OLEH :
NAMA : WAHYUNI
NIM : 19193058
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS
A. DEFINISI
cm (94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
2007).
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
a. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
C. PATOFISIOLOGI
oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek
dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya
perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
E. KOMPLIKASI
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Anak-anak
memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan
pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
a. Abses
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-
mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung
pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi
oleh omentum
b. Perforasi
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
menyebabkan peritonitis.
c. Peritononitis
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu
komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya
b. Radiologi
serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penanggulangan konservatif
c. Pencegahan Tersier
intra-abdomen.
H. PROGNOSIS
prabedah, serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah. Apendisitis tak
menjadi 2 sampai 5 persen, tetapi tetap tinggi dan tak dapat diterima (10-15%)
pada anak kecil dan orang tua. Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
mengenai:
yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual
d. Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
ringan/sedang/berat.
b. Sirkulasi : Takikardia.
d. Aktivitas/istirahat : Malaise.
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi
peritaltik.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
pembedahan).
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji skala nyeri lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan
dengan agen injuri fisik keperawatan, diharapkan nyeri karakteristik dan laporkan dan keefesien obat, kemajuan
(luka insisi post operasi berkurang dengan kriteria hasil: perubahan nyeri dengan penyembuhan,perubahan dan
100x/menit), RR (16-
24x/menit), suhu (36,5- 6. Kolaborasi tim dokter 4. Meningkatkan kormolisasi
6. Menghilangkan nyeri.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Dugaan adanya infeksi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan infeksi infeksi pada area insisi. 2. Dugaan adanya infeksi/terjadinya
tindakan invasif (insisi dapat diatasi dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda sepsis, abses, peritonitis
efektif.
Nilai leukosit (4,5- 4. Pertahankan teknik 6. Terapi ditunjukkan pada bakteri
terbuka, bersihkan
dengan betadine.
5. Awasi / batasi
kebutuhan.
dalam pemberian
antibiotik
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan 1. Mandikan pasien setiap 1. Agar badan menjadi segar,
berhubungan dengan keperawatan diharapkan hari sampai klien mampu melancarkan peredaran darah dan
klien bebas dari bau badan 2. Ganti pakaian yang kotor nyaman
klien tampak bersih dengan yang bersih. 3. Agar klien dan keluarga dapat
ADLs klien dapat mandiri 3. Berikan Hynege Edukasi termotivasi untuk menjaga
pasien.
6. Bersihkan dan atur posisi
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang pembatasan 1. Memberikan informasi pada
prognosis dan pengetahuan bertambah dengan 2. Anjuran menggunakan kembali rutinitas biasa tanpa
b.d kurang informasi. menyatakan pemahaman ringan bila perlu dan 2. Membantu kembali ke fungsi
memerlukan evaluasi
medic, contoh
peningkatan nyeri
edema/eritema luka,
http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askep-appendicitis.html pada
Aesculapius FKUI
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &