1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto, Kupang-NTT
Email: mgi_ub08@yahoo.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto, Kupang-NTT
Email: diyotomo@gmail.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Nusa Cendana, Jl. Adi Sucipto, Kupang-NTT
Email: noldhy_np@yahoo.com
ABSTRAK
Ruas Jalan Jenderal Soeharto di Kota Kupang merupakan ruas jalan dengan tingkat kesibukan
tinggi, yang menyebabkan sering terjadi konflik pergerakan arus lalu lintas. Kondisi ini berpotensi
mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, serta mempengaruhi tingkat keamanan dan
kenyamanan penguna jalan. Dari hasil analisis, ruas Jalan Jenderal Soeharto (Sta. 00+625 sampai
Sta. 00+825) memiliki nilai hambatan samping sangat tinggi yaitu sebesar 1722.70 kejadian per
200 meter per jam, kapasitas ruas jalan tersebut 2079,00 smp/jam, kecepatan arus bebas 37,18
km/jam, kecepatan sesungguhnya 20,00 km/jam, dan nilai derajat kejenuhan 1,09 sehingga ruas
jalan yang ditinjau berada pada tingkat pelayanan F atau kondisi terburuk. Alternatif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja ruas jalan Jenderal Soeharto yaitu dengan cara menertibkan
kendaraan yang menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir dan melakukan pelebaran jalan.
Dengan melakukan hal ini kapasitas ruas jalan akan naik menjadi 7338,60 smp/jam, derajat
kejenuhan menjadi 0,31, sehingga ruas Jalan Jenderal Soeharto berada pada kategori tingkat
pelayanan B.
Kata kunci: Kinerja, Tingkat Pelayanan, Kapasitas, Hambatan Samping
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan visual di lapangan, ruas JalanJenderal Soeharto di Kota Kupang termasuk daerah dengan
tingkat kesibukan tinggi, karena pada ruas jalan tersebut terdapat sarana pendidikan, perdagangan, pertokoan,
perhotelan, dan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) yang menyebabkan sering terjadi konflik pergerakan
arus lalu lintas dan berpotensi mengakibatkan kemacetan bahkan kecelakaan lalu lintas. Kondisi demikian akan
mempengaruhi tingkat keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan yang melewati ruas jalan tersebut.
Pengurangan lebar efektif badan jalan akibat on street parking serta tingginya akses kendaraan masuk-keluar
persil/akses dan/atau pusat aktivitas di sekitar ruas jalan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan kinerja jalan.
2. LANDASAN TEORI
2.1 TINGKAT PELAYANAN /LEVEL OF SERVICE (LOS)
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) menyatakan bahwa kinerja ruas jalan minimal diukur berdasarkan
hubungan antara nilai Q/C dan kecepatan perjalanannya. Apabila nilai Q/C > 0,75 maka ruas jalan tersebut dapat
dikatakan bermasalah dengan kapasitas layanannya. Tingkat pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau
persimpangan untuk menampung lalu lintas pada keadaan tertentu.
Enam tingkat pelayanan yang digunakan dalam prosedur analisis disimbolkan dengan huruf A sampai dengan F,
dimana Level of Service (LOS) A menunjukkan kondisi operasi terbaik, dan LOS F merupakan tingkat layanan
paling jelek.
B-356
Tabel 1. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan
Tingkat Batas
Pelayanan Karakteristik Lingkup Q/C
Arus bebas, arus rendah, dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih bebas
A kecepatan yang diinginkan 0.00 – 0.19
Arus stabil, kecepatan sedikit dibatasi oleh lalu lintas, arus pelayanan dapat
B dipakai untuk mendesain jalur luar kota 0.20 – 0.44
Arus stabil, kecepatan dikontrol oleh lalu lintas,arus dapat dipakai untuk
C mendesain jalan perkotaan. 0.45 – 0.74
Arus mulai terganggu, kecepatan rendah, arus pelayanan bekaitan dengan
D kapasitas maksimal 0.75 – 0.84
Arus tidak stabil, kecepatan rendah dan berbeda bahkan sering berhenti sama
E sekali, arus mendekati kapasitas 0.85 – 1.00
Arus mulai terhambat (dipaksakan) atau macet pada kecepatan yang rendah dan
F sering berhenti, antrian panjang dan terjadi hambatan besar >1.00
Sumber : Morlok, 1986
B-357
Kapasitas merupakan salah satu ukuran kinerja lalu lintas pada saat arus lalu lintas maksimum dapat dipertahankan
(tetap) pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu dan dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (smp) (MKJI,
1997). Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:
C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS …………………………...................................................(2)
Dimana :
C = Kapasitas(smp)
CO = Kapasitas Dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP= Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
B-358
2.8 FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING (FCsf)
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian hambatan samping ditentukan berdasarkan jarak antara kereb dengan
penghalang pada trotoar (Wk) dan kelas hambatan sampingnya (SFC). Untuk faktor penyesuaian kapasitas untuk
hambatan samping dan jarak kerb penghalang jalan perkotaan dengan kerb dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb Penghalang (FCsf)
Jalan Perkotaan Dengan Kerb
Jarak kereb – penghalang (Wk)
Notasi
Kelas hambatan
Tipe jalan hambatan
samping ≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
samping
Sangat rendah VL 0,95 0,97 0,99 1,01
Rendah L 0,93 0,95 0,97 1,00
4/2 UD
Sedang M 0,90 0,90 0,95 0,97
Tinggi H 0,84 0,84 0,90 0,93
Sangat tinggi VH 0,77 0,77 0,85 0,90
Sumber : MKJI 1997
B-359
Untuk jalan tak terbagi, analisis kecepatan arus bebas dilakukan pada kedua arah lalu lintas. Untuk jalan terbagi,
analisis dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan jalan
satu arah yang terpisah.
