Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN PERVAGINA DENGAN BANTUAN

FORCEP, VAKUM, DAN OKSITOKSIN

Oleh:

LOUIS TEGAR ARDIANTO 20181660013


FAHMI AMRULLAH 20181660085

PROGRAM STUDI PROGSUS S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penyusunan makalah maternitas yaitu sistem reproduksi ASUHAN
KEPERAWATAN PERSALINAN PER VAGINA DENGAN BANTUAN VORCEP, VAKUM
DAN OKSITOSIN telah selesai di susun.

Dalam makalah ini di jelaskan mengenai asuhan keperawatan, tujuan, tahapan tahapan
samapai intervensi dalam Asuhan keperawatan persalinan per vagina dengan bantuan vorcep,
vakum dan oksitosin.

Makalah yang telah kami susun ini merupakan hasil dari diskusi kelompok kami yang mana
telah kami sesuaikan dengan sumber- sumber yang ada. Diharapkan selain dapat menambah
wawasan keilmuan, juga dapat membentuk mahasiswa yang aktif, kreatif, dan mampu bekerja
sama dalam menggali, mengkaji, dan mempelajari suatu bahan materi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu dengan
terbuka menerima saran dan kritik dari berbagi pihak demi perbaikan dalam membuat makalah
selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran di fakultas keperawatan.
DAFTAR ISI

COVER

PENGANTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT

BAB 2 STUDY LITELATUR

2.1 TEKS BOOKS

2.2 ARTIKEL PENELITIAN

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM PENELITIAN

3.2 PENGKAJIAN DATA DENGAN POLA GORDON

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

3.5 MEDIKASI

3.6 ANALISA DATA

3.7 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

3.8 RENCANA KEPERAWATAN

3.9 DAFTAR PUSTAKA

3.10 LAMPIRAN UJI PLAGIAT


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahi ibu.
Persalinan di anggap normal jika persalinan di atas usia kehamilan cukup bulan (>37
minggu) tanpa di sertai penyakit. persalinan di mulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi
dan menyebabkan persalinan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya secara lengkap. ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan pada serviks (lestari, S, 2011)
Setiap wanita mengingkan persalinan yang secara normal dan melahir bayi secara
sehat dan sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yng berperan yaitu
kekuatan untuk mendorong jani untuk keluar (power) yang meliputi sebagai berikut:
kekuatan uterus atau di sebut juga dengan HIS, kontraksi otot dinding pada perut, kontraksi
diaphrama dan ligamentum action. Faktor lain adalah faktor janin (passangger) dan faktor
jalan lahir. Apabila HIS normal, tidak ganguan karena kelainan dalam letak atau bentuk
dari janin dan tidak kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir maka proses persalinan
akan berjalan secara normal.
Namun apabila salah satu dari ke 3 faktor mengalami kelainan contoh nya HIS yang
tidak adekuat, kelaianan pada bayi, kelainan jalan lahir maka jalan ekstrasi vacum, vorceps
dan oksitoksin ini untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi dalam kandungan.hal ini sesuai
dengan (MPS) yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih,
setiap komplikasi obstrektik dan neonatl mendapatkan pelayanan yang adekuat.
Selama berabad abad berbagai alat yang mempunyai kemiripan dengan ini telah
digunakan untuk membantu kelahiran janin, namun selama 300 tahun telah berkembang
ide yang memanfaatkan vcum sebagai suatu metode yang membantu usaha eksplusi dari
ibu. Konsep ini berawal dari penggunaan vacuum untuk reduksi depresi cranium pada awal
1600an. Tanpa memperhatikan desain cawan vacum, pemeliharaan terpenting adalah
keberhasilan kevacuman tersebut.
Persalinan tindakan per vagina dengan ektraksi vacuum atau forcep dilakukan
apabila syarat persalinan di penuhi dan ada indikasi. Ekstrasi vakum merupakan salah satu
dari 2 instrument tindakan obstrektik operasi yang bertujuan untuk menolong persalinan
mealuli jalan lahir atau pervaginam. Alat ekstrasi vakum terdiri dari mangkok penghisap,
botol vakum dan pompa untuk membentuk tekanan negatif. Tindakan ini dilakukan untuk
semua keadaan yang mengacam jiwa ibu atau janin yang memiliki indikasi menjalani
persalinan pervaginam dengan bantuan alat.
Tindakan lainnya yang dipakai untuk persalinan dengan tindakan adalah Teknik
Forceps. Forceps merupakan instrument obstrektik yang terdiri 2 sendok untuk memegang
kepala bayi. Forceps dapat digunakan sebagai ekstraktor, rotator atau keduanya. Terminasi
persalinan menggunakan forcep di indikasi kan untuk semua keadaan yang mengancam
jiwa ibu dan janin. Indikasi pada ibu antara lain penyakit penyakit jantung, paru, neurologis
tertentu.kelelahan dan persalinan kala II yang berkepanjangan.
sebagian besar pertolongan dengan tindakan disebabkan karena persalinan yang
lama atau macet. Dan menurut data penelitian penulis tersebut mengambarkan indikasi
utama dari tindakan ekstrasi vakum dan ektrasi forceps karena kelelahan seorang ibu pada
kala II yang ditemukan kasus (72%). Namun disisi lain pertolongan persalinan dengan
tindakan memberikan dampak kesakitan pada ibu dan bayi. Persalinan tindakan per vagina
dengan ektrasi vakum dan ektrasi forceps, dapat meningkatkan bahaya robekan jalan lahir
dan perdarahan pasca persalinan yang merupakan faktor penyebab kematian.
HIS atau power merupakan hal yang sangat penting juga dalam proses kehamilan.
HIS atau kontraksi sudah mulai dirasakan sejak 2 minggu sesudah atau sebelum tanggal
perkiraan persalinan. Power atau kekuatan bisa menjadi masalah dalam persalinan,
penyulit pada his adalah aktivasi uterus hipotonik,inersia uteri,tetania uteri, his yang tidak
terkordinasi kelelahan ibu mengejan dan salah dalam meminpin saat kal II. Jika persalinan
tidak mengalami kemajuan maka bisa di lakukan augmentasi dengan pemberian bantuan
oksitoiksin untuk melanjutkan persalinan. Persalianan yang bermasalah dengan HIS dapat
menyebabkan perdarahan postpartum (manuaba,1998; davit,2007)
Tindakan yang di lakukan untuk mengenai masalah power ini dengan memberikan
uterotonika, yang biasa digunakan adalah oksitoksin dengan cara di drip untuk
meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonika banyak digunakan untuk induksi, penguat
persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum,penanganan akibat
abortus incomplete, dan penanganan aktif pada kala II persalinan oksitosin adalah obat
yang digunakan untuk merangsang otot uterus. (manauba,1998)
Salah obat yang digunakan paling umum adalah oksitosin ektra hipofisis yang
menyebakan kontraksi otot polos dan kemudian menyebabkan kegiatan kontraksi pada otot
otot uterus. Dan hormone ini dinamakan oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni
percepatan proses persalinan merangsang kontrasi otot polos uterus.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep persalinan normal per vagina?
2. Bagaimana konsep persalinan per vagina dengan mengunakan bantuan VAKUM?
3. Bagaimana konsep persalinan per vagina dengan menggunakan bantuan
FORCEPS?
4. Bagaimana konsep persalinan per vagina dengan menggunakan bantuan
OKSITOKSIN?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mampu menerapkan asuhan keperawatan persalinan per vagina dengan bantuan
vakum,forceps, dan oksitoksin
b. Mampu menganalisa hubungan beberapa faktor resiko melakukan persalinan
per vagina dengan bantuan vakum,forceps dan oksitoksin.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien melahirkan secara
normal (per vagina).
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnose keperawatan pada pasien
dengan persalinan per vagina menggunakan bantuan vakum,forceps dan
oksitoksin
c. Dapat membuat perencanaan pada pasien persalinan normal menggunakan
bantuan vakum,forceps dan oksitoksin.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperwatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah di lakukan pada pasien persalinan per vagina menggunakan
bantuan vakum,forceps dan oksitoksin.
1.4 Manfaat
1. Manfaat mahasiswa
Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu
persyartan dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan kami.
2. Manfaat ilmiah
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan
lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan persalinan per
vagina mengunakan bantuan vakum,forceps dan oksitoksin.
3. Manfaat institusi
Sebagai acuan yang yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
institusi dan penulisan asuhan keperawatan pada persalinan per vagina
mengunakan bantuan vakum,forceps dan oksitoksin.
4. Manfaat bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan menejemen asuhan keperawatan, khusunya
pada kasus persalinan per vagina mengunakan bantuan vakum,forceps dan
oksitoksin.
BAB 2

