Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TUGAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan Intermediate

Disusun Oleh:

REVINA NADYA
2018970014

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Suhendar Sulaeman, MS.

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena tanpa

kesehatan seseorang tidak akan dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan diri secara keseluruhan.

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, disadari atau tidak merupakan suatu

kebutuhan bagi seseorang untuk hidup sehat. Pemanfaatan pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh faktor kebutuhan (need) dan faktor individu terhadap pandangan

sehat dan sakit. Faktor kebutuhan ditunjukkan oleh adanya rasa sakit baik secra

fisik maupun psikis telah dirasakan dan memerlukan upaya penyembuhan.

Permintaan (demand) adalah keinginan akan produk – produk tertentu yang

didukung oleh kemampuan membayar. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu; kebutuhan berbasis

fisiologis. penilaian pribadi akan status kesehatan, variabel-variabel ekonomi tarif,

penghasilan masyarakat, asuransi Kesehatan dan dan Jaminan Kesehatan, variabel-

variabel demografis dan umur, semakin tua umur seseorang akan sangat

berpengaruh terhadap demand terhadap pelayanan kesehatan khusunya yang

bersifat kuratif (mengobati) dan jenis kelamin yang akan mempengaruhi

permintaan akan pelayanan kesehatan termasuk kesehatan gigi dan mulut di suatu

wilayah.

1
Elastisitas menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh

konsumen dengan harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan factor

ekonomi. Elastisitas demand pelayanan kesehatan bersifat inelastic karena semakin

tinggi harga pelayanan kesehatan maka demand pada pelayanan kesehatan akan

menurun, tetapi penurunan permintaan tidak sebesar kenaikan harga. Supply dalam

pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada individu oleh berbagai kombinasi tenaga pelayanan kesehatan (seperti

dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti rumah sakit,

klinik rawat jalan, dan laboratorium klinis).

Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau

oleh masyarakat serta menggunakan teknologi tepat guna dan menitikberatkan

pada pelayanan untuk masyarakat luas, guna mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Banyak puskesmas yang masih belum mempunyai fasilitas yang memadai

untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Peralatan kedokteran gigi masih banyak

yang masih belum dimiliki puskesmas, oleh karena puskesmas biasanya hanya

memberikan perawatan - perawatan dasar/ringan, sehingga banyak kasus yang

dirujuk atau ditangani secara minimal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan (Demand) pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah Pelayanan yang


sesungguhnya dibeli oleh customer pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah
pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga
faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Model dari Cooper Posnett (1988)
dalam Palutturi (2005), Permintaan (demand) pelayanan kesehatan merupakan
keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga
kedokteran.

Ada 2 pendekatan yang lazim digunakan dalam membahas permintaan


(demand) terhadap pelayanan kesehatan. Pertama yaitu teori Agency Relationship
atau yang lebih dikenal dengan Supplier-Induced Demand Model. Sedangkan
pendekatan yang kedua yaitu Investment Model yang diajukan oleh Grossman
(1972). Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut terletak pada asumsinya
tentang kedudukan pasien dalam model tersebut. Pada pendekatan pertama, peranan
pasien begitu kecil dibandingkan pada ahli kesehatan/dokter dalam membentuk
permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sementara Grossman menyatakan
bahwa konsumen (pasien) cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam
menentukan permintaannya. Pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan
jumlah (kuantitas) pelayanan kesehatan menurut Azrul (1996), harus memenuhi
persyaratan –persyaratan pokok, yaitu :
1. Tersedia dan berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan tidak sulit untuk ditemukan setiap saat dibutuhkan
2. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan adat istiadat dan
kepercayaaan masyarakat
3. Mudah dicapai, dari sudut lokasi mudah dicapai oleh masyarakat

3
4. Mudah dijangkau, biaya kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat
5. Bermutu, menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dan memuaskan
konsumen
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Permintaan (demand) pelayanan kesehatan
adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang
disertai juga dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien tersebut.

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Terhadap Pelayanan


Kesehatan

Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) faktor faktor yang

mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada

aspek fisiologis; penilaian pribadi akan status kesehatannya; variabel-variabel

ekonomi seperti tarif, ada tidaknya sistem asuransi, dan penghasilan; variabel-

variabel demografis dan organisasi. Di samping faktor-faktor tersebut terdapat

faktor lain misalnya, pengiklanan, pengaruh jumlah dokter dan fasilitas pelayanan

kesehatan, dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain saling terkait

secara kompleks.