2.13 FAKTOR PENYESUAIAN KECEPATAN UNTUK HAMBATAN SAMPING (DENGAN KERB) (FFV )
SF
Menurut MKJI 1997, faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan samping merupakan faktor
penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar sebagai akibat adanya aktivitas samping segmen jalan, yang pada
sampel ini akibat adanya jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar, mobil parkir, penyeberang jalan, dan
simpang.
Tabel 10. Faktor Penyesuaian Kecepatan Untuk Hambatan Samping
Faktor penyesuaian hambatan samping dan jarak kerb-
penghalang
Kelas hambatan
samping (SFC) Jarak kerb-penghalang rata-rata Wk (m)
Tipe jalan ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m > 2,0 m
Empat lajur tak terbagi Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
4/2UD Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
Sedang 0,91 0,93 0,96 0,98
Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94
Sangat tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90
Sumber : MKJI 1997
B-360
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DATA PRIMER
Data primer merupakan data-data yang diperoleh langsung dari survei lapangan. Jenis data primer yang diambil
yaitu:
a. Arus arus lalu lintas
b. Kecepatan
c. Hambatan samping
d. Geometrik Jalan
2. Lalu lintas
Komposisi lalu lintas yang melewati ruas Jalan Jenderal Soeharto adalah sebagai berikut:
B-361
a. Kendaraan ringan (LV), yaitu kendaraan bermotor beroda empat dengan dua gandar berjarak 2,0 – 3,0 meter
(termasuk kendaraan pribadi/penumpang, jeep, pick up).
b. Kendaraan berat (HV), yaitu kendaraan bermotor dengan dua gandar berjarak lebih dari 3,50 meter, biasanya
beroda lebih dari empat (termasuk bis, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi).
c. Sepeda motor (MC), yaitu kendaraan beroda dua atau tiga.
3. Hambatan samping
Hambatan samping dalam penelitian ini meliputi:
a. Pejalan kaki ( PED = pedestrian ),
b. Parkir dan kendaraan berhenti ( PSV = parking and stop vehicles ),
c. Kendaraan keluar dan masuk ( EEV = exit and entry vehicles ).
Tabel 11. Arus Lalu Lintas Jam Puncak 2 Arah Jalan Jenderal Soeharto (sta. 00+625 s/d sta. 00+825)
Kend.
Sepeda Motor Kend. Berat
Ringan
Waktu Arah (smp/jam) (smp/jam)
(smp/jam)
18.00 s.d 19.00 Kuanino - Oepura 555 741 43,20
18.00 s.d 19.00 Oepura - Kuanino 571,25 344 22,80
Total 2 Arah 1126,25 1085 66
Adapun hasil pengamatan hambatan samping pada ruas Jalan Jenderal Soeharto (sta.00+625 s/d sta.00+825) dapat
dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Hambatan Samping Puncak Jalan Jenderal Soeharto (sta. 00+625 s/d sta. 00+825)
Kendaraan Parkir Kend. Keluar masuk Persil
Pejalan
Waktu Sepeda Kend. Kend. Sepeda Kend. Kend. Kaki
Motor Ringan Berat Motor Ringan Berat
18.00 s.d 19.00 5 12 0 1602 135 19 953
B-362
Arus kendaraan pada jam 18.00 – 19.00 Wita (Arah Oepura ke arah Kuanino):
Sepeda motor (MC) : 2285 kendaraan per jam
Kendaraan ringan (LV) : 344 kendaraan per jam
Kendaraan berat (HV) : 19 kendaraan per jam
Setelah diperoleh jumlah kendaraan/ jam maka, jumlah kendaraan/ jam tersebut dikonversikan kedalam nilai satuan
mobil penumpang (smp) dengan cara dikalikan faktor smp untuk masing – masing jenis kendaraan.
