Referat Syncope Ge
Referat Syncope Ge
SYNCOPE
OLEH
PEMBIMBING
dr. Frans Homalessy, Sp.An
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
BAB 1
PENDAHULUAN
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan
di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan
akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa
intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus dicari etiologinya.
sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3
tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat
dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun,
lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham
mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian
sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden
Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop cardiac
(9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien dengan sinkop tersebut dapat
mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-
3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh
sinkop cardiac.
Dalam referat ini akan dibahas mengenai sinkop. Diharapkan dengan mengetahui dan
memahami sinkop, dapat dilakukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dalam upaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya
adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan
bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral. 1,2,3
2. Etiologi
gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada saat
menggunakan tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk,
atau berdiri lama. Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan
jantung (cardiac syncope) dan penyebab bukan kelainan jantung (non-cardiac syncope).
Pembagian ini sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab
sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop
1. Sinkop Vasodepressor.
Merupakan penyebab yang paling lazim cenderung bersifat familial. Sinkop vasodepressor
terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala
Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan, penglihatan kabur, kolaps, dan
LOC (loss of consciousness). Kadang-kadang terjadi kejang klonik ringan, tetapi tidak
diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk kearah
ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:
1. Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi.
2. Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah abdomen
dan genitalia.
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat
seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen
dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena secara tiba-
tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat
asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing,
gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi setelah
makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.
Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam posisi
b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium, neuroleptik).
c. Kegagalan autonom primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan neuropati
otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan otonom
primer.
atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi lakrimasi, saliva serta
respirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi
ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut
Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut. Penderita
dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala dapat berupa pucat atau mual. Laki-
Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi, impotensi
dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat.
Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma
Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial
dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi
striatonigra).3
Pasien dapat datang dengan sinkop akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga
5. Aritmia
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya hambatan
pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi
pompa jantung pun bias terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun. Penurunan
jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan penurunan perfusi otak
dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan
otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung, dan lain-lain.
Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Bayangkan apabila irama jantung tiba-tiba
melambat. Tentu saja terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika ia memompa
terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan kekuatan pompa
menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome (SSS).3
Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi pada
pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan
impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls afferen ini
mengaktifkan saraf simpatik efferen ke jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua
sinus karotikus, khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung
yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok atrioventrikel), yang
disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan tekanan arterial tanpa perlambatan jantung
yang disebut respons tipe depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi
bersama-sama.3
berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab metabolik pada sinkop sangat
jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop. Contohnya pada beberapa keadaan
berikut seperti, :
ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadang-kadang nyeri dada
unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan
3. Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit,
berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel pulau
langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut, atau akibat pemberian
insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran klinisnya dapat berupa gejala
kebingungan atau bahkan penurunan kesadaran. Diagnosis keadaan ini bergantung pada
hasil anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.
4. Intoksikasi alkohol
Ada beberapa sindrom sinkop yang dimediasi reflex diantaranya adalah hipersensitivitas
sinus karotis, sinkop yang dimediasi persyarafan, sinkop glossofaringeal, situasional (batuk,
mengunyah, dan berkemih) serta sensitive terhadap adenosine. Pada setiap kasus reflek
timbul akibat pencetus (pada afferent limb) dan respon (pada efferent limb). Akibat dari
reflex tersebut akan timbul peningkatan aktivitas vagal dan umpan balik pada simpatis perifer
sehingga terjadi bradikardi, vasodilatasi dan pada akhirnya hipotensi, presinkop atau sinkop.
Penyebab reflek yang paling sering adalah hipersensitivitas sinus karotis dan hipotensi yang
dimediasi persyarafan. Pencetus yang khusus dari masing-masing keadaan misalnya pada
sinkop akibat berkemih disebabkan oleh aktivasi mekanoreseptor pada kandung kemih.
Sinkop akibat defekasi timbul akibat input neural dari reseptor tekanan pada dinding usus,
sedangkan sinkop akibat mengunyah timbul akibat impuls saraf aferen yang berada di saluran
4. Patofisiologi
beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian
otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan kesadaran aliran darah,
iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama
mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah
vaskuler dari arteri serebralis mayor. Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:
1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atau terjadi penurunan
serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa faktor umum, yaitu
5. Manifestasi Klinis
6. Penegakan Diagnosis
7. Tatalaksana
8. Prognosis
9. Pencegahan
BAB III
KESIMPULAN
sinkop adalah kehilangan kesadaran dan
kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke
otakbersifat sementara. Berkurangnya aliran darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera
mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau
perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung
(cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena
1. Moya, A. Sutton R. Ammirati, F. et al. Guidelines for the diagnosis and management
California. 2011.
7. American College of Cardiology. Guideline for the evaluation and management of