Kebutuhan Berbasis Fisiologis

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis menekankan pentingnya keputusan

petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan

medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan

status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demand pelayanan kesehatan

dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola

epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan

4
tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak gunung

es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs).

Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh

kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai

negara Timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk

pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun

sehingga dapat dilihat bahwa demand terhadap pelayaanan pengobatan alternatif

ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa

peranan dukun masih besar. Di samping itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit

merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status

kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya.

Variabel-Variabel Ekonomi Tarif

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif.

Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting

untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan

pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand

pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempe-

ngaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai

tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis

segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand,

sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat

kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal

5
atau cacat seumur hidup. Masalah tarif rumah sakit merupakan hal yang

kontroversial. Pernyataan normatif di masyarakat memang mengharapkan bahwa

tarif rumah sakit harus rendah agar masyarakat miskin mendapat akses. Akan tetapi

tarif yang rendah dengan subsidi yang tidak cukup dapat menyebabkan mutu

pelayanan turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi masalah besar dalam

manajemen rumah sakit.

Penghasilan Masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan

kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal. Akan tetapi, ada pula

sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu adanya kenaikan

penghasilan masyarakat justru menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi

pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula

kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan

kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-

rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan

antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi dengan menyediakan

pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masyarakat

dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis demand untuk

keperluan pemasaran rumah sakit.

Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal

demand pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak

membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi

6
kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan

kesehatan untuk masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering

disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan

dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian,

hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan

bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai

hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan

demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka

demand akan pelayanan kesehatan menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand

ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh

asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-

banyaknya.

Variabel-Variabel Demografis dan Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan

kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demand-nya terhadap pelayanan

kuratif. Sementara itu, demand terhadap pelayanan kesehatan preventif menurun.

Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa

keuntungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil dibandingkan

dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-

negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan

kesehatan menjadi sangat tinggi.

7
Jenis Kelamin

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan

kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini

sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang

lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih

rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar

dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat

perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata.

Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih

tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status

kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan.

Faktor-Faktor Lain

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan, yaitu

pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi.

Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas

ekonomi untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan

secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila

akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit.

Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan

pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah.

Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai

salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan

8
kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998)

menyatakan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter

spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%.

Begitupun kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demand untuk pelayanan

kesehatan mulut.

2.2 Elastisitas Demand dan Konsekuensinya

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang


menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya
terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Telah diketahui rumus untuk
demand dalam pelayanan kesehatan yaitu sebagai berikut:
Qdmc= f (insiden penyakit, provider│ karakteristik budaya- demografi, factor
ekonomi, dll)

Berdasarkan rumus diatas dan pembahasan faktor-faktor yang


mempengaruhi demand dalam pelayanan kesehatan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa elastisitas demand pada pelayanan kesehatan bersifat elastis tidak sempurna.
Dikatakan elastis tidak sempurna apabila kenaikan harga sebesar 1 persen hanya
diikuti penurunan jumlah barang/jasa yang diminta kurang dari satu persen,
sebaliknya penurunan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah
barang yang diminta kurang dari 1 persen. Pada pelayanan kesehatan, kenaikan
maupun penurunan harga hanya mempengaruhi sebagian kecil dari jumlah
permintaan. Karena pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok
seseorang dan bersifat mendesak sehingga meskipun harga sedang naik maupun
harga sedang turun, jika konsumen butuh akan pelayanan tersebut maka mereka
tetap akan mengakses pelayanan tersebut. Hal ini disebabkan karena harga bukan
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pelayanan kesehaatan namun
kebutuhan dan adanya insiden penyakit dan provider yang mempengaruhi
permintaan akan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan

9
termasuk elastisitas tidak sempurna karena semakin tinggi harga pada pelayanan
kesehatan, permintaan akan pelayanan kesehatan juga akan turun tetapi tidak
sebesar peningkatan harga tersebut.

Permintaan pelayanan kesehatan pada dasarnya jika seseorang ingin


meningkatkan derajat kesehatannya maka seseorang tersebut tidak memikirkan
seberapa besar uang yang akan dikeluarkan untuk kesehatannya tersebut.

