Anda di halaman 1dari 10

KEWENANGAN TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM ,

APA ITU POLITIK HUKUM , DAN BAGAIMANA KAITANNYA POLITIK HUKUM


DALAM PROFESI JABATAN NOTARIS

Dosen : DR. SUSILO HANDOYO S.H., M.HUM.

OLEH

HERMANSYAH / NIM 193020376

FAKULTAS HUKUM - PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang diterangkan dalam
penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian maka segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan harus berlandaskan dan
berdasarkan atas hukum, sebagai barometer untuk mengukur suatu perbuatan atau
tindakan telah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang telah disepakati.
Negara hukum merupakan suatu negara yang dalam wilayahnya terdapat alat-alat
perlengkapan negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari pemerintah dalam tindakannya
terhadap para warga negara dan dalam hubungannya tidak boleh bertindak sewenang-
wenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan
semua orang dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturanhukum
yang berlaku. (Wirjono Prodjodikoro, 1991: 47).
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hukum merupakan himpunan
peraturan yang mengatur tatanan kehidupan, baik berbangsa maupun bernegara, yang
dihasilkan melalui kesepakatan dari wakil-wakil rakyat yang ada di lembaga legislatif.
Produk hukum tersebut dikeluarkan secara demokratis melalui lembaga yang terhormat,
namun muatannya tidak dapat dilepaskan dari kekuatan politik yang ada di dalamnya. Suatu
negara yang menganut sistem demokrasi, maka segala sesuatunya harus dirumuskan secara
demokrasi, yaitu dengan melihat kehendak dan aspirasi dari masyarakat luas sehingga produk
yang dihasilkan itu sesuai dengan kengininan hati nurani rakyat. Tetapi apabila sebaliknya
maka terlihat bahwa produk hukum yang dikeluarkan tersebut dapat membuat masyarakat
menjadi resah dan cenderung tidak mematuhi ketentuan hukum itu.
Pelaksanaan roda kenegaraan tidak dapat dilepaskan dari bingkai kekuasaan, karena
dalam Negara terdapat pusat-pusat kekuasaan yang senantiasa memainkan peranannya sesuai
dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. namun dalam pelaksanaannya sering
mengalami benturan satu sama lain, karena kekuasaan yang dijalankan tersebut berhubungan
erat dengan kekuasaan politik yang sedang bermain. Maka dalam hal ini negara, kekuasaan,
hukum, dan politik merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan, karena semua
komponen tersebut senantiasa bermain dalam pelaksanaan roda kenegaraan dan
pemerintahan. Komponen-komponen tersebut hanya akan berjalan dengan
semestinya apabila ada pelaksana yang mengerti tentang bagaimana cara kerja dari
komponen tersebut.
Diantara banyak pelaksana negara, kekuasaan, hukum dan politik ini terdapat
mereka yang disebut sebagai pejabat negara, baik secara umum maupun secara khusus.
Diantara para pejabat umum yang memangku tugas dari negara, terdapat pejabat yang
disebut dengan notaris. Notaris merupakan salah satu profesi yang mempunyai karateristik
tersendiri dibandingkan profesi lain seperti : Advokat, jaksa, arbirter dan hakim.
Dimana tugas notaris adalah membantu orang-orang yang mempunyai masalah hukum.
Untuk itu, agar dapat menjalankan profesi tersebut atau membantu orang-orang yang
mempunyai permasalahan hukum, maka seseorang yang menjalankan profesi
tersebut membutuhkan keahlian khusus sebagai salah satu prasyarat untuk
menjadi profesional dalam profesi tersebut.
Dalam pasal 1 Peraturan jabatan Notaris dikemukakan bahwa Notaris adalah pejabat
umum satu-satunya yang berwenang untuk membuat akte otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau
oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akte otentik,
menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktenya dan memberikan grosse, salinan, dan
kutipanya, semuanya sepanjang akte itu oleh suatu peraturan tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain
Dalam menjalankan profesinya Notaris mendapat ijin praktek dari Menteri
Kehakiman, dan dalam hal ini pekerjaan adalah membuat akta otentik. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka tidak beralasan jika Notaris dalam melaksanakan
tugasnya mempunyai kode etik profesi. Karena Notaris merupakan profesi yang terhormat
(officium nobile) yang memerlukan integritas serta kualifikasi tersendiri, oleh
karenanya seorang notaris dalam bertingkah laku menjalankan profesinya, tidak sekedar
dibatasi oleh norma-norma hukum atau norma-norma kesusilaan yang berlaku secara umum,
tetapi juga harus patuh terhadap ketentuan-ketentuan etika profesi, yang diatur dalam kode
etik profesi.
Kegiatan notaris di Indonesia banyak dipengaruhi oleh politik dan hukum itu sendiri.
Pengaruh politik dapat terlihat dari dibuatnya suatu produk politik yang berupa undang-