STUDY LITELATUR

A. Pengertian persalinan normal, ekstrasi vakum, ekstrasi forceps, dan oksitoksin


Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahi ibu.
Persalinan di anggap normal jika persalinan di atas usia kehamilan cukup bulan (>37
minggu) tanpa di sertai penyakit. persalinan di mulai (inpartu) pada saat uterus
berkontraksi dan menyebabkan persalinan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya secara lengkap. ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan pada serviks (lestari, S, 2011)

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan


merupakan proses pergerakan keluarnya janin,plasenta,dan membrane dari dalam rahim
melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat
kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan
yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks
lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan normal proses
lahirnya bayi letak belakang kepala dengan tenag ibu sendiri tanpa bantuan alat- alat serta
tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan normal
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Rohani, et al, 2011).

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus uterus
yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dan serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran
plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011).

Bentuk persalinan berdasarkan Teknik:

1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstrasi
forceps,vakum,dan oksitoksin.
3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsang. (Rukiyah;Ai yeyeh;dkk 2009)
a) Ekstrasi vakum
Adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstrasi tekanan negative
dengan menggunakan ektraktor vakum dari Malstrom. Ekstraksi tenaga negative (vakum)
dikepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse. Ekstrasi vakum
merupakan tindakan obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan
sinergi tenaga mengejan ibu dan esktrasi pada bayi. Oleh karena itu, kerja sama dan
kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faoktor yang sangat penting
dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan kearah yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan
dari aplikasi tekanan negative (vakum). Mangkuk logam atau silastaktik akan memegang
kulit kepala akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial,mangkuk dihubungkan dengan
tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.
Susunan ekstrasi vakum: mangkuk, rantai penhubung,pipa penghubung,pipa
penghisap dapat berupa pipa manual ataupun dari listrik.dan terdapat ektraktor dari vakum
Vakum memiliki indikasi yaitu: ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih ada
kekuatan untk mengejan,partus macet saat di kala II, Gawat janin, toksemia gravidarum,
rupture uteri mengacam persalinan dari hal hal diatas bisa diakukan dengan catatan
pembukaan lengkap,penurunan kepala janinsampai H III/KE IV dasar panggul,janin atrem
cukup bulan ( tidak premature),tidak ada sempit panggul,kepala sudah masuk pintu atas
panggul,ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Vakum memiliki kontra indikasi: rupture uteri yang membakat, ibu tidak mengejan
dan panggul sempit,bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi,kepala
belum memasuki pintu atas panggul,dan pembukaan serviks yang belum lengkap.
b) Ekstrasi forceps
Adalah persalinan buatan dengan cara mengadakan rotasi, ekstrasi atau kombinasi
keduanya dan alat forceps di pasang di kepala janin sehingga janin lahir.