D
Q
Gambar 3.1 kurva inelastis pada demand pelayanan kesehatan
Konsekuensi yang harus dilakukan saat kondisi inelastis ini terjadi adalah
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dengan intitusi
kesehatan yang lain dalam mendapatkan pelanggan.

2.3 Supply dalam Pelayanan Kesehatan

Supply dalam pelayanan kesehatan adalah penyediaan pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada individu oleh berbagai kombinasi tenaga pelayanan

kesehatan (seperti dokter, perawat, teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas(seperti

rumah sakit, klinik rawat jalan, dan laboratorium klinis). Fungsi Supply (produksi)

menggambarkan hubungan antara output yang berupa pelayanan kesehatan yang

berkualitas dan sumber daya (resources) yang digunakan untuk memproduksinya.

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Supply Pelayanan Kesehatan

Fungsi Penawaran

10
Berdasarkan hukum penawaran, maka diperoleh fungsi penawaran, yaitu:

Qs = f (Px | Py, T, C, P……) dengan asumsi cateris paribus

Keterangan :

Qs = Jumlah barang yang ditawarkan

Px = Harga barang itu sendiri

Py = Harga barang lain

T, C, P... = Faktor- faktor selain harga yang dianggap konstan (cateris

paribus)

Berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat Penawaran (Supply) adalah:

a. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan

b. Tujuan

c. Pajak

d. Ketersediaan dan harga barang pengganti atau pelengkap

e. Prediksi atau perkiraan harga di masa depan

Fungsi Produksi

Supply pelayanan kesehatan merupakan derivate (turunan) dari supply pada

umumnya. Dengan demikian supply pelayanan kesehatan juga merupakan fungsi

produksi dimana yang mempengaruhi supply adalah faktor internal organisasi.

Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara hasil atau output dari

pelayanan yang diberikan dengan input atau sumber daya yang dimiliki. Dalam

ilmu ekonomi, faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah sumber daya

yang digunakan saat memproduksi barang dan jasa.

11
Fungsi produksi dalam supply pelayanan kesehatan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Qsmc = f (resources {6M, 2T, 1I} | Px, Py,.…..)

Keterangan :

Qsmc = Supply pelayanan kesehatan

Resources = Sumber daya yang dimiliki

Px = Harga barang itu sendiri

Py = Harga barang lain

Faktor produksi yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah sebagai

berikut:

1. Man

Man diartikan sebagai sumber daya manusia. Contoh sumber daya manusia dalam

pelayanan kesehatan diantaranya adalah dokter, dokter spesialis, bidan, perawat,

farmasis, SKM, tenaga administrasi, dan lain-lain.

2. Money

Money dapat diartikan sebagai modal yang dibutuhkan untuk melakukan produksi.

Modal dalam pelayanan kesehatan adalah biaya operasional di rumah sakit, biaya

investasi, dan biaya lain yang mendukung proses produksi.

3. Material

Material dapat diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk proses produksi.

Dalam pelayanan kesehatan, yang dimaksud dengan material berhubungan dengan

logistik pelayanan kesehatan, misalnya obat-obatan, suntik, bahan makanan, dan

lain sebagainya.

12
4. Method

Method diartikan sebagai prosedur kerja. Prosedur kerja dalam pelayanan

kesehatan adalah berupa SOP (Standard Operating Procedure) rumah sakit, Standar

Pelayanan Minimal (SPM), dan lain sebagainya.

5. Machine

Machine diartikan sebagai mesin untuk produksi. Mesin produksi dalam pelayanan

kesehatan adalah segala peralatan medis yang menunjang pengoperasian pemberian

layanan kesehatan. Di antaranya yaitu, peralatan laboratorium, peralatan

pemeriksaan kesehatan, tempat tidur opname, dan lain-lain.

6. Market

Wilayah bertemunya produsen dan konsumen disebut sebagai market. Dalam hal

pelayanan kesehatan, market dapat berupa wilayah kerja pelayanan kesehatan,

segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang dibidik berdasarkan proses STP

(segmenting, targeting dan posisioning) dan lain-lain.

7. Technology

Dalam pelayanan kesehatan, kecanggihan dan kemutakhiran teknologi yang

digunakan diantaranya finger print, peralatan operasi laser, dan lain-lain.