undang khusus yang mengatur mengenai jabatan notaris yaitu Undang-Undang No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris. Dan status Indonesia yang merupakan negara hukum tentunya
juga akan mempengaruhi setiap tindakan dan perbuatan para notaris karena mereka harus
berpedoman pada hukum-hukum yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang hal tersebut maka, pada makalah ini penulis memilih
judul mengenai apa saja tugas dan wewenang notaris sebagai pejabat umum , apa itu politik
hukum , dan bagaimana kaitannya politik hukum dalam profesi jabatan notaris
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka, saya akan mencoba membahas
permasalahan mengenai
1. Apa tugas dan wewenang Notaris sebagai pejabat umum dalam kehidupan masyarakat .
2. Apa itu politik hukum
3. Bagaimanakah kaitannya politik hukum dalam profesi jabatan notaris
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tugas Dan Wewenang Notaris
Tugas dan wewenang Notaris penting untuk diuraikan, dengan mengacu
pada wewenang yang diberikan secara atributifoleh Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. Walaupun secara administrasi negara (recht administrative)
Notaris dan PPAT tidak mungkin dijadikan sebagai pejabat public yang apabila
melakukan tugas dan kewenangan bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau asas umum pemerintahan yang baik (Algemene Beginsel
Behorlijk Van Bestuur). Pemaparan tugas dan kewenangan Notaris (Habib Adjie,
2009: hal. 40) sebagai pejabat umum (openbare amtbbenaren) dan mandiri (lih:
Pasal 1 angka 1 UUJN) adalah untuk melihat, apakah cover note yang sering
diterbitkan oleh Notaris sebagaimana dalam praktik dan kebiasaan pejabat Notaris
? merupakan tugas dan kewenangannya. Ataukah cover note benar adanya untuk
diadikan bukti jaminan karena ia dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang .
Pasal 15 ayat 1 UUHT menegaskan bahwa pembuatan SKMHT adalah
kewenangan Notaris, disamping itu juga PPAT berwenang membuat SKMHT. Apalagi
dalam kebiasaan di lapangan setelah seorang menjadi PPAT, jabatan Notaris juga sudah
dijabatnya. Dengan demikian atas dasar keyakinan PPAT sebagai pejabat yang akan
mengirim APHT dan warkah serta surat lainnya (seperti Sertifikat hak milik, warka,
persil dll) sudah lengkap, maka tidak ada keraguan lagi bagi Notaris sekaligus sebagai
PPAT untuk mengeluarkan cover note, agar dengan kepercayaan dari Notaris dan debitor
pemberi hak tanggungan Bank sudah dapat mencairkan kredit. Dalam praktiknya juga
sering terjadi konflik (chaos) tugas dan kewenangan antara PPAT dan Notaris apalagi
kewenangan Notaris dikuatkan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003
sedangkan PPAT hanya dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah (disingkat PP) Nomor
37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah (disingkat PJPPAT).
Dalam pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN ditegaskan Notaris berwenang membuat akta yang
berkaitan dengan Akta pertanahan.
Ada tiga penafsiran pasal tersebut yaitu:
1) Notaris telah mengambil alih semua wewenang PPAT menjadi wewenang
Notaris atau telah menambah wewenang Notaris.
2) Bidang pertanahan menjadi wewenang Notaris.
3) Tetap tidak ada pengambilalihan dari PPAT atau pengembalian wewenang kepada
Notaris, baik PPAT maupun Notaris telah mempunyai wewenang sendiri-sendiri.
(Habib Adjie, 2008: 84).
Dalam beberapa literatur dan artikel yang ditulis oleh Habib Adjie
(2008: 86 & 2009: 83) mengemukakan : “Wewenang bidang pertanahan tidak
berwenang menjadi wewenang Notaris di Indonesia sejak kelahirannya. Ketentuan pasal
15 ayat 2 huruf f UUJN tidak menambah wewenang Notaris di bidang pertanahan, dan
bukan pula pengambilalihan wewenang dari PPAT. Bahwa Notaris mempunyai
wewenang dalam bidang pertanahan, sepanjang bukan wewenang yang sudah ada
pada PPAT, oleh karena itu tidak ada sengketa kewenangan antara Notaris dan
PPAT (lih juga: putusan MK Nomor 009 – 014/ PUU-III/ 2005, tambahan
pen.).Masing-masing mempunyai kewenangan sendiri sesuai aturan hukum yang
berlaku.”
Dari uraian di atas tidak berarti bahwa tugas dan kewenangan untuk pembuatan
SKMHT juga menjadi sengketa antara Notaris dan PPAT, karena dalam
pelaksanaan adalah Notaris yang diprioritaskan untuk menerbitkan SKMHT bagi
pihak yang ingin mengajukan kuasa membebankan hak tanggungan (habib Adjie
mengomentari (2009: 31), bahwa kata yang lebih tepat adalah bukan “surat” tetapi Akta
Kuasa Membebanka Hak Tanggungan). Namun untuk wilayah terpencil (seperti pedesaan
yang tidak ada Notaris) maka PPAT dapat saja membuat SKMHT untuk kepentingan
para pihak. Pejabat Notaris sebagai pejabat yang akan mengeluarkan akta, agar dapat
dipercaya. Seperti apa yang diuraikan oleh Tan Thong Kie (2007: 445) untuk pembuatan
akta yang otentik maka jabatan Notaris adalah jabatan yang mulia yang membuktikan
bahwa kekuasaan (power) merajai kewajiban (obligatory). Oleh karena fungsi Notaris
