Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN

LINGKUNGAN
LAPORAN STUDY LAPANGAN
BIDANG MIRING (TERASERING)
DI PERKEBUNAN WARGA SEKITAR OBJEK
WISATA BUKIT TEMBOAN
KELURAHAN RURUKAN

OLEH
AFRILIA S. LONDONAUNG/ 16 503040
LURISMA PAULUS / 16 505 028
SELTY A. TINDIGE / 16 505 008

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga laporan studi
lapangan dengan judul “Bidang miring (terasering) Di perkebunan warga sekitar objek
wisata bukit temboan Kelurahan rurukan”dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga
kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 3
A. Penerapan Ilmu Fisika Khususnya Bidang Miring Dalam Dunia Pertanian ............................... 3
BAB III ................................................................................................................................................... 9
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................................. 9
A. Tempat dan waktu penelitian ...................................................................................................... 9
B. Metode penelitian........................................................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 9
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................................ 10
BAB IV ................................................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 11
A. Profil Sumber ............................................................................................................................ 11
B. Bidang Miring ........................................................................................................................... 11
C. Pelaksanaan Wawancara ........................................................................................................... 12
BAB V .................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................................... 13
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................................... 14
A. Proses Wawancara .................................................................................................................... 14
B. Foto-foto Wawancara................................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kontribusi fisika dalam disiplin ilmu

lain mendorong laju perkembangan ilmu – ilmu baru.

Berbicara tentang fisika tentu tidak bisa lepas dari fenomena – fenomena alam

yang terjadi di sekitar manusia, sebab fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu

sains. Kita telah mengetahui bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

dunia di sekitar manusia, dengan kata lain fisika merupakan bagian dari ilmu yang

mempelajari manusia dan dunia di sekitarnya.

Sejak jaman dahulu berbagai macam aplikasi ilmu fisika telah diterapkan

dalam kehidupan manusia. Dimulai dari konsep – konsep yang sederhana hingga

konsep – konsep yang membutuhkan pemikiran yang lebih jeli dan teliti. Selama ini

fisika sering diidentikan dengan rumus – rumus dan konsep – konsep yang

membingungkan, padahal sebenarnya tanpa kita sadari ilmu fisika sering kita terapkan

dalam kehidupan sehari – hari.

Fisika yang masih sering ditakuti oleh sebagian orang, khususnya kalangan

pelajar, ternyata justru selalu mengikuti fenomena – fenomena yang terjadi di sekitar

kita.

Pada makalah ini akan di bahas konsep-konsep fisika dalam pengelolaan SDA dan

Lingkungan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Penerapan fisika dalam

lahan miring.
Pada kegiatan ini, peneliti ingin meneliti pengetahuan para petani tentang

bidang miring pada lahan perkebunan mereka. Sehingga menjadi informasi bagi

peneliti untuk dapat diketahui. Bidang miring pada lahan perkebunan petani setempat

yang biasanya disebut Terasering. Hampir seluruh lahan pada perkebunan memakai

terasering, sehingga data yang diambil sekiranya factual dan akurat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah di jelaskan diatas maka dapat dirumuskan

permasalahanya adalah :

1. Bagaimana pengetahuan para petani tentang terasering?

2. Bagaiamana fungsi terasering bagi para petani?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengetahuan para petani tentang terasering.

2. Mengetahui fungsi terasering bagi para petani.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penerapan Ilmu Fisika Khususnya Bidang Miring Dalam Dunia Pertanian

Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut, yang

bukan sudut tegak lurus, terhadap permukaan horizontal. Penerapan bidang miring

dapat mengatasi hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil

melalui jarak yang lebih jauh, dari pada jika beban itu diangkat vertikal. Dalam istilah

teknik sipil, kemiringan (rasio tinggi dan jarak) sering disebut dengan gradien. Bidang

miring adalah salah satu pesawat sederhana yang umum dikenal.

Pengertian Simbol

m : masa

g : gravitasi

N : Gaya normal

𝜽 : Sudut antara bidang miring dan horozontal

Keterangan:

3
Pengaplikasian konsep bidang miring dalam dunia pertanian sangat berkaitan

erat. Pengaplikasian tersebut berupa pengaturan lahan pertanian yang berbentuk bidang

miring yang sering kita kenal dengan terasering. Dengan menerapkan tersering dirasa

sangat menguntungkan para petani karena terasering dapat dimanfaatkan pada daerah

pegunungan yang kita tahu bahwa permukaan lahannya perlu dibuat penataan agar

dapat ditanami.

Terasering merupakan bangunan konservasi tanah, teras-teras yang dibuat sejajar

dengan garis kontur alam yang dilengkapi dengan saluran peresapan, saluran

pembuangan air, dan tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi.

Ancaman erosi ini bukan hanya mengancam sumber pangan dan kekayaan alam,

melainkan juga keselamatan manusia. Itu sebabnya, guna mencegah erosi, terutama di

daerah dengan kemiringan tertentu atau daerah yang punya aliran sungai, penduduk

umumnya mengonservasi tanah dengan sistem terasering.