8. Time

Merupakan waktu yang digunakan untuk pemberian layanan kesehatan atau

unit pelayanan pada rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

9. Information

Informasi untuk menunjang pemberian layanan kesehatan seperti lewat internet,

pamphlet, leaflet, spanduk, dan lain-lain.

13
Faktor Dominan dalam Supply Pelayanan Kesehatan

Tidak semua faktor produksi memiliki peran dominan dalam memberikan

pelayanan yang berkualitas pada pasien. Dari 6M, 2T, dan 1I, hanya dua faktor yaitu

Man dan Machine saja yang punya pengaruh dominan.

Pelayanan kesehatan merupakan bisnis jasa, jadi man yang memberi

pelayanan (man sebagai pemberi jasa). Man pada pelayanan kesehatan memiliki

kompetensi secara khusus. Kompetensi ini meliputi keterampilan, kemampuan

yang disertai kewenangan yang dilindungi undang-undang.

Machine dalam pelayanan kesehatan dapat berupa fasilitas ataupun sarana

khusus untuk pelaksanaan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, seperti dental chair,

X-ray, tempat tidur rumah sakit, dan lain-lain.

Dalam mencapai efisiensi dari Supply dalam pelayanan kesehatan,

kombinasi input yang tepat sangat diperlukan.

Meskipun faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan

adalah Man dan Machine, faktor yang termasuk dalam 6M, 2T, 1I dan faktor

lainnya tetap tidak boleh dihilangkan. Bila salah satu faktor produksi tidak ada,

maka output juga akan menjadi produk atau pelayanan kesehatan yang tidak

maksimal.

2.4 Elastisitas Supply Dalam Pelayanan Kesehatan

Elastisitas adalah ukuran respons jumlah penawaran terhadap perubahan

salah satu penentunya. Elastisitas penawaran/supply (Es) yaitu presentase

perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga itu

sendiri. Supply dalam pelayanan kesehatan bersifat relatif inelastis. Kondisi supply

14
inelastis pada pelayanan kesehatan karena, peningkatan biaya yang harus

dikeluarkan oleh penerima pelayanan kesehatan lebih besar sementara pelayanan

kesehatan yang dapat diberikan lebih sedikit seperti yang terlihat pada kurva di

bawah ini (Gambar 2.2) menggambarkan kondisi supply pelayanan kesehatan.

Penyebab supply pelayanan kesehatan relatif inelastis adalah penyedia

pelayanan kesehatan tidak berusaha untuk meminimalkan biaya pengeluaran

pemberian pelayanan kesehatan dan atau penyedia pelayanan kesehatan sulit

mengubah / mencari sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan pelayanan

kesehatan.

(Inelastis sempurna) (Inelastis)


Price

Q/T

Kuantitas pelayanan medis

Gambar 2.2. Kurva Inelastis sempurna dan Inelastis pada Supply


Pelayanan Kesehatan

Sebagai contoh yaitu di poli gigi, penawaran pelayanan kesehatan gigi sangat

ditentukan oleh faktor produksi seperti dokter gigi dan dental chair.

Suatu saat harga yang ditawarkan di pelayanan kesehatan di poli gigi

naik, maka kenaikan harga tersebut tidak mempengaruhi kuantitas jumlah pasien

yang dapat diperiksa di poli gigi. Hal ini dikarenakan jumlah man dan machine

15
berupa dokter gigi dan dental chair terbatas, sehingga meskipun biaya periksa per

pasien naik, maka dokter gigi tetap tidak bisa memaksakan untuk melayani lebih

banyak pasien dari supply maksimumnya. Selain itu, provider pelayanan kesehatan

tidak mungkin menambah jumlah dokter gigi dan dental chair dalam jangka waktu

pendek.

Dari penjelasan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kurva

elastisitas supply pelayanan kesehatan adalah inelastis. Sebab perubahan harga

tidak mempengaruhi perubahan kuantitas pelayanan yang ditawarkan.

