuk mengetahui studi kasus modal kerja
b) Untuk mengetahui studi kasus arus kas
c) Untuk mengetahui studi kasus perubahan laba kotor
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus Modal Kerja pada PT Bank Tabungan Negara (Persero)

PT Bank Tabungan Negara (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara. Dalam
pengelolaan manajemen modal kerjanya, pimpinan bank tidak akan terlepas dari permasalahan
pengelolaan modal kerja. Dengan fokus utama pada penyediaan kredit perumahan, maka tentu saja pihak
manajemen bank berurusan dengan pengelolaan modal yang tidak sedikit. Jika dalam pengelolaan modal
kerjanya, pihak bank tidak teliti dan jeli dalam perencanaan sampai pada pengawasannya, maka bisa
mengakibatkan kegagalan dalam pengelolaan modal kerjanya. Data awal penelitian ditemukan bahwa PT
Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado dalam pengelolaan manajemen kerjanya, selalu
memperhatikan keterkaitan antara modal kerja dan penggunaan modal kerja dalam analisis manajemen
modal kerjanya. current assets atau aktiva lancar dan current liabilities atau hutang lancar merupakan dua
hal pokok yang menjadi fokus analisis manajemen modal kerja. Dampak yang dihasilkan adalah semakin
meningkatnya pendapatan yang diperoleh PT Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado. Peningkatan
ini bisa dilihat dari laporan keuangan per dua tahun terakhir (2013-2014) sebagai berikut:

No Uraian 2013 2014 Modal Kerja

Naik Turun

1 Total Aset 131.169.730 144.575.961 13,406,231


2 Total Liabilitas 119.612.977 132.369.555 12,756,578
3 Total Ekuitas 11.556.753 12,206,406 0,649,653
4 Total Liabilitas dan Ekuitas 131.169.730 144.575.961 13,406,231
5 Pendapatan dan Beban Bunga 5.639.018 5.479.860 0,159,158
Bersih
6 Pendapatan & beban 3,503.109 3.933.648 0,430,539
operasional selain bunga
bersih
7 Laba (rugi) Operasional 2.135.909 1.546.212 0,589697
8 Laba (rugi) Non Operasional 4.862 1.960 2902
9 Laba (rugi) Tahun Berjalan 2.140.771 1.548.172 0,592,599
10 Laba (rugi) Bersih 1.562.161 1.115.592 0,446,569
11 Total Laba (rugi) 1.443.057 1.115.625 0,327,432
Komprehensif Tahun Berjalan
Tabel 1.1. Laporan Keuangan PT. Bank Tabungan Negara Tbk. Cabang Manado Tahun 2013-
2014, (dalam jutaan rupiah)

Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi aktiva lancar, semakin besar pendapatan yang
diperoleh perusahaan, sedangkan semakin kecil aktiva lancar, maka akan semakin sedikit pula pendapatan
yang diperoleh. Sebaliknya semakin besar hutang lancarnya, maka semakin kecil pendapatan yang akan
diperoleh perusahaan sedangkan semakin kecil hutang lancar, akan semakin mempermudah perusahaan
memperoleh pendapatan yang semakin besar.Sebagai salah satu bank yang memiliki kekuatan di bidang
permodalan yang cukup, yang dibutuhkan adalah pengelolaan permodalan yang baik dari pihak
manajemen sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang baik bagi perusahaan.

2.2 Studi kasus Laporan Arus Kas pada CV Purnama Kediri

a) Laporan arus kas 2013

Arus Kas dari kegiatan operasional


Laba (rugi) bersih 16.333.280,00
Penyesuaian
Penyusutan 8.000.000,00
Penurunan piutang 4.683.400,00
Penurunan persediaan 3.514.000,00
Beban Bunga 372.292,00
Kenaikan hutang (61.804.993,00)
Arus kas dari aktivitas operasi (28.902.021,00)
Arus Kas dari aktivitas investasi
Pembelian aktiva 95.000.000,00
Arus kas dari aktivitas investasi (95.000.000,00)
Kenaikan (penurunan) kas periode (664.327,00)
ini
Kas & setara kas awal periode 4.301.703,00
Kas & setara kas akhir periode 3.637.376,00
b) Laporan arus kas 2014

Arus Kas dari kegiatan operasional


Laba (rugi) bersih 14.563.872,00
Penyesuaian
Penyusutan 8.000.000,00
Penurunan piutang 1.000.000,00
Penurunan persediaan 780.000,00
Beban Bunga 426.128,00
Penurunan hutang 24.825.872,00
Arus kas dari aktivitas operasi 49.595.872,00
Kenaikan (penurunan) kas periode (482.000,00)
ini
Kas & setara kas awal periode 3.637.376,00
Kas & setara kas akhir periode 3.155.376,00

c) Laporan arus kas 2015


Arus Kas dari kegiatan operasional
Laba (rugi) bersih 13.781.200,00
Penyesuaian
Penyusutan 8.000.000,00
Kenaikan piutang (3.500.000,00)
Kenaikan persediaan (900.000,00)
Beban Bunga 990.300,00
Penurunan hutang 35.381.200,00
Arus kas dari aktivitas operasi 53.752.700,00
Kenaikan (penurunan) kas periode 2.000.000,00
ini
Kas & setara kas awal periode 3.155.376,00
Kas & setara kas akhir periode 5.155.376,00

Menganalisis rasio likuiditas dengan rumus rasio cakupan hutang tunai lancar untuk menilai
seberapa sukses perusahaan menghasilkan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi
Kas Bersih yang Disediakan : Kewajiban Lancar = Rasio Cakupan
oleh aktivitas operasi Rata-rata HutangTunai Lancar

 Rasio Cakupan Hutang Tunai Lancar tahun 2013


(Rp. 28.902.021 : ( 0 + Rp. 61.804.993)
2
= (Rp. 28.902.021) : Rp.30.902.496
= (0,93)
Rasio cakupan hutang tunai lancar untuk tahun 2013 sebesar (0,93). Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan tidak dapat memenuhi semua kewajiban lancarnya dari arus kas yang dihasilkan secara
internal.
 Rasio cakupan hutang tunai lancar tahun 2014
Rp. 49.595.872 :(Rp. 61.804.993 + Rp. 36.979.121)
2
= Rp. 49.595.872 : Rp. 49.392.057
= 1,00
Rasio cakupan hutang tunai lancar untuk tahun 2014 sebesar 1,00. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan dapat memenuhi semua kewajiban lancarnya dari arus kas yang dihasilkan
secara internal.

 Rasio cakupan hutang tunai lancar tahun 2015


Rp. 53.752.200 :(Rp. 36.979.121 + Rp. 1.597.921)
2
= Rp. 53.752.200 : Rp. 19.288.321
= 2,78
Rasio cakupan hutang tunai lancar untuk tahun 2015 sebesar 2,78. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan dapat memenuhi semua kewajiban lancarnya dari arus kas yang dihasilkan
secara internal.

2.3 Studi Kasus Perubahan Laba Kotor pada PT. Yumiko Maharani, Tbk

Komponen Tahun 2006 Tahun 2007

Penjualan bersih Rp 100.000,00 Rp 165.000,00

Harga pokok penjualan Rp 75.000,00 Rp 110.000,00

Laba kotor Rp 25.000,00 Rp 50.000,00

Jumlah barang yang dijual 1.000 unit 1.100 unit


Harga persatuan Rp 100,00 Rp 150,00

Harga pokok persatuan Rp 75,00 Rp 100,00

Dari data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan penjualan sebanyak Rp65.000,00 dari tahun sebelumnya, yaitu penjualan pada
tahun 2006 sebesar Rp100.000,00 menjadi Rp165.000,00 pada tahun 2007.

2. Harga pokok penjualan juga meningkat sebesar Rp35.000,00 yaitu dari tahun 2006 sebesar
Rp75.000,00 menjadi Rp110.000,00 pada tahun 2007.

3. Laba kotor juga meningkat sebesar 100% atau sebesar Rp25.000,00 dari Rp25.000,00 pada tahun
2006 menjadi Rp50.000,00 pada tahun 2007.

4. Jumlah barang yang dijual meningkat sebesar 100 unit atau 10%, yakni dari 1.000 unit pada tahun
2006 menjadi 1.100 unit pada tahun 2007.

5. Harga persatuan meningkat sebesar Rp50,00 dari Rp100,00 pada tahun 2006 menjadi Rp150,00
pada tahun 2007.

6. Harga pokok persatuan meningkat sebesar Rp25,00 yakni dari Rp75,00 pada tahun 2006 menjadi
Rp100,00 pada tahun 2007.

Untuk menganalisis perubahan laba rugi diatas, diperlukan tahap-tahap analisis. Tujuannya adalah
disamping memudahkan kita melakukan analisis, juga mempermudah dalam memahaminya. Adapun
tahap-tahap analisis yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

Langkah Pertama: Membuat Tabel Perubahan

Secara ringkas perubahan laba rugi yang terjadi dari data di atas jika dimasukkan ke dalam tabel
adalah sebagai berikut:

