Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU ANESTESI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2018


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

SYNCOPE

OLEH

Mariani Gracea W. Pombu, S.Ked


(1208017020)

PEMBIMBING
dr. Frans Homalessy, Sp.An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN SMF ILMU ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini diajukan oleh :


Nama : Mariani Gracea W. Pombu
NIM : 1208017020
Telah berhasil dibacakan dan dipertahankan di hadapan pembimbing klinik sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di bagian Ilmu Anestesi
RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Pembimbing Klinik

1. dr. Frans Homalessy, Sp. An 1. ………………….


Pembimbing Klinik I

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal : Februari 2018

BAB 1

PENDAHULUAN
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan

di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan

akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa

intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus dicari etiologinya.

Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat darurat disebabkan oleh

sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3

tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat

dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun,

lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham

mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan

antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian

sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden

sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun.

Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop cardiac

(9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien dengan sinkop tersebut dapat

mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-

3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh

sinkop cardiac.

Dalam referat ini akan dibahas mengenai sinkop. Diharapkan dengan mengetahui dan

memahami sinkop, dapat dilakukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi

Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya

memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology: ESC),

adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan

bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi

pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral. 1,2,3

2. Etiologi

Kegiatan sebelum sinkope dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab

gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada saat

menggunakan tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk,

atau berdiri lama. Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan

jantung (cardiac syncope) dan penyebab bukan kelainan jantung (non-cardiac syncope).

Pembagian ini sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab

sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop

refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.3

A. Penyebab Jantung dan Sirkulasi

1. Sinkop Vasodepressor.

Merupakan penyebab yang paling lazim cenderung bersifat familial. Sinkop vasodepressor

terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala

prodromal: kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap, diaphoresis, dan nausea.

Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan, penglihatan kabur, kolaps, dan

LOC (loss of consciousness). Kadang-kadang terjadi kejang klonik ringan, tetapi tidak

diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk kearah

ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:

1. Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi.

2. Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah abdomen

dan genitalia.

3. Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive.3

2. Penyebab Hipotensi Orthostatik

Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20

mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat

seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen

dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena secara tiba-

tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat

asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing,

gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi setelah

makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.

Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam posisi

tegak. Keadaan ini terjadi pada berbagai keadaaan, seperti :

a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).

b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium, neuroleptik).

c. Kegagalan autonom primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan neuropati

otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan otonom

primer.

Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma berikut ini :

a. Disautonomia akut atau subakut


Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami paralisis parsial

atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa

minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi lakrimasi, saliva serta

respirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi

ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut

yang ada hubungannya dengan sindroma Guillain-Bard. Kesembuhan mungkin dapat

dipercepat dengan prednisone.

b. Insufisiensi autonom pascaganglionik kronis

Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut. Penderita

berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-kadang bersamaan

dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala dapat berupa pucat atau mual. Laki-

laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.

c. Insufisiensi autonom praganglionik kronis

Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi, impotensi

dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat.

Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma

Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial

dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi

striatonigra).3

3. Obstruksi aliran keluar. Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis pulmonal.

Pasien dapat datang dengan sinkop akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga

dapat menyebabkan obstruksi aliran keluar.

4. Infark atau iskemia miokardium

5. Aritmia

a. Bradiaritmia: (sick sinus syndrome, blok nodus AV, dll)


b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia ventrikel, dll

Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya hambatan

pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi

pompa jantung pun bias terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun. Penurunan

jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan penurunan perfusi otak

dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan

otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung, dan lain-lain.

Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Bayangkan apabila irama jantung tiba-tiba

melambat. Tentu saja terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika ia memompa

terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan kekuatan pompa

menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome (SSS).3

6. Hipersensitivitas sinus karotis.

Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi pada

pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan

impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls afferen ini

mengaktifkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan

sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua

sinus karotikus, khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung

yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok atrioventrikel), yang

disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan tekanan arterial tanpa perlambatan jantung

yang disebut respons tipe depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi

bersama-sama.3

B. Penyebab Sinkop Metabolik


Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat terjadi jika pasien

berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab metabolik pada sinkop sangat

jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop. Contohnya pada beberapa keadaan

berikut seperti, :

1. Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital

2. Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala kesulitan bernafas,

ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadang-kadang nyeri dada

unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan

hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.

3. Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit,

hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia yang

berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel pulau

langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut, atau akibat pemberian

insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran klinisnya dapat berupa gejala

kebingungan atau bahkan penurunan kesadaran. Diagnosis keadaan ini bergantung pada

hasil anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.

4. Intoksikasi alkohol

C. Penyebab Neurologic Syncope

Ada beberapa sindrom sinkop yang dimediasi reflex diantaranya adalah hipersensitivitas

sinus karotis, sinkop yang dimediasi persyarafan, sinkop glossofaringeal, situasional (batuk,

mengunyah, dan berkemih) serta sensitive terhadap adenosine. Pada setiap kasus reflek

timbul akibat pencetus (pada afferent limb) dan respon (pada efferent limb). Akibat dari

reflex tersebut akan timbul peningkatan aktivitas vagal dan umpan balik pada simpatis perifer

sehingga terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi, presinkop atau sinkop.

Penyebab reflek yang paling sering adalah hipersensitivitas sinus karotis dan hipotensi yang
dimediasi persyarafan. Pencetus yang khusus dari masing-masing keadaan misalnya pada

sinkop akibat berkemih disebabkan oleh aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih.

Sinkop akibat defekasi timbul akibat input neural dari reseptor tekanan pada dinding usus,

sedangkan sinkop akibat mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada di saluran

cerna bagian atas.

4. Patofisiologi

Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya

beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian

otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan kesadaran aliran darah,

pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler yang dapat ditunjukkan. Jika

iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama

mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah

vaskuler dari arteri serebralis mayor. Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:

1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atau terjadi penurunan

klinis volume darah yang signifikan.

2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.

3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi

serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa faktor umum, yaitu

gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan kesadaran sementara.

5. Manifestasi Klinis

6. Penegakan Diagnosis

7. Tatalaksana

8. Prognosis

9. Pencegahan
BAB III

KESIMPULAN
sinkop adalah kehilangan kesadaran dan

kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke

otakbersifat sementara. Berkurangnya aliran darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera

mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau

perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.

Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung

(cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena

berhubungan dengan tingkat risiko kematian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Moya, A. Sutton R. Ammirati, F. et al. Guidelines for the diagnosis and management

of syncope. European Society of Cardiology. London. 2009.


2. Lemonick, D. Evaluation of syncope in the emergency department. American Journal

of Clinical Medicine. 2010.


3. Brignole, M. Diagnosis and treatment of syncope. 2009.
4. Kenny, R.A. Mc.Nicholas, T. The managementof vasovagal syncope. International

Journal of Medicine. Dublin. 2018.


5. Mittal, SR. Syncope : Evaluation and management. Indian Journal of Clinical

Practice. Ajmer. 2012.


6. Gauer, R.L. Evaluation of Syncope. American Academy of Family Physicians. North

California. 2011.
7. American College of Cardiology. Guideline for the evaluation and management of

patients with syncope. 2017.

Anda mungkin juga menyukai