2.4.1 Faktor Penentu Elastisitas Penawaran

Dua faktor yang penting dalam menentukan elasisitas penawaran pada pelayanan

kesehatan, yaitu :

a. Sifat Perubahan Biaya Produksi

Penawaran akan tidak bersifat elastis apabila kenaikan penawaran hanya

dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila biaya

tambahan yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi, penawaran akan bersifat elastis.

b. Jangka Waktu Analisis

Dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran,

dibedakan atas 3 jenis jangka waktu, yaitu :

1) Masa sangat singkat, yaitu : masa waktu dimana para provider

kesehatan tidak dapat merubah penawarannya (penawaran bersifat tidak elastis

sempurna). Contohnya: ketika harga di suatu poli mata di naikkan, namun pasien

yang dapat di tangani tetap dikarenakan jumlah alat medis dan dokter yang

16
menangani terbatas. Maka jumlah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan tidak

berubah sama sekali.

2) Jangka Pendek, dimana kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak

dapat ditambah, kenaikan produksi dilakukan dengan cara menggunakan faktor -

faktor produksi secara lebih intensif. (penawaran bersifat tidak elastis) contohnya:

ketika harga di suatu poli mata di naikkan serta menambahkan waktu jam buka

pasien sedikit lebih lama dari yang biasanya, namun jumlah alat medis dan dokter

yang menangani tetap terbatas. Maka pelayanan kesehatan yang akan di tawarkan

kepada pasien akan sedikit meningkat dari biasanya.

3) Jangka Panjang, produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat

dengan mudah ditambah dalam jangka panjang (penawaran bersifat elastis)

contohnya: setelah merekrut dokter umum, lalu menjadikan sebagai pegawai tetap

selanjutnya sekolahkan dia, dengan begitu dokter yang sudah lama praktek di klinik

tersebut sudah ada penggantinya selain itu, menjalin kerjasama antara ntar para

dokter yang sudah tersertifikasi juga penting.

2.5 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu

wilayah kerja. Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya pencegahan dan

pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi yang

dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi

lainnya dengan individu / masyarakat yang membutuhkannya.

17
2.5.1 Standar Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas

A. Pelayanan Pencegahan

 Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatann gigi

melalui penyuluhan

 Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan

mulut melalui program pendidikan kepada kelompok tertentu, program

sikat gigi masal

 Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut,

nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai hygiene mulut, dan

pelaksanaan fissure sealant

B. Pelayanan Medik Gigi Dasar

 Pembersihan karang gigi

 Ekstraksi tanpa komplikasi

 Fissure sealant

 Restorasi tumapatan

 Perawatan Saluran Akar

 Perawatan Penyakit/kelainan jaringan mulut

 Menghilangkan traumatic oklusi

C. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah

UKGS tahap I, UKGS tahap II, UKGS tahap III

D. Pelayanan Kesehatan rujukan

18
BAB III

ANALISIS KASUS PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT DI PUSKESMAS

3.1 Analisis Situasi Masalah Kesehatan

Kondisi kesehatan dapat dinilai digunakan indikator-indikator yaitu

kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena yang terjadi, sehingga suatu keadaan

dengan mudah dapat dibandingkan dengan standar, dengan daerah lain dan dengan

waktu yang lain (trend).dalam menganilisis masalah kesehatan, diperlukan

kemampuan untuk mengaplikasikan metode dan konsep epidemiologi, sebab pada

dasarnya ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam menggambarkan masalah atau

derajat kesehatan adalah ukuran–ukuran epidemiologi, seperti mortalitas dan

morbiditas untuk kesehatan gigi dapat menggunakan data morbiditas. Berikut

adalah data-data yang didapatkan dari UPT Puskesmas Puter.

3.1.1 Angka Kesakitan Gigi dan Mulut

Tabel 3.1 Diagnosa / Jenis Kelainan Pelayanan Medik Poli Gigi Puskesmas
Puter (Sumber: Laporan Program Kesehatan Gigi dan Mulut UPT
Puskesmas Puter Bulan September 2017 – Februari 2018)

Diagnosa/Jenis Kelainan Pelayanan Medik Gigi


Penyakit Gingivitis Gangguan
Bulan
Karies Pulpa dan dan Gigi dan Penyakit Rongga
Gigi Jaringan Jaringan Jaringan Mulut
Periapikal Periodontal Lainnya
September 54 226 70 171 7

Oktober 100 451 65 125 6

19
November 133 460 78 100 9

Desember 130 343 71 104 6

Januari 132 426 57 96 11

Februari 105 467 54 73 17

Jumlah 654 2.373 395 669 56

Tabel 3.2 Kegiatan Pelayanan Medik Poli Gigi Puskesmas Puter (Sumber:
Laporan Program Kesehatan Gigi dan Mulut UPT Puskesmas Puter Bulan
September 2017 - Februari 2018)