Komponen Tahun 2006 Tahun 2007 Kenaikan

Penjualan bersih Rp 100.000,00 Rp 165.000,00 Rp65.000,00

Harga pokok penjualan Rp 75.000,00 Rp 110.000,00 Rp35.000,00

Laba kotor Rp 25.000,00 Rp 55.000,00 Rp30.000,00

Jumlah barang yang dijual 1.000 unit 1.100 unit 100 unit

Harga persatuan Rp 100,00 Rp 150,00 Rp50,00

Harga pokok persatuan Rp 75,00 Rp 100,00 Rp25,00


Langkah Kedua: Menganalisis Sebab-sebab Perubahan

Analisis pertama adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan penjualan, yaitu jumlah (kuantitas)
penjualan dengan harga jual.

Rumus yang dapat digunakan adalah: Qt2 (Pr2-Pr1)

1. Karena faktor penjualan

Penjualan tahun 2007 .............................................................................. = Rp165.000,00

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 unit x Rp100 ................................................................................. = Rp110.000,00

Kenaikan laba kotor karena perubahan harga jual................................... =Rp55.000,00

Cara lain adalah: Qt2 (Pr2 – Pr1)

Jumlah penjualan 2007 x (harga jual 2007 – harga jual 2006)

1.100 (Rp150 – Rp100) = Rp55.000,00

2. Karena jumlah (kuantitas) penjualan

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 unit x Rp100.................................................................................. =Rp110.000,00

Penjualan tahun 2006............................................................................... =Rp100.000,00

Kenaikan laba kotor karena perubahan jumlah pendapatan..................... =Rp10.000,00

Cara lain adalah: Pr1 (Qt2 – Qt21)

Analisis kedua adalah perubahan laba kotor yang diakibatkan harga pokok penjualan, yaitu persatuan
maupun jumlah (kuantitas).

Rumus yang digunakan: Qt2 (Hpp2 – Hpp1)

3. Karena harga pokok penjualan

Harga pokok penjualan tahun 2007 ........................................................ =Rp110.000,00

Jumlah penjualan tahun 2007 x harga pokok 2006

1.100 unit x Rp75.................................................................................... =Rp82.500,00


Kenaikan laba kotor karena perubahan harga pokok............................... =(Rp27.500,00)

Cara lain adalah: Qt2 (Hpp2 – Hpp1)

Jumlah penjualan 2007 x (harga pokok 2007 – harga pokok 2006)

1.100 (Rp100 – Rp75) = Rp27.500,00

4. Karena jumlah (kuantitas) penjualan


Jumlah penjualan tahun 2007 x harga jual tahun 2006

1.100 unit x Rp 100 ......................................... = Rp 82.500,00

Penjualan tahun 2006 ..................................... = Rp 75.000,00

Kenaikan laba kotor karena perubahan jumlah penjualan = ( Rp 7.500,00)

Cara lain adalah: Qt1 (Hpp2-Hpp1)

Harga jual 2005 x ( jumlah penjualan 2007- jumlah penjualan 2006) yakni Rp 75 (1.100 unit -1000 unit)
= Rp 7.500,00

Langkah Ketiga : Membuat Laporan Perubahan Laba Rugi

Berikut ini laporan perubahan laba kotor:

PT Yumiko Maharani Tbk.

Laporan Perubahan Laba Kotor

Akhir Tahun 2007 dengan 2006

1. Kenaikan penjualan diakibatkan :

Kenaikan harga jual Rp 55.000,00

Kenaikan kuantitas penjualan Rp 10.000,00

Rp 65.000,00

2. Kenaikan harga pokok penjualan diakibatkan :

Kenaikan harga pokok per unit Rp 27.500,00

Kenaikan kuantitas harga pokok Rp 7.500,00

Rp 35.000,00

3. Kenaikan laba kotor Rp 30.000,00


Di samping cara yang diatas kenaikan baik oleh faktor harga jual maupun pokok penjualan, dapat
pula dilakukan analisis dengan cara lain. Analisis lain yang dimaksud adalah karena faktor:

1. Kuantitas penjualan

2. Harga jual, dan

3. Kuantitas penjualan dengan harga jual.

Dari kasus di atas dapat dianalisis sebagai berikut :

Contoh 1

Faktor kuantitas penjualan, yaitu kenaikan penjualan yang disebabkan oleh naiknya kuantitas (jumlah)
penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual.