Adapun Jenis-jenis terasering :

a)Teras Datar (level terrace)

Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan tujuan

memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar dibuat dengan jalan

menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah galiannnya ditimbunkan ke tepi luar,

sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan

rumput.

b)Teras Kridit (ridge terrace)

Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10 %, bertujuan

untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit di mulai dengan

membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan ditanami dengan tanaman seperti

caliandra.

4
c) Teras gulud

Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran

air pada bagian lereng atasnya. Teras gulud dapat difungsikan sebagai pengendali erosi

dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah. liran permukaan

diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap

dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA).

Persyaratan

• Cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga digunakan pada

kemiringan 40-60%, namun kurang efektif.

• Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm). tetapi mampu

meresapkan air dengan cepat.

d) Teras bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan

meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Ada

3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam, dan teras irigasi (lihat

gambar).

5
Teras bangku datar adalah teras bangku yang bidang olahnya datar membentuk

sudut 0o dengan bidang horizontal).

Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng

asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli.

Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya

miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permu- kaan dari setiap

bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir

tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di

bawahnya.

Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak

penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan

bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil)

yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir

kampak sangat efektif mengurangi erosi.

Teras irigasi biasanya diterapkan pada lahan sawah, karena terdapat tanggul penahan air.

6
a. Persyaratan

 Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm

untuk lereng 60% dan >40 cm kalau lereng 10%.

 Tanah stabil, tidak mudah longsor.

 Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan

konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang

berwarna merah atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya mengandung

aluminium dan atau besi tinggi.

 Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.

 Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.

b. Pemeliharaan

Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam

saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang

mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk

dijadikan pakan ternak.

Jadi secara garis besar terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga tangga yang

dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi untuk:

1. Menambah stabilitas lereng

Sebuah permukaan tanah yang terbuka yang berdiri membentuk sudut tertentu

terhadap horizontal dikatakan sebagai sebuah lereng tanpa perkuatan, dengan

digunakannya terasering maka tingkat kekuatan tanah akan lebih kokoh dengan

penyokong timbunan timbunan tersebut.

2. Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng

7
Apabila lereng yang awalnya memiliki tingkat kemiringan yang tinggi dengan jalan

penggalian dan pengurugan tanah untuk dibuat timbunan maka tingkat kemiringannya

dapat diminimalkan.

3. Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng)

Pemudahan perawatan bersinambungan dengan tingkat kemiringan lereng tersebut,

semakin miring lereng tersebut maka perawatan lahan akan mengalami kesulitan karena

faktor medan.

4. Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan Memperpanjang daerah resapan

air

Terasering berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air

oleh tanah. Dengan demikian erosi berkurang memperbesar peresapan air ke dalam tanah

dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke

tempat yang lebih rendah secara aman.

5. Dapat digunakan untuk landscaping

Landscaping itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya pengolahan lahan.

Lahan yang awalnya terbengkalai apabila dilakukan pengolahan lahan mampu

memberikan manfaat baik untuk alam sendiri ataupun makhluk hidup khusunya manusia.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat

Penelitian ini di laksanakan di Sekitar Perkebunan Kelurahan Rurukan (Objek Wisata

Bukit Temboan).

2. Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 21 Juni 2019.

B. Metode penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualititatif dengan pendekatan

deskriptif. Mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata atau

kalimat yang disusun secara cermat dan sistematis.

Burhan Bungin menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah proses kerja yang

sasarannya terbatas, namun kedalaman datanya tak terbatas (Ibrahim, 2015). Pada

penelitian kualitaif, pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik kondisi yang alami,

sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik berperan serta, wawancara mendalam,

dan dokumentasi (Ghony dan Almanshur, 2014).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendapati data secara factual sehingga dapat

dideskripsikan kepada dosen penanggung jawab sebagai salah satu tugas akhir pada mata

kuliah PSDAL.

9
D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data

dan keterangan – keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data

yang kami gunakan adalah:

1. Penelitian Lapangan (field Research)

Dalam penelitian ini metode yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari

narasumber adalah berbentuk wawancara. Jenis wawancara yang di gunakan adalah

wawancara individual. Adapun alasan penulis menggunakan teknik wawancara

individual yaitu karna narasumber adalah para petani setempat.

2. Studi kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini, kami mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sumber

Nama : Kawasan Perkebunan Kelurahan Rurukan ( Objek Wisata Bukit

Temboan)

Alamat : Jln.

Kelurahan : Rurukan 1

Kecamatan : Tomohon Timur

B. Bidang Miring

Bidang miring adalah suatu permukaan datar yang memiliki suatu sudut, yang

bukan sudut tegak lurus, terhadap permukaan horizontal. Penerapan bidang miring

dapat mengatasi hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil

melalui jarak yang lebih jauh, dari pada jika beban itu diangkat vertikal. Dalam istilah

teknik sipil, kemiringan (rasio tinggi dan jarak) sering disebut dengan gradien. Bidang

miring adalah salah satu pesawat sederhana yang umum dikenal.