Bulan
Kegiatan
Pelayanan
September

November

No Desember

Februari
Oktober

Januari
Medik Gigi

Tumpatan
1 47 68 100 74 105 73 894
Gigi Tetap

Pencabutan
2 72 36 59 46 7 60 280
Gigi Tetap

Tumpatan
3 24 7 11 14 45 5 106
Gigi Sulung

Pencabutan
4 73 79 45 61 89 30 377
Gigi Sulung

Pengobatan
5 226 291 221 264 231 236 1.469
Pulpa

Pembersihan
7 35 29 31 38 16 22 171
Karang Gigi

20
Pengobatan
8 14 17 25 13 22 15 106
Lain-lain

Pelayanan medik gigi terbanyak di Puskesmas Puter pada bulan September

2017 – Februari 2018 adalah pengobatan pulpa yaitu sebanyak 1.469 pelayanan,

kedua terbanyak adalah tumpatan gigi tetap yaitu sebanyak 894 pelayanan, dan

ketiga terbanyak adalah pencabutan gigi sulung yaitu sebanyak 377 pelayanan.

Berdasarkan data pada tabel rasio tambal cabut gigi tetap yaitu pada orang

dewasa adalah sekitar 3,19:1 angka ini menunjukan angka yang lebih tinggi

dibandingkan rasio tambal cabut nasional yaitu 1:3 yang berarti tingkat kesadaran

untuk mempertahankan gigi asli dalam rongga mulut pada masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Puter lebih rendah dibandingkan rata rata nasional.

1.1 Analisis Situasi Perilaku Kesehatan

Analisis situasi perilaku kesehatan dilakukan melalui pemberian kuesioner

kepada 30 responden secara acak. Pertanyaan yang diberikan mencakup

pengetahuan, sikap, dan tindakan anak dalam cakupan wilayah Puskesmas Puter.

Berdasarkan hasil kuesioner (Tabel 3.3), dapat ditarik kesimpulan bahwa

sebagian besar anak-anak di wilayah Puskesmas Puter belum mengetahui waktu

mengunjungi dokter gigi yang tepat dan jumlah penggunaan pasta gigi.

Tabel 3.3 Hasil kuesioner perilaku kesehatan gigi di Puskesmas Puter

Jawaban Jawaban Persentase


No Pertanyaan
Benar Salah Salah

Tujuan menyikat gigi untuk


1 24 6 20%
menyingkirkan sisa makanan

21
Jumlah menyikat gigi dalam sehari
2 26 4 13,3%
adalah 2x sehari
Waktu menyikat gigi yang benar
3 24 6 20%
setelah makan dan sebelum tidur
Waktu berkunjung ke dokter gigi
4 5 25 83,3%
adalah 1x dalam 6 bulan
Makanan yang baik untuk gigi adalah
5 30 0 0%
makanan berserat
Setelah memakan makanan manis
6 26 4 13,3%
harus berkumur
Penggunaan pasta gigi adalah sebesar
7 4 26 86,7%
biji kacang
8 Menyikat gigi setiap hari itu penting 30 0 0%
Waktu menyikat gigi pada malam hari
9 9 21 70%
adalah ketika sebelum tidur
Menyikat gigi yang benar adalah 2
10 18 12 40%
kali sehari
Pergi ke dokter gigi yang tepat adalah
11 7 23 76,7%
6 bulan sekali
Mengurangi makanan yang lengket
12 24 6 20%
dan manis itu baik
Menyikat gigi yang benar
13 30 0 0%
menggunakan sikat gigi
Menyikat gigi yang tepat setelah
14 24 6 20%
sarapan
Waktu menyikat gigi yang tepat
15 24 6 20%
sebelum tidur
Jumlah menyikat gigi yang tepat dua
16 28 2 6,7%
kali sehari
Kunjungan dokter gigi yang tepat 6
17 8 22 73,3%
bulan sekali
Menyikat gigi dilakukan bersama
18 26 4 13,3%
pasta gigi

22
3.2 Upaya Pengobatan di Puskesmas

1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi

Berikut ini adalah jumlah kunjungan pasien rawat jalan klinik gigi yang

berasal dari dalam wilayah kerja Puskesmas Puter periode September 2017 -

Februari 2018.

