Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Arina Ma’rufa (P1337420618098)
Novema Ashar Nurahman (P1337420618109)
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
E. Media
Powerpoint dan Laptop
F. Aktivitas kegiatan
KEGIATAN
NO TAHAP KEGIATAN PEMATERI WAKTU
AUDIENCE
1 Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab salam 2 menit
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
2 Inti Menjelaskan mengenai materi 1. Mendengarkan 10 menit
penyuluhan yang terdiri dari : dan
a. Pengertian alih baring memperhatikan
b. Tujuan alih baring
c. Manfaat alih baring
d. Indikasi alih baring
e. Kontra indikasi alih
baring
f. Penerapan posisi alih
baring
g. Memberikan 2. Mengajukan
kesempatan kepada pertanyaan
pasien dan keluarga
untuk bertanya.
h. Menjawab pertanyaan 3. Mendengarkan
yang diajukan pasien dan
dan keluarga. memperhatikan
G. Evaluasi
1. Evaluasi lisan
a. Apa pengertian dari alih baring ?
b. Apa tujuan dari pemberian posisi alih baring ?
c. Apa manfaat dari pemberian posisi alih baring ?
d. Apa indikasi yang dilakukan alih baring ?
e. Apa kontra indikasi dari pemberian posisi alih baring
f. Bagaimana penerapan posisi alih baring ?
2. Evaluasi struktur
a. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di rumah pasien dengan bedrest total
b. Sarana dan prasarana memadai.
3. Evaluasi proses
a. Moderator memberi salam dan memperkenalkan diri.
b. Moderator menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
c. Moderator melakukan kontrak waktu dan menjelaskan mekanisme
penyuluhan.
d. Moderator menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan.
e. Penyaji menggali informasi yang telah diketahui pasien dan keluarga tentang
alih baring
f. Penyaji menjelaskan tentang alih baring
g. Pasien dan keluarga memperhatikan terhadap materi penyuluhan kesehatan.
h. Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan benar.
4. Evaluasi hasil
a. Pasien dan keluarga memahami tentang alih baring.
b. Kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
H. Daftar Pustaka
Novitasari, E, dkk. (2018). Pengaruh Pemberian Posisi Alih Baring Terhadap Kejadian
Dekubitus Pada Pasien Stroke. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Setiyawan. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Perawat
Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten. Jurnal
KesMaDaSka, Vol 1 No 1, Juli.
Wijayanti, W. (2016). Hubungan Peran Serta Keluarga Dengan Pencegahn Terjadinya
Decubitus Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen. Jurnal Keperawatan.
Lampiran Materi
ALIH BARING
A. Latar Belakang
Imobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Berbagai
hal dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, diantaranya gangguan sendi dan tulang,
penyakit saraf, penyakit jantung dan pernafasan dan gangguan pengelihatan. Semakin
lama seseorang berada dalam keadaan istirahat atau bedrest, maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadinya perubahan-perubahan pada dirinya, baik fisik maupun
psikis. Dengan demikian, akibat dari imobilisasi dan bedrest total tersebut dapat
menimbulkan komplikasi yang akan memperberat kondisi pasien dan memperlambat
penyembuhan.
Menurut peneliti, tindakan pemberian posisi alih baring sangat bermanfaat bagi
pasien stroke yang membutuhkan pemulihan cukup lama dan banyak berbaring di tempat
tidur, karena pasien mengalami kelemahan otot tubuh sehingga terjadi hambatan dalam
melakukan pergerakan secara bebas. Dengan dilakukannya posisi alih baring ini pasien
bisa menghambat terjadinya akibat dari banyaknya posisi berbaring yang lama. Pasien
bedrest bisa melakukan alih baring sendiri sebanyak 1 sampai 2 kali dalam 1 jam bila
memungkinkan untuk bisa bergerak bebas dan apabila tidak dapat melakukan posisi alih
baring sendiri bisa dengan bantuan keluarga ataupun tenaga medis untuk melakukan
posisi alih baring guna menghindari luka terjadinya decubitus.
Pasien yang mengalami bedrest total harus diubah sesuai dengan tingkat aktivitas,
kemampuan persepsi dan rutinitas sehari-hari dengan dilakukannya posisi alih baring
setiap 2 jam dan 4 jam. Posisi alih baring dapat memberikan rasa nyaman pada pasien,
mempertahankan atau menjaga postur tubuh dengan baik menghindari komplikasi yang
mungkin timbul akibat tirah baring seperti luka tekan decubitus. Posisi alih baring dapat
mencegah decubitus pada daerah tulang yang menonjol yang betujuan untuk mengurangi
penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur tertentu yang dapat
menyebabkan lecet (Sari, 2016).
Pasien bedrest dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan adanya tekanan yang
dukung oleh adanya pergesekan yang terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah
yang berlawanan, tahanan dan kelembaban akan menyebabkan luka decubitus, dan durasi
waktu yang dibutuhkan untuk penanganan atau pengobatannya, pasien dapat
menghabiskan waktu selama berbulan-bulan dengan diberikannya posisi alih baring
dengan cara memiringkan pasien dari terlentang ke miring maupun sebaliknya akan
mengurangi tekanan dan mencegah kerusakan syaraf serta mempertahankan tonus otot
dan refleks (Setiyawan, 2010).
B. Pengertian
Alih baring adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami imobilisasi dan
mengharuskan pasien melakukan gerakan-gerakan untuk menghindari bedrest agar tidak
menimbulkan decubitus (Suyono, 2003). Apabila pasien bedrest dalam jangka waktu
yang lama atau total akan mengakibatkan kulit menjadi lembab dan menyebabkan
decubitus. Posisi alih baring dilakukan dengan cara memiringkan pasien dari terlentang
ke posisi miring ataupun sebaliknya. Alih baring dilakukan setiap 2 jam ke arah kanan
dan 2 jam ke arah kiri (Crips & Tailor, 2009).
Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan
dan gaya gesek pada kulit, menjaga bagian kepala tempat tidur setinggi 30° atau kurang
akan menurunkan peluang terjadinya decubitus akibat gaya gesek ataupun gaya tekan
(Perry & Potter, 2005).