Pengaplikasian konsep bidang miring dalam dunia pertanian sangat berkaitan

erat. Pengaplikasian tersebut berupa pengaturan lahan pertanian yang berbentuk

bidang miring yang sering kita kenal dengan terasering. Dengan menerapkan tersering

dirasa sangat menguntungkan para petani karena terasering dapat dimanfaatkan pada

daerah pegunungan yang kita tahu bahwa permukaan lahannya perlu dibuat penataan

agar dapat ditanami.

11
C. Pelaksanaan Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan 2 narasumber. Narasumber

pertama adalah seorang pengujung. Pada saat wawancara dilakukan pada narasumber

1, narasumber sedang berada di tempat wisata. Tempat wisata dikelilingi oleh

perkebunan terasering milik warga.

Narasumber kedua adalah seorang petani, pelaksaan wawancara pada

narasumber kedua dilakukan pada saat petani sedang berada di kebun. Sehingga data

wawancara yang dilakukan sangat akurat dan dapat terpercaya.

Pertanyaan pada setiap narasumber tidak tetap, atau tidak sama persis.

Walaupun ada beberapa pertanyaan telah yang disiapkan, akan tetapi beberapa

pertanyaan timbul karena jawaban yang diberikan oleh narasumber.

12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pada dua narasumber,

terdapat data yang cukup logis dari jawaban-jawaban yang diberikan. Terasering

merupakan bangunan konservasi tanah, teras-teras yang dibuat sejajar dengan garis

kontur alam yang dilengkapi dengan saluran peresapan, saluran pembuangan air, dan

tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi.

Ancaman erosi ini bukan hanya mengancam sumber pangan dan kekayaan

alam, melainkan juga keselamatan manusia. Itu sebabnya, guna mencegah erosi,

terutama di daerah dengan kemiringan tertentu atau daerah yang punya aliran sungai,

penduduk umumnya mengonservasi tanah dengan sistem terasering.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang di peroleh, maka

pengetahuan tentang bidang miring ini sangat baik untuk diketahui. Sehinggah dapat

diaplikasikan pada daerah-daerah yang rentan terjadi longsor.

13
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Proses Wawancara

Narasumber 1

Nama :Marco Akay

Usia :28Tahun

Jenis Kelamin :laki-laki

Tempat Tinggal :Manado

Pekerjaan : Sopir

 Selamat siang kak.

 Siang dek.

 Maaf menggangu waktunya sebentar kak, kami mahasiswa dari Universitas

Negeri Manado, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan

Fisika, yang akan memnuhi tugas dari mata kuliah PSDAL.

 Oh iya dek,

 Apakah kak pernah mendengar Terasering ?

 Iya pernah

 Apa yang kak ketahui tentang terasering ?

 Terasering biasa dibuat untuk lahan kebun pada tanah yang miring

 Apa fungsi dari pada terasering yang kak ketahui?

14
 Fungsi dari terasering biasanya untuk menahan air akibat hujan, agar tidak

langsung mengenai tumbuhan yang ditanam.

 Apakah ada fungsi lain yang kak ketahui ?

 Tidak.

 Apakah kak tahu, jenis-jenis terasering?

 Tidak, hanya tahu bahwa itu adalah terasering, itu saja.

 Oh iya kak, terima kasih untuk waktunya, Tuhan memberkati. Selamat siang

 Iya dek. Selamat siang.

15
Narasumber 2

Nama : Shiane Tindas

Usia : 51 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tinggal : Kel. Rurukan

Pekerjaan : Petani

 Selamat siang ibu.

 Siang dek

 Maaf menggangu waktu dan aktivitasnya sebentar ibu, kami mahasiswa dari

Universitas Negeri Manado, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Jurusan Fisika, yang akan memnuhi tugas dari mata kuliah PSDAL.

 Oh iya dek

 Apakah ibu pernah mendengar Terasering ?

 Iya pernah dek, sekarang kita berada pada perkebunan terasering

 Apa yang ibu ketahui tentang terasering ?

 Terasering biasa dibuat agar tanaman gampang ditanam pada tanah miring

 Apa fungsi lain dari pada terasering yang ibu ketahui?

 Fungsi dari terasering biasanya untuk menyerap air hujan

 Apakah ada fungsi lain yang ibu ketahui ?

 Selain itu, terasering juga dapat digunakan untuk menanam sayur-sayuran

kemudian biasanya digunakan untuk sawah.Apakah ibu tahu, jenis-jenis

terasering?

16
 Tidak, hehehehe

 Oh iya ibu, terima kasih untuk waktunya, Tuhan memberkati. Selamat siang

 Iya dek, hati-hati. Selamat siang.

B. Foto-foto Wawancara

Gambar 1 : Trasering yang berada di perkeebunan warga Bukit Temboan

Gambar 2 : wawancara dengan pengunjung Marco Akay

17
Gambar 3 : wawancara dengan warga setempat ibu shiane

Gambar 4 : Lahan perkebunan

18

Anda mungkin juga menyukai