Tabel 3.4 Jumlah Kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi (Sumber data : Laporan
Program Kesehatan Gigi dan Mulut).
No. Bulan Total
1 September 152

2 Oktober 215

3 November 186

4 Desember 257

5 Januari

6 Februari
JUMLAH 2040

2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Ibu Hamil

Tabel 3.5 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Ibu Hamil (Sumber data : Laporan
Kesehatan Gigi dan Mulut).
No. Bulan Total
1 September 74

2 Oktober 40

3 November 70

4 Desember 75

5 Januari 70

23
6 Februari 68
JUMLAH 397

3. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Anak Prasekolah

Tabel 3.6 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Anak Prasekolah (Sumber data:
Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut).
No. Bulan Total
1 September 66

2 Oktober 41

3 November 44

4 Desember 26

5 Januari 47

6 Februari 42
JUMLAH 266

4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Anak Sekolah

Tabel 3.7 Jumlah Kunjungan Baru Rawat Jalan Gigi Anak Sekolah (Sumber data:
Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut).
No. Bulan Total
1 September 47

2 Oktober 206

3 November 147

4 Desember 168

5 Januari 151

6 Februari 166
JUMLAH 838

24
1.5.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

1. Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)

Tabel 3.8 Cakupan Pembinaan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (Sumber data:
Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut 2017).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah UKGM yang ada di wilayah kerja Puskesmas 53

2 Jumlah UKGM yang mendapat pembinaan di wilayah 8


kerja puskesmas
3 Persentase cakupan Pembinaan UKGM 15,09%

Dari data di atas dapat diketahui hasil cakupan pembinaan UKGM baru

mencapai 74.75%. Angka tersebut belum sesuai target apalagi di wilayah kerja

Puskesmas Sekeloa yang tidak memiliki layanan kesehatan gigi mulut, masyarakat

belum mendapat pembinaan UKGM.

2. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman Kanak- kanak

(TK)

Cakupan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di TK adalah persentase TK

yang dibina oleh petugas puskesmas di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun

waktu enam bulan. Berikut ini adalah tabel tentang cakupan pembinaan kesehatan

gigi dan mulut di TK periode September 2017-Februari 2018 .

Tabel 3.9 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di Taman Kanak-kanak
(Sumber data: Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut periode September 2017-
Februari 2018).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah TK yang ada 13

25
Jumlah TK yang mendapat pembinaan
2 oleh Petugas Puskesmas 4

Persentase cakupan Pembinaan kesehatan


3 gigi dan mulut di TK 30.7%

3. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI

Cakupan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di SD/MI adalah persentase

SD/MI yang dibina oleh petugas puskesmas dalam kurun waktu setahun. Berikut

data cakupan pembinaan kesehatan gigi dan mulut di SD/MI selama Tahun 2017 di

UPT Puskesmas Puter.

Tabel 3.10 Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD/MI (Sumber
data: Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut 2017).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah SD/MI yang ada 18

2 Jumlah SD/MI yang mendapat pembinaan oleh petugas 13


Puskesmas
3 Persentase cakupan Pembinaan KGM di SD/MI 72,2%

4. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa TK

Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut siswa TK belum dapat dilaksanakan

untuk semua siswa TK. keterbatasan SDM menjadi salah satu alasan. Puskesmas

sudah melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan dengan mengajukan

permohonan penambahan tenaga perawat gigi.

26
Tabel 3.10 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa TK (Sumber
data: Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut periode September 2017-Februari 2018).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah siswa TK yang berada di wilayah kerja 401

2 Jumlah siswa TK yang mendapatkan pemeriksaan KGM 128


oleh petugas
3 Persentase cakupan pemeriksaan KGM siswa TK 31.9%

5. Cakupan Pembinaan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD

Tabel 3.11 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut di SD (Sumber data:
Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut 2017).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah siswa SD yang berada di wilayah kerja 1776
Jumlah siswa SD yang mendapatkan pemeriksaan KGM
2 894
oleh petugas
3 Persentase cakupan pemeriksaan KGM siswa SD 50,3%

Dari data di atas dapat diketahui cakupan Pembinaan Kesehata Gigi dan

Mulut di Taman Kanak-kanak mencapai 31.9%. Hal ini memberi gambaran bahwa

belum semua TK diberi pembinaan oleh petugas kesehatan gigi puskesmas.

Biasanya yang melakukan pembinaan ke sekolah adalah perawat gigi karena dokter

gigi memberikan pelayanan di dalam gedung. Jumlah perawat gigi di UPT

Puskesmas Puter dan jejaringnya hanya 2 orang, tidak sebanding dengan jumlah

sasaran yang harus dibina, tidak hanya TK tapi juga sekolah dasar, untuk itu perlu

penambahan lagi1 orang tenaga perawat gigi. Pembinaan yang diberikan tidak

hanya berupa pemeriksaan tetapi juga dilakukan penyuluhan kepada orang tua anak

usia prasekolah.

27
6. Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan

Kesehatan Gigi

Tabel 3.12 Cakupan Penanganan Siswa TK yang Membutuhkan Perawatan


Kesehatan Gigi (Sumber data: Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut periode
September 2017-Februari 2018).
No. Uraian Total Ket.
1 Jumlah siswa TK yang membutuhkan perawatan 96

2 Jumlah siswa TK yang mendapatkan pemeriksaan KGM 128


oleh petugas puskesmas
Persentase cakupan penanganan siswa TK yang
3 membutuhkan perawatan KGM 75%

Dari data di atas dapat dilihat bahwa belum semua siswa TK mendapat

perawatan kesehatan gigi dan mulut, baru sekitar 62.82% siswa yang mendapat

perawatan dari 128 siswa yang membutuhkan perawatan. Solusinya yaitu dengan

memberikan rujukan untuk ke puskesmas kepada siswa yang memerlukan

perawatan.

7. Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang membutuhkan Perawatan

Kesehatan Gigi

Tabel 3.13 Cakupan Penanganan Siswa SD/MI yang Membutuhkan Perawatan


Kesehatan Gigi (Sumber data: Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut 2017).
Ket
No. Uraian Total
1 Jumlah siswa SD/MI yang membutuhkan perawatan 258

Jumlah siswa SD/MI yang mendapatkan pemeriksaan


2 KGM oleh petugas puskesmas 230

Persentase cakupan penanganan siswa SD/MI yang


3 membutuhkan perawatan KGM 89%

28
Dari data di atas dapat dilihat bahwa belum semua siswa SD/MI mendapat

perawatan kesehatan gigi dan mulut, baru sekitar 81.47% siswa yang mendapat

perawatan dari 2540 siswa yang membutuhkan perawatan. Keterbatasan SDM

khususnya perawat gigi sebagai petugas lapangan yang tidak sebanding dengan

sasaran yang harus dilayani menjadi suatu kendala. Solusinya yaitu dengan

memberikan rujukan untuk ke puskesmas kepada siswa yang memerlukan

perawatan lebih lanjut.

3.3 Analisis Kasus pada Demand, Supply dan Elastisitas Pelayanan


Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

3.3.1 Demand (Permintaan)

Berdasarkan data pada tabel rasio tambal cabut gigi tetap yaitu pada orang

dewasa adalah sekitar 3,19:1 angka ini menunjukan angka yang lebih tinggi

dibandingkan rasio tambal cabut nasional yaitu 1:3 yang berarti tingkat kesadaran

untuk mempertahankan gigi asli dalam rongga mulut pada masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Puter lebih tinggi dibandingkan rata rata nasional. Jumlah pasien

di puskesmas yang meningkat tiap bulannya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan. Faktor seperti variabel-variabel ekonomi tarif,

penghasilan masyarakat, Asuransi Kesehatan dan dan Jaminan Kesehatan, variabel-

variabel demografis dan umur berpengaruh pada permintaan di puskesmas.

Puskesmas yang merupakan tempat pertama rujukan bagi BPJS mempengaruhi

peningkatan permintaan. Puskesmas mendata dan menekankan penyuluhan pada 3

kelompok rentan sehingga diperoleh tindakan preventif dan dapat meningkatkan

jumlah kunjungan.

29
3.3.2 Supply (Penawaran)

Penawaran pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terbatas

karena puskesmas hanya memberikan pelayanan dasar dan puskesmas mempunyai

beberapa upaya selain perawatan yaitu upaya pencegahan dan UKGS serta rujukan.

Sehingga elastisitas penawaran di puskesmas inelastis.

30

Anda mungkin juga menyukai