c) Oksitoksin Tindakan yang di lakukan untuk mengenai masalah power ini dengan
memberikan uterotonika, yang biasa digunakan adalah oksitoksin dengan cara di drip
untuk meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonika banyak digunakan untuk induksi,
penguat persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum,penanganan
akibat abortus incomplete, dan penanganan aktif pada kala II persalinan oksitosin
adalah obat yang digunakan untuk merangsang otot uterus.
Penyebab persalinan menggunakan alat bantu antara lain:
1. Mendorong selama beberapa jam setelah pembukaan lengkap
2. Alasan medis yang telah membuat mendorong menjadi beresiko
3. Lelah karena mendorong bayi
4. Ibu tidak bisa mendorong dengan efektif karena ondisi medis atau penggunaa epidural
5. Bayi menunjukan tanda stress dan perlu dilahirkan lebih cepat dibandingkan
kemampuan mendorong ibu
6. Keterbatasan waktu mendorong, berdasarkan kebijakan rumah sakit atau dokter
7. Kepala bayi tidak berada di posisi optimal untuk dilahirkan
PATHWAY
Kehamilan aterm/cukup bulan

1. Teori peregangan
2. Penurunan plasenta
3. Teori prostaglandin
4. Iritasi mekanik

HIS (power,passanger,passageway,psikologis)

Dilatasi pembukaan serviks

Kelelahan ibu,partus yang tak kunjung maju, gawat janin,toksemia


gravidarum,rupture uteri iminen,kala II tak maju

Partus anjuran ekstrasi vakum dan vorcep atau oksitoksin

Postpartum
Ibu janin
. Pengkajian

a. Identitas Klien

b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan utama
Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi, laserasi jalan lahir),
cemas dll.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama, misalnya: nyeri yang dikaji
dengan PQRST.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mendapatkan informasi mengenai masalah klien yang
mungkin menyertai dan menyebabkan dilakukan tindakan

pembedahan, seperti ca servik.


f. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan


seperti hipertensi, DM, jantung. atau riwayat penyakit menular
seperti hepatitis dan TBC dan riwayat persalinan misalnya secsio
karena panggul sempit
g. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Menstruasi
Usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan
jumlah, HPHT dan tapsiran persalinan.
b) Riwayat Perkawinan
Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke berapa
bagi klien dan suami.
c) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lamanya, apakah ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan
digunakan.
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
b) Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis
kelamin anak, BB anak, keluhan saat hamil, dan keadaan
anak sekarang.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Head to to atau per sistem.
2) Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya.
3) Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.
i. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan HB dan leukosit menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk melihat adakah tanda anemia dan infeksi.
Golongan darah, urine: untuk menentukan kadar albumin atau
glukosa
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Pre Tindakan
1) Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau

pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang


pemajanan / tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
2) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot uterus yang lebih lama.
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan
janin, transmisi interpersonal.
4) Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas terhadap janin

berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta dan atau


melalui tali pusat.
b. Pasca Tindakan
1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek
anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/ andomen
atau perlukaan jalanlahir akibat invasive alat forcep dan vakum.
2) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep

diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi.


3) Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma

jaringan akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan.


4) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma

gangguan integritas kulit akibat prosedur pambedahan atau

perlukaan jalan lahir akibat penggunaan alat forsep.


5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis

reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek progesteron,


dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau
infeksi).
6) Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode

pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi

berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi,


tidak mengenal sumber-sumber
7) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi
mekanis, eek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan
aliran plasma ginjal), efek-efek anestesi
8) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anesthesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik

3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre Tindakan
1) Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau

pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang


pemajanan /tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
Tujuan : klien mengetahui tentang prosedur pembedahan atau
pemasangan alat forcep dan vakum.
Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran
sesaria, atau persalinan dengan forsep atau vakum.
b) Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi.
Intervensi Rasional

a) Kaji kebutuhan belajar a) Metode kelahiran alternative ini

biasanya sudah didiskusikan

dengan dokter bila ditemukan

adanya indikasi namun ada yang


belum atau klien yang mengalami
lagi kelahiran dengan sesaria tidak
dapat mengingat dengan jelas atau
memahami detil-detil melahirkan

sebelumnya.
b) Mengidentifikasi kesiapan
b) Catat tingkat stress dan

apakah prosedur klien/pasangan untuk menerima

direncanakan atau tidak informasi

c) Berikan informasi akurat c) Memberikan informasi dan

dengan istilah-istilah mengklarifikasi kesalahan konsep.

sederhana, anjurkan Memberikan kesempatan untuk

pasangan untuk mengajukan mengevaluasi pemahaman

pertanyaan dan klien/pasangan terhadap situasi.

mengungkapkan
pemahaman mereka
d) Gambarkan prosedur pra d) Informasi memungkinkan klien

operatif dengan jelas, atau mengantisipasi kejadian dan


prosedur pemasangan memahami alasan

forcep atau vakum dengan intervensi/tindakan.

jelas, dan berikan rasional


dengan tepat.
e) Berikan e) Memberikan tehnik untuk
penyuluhan mencegah komplikasi yang
pascaoperatif;
termasuk

instruksi latihan kaki, batuk, berhubungan dengan statis vena dan

pneumonia hipostatik dan


dan nafas dalam; teknik menurunkan stress pada sisi

pembebatan; dan latihan operasi.

pengetatan abdomen.
2) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot uterus
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan rasa nyeri
Kriteria hasil :
Klien dapat mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan/nyeri
Intervensi Rasional

a) Kaji lokasi, sifat, dan durasi a) Menandakan ketepatan pilihan


nyeri, khususnya saat tindakan.

berhubungan dengan indikasi


kelahiran sesaria, atau

persalinan dengan forcep atau


vakum
b) Hilangkan factor-faktor yang b) Tingkat toleransi ansietas

menghasilkan ansietas (mis adalah individual dan

kehilangan kontrol) berikan dipengaruhi oleh berbagai

informasi akurat, dan anjurkan factor. Ansietas berlebihan

keberadaan pasangan. pada respon terhadap situasi

darurat dapat meningkatkan

ketidak nyamanan karena rasa


takut, tegang dan nyeri yang
saling berhubungan dan

merubah kemampuan klien


untuk mengatasi.
c) Instruksikan teknik relaksasi; c) Dapat membantu dalam

posisikan senyaman mungkin. reduksi ansitas dan ketegangan

dan meningkatkan

kenyamanan.
d) Kolaboratif berikan sedative, d) Meningkatkan kenyamanan

narkotik, atau obat praoperatif dengan memblok impuls nyeri.


Mempunyai potensial kerja

agen anestetik.

3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri,


ancaman yang dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan
janin, transmisi interpersonal
Tujuan : Ansietas berkurang.
Kriteria hasil :
a) Klien dapat mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien
dan janin.
b) Klien mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria.
c) Klien tampak benar-benar rileks.
a)
d) Klien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan
efektif.
Intervensi Rasional
b)
a) Kaji respon psikologi pada Makin klien merasakan

kejadian dan ketersediaan system ancaman, makin besar tingkat

pendukung ansietas.

b) Pastikan apakah prosedur Pada kelahiran sesaria yang

direncanakan atau tidak tidak direncanakan,

direncanakan. klien/pasangan biasanya tidak

mempunyai waktu untuk

persiapan secara psikologi atau


fisiologis.
c) Tetap bersama klien dan tetap c) Membantu membatasi
tenang. Bicara perlahan. transmisi ansietas interpersonal

Tunjukkan empati. dan mendokumentasikan

perhatian terhadap

klien/pasangan.
d) Beri penguatan aspek positif dari d) Memfokuskan
ibu dan kondisi janin. pada
kemungkinan
keberhasilan
hasil akhir dan membantu

membawa ancaman yang

dirasakan /actual ke dalam

perspektif.
e) Dukung/arahkan kembali e) Mendukung mekanisme koping

mekanisme koping yang dasar dan otomatik,

diekspresikan. meningkatkan kepercyaan diri

dan penerimaan, dan

menurunkan ansietas.
f) Klien dapat mengalami
f) Diskusikan pengalaman/harapan

kelahiran anak pada masa lalu, penyimpangan memori dari

bila tepat. melahirkan masa lalu atau

persepsi tidak realistis dari

abnormalitas kelahitan sesaria


yang akan meningkatkan

ansietas.
4) Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas terhadap janin berhubungan
dengan perubahan aliran darah ke plasenta dan atau melalui tali
pusat.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan gas terhadap janin
Kriteria hasil :
a) Janin menunjukkan denyut jantung janin (DJJ) dalam batas
normal.
b) Janin memanifestasikan variabilitas normal pada strip
pemantau.
c) Janin bebas dari deselerasi variable lambat atau lama.

Intervensi Rasional

a) Perhatikan adanya pada ibu a) Penurunan volume sirkulasi

factor-faktor yang secara atau vasospasme dalam

negative mempengaruhi plasenta menurunkan


sirkulasi plasenta dan ketersediaan oksigen untuk

oksigenasi janin. ambilan janin.

b) Lanjutkan pemantauan DJJ, b) Distres janin dapat terjadi,

perhatikan perubahan denyut karena hipoksia; mungkin

per denyut atau deselerasi dimanifestasikan dengan

selama dan setelah kontraksi. penurunan variabilitas,

deselerasi lambat, dan

takikardia yang diikuti dengan


bradikardia.
c) Kompresi tali pusat diantara
c) Perhatikan adanya variabel jalan lahir dan bagian

deselarasi; perubahan posisi presentasi dapat dihilangkan

klien dari sisi ke sisi. dengan perubahan posisi.

d) Distres janin pada presentasi


d) Perhatikan warna dan jumlah vertex dimanifestasikan dengan

cairan amnion bila pecah kandungan mekonium, yang


vari

ketuban. merupakan akibat dari respon

vagal pada hipoksia.

e) Prolaps terlihat atau samar dari


e) Auskultasi jantung janin bila

ketuban pecah. tali pusat pada tidak adanya


dilatasi serviks penuh dapat

memerlukan kelahiran sesaria.

f) Pantau respons jantung janin f) Narkotik biasanya menurunkan

untuk obat praoperasi atau abilitas DJJ dan

anastesi regional. memerlukan pemberian

nalokson(Narcan) setelah

melahirkan untuk memperbaiki


depresi pernapasan narkotik.

Hipotensi maternal pada respos


terhadap anesthesia secara
umum menyebabkan

bradikardia janin sementara,

menurunkan variabilitas, dan


tidur.
g) kolaborasi
g) Kolaborasi Memberikan
Berikan pengukuran

lead internal, dan lebih akurat dari respons dan

pemantauan janin elektronik kondisi janin.

sesuai indikasi. Perubahan posisi dapat

Bantu

dokter dengan menghilangkan tekanan


peninggian verteks,bila pada tali pusat.

diperlukan Bayi mungkin praterm atau


Atur adanya dokter anak dan dapat mengalami perubahan

perawat perawatan intensif respons, karena kondisi

neonatal pada ruang dasar maternal dan/atau

melahirkan untuk jadual dan perubahan proses kelahiran,

kelahiran sesaria darurat. memerlukan perawatan

segera/resusitasi.
b. Pasca Tindakan
1) Nyeri berhubungan dengan dengan trauma pembedahan, efek-efek
anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/andomen . atau
perlukaan jalan lahir akibat invasive alat forcepdan vakum
Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Kriteria:
a) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengtatasi
nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat.
b) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
c) Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional

a) Tentukan karakteristik dan lokasi a) Meningkatkan pemecahan

ketidaknyamanan. Perhatikan masalah, membantu mengurangi

isyarat verbal dan nonverbal nyeri berkenaan dengan ansietas

seperti meringis, kaku dan dan ketakutan karena

gerakan melindungi atau terbatas. ketidaktahuan dan memberikan

rasa kontrol.
b) Berikan informasi dan petunjuk b) Pada banyak klien, nyeri dapat

antisipasi mengenai penyebab menyebabkan gelisah serta dapat

ketidaknyamanan dan intervensi meningkatkan TD dan nadi.

yang tepat
c) Observasi tanda-tanda vital. c) Selama 12 jam pertama

pascapartum kondisi uterus kuat


dan teratur dan ini berlanjut selama
dua sampai tiga hari berikutnya,
meskipun frekuensi dan

intensitasnya dikurangi. Faktor

yang memperberat nyeri penyerta


meliputi multipara, overdistensi

uterus, menyusui dan pemberian


preparat ergot dan oksitosin.
d) Perhatikan nyeri te
kan uterus dan

d) Meningkatkan
kenyamanan

dan
adanya karakteristik nyeri klien: menurunkan distraksi tidak

perhatikan infus oksitosin pasca menyanangkan, meningkatkan

operasi. rasa sejahtera.

e) Ubah posisi klien, kurangi e) Relaksasi otot dan mengalihkan

rangsangan yang berbahaya dan perhatian dari sensasi nyeri

berikan gosokan punggung.


f) Anjurkan penggunaan pernafasan f) Nafas dalam meningkatkan upaya

relaksasi dan distraksi. pernafasan. Pembebatan

menurunkan ketegangan area


insisi dan mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan berkenaan

dengan gerakan otot abdomen.