banyak terlibat dalam beberapa lingkungan dan situasi dalam kehidupan seorang
masyarakat. sebagaimana yang dikemukakan oleh Tan Tong Kie (2007: 451 s/d 455)
dengan mengutip pendapat A. W. Voors “Dalam hubungan keluarga seorang Notaris
harus membedakan antara hubungan keluarga dan tugas jabatan dengan objektif/ tidak
memihak dan mampu menyimpan rahasia bagi keluarga yang pemboros, dalam
hal membuat surat wasiat, dan perjanjian nikah. Dalam soal warisan, dengan akta warisan
yang dibuatnya maka seorang dapat mencairkan rekening yang tersimpan dalam suatu
Bank. Dalam bidang usaha seperti pembuatan kontrak anatara para pihak yang dimulai
dengan akta dan juga diakhiri dengan akta, kejadian terutama dapat dilihat dalam akta
jual beli. ” Terlepas dari fungsi Notaris yang dikemukakan panjang lebar oleh Tan Tong
Kie, jelasnya tugas dan kewenangan dari pada Notaris telah ditegaskan dalam Pasal 15
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagai berikut
I. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/ atau yang dikehendaki oleh yeng
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin
kepastian tanggalpembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse,
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjangpembuatan akta-
akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain
atau orang lain yangditetapkan oleh undang-undang.
II. Notaris berwenang pula:
1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di
bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus.
2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus.
3. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan
digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
4. Melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat
aslinya.Memberikan penyuluhan hukum sehubungan
dengan pembuatan akta.
5. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan.
6. Membuat akta risalah lelang .
Berdasarkan tugas dan kewenangan Notaris yang ditegaskan dalam UUJN,
selanjutnya Habib Adjie(2008: 78) membagi dalam tiga ranah
kewenangan yakni kewenangan umum (Pasal 15 ayat 1 UUJN),
kewenangan khusus (Pasal 15 ayat 2 UUJN), kewenangan yang akan ditentukan
kemudian (Pasal 15 ayat 3UUJN). Maksud dari pada kewenangan umum adalah
kewenangan untuk membuat akta secara umum dengan
batasan sepanjang:
1) Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2) Menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan,perjanjian, dan ketetapan yang
diharuskanoleh aturan hukum atau dikehendaki oleh yang bersangkutan.
3) Mengenai subjek hukum (orang atau badan hukum) untuk kepentingan
siapaakta itu dibuat atau dikehendakioleh yang berkepentingan (Habib Adjie: ibid
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan diatas, maka kesimpulan yang dapat
penulis
berikan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan
dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem tersebut
dan bagaimana
melaksanakan tujuannya. Pentingnya peranan politik hukum dapat menentukan
keberpihakan suatu
produk hukum dan kebijakan.Produk hukum tersebut dikeluarkan secara
demokratis melalui lembaga
yang terhormat, namun muatannya tidak dapat dilepaskan dari kekuatan
politik yang ada di
dalamnya. Suatu negara yang menganut sistem demokrasi, maka segala
sesuatunya harus
dirumuskan secara demokrasi, yaitu dengan melihat kehendak dan aspirasi
dari masyarakat luas
sehingga produk yang dihasilkan itu sesuai dengan kengininan hati nurani rakyat.
Politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum
yang dapat
menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.
Disamping itu, politik
hukum dalam suatu negara hukum tidak luput dari peranan berbagai penegak
hukum dimana salah
satu penegak hukum dalam hal ini adalah notaris. Yang mana keberadaan notaris
tersebut dibutuhkan
di dalam suatu negara hukum agar dapat mengatur perhubungan
hukum antar masyarakat di
dalamnya. Selain itu, notaris merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat akan
bantuan hukum
yang netral dan berimbang sehingga melindungi kepentingan hukum
masyarakat. Notaris juga
diharapkan dapat memberikan penyuluhan hukum, khususnya dalam
pembuatan akta, sehingga
masyarakat akan mendapatkan perlindungan hukum dan kepastian
hukum, sehubungan dengan
semakin meningkatnya proses pembangunan sehingga meningkat pula
kebutuhan hukum dalam
masyarakat. Kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat dilihat dengan
semakin banyaknya
bentuk perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta notaris, dimana notaris
merupakan salah satu
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Dengan demikian,
kaitannya dalam hal ini
notaris yang merupakan pejabat berwenang dalam suatu produk yang
dihasilkan dari notaris itu
sendiri merupakan suatu produk hukum yang lahir dari kebijakan politik hukum

Anda mungkin juga menyukai