Sepeda motor (MC) : 2285 x 0,25 = 571,25 smp/jam
Kendaraan ringan (LV) : 344 x 1,00 = 344 smp/jam
Kendaraan berat (HV) : 19 x 1,20 = 22,80 smp/jam
Total = 938,05 smp/jam
Setelah nilai smp per jam untuk masing – masing arah diperoleh maka, dapat diketahui jumlah arus kendaraan
maksimum untuk dua arah lalu lintas adalah sebesar 2277,25 smp/jam.
4.3.5 Kecepatan
Kecepatan sesungguhnya didapat dengan menggunakan grafik hubungan antara derajat kejenuhan (DS) dan
kecepatan arus bebas (FV), dimana nilai derajat kejenuhan diperoleh sebesar 1,09 dan kecepatan arus bebas (FV)
sebesar 37,18 km/jam. Dari data tersebut dan berdasarkan pada grafik kecepatan sebagai fungsi dari DS maka
kecepatan sesungguhnya diperoleh sebesar 20,00 km/jam.
B-363
Ruas Jalan Jenderal Soeharto merupakan jalan 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2UD), sehingga tingkat pelayanan
ditentukan berdasarkan total dua arah.
Berdasarkan hasil dari analisis, ruas jalan yang ditinjau memiliki kecepatan arus bebas 37,18 km/jam, kecepatan
sesungguhnya 20,00 km/jam dan Q/C ratio atau derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,09. Dari hasil analisis dapat
disimpulkan juga bahwa kondisi lalu lintas sekarang mengalami masalah kinerja jalan, dimana ruas Jalan Jenderal
Soeharto pada kondisi sekarang dengan arus lalu lintas sebesar 2277,25 smp/jam seharusnya mampu menampung
kapasitas sebesar 6658,20 smp/jam akan tetapi berdasarkan hasil analisis, kondisi sekarang hanya mampu
menampung kapasitas sebesar 2079,00 smp/jam, sehingga ruas jalan tersebut berada pada tingkat pelayanan F dalam
kategori tingkat pelayanan terburuk.
Hasil analisis kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto untuk kondisi sekarang dapat dilihat pada Tabel.14
Tabel 14. Hasil Analisis Kinerja Ruas Jalan Jenderal Soeharto Untuk Kondisi Sekarang
Arus Lalu Kecepatan Hambatan Kapasitas Derajat Tingkat
Lintas sesungguhnya samping (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
(smp/jam) (km/jam)
Kondisi Sangat
sekarang 2277,25 20,00 Tinggi 2079,00 1,09 F
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No: KM 14 tahun 2006, tingkat pelayanan ruas jalan pada level F
memiliki kondisi sebagai berikut:
1. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang,
2. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama,
3. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
4.3.7 Analisis Kinerja Ruas Jalan Tanpa Adanya Parkir Pada Badan Jalan
Dengan data-data yang sudah ada sebelumnya, yaitu lebar jalan untuk kondisi tanpa adanya parkir pada badan jalan
adalah 11,00 meter, maka untuk dapat menentukan kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto pada kondisi tanpa adanya
parkir pada badan jalan, digunakan lebar jalan efektif 11,00 meter, dan untuk kelas hambatan samping dengan tipe
jalan 4/2 UD, dimana ruas Jalan Jenderal Soeharto memiliki kondisi khusus terdapat beberapa toko disisi jalan,
sehingga berdasarkan MKJI 1997 untuk kelas hambatan samping sedang. Hasil analisis kinerja ruas Jalan Jenderal
Soeharto untuk kondisi tanpa adanya hambatan samping parkir pada badan jalan, dapat dilihat pada Tabel.15
Tabel 15. Hasil Analisis Kinerja Ruas Jalan Jenderal Soeharto Untuk Kondisi Tanpa Parkir Pada Badan Jalan
Arus Lalu Kecepatan Hambatan Kapasitas Derajat Tingkat
Lintas sesungguhnya samping (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
(smp/jam) (km/jam)
Kondisi
sekarang 2277,25 60,60 Sedang 6658,20 0,34 B
4.3.8 Alternatif Perbaikan Kinerja Ruas Jalan Jenderal Soeharto (Sta. 00+625 sampai Sta. 00+825) Dengan
Pelebaran Jalan
Untuk meningkatkan kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto maka perlu dilakukan perbaikan terhadap kapasitas. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam upaya perbaikan kapasitas adalah lebar jalan dan faktor hambatan samping berupa
kendaraan yang menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir. Berdasarkan hasil survei pendahuluan dan survei
geometrik pada lokasi penelitian, ruas Jalan Jenderal Soeharto memiliki lebar perkerasan jalan 11,00 meter dan
memiliki trotoar pada sisi kiri dan kanan dengan lebar trotoar untuk masing-masing sisi adalah 1,50 meter, selain itu
pada sisi kanan terdapat saluran drainase dengan lebar atas saluran adalah 1,00 meter.
Untuk meningkatkan kapasitas dapat dilakukan dengan pelebaran jalan, dimana pada kondisi ini trotoar pada sisi
kanan akan dipindahkan tepat berada diatas saluran sehingga memungkinkan pertambahan ruang untuk pelebaran
jalan sebesar 1,50 meter di sisi kanan (arah Kuanino – Oepura). Hal ini menjadikan lebar perkerasan jalan akan
bertambah menjadi total 12,50 meter.
4.3.9 Analisis Kinerja Ruas Jalan Tanpa Adanya Hambatan Samping Dan Adanya Pelebaran Jalan
Untuk melakukan analisis, dapat digunakan data-data yang sudah ada sebelumnya, dengan lebar jalan efektif yang
digunakan sebesar 12,50 meter, diperoleh dari lebar jalan 11,00 meter ditambah lebar 1,50 meter area pelebaran dan
kelas hambatan samping diasumsi sedang. Hasil analisis kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto untuk kondisi tanpa
adanya hambatan samping dan adanya pelebaran, dapat dilihat pada Tabel. 16
B-364
Tabel 16. Hasil Analisis Kinerja Ruas Jalan Jenderal Soeharto Untuk Kondisi Tanpa Hambatan Samping
dan Adanya Pelebaran Jalan
Arus Lalu Kecepatan Hambatan Kapasitas Derajat Tingkat
Lintas sesungguhnya samping (smp/jam) Kejenuhan Pelayanan
(smp/jam) (km/jam)
Kondisi Tanpa
Hambatan Samping dan 2277,25 60,00 Sedang 7338,60 0,31 B
Adanya Pelebaran Jalan
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kondisi lalu lintas pada ruas jalan Jenderal Soeharto dengan asumsi tanpa
hambatan samping dan adanya pelebaran jalan, mampu menampung kapasitas sebesar 7338,60 smp/jam, nilai derajat
kejenuhan 0,31 sehingga berada pada tingkat pelayanan B.
Sebagai usaha perbaikan kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto juga perlu dilakukan perbaikan pada kelengkapan
fasilitas lalu lintas seperti rambu lalu lintas dilarang parkir. Rambu tersebut perlu dipasang disisi kanan jalan (arah
Kuanino – Oepura) yaitu pada sta. 00+700 dan sta. 00+800, karena pada daerah tersebut sering digunakan kendaraan
pick up dan bus sebagai lahan parkir sehingga mengurangi lebar efektif jalan. Selain pemasangan rambu dilarang
parkir tersebut, rambu lalu lintas dilarang masuk juga perlu dipasang pada Jalan Kenari, yang merupakan akses
keluar dari pasar Impres Naikoten. Dengan memasang rambu lalu lintas disertai penertiban dan penegakan aturan
maka diharapkan akan membawa dampak pada berupa perbaikan kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja ruas Jalan Jenderal Soeharto (sta. 00+625
sampai sta. 00+825) memiliki nilai hambatan samping yang sangat tinggi yaitu sebesar 1722,70 kejadian/200m/jam,
dimana kecepatan arus bebas adalah 37,18 km/jam sedangkan kecepatan sesungguhnya adalah 20,00 km/jam dan
derajat kejenuhan (Q/C ratio) sebesar 1,09, sehingga berada pada tingkat pelayanan F kondisi operasi terburuk.
Alternatif untuk meningkatkan kinerja ruas jalan Jenderal Soeharto yaitu dengan cara meniadakan kendaraan yang
menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir mampu menaikkan tingkat pelayanan jalan sampai pada level B,
dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 0,34. Alternatif ini lebih ekonomis dibanding alternatif pelebaran jalan yang
membutuhkan biaya yang besar.
Alternatif pelarangan parkir pada badan jalan ditambah dengan pelebaran jalan memberikan nilai kapasitas jalan
yang besar yaitu kapasitas akan naik menjadi 7338,60 smp/jam dari kapasitas sebelumnya 2079,00 smp/jam, derajat
kejenuhan menjadi 0,31, sehingga ruas Jalan Jenderal Soeharto berada pada kategori tingkat pelayanan B.
DAFTAR PUSTAKA
_______. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum.
_______. (2006). Menteri Perhubungan RI. Peraturan Menteri Perhubungan KM 14 Tahun 2006 tentang
Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas Di Jalan.
Morlok. (1995). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga.
Tamin, Oz. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
B-365