Batuk Diindikasikan bila sekresi


atau ronchi terdengar.
g) Menurunkan pembentukan gas dan

g) Lakukan latihan nafas dalam, meningkatkan peristaltik untuk

spirometri insentif dan batuk menghilangkan ketidaknyamanan

dengan menggunakan prosedur- akibat akumulasi gas yang sering

prosedur pembebatan dengan memuncak pada hari ketiga setelah

tepat, 30 menit setelah pemberian kelahiran plasenta.

analgesik
h) Anjurkan ambulasi dini. h) Memungkinkan gas meningkat

Anjurakan menghindari makanan dari kolon desendens ke sigmoid,

atau cairan pembentuk gas. memudahkan pengeluaran

i) Anjurkan penggunaan posisi i) Membantu regresi hemoroid dan

rekumben lateral kiri. varises vulva dengan

meningkatkan vasokonstriksi

menurunkan
ketidaknyamanandan gatal dan

meningkatkan kembalinya fungsi


usus normal.

j) Inspeksi hemoroid pada perineum.j) Kembalinya fungsi kandung


Anjurkan penggunaan kompres es kemih normal memerlukan empat

selama 20 menit setiap 4 jam, sampai tujuh hari dan over

penggunan kompres witch hazel distensi kandung kemih

dan peninggian pelvis pada bantal menciptakan perasaan dorongan

sesuai kebutuhan. dan ketidaknyamanan.

k) Palpasi kandung kemih, k) Kebocoran cairan serebrospinal

perhatikan adanya rasa penuh. melalui duramater ke dalam ruang

Memudahkan berkemih periodik ekstradural menurunkan volume

yang diperlukan untuk


setelah pengangkatan kateter menyokong jaringan otak,

indwelling. menyebabkan batang otak turun

ke dasar tengkorak bila klien pada


posisi tegak.

l) Evaluasi terhadap sakit kepala l) Menurunkan beratnya sakit

khususnya setelah anestesi kepala dengan meningkatkan

subarakhnoid. cairan yang ada untuk produksi

CSS dan membatasi perpindahan


posisi otak. Sakit kepala berat
dapat mengganggu kemampuan
klien untuk melakukan perawatan
diri dan perawatan bayi.

m) Anjurkan tirah baring pada posisi m) Pada 24 jam pascapartum,

datar berbaring, timgkatkan payudara harus lunak dan tidak

cairan, berikan minuman nyeri tekan, dengan puting bebas

berkafein, bantu sesuai kebutuhan dari area pecah-pecah atau adanya

pada perawatan klien dan bayi dan kemerahan. Pembesaran

berikan ikatan abdominal bila payudara, nyeri tekan puting atau

klien tegak, pada adanya sakit adanya pecah-pecah pada puting

kepala spinal. (bila klien menyusui) dapat

terjadi dua sampai hari pasca


partum dan memerlukan
intervensi segera untuk

memudahkan kontinuitas

menyusui dan mencegah

komplikasi lebih serius.


n) Mengangkat payudara ke dalam
n) Inspeksi jaringan payudara dan

puting; kaji terhadap adanya dan ke atas, mengakibatkan posisi

pembesaran atau puting pecah. lebih nyaman dan menurunkan

o) Anjurkan menggunakan bra kelelahan otot.

penyokong o) Membantu laktasi klien

merangsang aliran ASI dan


menghilangkan stasis dan

ketegangan. Penggunaan

“gendongan Football”

mengarahkan kaki bayi menjauh


dari abdomen. Bantal membantu
menyokong bayi dan melindungi
insisi dalam posisi duduk atau
miring.
p) Berikan informasi tentang p) Respon menghisap pertama kuat

menyusui: frekuensi pemberian dan mungkin nyeri. Mulai

makan, memberikan kompres memberikan makan dengan

panas pada payudara sebelum payudara yang tidak sakit

menyusui, posisi yang tepat pada kemudian dilanjutkan pada

bayi dan mengeluarkan ASI payudara yang sakit mungkin

secara manual mengurangi nyeri dan

meningkatkan penyembuhan.
q) Anjurkan klien mulai memberi q) Pengikatan dan kompres es

makan dari puting yang tidak mencegah laktasi dengan cara–

nyeri tekan selama beberapa kali cara mekanis dan metode yang

pemberian makan secara berkala disukai untuk supresi laktasi.

bila hanya satu puting, Ketidaknyamanan berakhir kira-

kira 48 sampai 72 jam, tetapi


berkurang atau hilang dengan

menghindari stimulasi puting.


r) Berikan kompres es pada area r) Meningatkan kenyamanan, yang

aksila payudara bila klien tidak memperbaiki status psikologis

merencanakan menyusui. Berikan dan meningkatkan morbilitas.

kompresi ketat dengan pengiikat Penggunaaan obat yang bijaksana

selama 72 jam atau penggunaan memungkinkan ibu yang

bra penyokong ketat. Hindari menyusui menikmati dalm

pemajanan berlebihan payudara memberikan makan tanpa efek-

terhadap panas atau rangsangan efek samping pada bayi.

payudara oleh bayi, pasangan


seksual atau klien sampai supresi
selesai. (Kira-kira satu minggu )
s) Kolaborasi pemberian analgetik
setiap tiga sampai empat jam,
berlanjut dari rute IV atau IM
sampai ke rute oral. Berikan obat
pada klien yang menyusui 48
sampai 60 menit sebelum

menyusui.