Harga persatuan 2006 Rp 100,00

Kenaikan kuantitas 100 unit

Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan jika tidak ada kenaikan harga jual adalah :

Rp 100 x 100 unit = Rp 10.000,00

Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kenaikan laba kotor karena kuantitas penjualan,

Rp 100,00 x 100 unit ............................ = Rp 10.000,00

Selanjutnya, kenaikan harga pokok Rp 35.000,00 disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

1. Faktor kuantitas

Kenaikan harga pokok disebabkam kenaikan kuantitas dengan asumsi tidak ada kenaikan harga pokok :

Harga pokok 2006 Rp 75,00

Kenaikan kuantitas 100 unit

Kenaikan karena faktor kuantitas (Rp 75,00 x 100 unit) = Rp 7.500,00

2. Faktor harga pokok

Kenaikan harga pokok disebabkan kenaikan harga pokok per unit dengan asumsi tidak ada kenaikan
dalam kuantitas.

Kenaikan Harga pokok per unit Rp 25,00


Kuantitas yang dijual 2006 1.000 unit

Kenaikan karena faktor harga pokok (Rp 25,00 x 1.000 unit) = Rp 25.000,00

3. Faktor Kuantitas dan harga pokok

Kenaikan harga pokok per unit kali kenaikan kuantitas.

Kenaikan harga pokok per unit Rp 25,00

Kenaikan kuantitas yang dijual 100 unit

Rp 25,00 x 100 unit Rp2.500,00

Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut

Kenaikan karena faktor kuantitas

(Rp 75,00 x 100 unit) .................................. = Rp 7.500,00

Kenaikan karena faktor harga pokok

(Rp 25 x 1000 unit) ...................................... = Rp 25.000,00

Jadi jumlah kenaikan harga pokok penjualan adalah = Rp 35.000,00


BAB III
KESIMPULAN

Manajemen modal kerja pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado, telah dilakukan
dengan baik dengan memperhatikan kenaikan pendapatan dan stabilitas keuangan bank. Perhitungan
Rasio Kewajiban Lancar terhadap modal kerja PT Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado
menunjukkan bahwa kewajiban lancarnya setiap tahunnya menurun sejak tahun 2013 dan tahun 2014, Hal
ini menunjukkan bahwa bank tersebut, berhasil melakukan penekanan terhadap kewajiban lancarnya
untuk meningkatkan pendapatan Bank sehingga rasio Kewajiban Lancar PT Bank Tabungan Negara Tbk
Cabang Manado adalah stabil. Rasio perputaran modal kerja pada tahun buku 2013 dan tahun buku 2014
terlkhat ada kenaikan setiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan karena Modal Kerja Bersih mengalami
peningkatan dalam kurum waktu dua tahun tersebut. Hal ini menunjjukan bahwa manajemen modal kerja
adalah kekuatan PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado dalam menjawab kebutuhan
perusahaan untuk tetap eksis dalam bisnis perbankan.
Laporan arus kas memiliki tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan, yang masing-masing aktivitas mempunyai bagian sendiri-sendiri. Untuk CV. Purnama
laporan arus kasnya masih terdiri dari aktivitas operasi dan investasi. Penggunaan laporan arus kas harus
disesuaikan dengan laporan keuangan berupa laba rugi dan neraca, karena apabila laba rugi dan neraca
tidak diperhitungkan maka laporan arus kas tidak bisa dijadikan sebagai alat untuk menentukan kebijakan
pendanaan jangka pendek. Berdasarkan hasil analisis maka dapat dilihat bahwa laporan arus kas CV.
Purnama Kediri pada posisi yang lemah karena dari tahun 2013 ke tahun 2015 arus kasnya masih ada
yang defisit. Dalam melakukan pendanaan jangka pendek ini perusahaan memperolehnya dari hutang
suplier dan hutang lain-lain,sehingga akun itu merupakan sumber pendanaan jangka pendek bagi CV.
PurnamaKediri.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan
gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan demikian, manajemen akan mampu
untuk menguraikan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk mengoreksi situasi. Laba kotor
menjadi tanggung jawab bersama dari fungsi pemasaran dan fungsi produksi. Analisis laba kotor
membawa bersama kedua fungsi tersebut dan meyakinkan perlunya dilakukan studi lebih lanjut oleh
keduanya. Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadipada harga jual
per unit, pergeseran komposisi penjualan dan penurunantotal unit yang dijual, sementara fungsi produksi
harus mempertanggungjawabkan terjadinya kenaikan harga pokok.
Daftar Pustaka

https://media.neliti.com
https://ejournal.uniska-kediri.ac.id
https://purnamiap.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai