A. Latar Belakang
Dalam sejarah, kaum perempuan pernah kehilangan harkat manusia.
Dulu di dunia barat dalam kisah pusaka orang Yunani kuno wanita adalah
pangkal kekacauan dan kejahatan dunia. Menurut para empu-empu Yunani,
kejahatan, penyakit, penderitaan, kekacauan karena ulah wanita bodoh yang
tidak patuh pada suaminya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Amina Wadud?
2. Bagaimana Pemikiran Amina Wadud?
3. Apa Contoh Pemikirannya?
1
PEMBAHASAN
1
Amina Wadud Muhsin. Inside the Gender Jihad, Womens Reform in Islam. (England:
Oneworld Publication: 2008), hlm. 4.
2
Syahiron Syamsuddin.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta. eLSAQ. 2010). Hlm
179.
2
Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang yang akademis, tetapi kiprahnya
di dunia aktifis turut membantu dalam proses tranformasi pemikiran
feminisnya. Sejak muda Amina Wadud di kenal aktif di Lembaga Swadaya
Masyarkat yang peduli secara intensif terhadap advokasi bagi pembelaan hak-
hak perempuan dalam pendidikan, pengajaran dan masalah lain yang terkait
dengan perempuan. Amina Wadud pernah bergabung bersama Sistar in Islam
(SIS), sebuah LSM di Malaysia yang berkonsentrasi dengan gagasan kesetaraan
dan pembebasan perempuan Islam di Era modern. Mereka menjadikan al-
Qur’an sebagai Primary Source untuk menyelamatkan perempuan dari
konservatisme Islam. Pada saat itu Amina Wadud berhasil menerbitkan booklet
tentang pandangan al-Qur’an terhadap kesetaraan laki-laki dan perempuan.
3
M. Yusron. dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2006), hlm. 80-81.
4
M. Yusron. dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer, hlm. 80-81.
3
Intenational University Malaysia pada tahun 1990-1991, American University
di Cairo pada tahun 1981-1982.
5
Syahiron Syamsuddin. Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. Hlm 182
4
Ia berharap dengan metode holistic akan diperoleh interpretasi al-Qur’an
yang mempunyai makna dan kandungan selaras dengan konteks kehidupan
modern. Amina Wadud menandaskan bahwa kandungan dan prinsip umum
yang menjadi dasar al-Qur’an tetap bersifat abadi, karena prinsip tersebut tidak
terbatas pada situasi historis saat al-Quran diwahyukan.
C. Contoh Penafsiran
1. Asal usul manusia dan kesetaraan gender
ً َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْينَ ُك ْم َم َودَّة
ٍ َو َرحْ َمةً ِإ َّن فِي ذَلِكَ آليَا
َت ِلقَ ْو ٍم َيتَفَ َّك ُرون
Menurut Amina Wadud yang perlu dikritik ulang adalah kata nafs
wahidah dan zauj. Menurutya kedua ayat tersebut menjelaskan tentang
kisah asal usul manusia versi al-Qur’an, tanpa kejelasan tentang Adam dan
Hawa. Namun ayat tersebut dipahami sebagai penciptaan Adam dan Hawa.
5
Dari akar katanya nafs adalah muannas, akan tetapi kenapa
ditafsirkan sebagai lelaki (Adam). Menurut Amina Wadud nafs menunjukan
bahwa seluruh manusia itu berasal dari asal yang sama.
Menurut Amina Wadud, kata nusyuz bisa juga ditujukan untuk kaum
laki-laki (QS. an-Nisa, 128) dan kaum perempuan (QS. an-Nisa, 34),
walaupun dua kata ini sering diartikan berbeda.
6
Lihat buku Pemikiran Islam Kontemporer. ed. A. Khudori Soleh. Cet. I, (Yogyakarta: Jendela,
2003), hlm. 72.
6
Ketika merujuk pada kaum perempuan, kata nusyuz diartikan
dengan ketidakpatuhan istri pasa suami. Sedangkan ketika merujuk pada
kaum laki-laki, kata nusyuz diartikan dengan suami bersikap keras terhadap
istri dan tidak mau memberikan haknya kepada istrinya. Menurut Amina
Wadud, al-Qur’an menggunakan kata nusyuz untuk kaum laki-laki dan
perempuan, maka ketika kata nusyuz disandarkan pada perempuan (istri), ia
tidak diartikan dengan ketidakpatuhan pada suami. Akan tetapi lebih pada
pengertian adanya gangguan keharmonisan dalam rumah tangga.7
7
Lihat buku Pemikiran Islam Kontemporer. ed. A. Khudori Soleh. Cet. I, (Yogyakarta: 2003),
hlm. 75.
7
PENUTUP
Kesimpulan
Amina Wadud adalah seorang seorang tokoh feminis perempuan Islam yang
memberikan penafsiran yang lebih jelas. Harus diakui bahwa semangat Qur’ani yang
ingin disampaikannya cukup mengemuka. Demikin juga metode penafsirannya yang
ditawarkan relative baik untuk diterapkan dalam rangka mengembangkan wacana tafsir
yang sensitif gender. Akan tetapi, hal ini bukanlah hal yang baru, karena sudah diawali
oleh Fazlur Rahman.
Dalam pon yang dapat diambil dari pemikirannya Amina Wadud adalah adanya
upaya untuk membongkar pemikiran lama dan mitos-mitos lama yang disebabkan oleh
penafsiran yang bias patriarki.
8
DAFTAR PUSTAKA
Muhsin, Amina Wadud. 2008. Inside the Gender Jihad, Womens Reform in Islam.
England. Oneworld Publication.
………Pemikiran Islam Kontemporer. ed. A. Khudori Soleh. Cet. I, Yogyakarta: Jendela, 2003.