2.) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi.
Tujuan: rasa aman klien terpernuhi: cemas hilang
Kriteria:
a) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas
b) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan
ansietas
c) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat
diatasi
d) Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar.
Intervensi Rasional

a) Kaji tingkat kecemasan klien a) Untuk mengetahui tingkat

dan sumber masalah kecemasan ringan, sedang atau

berat sehingga memudahkan

untuk menentukan intervensi


b) Dorong klien atau pasangan b) Klien akan terasa lega setelah
untuk mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.

perasaan.
c) Bantu klien atau pasangan c) Membantu memfasilitasi

dalam mengidentifikasi adaptasi yang positif terhadap


mekanisme koping yang peran baru : mengurangi

lazim dan perkembangan perasaan ansietas.

strategi koping baru jika

dibutuhkan.
d) Berikan informasi yang d) Khayalan yang disebabkan oleh

akurat tentang keadaan klien kurangnya informasi atau

dan bayi kesalahfahaman dapat

meningkatkan tingkat

kecemasan.
e) Mulai kontak antara e) Mengurangi ansietas yang

klien/pasangan dengan bayi mungkin berhubungan dengan

sesegera mungkin. penanganan bayi.

3). Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma jaringan
akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan.
Tujuan: injuri tidak terjadi
Kriteria:
a) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko
dan/atau perlindungan diri.
b) Bebas dari komplikasi
Intervensi Rasional

a) Tinjau ulang catatan prenatal a) Adanya faktor-faktor resiko

dan intranatal terhadap seperti kelelahan miometrial ,


faktor-faktor yang distensi uterus berlebihan,

mempredisposisikan klien stimulasi oksitosin lama atau

pada komplikasi. Catat kadar tromboflebitis prenatal

Hb dan kehilangan darah memungkinkan klien lebih

operatif rentan tehadap komplikasi pasca

operasi.
b) Observasi tanda-tanda vital b) Meningkatnya tanda-tanda vital

menunjukkan adanya hipertensi.


c) Inspeksi balutan terhadap c) Luka bedah dengan drain dapat

perdarahan berlebihan membasahi balutan, namun

rembesan biasanya tidak terlihat


dan dapat menunjukkan

terjadinya komplikasi.
d) Perhatikan karakter dan d) Tonjolan uterus mengakibatkan

jumlah aliran lochea dan peningkatan aliran dan

konsistensi fundus. kehilangan darah.

e) Pantau intake-output, e) Bila pengeluaran menurun,

(perhatikan penampilan, berat jenis meningkat, dan

warna, konsentrasi dan berat sebaliknya. Urine yang

jenis urine) mengandung darah atau bekuan

menunjukan kemungkinan

truma kandung kemih

berkenaan dengan intervensi

pembedahan.
f) Anjurkan ambulasi dini dan f) Meningkatkan sirkulasi dan

latihan. aliran balik vena dari

ekstremitas bawah, menurunkan


resiko pembentukkan thrombus
yang berkenaan dengan stasis.
g) Pemasangan alat forsep atau g) Untuk mengurangi risiko trauma
vakum dengan teknik yang jaringan pada ibu dan janin

benar

4).Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma gangguan


integritas kulit akibat prosedur pambedahan . atau perlukaan jalan lahir
akibat penggunaan alat forsep.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria:
a) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan
meningkatkan penyembuhan
b) Menunjukkan luka bebas dari drainage purulen dengan tanda awal
penyembuhan, uterus lunak/tidak nyeri tekan, dengan aliran dan
karakter lochea normal.
c) Bebas dari infeksi, tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisius
dan urine jernih kuning pucat.

Intervensi Rasional

a. Anjurkan dan gunakan teknik a. Membantu mencegah dan

mencuci tangan dengan cermat membatasi penyebaran

dan pembuangan pengalas infeksi.

kotoran, pembalut perineal, dan


linen terkontaminasi dengan

tepat.

b. Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: b. Anemia, diabetes, dan

perhatikan adanya kondisi yang persalinan yang lama sebelum

mempredisposisikan klien pada kelahiran sesarea

infeksi pasca operasi. meningkatkan resiko infeksi

dan perlambatan

penyembuhan.
c. Kaji status nutrisi klien. c. Klien yang BB-nya 20 % di
bawah berat normal atau yang
anemia atau malnutrisi lebih
rentan terhadap infeksi pasca
partum
d. Anjurkan masukan cairan oral d. Mencegah dehidrasi,

dan diet tinggi protein, vitamin memaksimalkan volume

C dan besi. sirkulasi dan aliran urine.


Protein dan vitamin C

diperlukan untuk

pembentukkan kolagen; besi


diperlukan untuk sintesis Hb.
e. Inspeksi balutan abdominal e. Rembesan dapat menandakan

terhadap eksudat atau hematoma, gangguan

rembesan. penyatuan jaringan atau

dehisens luka, memerlukan

intervensi lanjut.
f. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel f. Demam setelah pasca operasi

darah putih. hari ketiga, leukositosis dan

takhikardi menunjukan

infeksi. Peningkatan suhu

sampai 38,30C dalam 24 jam


pertama sangat

mengindikasikan infeksi,

peningkatan sampai 380C

pada hari kedua dalam

sepuluh hari pertama pasca


partum adalah bermakna.
g. Kaji lokasi dan kontraktilitas g. Perlambatan involusi

uterus; perhatikan involusi atau meningkatkan resiko


adanya nyeri tekan uterus endometritis. Perkembangan

ekstrem. nyeri tekan ekstrim

menandakan kemungkinan

jaringan plasenta tertahan

atau infeksi.
h. Perhatikan jumlah dan bau h. Secara normal lochea berbau

rabas lochea atau perubahan amis; namun pada

pada kemajuan normal dari endometritis rabas mungkin

rubra menjadi serosa purulen dan berbau busuk dan


dapat gagal menunjukkan

kemajuan dari lokhea rubra


menjadi serosa sampai alba.
i. Lakukan teknik septic dan i. Untuk mencegah masuknya

aseptic pada pemasangan alat kuman melalui perlukaan

forsep atau vakum. jalan lahir

j. Lakukan persiapan pre operasi j. Untuk mencegah infeksi

dengan mencukur daerah insisi akibat insisi dan pengeluaran

pembedahan, pengosongan feces dan isi lambung,

kolon dan kandung kemih,

serta puasa untuk pengosongan


lambung.

5) Gangguan eliminasi: konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus


otot (diastasis reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek
progesteron, dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri
perineal atau infeksi).
Tujuan: Konstipasi tidak terjadi
Kriteria:
a) Mendemonstrasikan kembali motilitas usus dibuktikan oleh bising
usus aktif dan keluarnya flatus.
b) Mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/optimal dalam
empat hari pasca partum.
Intervensi Rasional

a) Auskultasi bising usus tiap 4 a) Menentukan kesiapan terhadap


jam setelah kelahiran saesaria pemberian makan peroral dan

kemungkinan terjadinya

komplikasi
b) Palpasi abdomen, perhatikan b) Menandakan pembentukan gas
distensi atau ketidaknyamanan dan akumulasi atau

kemungkinan ilieus paralitik


c) Anjurkan cairan oral yang c) Makanan kasar (buah, sayur

adekuat. Anjurkan diet khususnya kulit dan bijinya)

makanan kasar dan buah- dan meningkatnya cairan,

buahan dan sayuran dengan merangsang eliminasi dan

bijinya. mencegah terjadinya

konstipasi defekasi
d) Anjurkan latihan kaki dan d) Latihan kaki mengencangkan

pengencangan abdominal, otot-otot abdomen dan

tingkatkan ambulasi dini. memperbaiki motilitas

abdomen. Ambulasi progresif


setelah 24 jam meningkatkan
peristaltik dan pengeluaran gas
dan menghilangkan atau

mencegah nyeri karena gas.


e) Identifikasi aktivitas-aktivitas e) Membantu dalam menciptakan
dimana klien dapat kembali pola evakuasi normal

menggunakannya di rumah dan meningkatkan

untuk merangsang kerja usus kemandirian.

f) Kolaborasi pemberian f) Memudahkan kemampuan

analgesik 30 menit sebelum klien untuk ambulasi namun


ambulasi. narkotik bila digunakan dapat

menurunkan motilitas usus.


g) Kolaborasi pemberian pelunak g) Melunakkan faeces,

faeces atau katartik ringan merangsang peristaltiik dan

membantu mengembalikan

fungsi usus.
h) Berikan sabun hipertonik atau h) Meningkatkan evakuasi usus
kecil untuk enema dan menghilangkan distensi

karena gas.

6) Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode

pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan


dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber.
Kriteria:
a) Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,

kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.


b) Melakukan aktivitas-aktivitas/prosedur yang perlu dengan benar
dan penjelasan untuk alasan tindakan.
Intervensi Rasional

a) Kaji kesiapan dan motivasi a) Periode paska partum dapat

klien untuk belajar. Bantu klien menjadi pengalaman positif

dan pasangan dalam bila kesempatan penyuluhan

mengidentifikasi kebutuhan- diberikan untuk membantu

kebutuhan mengembangkan pertumbuhan

ibu, maturasi, dan kompetensi.


b) Berikan rencana penyuluhan b) Membantu menjamin

tertulis kelengkapan informasi yang

diterima orang tua dari anggota


staf dan menurunkan konfusi
klien yang disebabkan oleh

desiminasi nasihat atau

informasi yang menimbulkan


konflik
c) Perhatikan status psikologis c) Ansietas yang berhubunan

dan respon terhadap kelahiran dengan kemampuan untuk

sesarea serta peran menjadi ibu merawat diri sendiri dan

anaknya, kekecewaan pada

pengalaman kelahiran, atau

masalah-masalah berkenaan

dengan perpisahannya dari

anak dapat mempunyai

dampak negative pada

kemampuan belajar dan

kesiapan klien
d) Berikan informasi yang d) Membantu klien mengenali

berhubungan dengan perubahan normal dari respon-

perubahan fisiologis dan respon abnorma yang mungkin

psikologis yang normal memerlukan tindakan.

berkenaan dengan kelahiran

sesarea dan kebutuhan-

kebutuhan berkenaan dengan


periode paska partum.
e) Demonstrasikan teknik-teknik e) Membantu orang tua dalam
perawatan bayi. Observasi penguasaan tugas-tugas baru

demonstrasi ulang oleh klien


dan pasangan
f) Tinjau ulang informsi f) Meningkatkan kemandirian

berkenaan dengan pilihan tepat dan pengalaman pemberian

untuk pemberian makan bayi, makan optimal.

misal: fisiologi menyusui,

pengubahan posisi, perawatan


paayu dara dan puting, diet, dan
pengangkatan bayi dari

payudara: jenis-jenis formula


atau preparat dan posisi bayi
selama menyusu dari botol. g) Klien yang telah menjalani

g) Diskusikan rencana-rencana kelahiran sesarea memerlukan

untuk penatalaksanaan bantuan lebih banyak bila

dirumah: membantu pekerjaan pertama kali di rumah daripada

rumah, susunan fisik rumah, klien yang mengalami

pengaturan tidur bayi. kelahiran pervagina.

h) Diskusikan memulai hubungan h) Hubungan dapat dilakukan

koitus seksual lagi dan rencana- kembali sesegera mungkin saat

rencana kontrasepsi. Berikan klien mulai merasa nyaman

informasi tentang metoda yang dan pemulihan telah

tersedia, termasuk keuntungan mengalami kemajuan,

dan kerugian umumnya enam minggu pasca

partum. Pasangan mungkin

perlu mengklarifikasi

ketersediaan metoda-metoda

kontrasepsi dan kenyatan

bahwa kehamilan dapat terjadi


bahkan pada kandungan enam
minggu
i) Berikan atau kuatkan informasi i) Evaluasi pasca partum untuk
yang berhubungan dengan klien yang telah mengalami

pemeriksaan pasca partum kelahiran sesarea mungkin

lanjutan dijadwalkan minggu ketiga

daripada minggu keenam

karena peningkatan resiko

infeksi dan pelambatan

pemulihan
7) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi mekanis,
efek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan aliran plasma
ginjal), efek-efek anestesi
Kriteria:
a) Mendapatkan pola berkemih yang biasa/optimal setelah

pengangkatan kateter
b) Mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih.
Intervensi Rasional

a) Pehatikan dan catat jumlah, a) Oliguria (keluaran kurang dari

warna, dan konsentrasi 30 ml perjam) mungkin

drainage urin disebabkan oleh kelebihan

kehilangan cairan,

ketidakadekuatan penggantian

cairan, atau efek-efek anti

diuretik dari infus oksitosin


b) Tes urine terhadap albumin b) Proses katalitik berkenaan

dan aseton dengan involusi uterus dapat

mengakibatkan proteinuria

normal (positif satu) setelah dua


hari pertama pasca partum.

Aseton dapat menandakan

dehidrasi berkenaan dengan

persalinan yang lama dan atau


kelahiran lama
c) Berikan cairan peroral: misal c) Cairan meningkatkan hidrasi

enam sampai delapan gelas dan fungsi ginjal, dan

perhari bila tepat. membantu mencegah statis

kandung kemih.
d) Palpasi kandung kemih. d) Aliran plasma ginjal, yang

Pantau tinggi fundus dan meningkat 25 % sampai 50%

selama periode prenatal, tetap


lokasi serta jumlah aliran tinggi pada minggu petama

lochea pasca partum, mengakibatkan

meningkatkan pengisian

kandung kemih.
e) Perhatikan tanda dan gejala e) Adanya kateter indwelling

infeksi saluran kemih ( ISK). mempredisposisikan klien pada

masuknya bakteri dan ISK


f) Gunakan metoda-metoda f) Klien harus berkemih dalam

untuk memudahkan enam sampai delapan jam

pengangkatan kateter setelah setelah pengangkatan kateter,

berkemih masih mungkin mengalami

kesulitan pengosongan kandung


kemih secara lengkap
g) Anjurkan klien untuk g) Melakukan latihan kegel 100

melakukan kegel exercise kali perhari meningkatkan

setiap hari setelah efek-efek sirkulasi ke perineum,

anestesi berkurang membantu memulihkan dan

menyembuhkan tonus otot

pubokkoksigeal, dan mencegah


atau menurunkan stres

inkontinensia
h) Petahankan infuse intravena h) Biasanya, tiga liter cairan,
selama 24 jam setelah meliputi larutan ringer laktat,

pembedahan, sesuai adekuat untuk menggantikan

indikasi. Tingkatkan jumlah kehilangan aliran ginjal

cairan infus jika haluaran 30


ml perjam atau kurang.
i) Lepaskan kateter perprotokol i) Secara umum kateter mungkin

sesuai indikasi aman dilepaskan antara enam

sampai 12 jam pasca partum:


tetapi sebaiknya tidak
dilepaskan sampai pagi hari

setelah pembedahan.
j) Pantau tes hasil j) Pada klien yang telah

laboratorium, seperti BUN mengalami HKK, gangguan

dan urine 24 jam untuk ginjal atau vaskuler dapat

protein total, klirens menetap, atau ini tampak

kreatinin, dan asam urat pertama kali selama periode

sesuai indikasi pasca partum. Bila kadar steroid

menurun setelah kelahiran,

fungsi ginjal, dibuktikan oleh


BUN dan klirens kreatinin,

mulai kembali pada normal

dalam satu minggu: perubahan


anatomi (missal dilatasi ureter
dan pelvis ginjal) memerlukan
waktu sampai satu bulan untuk
kembali ke normal

8) Gangguan pemenuhan ADL: perawatan diri berhubungan dengan efek-


efek anesthesi, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan
fisik
Kriteria:
a) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan perawatan diri


b) Mengidentifikasi/mengguanakan sumber-sumber yang tersedia.

Intervensi Rasional

a) Nyeri berat mempengaruhi

a. Pastikan berat/durasi respon emosi dan perilaku,

ketidaknyamanan. Perhatikan sehingga klien mungkin tidak

adanya sakit kepala pasca berfokus pada aktifitas


spinal
perawatan diri sampai

kebutuhan fisiknya terhadap

kenyamanan terpenuhi
b. Kaji status psikologis klien b) Pengalaman nyeri fisik

mungkin disertai dengan nyeri


mental yang mempengaruhi

keinginan klien dan motivasi


untuk mendapatkan otonomi
c) Tentukan tipe-tipe anestesi: c) Klien yang telah menjalani

perhatikan adanya pesanan anestesi spinal dapat diarahkan

atau protocol mengenai untuk berbaring datar dan tanpa

pengubahan posisi. bantal untuk enam sampai

delapan jam setelah pemberian


anestesi
d) Ubah posisi klien setiap satu d) Membantu mencegah

sampai dua jam: Bantu dalam komplikasi bedah seperti

latihan paru, ambulasi dan phlebitis atau pneumonia, yang

)
latihan kaki dapat terjadi bila

ketidaknyamanan
mempengaruhi
pengubahan/aktifitas normal

klien
e) Berikan bantuan sesuai e) Memperbaiki harga diri:
kebutuhan dengan hygiene menngkatkan perasaan

(misal perawatan mulut, kesejahteraan.

mandi, gosokan punggung dan


perawatan perineal
f) Berikan analgesic setiap tiga f) Menurunkan ketidaknyamanan,

sampai empat jam, sesuai yang dapat mempengaruhi

kebutuhan kemampuan untuk

melaksanakan perawatan diri


4. Implementasi
Pelaksanaan pada klien post partum dengan section caesaria

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi

tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil


kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan
keadaan klien.
5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan


melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan
proses yang menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai