Anda di halaman 1dari 7

Nama : Arini Oktaviani

NIM : 1173020021
Jur/Smt/Kel : Muamalah/V/A
Dosen : Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag
Mata Kuliah : Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah

Jawaban

1) Urgensi dari Klinik Hukum Bisnis di Perguruan Tinggi yaitu salah


satu upaya untuk memberikan bekal dan kemampuan kepada
mahasiswa agar memiliki keahlian dalam memahami hukum secara
mendalam mengenai pengetahuan praktis (practical knowledge),
keahlian (skills), nilai-nilai (values) dalam rangka mewujudkan
pelayanan hukum dan keadilan sosial kepada masyarakat pencari
keadilan (justice seekers), yang dilaksanakan atas dasar metode
pengajaran secara interaktif dan reflektif. Program kerjanya bersifat
sukarela dari kalangan dosen dan mahasiswa hukum pada perguruan
tinggi dalam memberikan jasa konsultasi dan bantuan hukum sebelum
terjun ke ranah yang lebih profesional di Lembaga Bantuan Hukum
ataupun menjadi aparatur penegak hukum.
 Keunggulan dari Klinik Hukum Bisnis ini yaitu :
1. Berada hampir di seluruh Peguruan Tinggi di setiap Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang memiliki Fakultas Syariah dan Hukum baik
Peguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta.
2. Memiliki sumber daya manusia yang cukup kompeten yaitu dosen
dan mahasiswa dengan keahlian masing-masing.
3. Memiliki fasilitas minimal, seperti ruang sekretariat atau kantor.
4. Memiliki jaringan alumni lulusan Fakultas Syariah dan Hukum
yang bersangkutan.
 Kelemahan dari Klinik Hukum Bisnis ini yaitu :
1. Keterbatasan waktu melaksanakan operasional kegiatan
pelayanan jasa konsultasi dan bantuan hukum yang berbenturan
dengan jam belajar mengajar.
2. Keterbatasan regulasi yang mengatur dosen dan mahasiswa tidak
diperbolehkan melakukan pendampingan hukum kepada klien
sampai ke persidangan, kecuali oleh advokat atau pengacara
professional.
3. Keterbatasan alokasi dana yang dimiliki oleh Klinik Hukum
hanya sebagian saja dari anggaran kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
4. Pendidikan Klinik Hukum kebanyakan memiliki siklus
perencanaan yang bersifat sementara dan menjadi wadah praktik
penyaluran minat dan bakat mahasiswa di bidang kemahiran
hukum, serta interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa
hukum.
 Model model program Klinik Hukum Bisnis
Program-program dari out-house clinic terdiri dari :
 Externship, yaitu mahasiswa bekerja di sebuah kantor hukum
atau kantor pemerintahan di bawah supervisi dari pengacara
praktik atau pejabat pemerintahan.
 Community Clinic, tempat mahasiswa bekerja secara
langsung di komunitas.
 Mobile Clinic, mahasiswa mengunjungi komunitas untuk
memberikan pendapat hukum dan atau memberitahukan
komunitas atas hak-haknya, atau memberikan nasehat jenis
tertentu permasalahan hukum dan cara penyelesaiannya.
Program-program dari in-house clinic terdiri dari:
 Life client/real client clinic, di mana mahasiswa menyediakan
pelayanan hukum secara langsung kepada klien.
 Simulation clinic, di mana mahasiswa mensimulasikan
dikehidupan nyata atas dasar role-playing dengan tujuan
untuk melatih kemampuan kepengacaraan mahasiswa.
Biasanya kasus-kasus yang nyata dipakai dalam simulation
clinic ini.

2) Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan Sumber Hukum


Materil dan Sumber Hukum Formil yaitu:
 Faktor yang mempengaruhi pembentukan Sumber Hukum Materil:
1. Faktor Ideal: patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang
harus ditaati oleh para pembentuk ataupun para pembentuk hukum
yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
2. Faktor Kemasyarakatan: hal-hal yang benar-benar hidup dalam
masyarakat dan tunduk pada aturan aturan yang berlaku sebagai
petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya
struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain. faktor-
faktor kemasyarakatan yang mem pengaruhi pembentukan hukum
yaitu:
1. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara
lain: kekayaan alam, susunan geologi, perkembangan
perkembangan perusahaan, dan pembagian kerja.
2. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yg telah
berkembang dan pada tingkat tertentu ditaati sebagai aturan
tingkah laku yang tetap.
3. Hukum yang berlaku.
4. Tata hukum negara-negara lain.
5. Keyakinan tentang agama dan norma kesusilaan.
6. Kesadaran hukum.
 Faktor yang mempengaruhi pembetukan Sumber Hukum Formil:
1. Struktur Sosial: struktur sosial yang mencakup aspek (unsur
sosial baku) sebagai dasar eksistensi masyarakat, seperti
stratifikasi sosial, lembaga sosial, kebudayaan, serta kekuasaan
dan wewenang. Kedua, sistem nilai-nilai mengenai apa yang
baik dan yang tidak baik (buruk) yang merupakan pasangan
nilai-nilai yang harus diselaraskan (diserasikan). Pasangan nilai-
nilai inilah yang seharusnya tercermin di dalam peraturan
perundang-undangan agar memiliki makna komprehensip
sebagai asas hukum, antara lain kebebasan dengan ketertiban,
umum dan khusus, perlindungan dengan pembatasan, kebebasan
dan ketertiban, dan lain sebagainya.
2. Faktor Sumber Hukum: sumber hukum dalam bentuknya yang
tertentu, yang menjadi dasar sah dan berlakunya hukum secara
formal yaitu:
1. Undang-Undang.
2. Kebiasaan.
3. Traktat.
4. Yurisprudensi.
5. Doktrin.
6. Hukum Agama.
Faktor faktor diatas berfungsi untuk menerapkan hukum dengan
benar sesuai dengan obyek sengketa dan masalah hukum yang
dihadapi, memecahkan masalah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan menggali hukum yang berlaku dalam
masyarakat1.

3) Jenis jenis upaya hukum yaitu melalui dua jalur :


1. Litigasi. Upaya hukum untuk penyelesaian perkara melalui
prosedur formal di pengadilan. Tahapannya mencakup pengajuan
gugatan atau tuntutan ke pengadilan (Pertama, Banding, dan
Kasasi/PK) secara berjenjang, dengan mengungkap fakta hukum,
pertimbangan hukum, menetapkan putusan, dan pencatatan
putusan.
2. Non Litigasi, yaitu upaya hukum untuk penyelesaian perkara
melalui mediasi/arbitrase. Tahapannya mencakup identifikasi
perkara dan fakta hukum, alternatif solusi, menetapkan putusan,
dan pencatatan putusan2.

1
Dr. Deni K. Yusup, M.Ag. Ppt “Sumber Hukum Materil dan Formil Penyelesaian
Sengketa Ekonomi Syariah”, slide 6-9
2
Dr. Deni K. Yusup, M.Ag. Ppt “Model Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah”, slide 4
Tahapan/cara penyelesaian perkara ekonomi syariah dilembaga
arbitrase dan pengadilan secara ringkasnya yaitu3:
1. Arbitrase: para pihak bertemu dan bersepakat untuk mengajukkan
objek sengketa kepada jalur arbitrase atau non litigasi agar
menemukan jalan keluar dan titik temu yang disengketakan.
Kemudian oleh pihak arbitrase mempertemukan para pihak
sengketa dalam hal ini abitrase berkedudukan sebagai mediator
dalam penyelesaian sengketanya serta mengidentifikasi dan
memberikan alteratif solusi untuk kedua belah pihak. Dalam
arbitrase atau jalur non litigasi tujuan dan point yang diharapkan
dan dicapai yaitu win win solution yaitu solusi apa yang akan
menjadi jalan keluar dalam sengketa tersebut.
2. Pengadilan: salah satu pihak mengajukan perkara sengketa ke jalur
litigasi atau pengadilan yang lebih formal. Dalam menyelesaikan
sengketa perkara ini seorang hakim bertindak dalam memutuskan
suatu perkara, seorang hakim dibantu hakim lainnya menganalisis
serta mengungkap fakta hukum atas sengketa para pihak,
mempertimbangan hukum dalam kasus tersebut, menetapkan
putusan mana yang akan diterapkan, dan pencatatan putusan kasus
sengketa itu sendiri. Dalam jalur litigasi ini hal yang akan dicapai
adalah win or lose yaitu salah satu pihak akan dittentukan dan di
tetapkan siapa pemenang yang artinya dia memenangkan perkara
dan ada pihak yang dinyatakan kalah atau bersalah4.

4) Upaya hukum biasa yaitu upaya hukum yang digunakan untuk


putusan yang belum berkekuatan hukum tetap. Bentuk dari upaya ini
mencakup:
1. Perlawanan/verzet
Suatu upaya hukum terhadap putusan di luar hadirnya tergugat
(putusan verstek). Dasar hukum verzet dapat dilihat di dalam pasal
129 HIR. Verzet dapat dilakukan dalam tempo/tenggang waktu 14
hari (termasuk hari libur) setelah putusan putusan verstek
diberitahukan atau disampaikan kepada tergugat karena tergugat
tidak hadir.
Syarat verzet adalah (pasal 129 ayat (1) HIR):
1. Keluarnya putusan verstek.
2. Jangka waktu untuk mengajukan perlawanan adalah tidak boleh
lewat dari 14 hari dan jika ada eksekusi tidak boleh lebih dari 8 hari
3. Verzet dimasukan dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri
di wilayah hukum dimana penggugat mengajukan gugatannya.

3
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
4
Frans Hendra Winarta. Hukum Penyelesaian Sengketa. (Jakarta: Sinar Grafika, 2012)
2. Banding
Adalah upaya hukum yang dilakukan apabila salah satu pihak tidak
puas terhadap putusan Pengadilan Negeri. Dasar hukumnya adalah
UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Pokok
Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan.
Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan
Negeri yang menjatuhkan putusan (pasal 7 UU No 20/1947).
Urutan banding menurut pasal 21 UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No
20/1947 mencabut ketentuan pasal 188-194 HIR, yaitu:
1. Ada pernyataan ingin banding.
2. Panitera membuat akta banding.
3. Dicatat dalam register induk perkara
4. Pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling
lama 14 hari sesudah pernyataan banding tersebut dibuat.
5. Pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat
mengajukan kontra memori banding.
3. Kasasi
Menurut pasal 29 dan 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 kasasi
adalah pembatalan putusan atas penetapan pengadilan dari semua
lingkungan peradilan dalam tingkat peradilan akhir.
bPutusan yang diajukan dalam putusan kasasi adalah putusan
banding. Alasan yang dipergunakan dalam permohonan kasasi
yang ditentukan dalam pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004
adalah:
1. Tidak berwenang (baik kewenangan absolut maupun relatif)
untuk melampaui batas wewenang.
2. Salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku.
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
Pada dasarnya menangguhkan eksekusi. Dengan pengecualian
yaitu apabila putusan tersebut telah dijatuhkan dengan ketentuan
dapat dilaksanakan terlebih dahulu atau uitboverbaar bij voorraad
dalam pasal 180 ayat (1) HIR jadi meskipun dilakukan upaya
hukum, tetap saja eksekusi berjalan terus.
4. Contoh Putusan Perkara Ekonomi Syariah
 Putusan BASYARNAS Nomor:
16/2008/BASYARNAS/Ka.Jak tentang Akta Perdamaian
Sengketa Pembiayaan Murabahah antara PT.ATM dan
PT.BSM.

5) Upaya Hukum Luar Biasa adalah upaya hukum yang digunakan untuk
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht).
Bentuk betuknya meliputi:
1. Kasasi Banding Luar Biasa: Dilakukan pada Pengadilan MA
untuk kasus-kasus tertentu yang telah diputus atau ditetapkan oleh
Pengadilan Tingkat Pertama (PA/PN) dan telah memiliki kekuatan
hukum tetap (in kracht). Dasar hukum Kasasi Banding Luar Biasa
diatur dalam pasal 21 UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947
mencabut pasal 188-194 HIR, yaitu:
1. ada pernyataan ingin banding
2. panitera membuat akta banding
3. dicatat dalam register induk perkara
4. pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling
lama 14 hari sesudah pernyataan banding tersebut dibuat.
5. pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat
mengajukan kontra memori banding
2. Peninjauan Kembali (Request Civil): dilakukan pada Pengadilan
MA untuk kasus-kasus tertentu yang telah telah diputus atau
ditetapkan oleh Pengadilan Tingkat Pertama (PA/PN), Pengadilan
Tingkat Banding (PTA/PTN) dan Pengadilan Tingkat Kasasi (MA)
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht);
Alasan-alasan Peninjauan Kembali menurut pasal 66-67 UU no
14/1985 jo. UU no 5/2004, yaitu:
a. ada novum atau bukti baru yang diketahui setelah perkaranya
diputus yang didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana yang dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti
yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa
tidak dapat ditemuksn;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut/lebih
daripada yang dituntut;
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. apabila dalam satu putusan terdapat suatu kekhilafan
hakim/suatu kekeliruan yang nyata.
Tenggang waktu pengajuan 180 hari setelah putusan
berkekuatan hukum tetap. (pasal 69 UU 14/1985). Mahkamah
Agung memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat
pertama dan terakhir (pasal 70 UU no 14/1985).
3. Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet): diajukan pada kasus-
kasus tertentu oleh pihak ketiga yang turut dirugikan oleh akibat
putusan Pengadilan Tingkat Pertama (PA/PN), Pengadilan Tingkat
Banding (PTA/PTN), dan Pengadilan Tingkat Kasasi (MA) yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap (in kracht);
Dasar hukum Derden Verzet adalah 378-384 Rv dan pasal 195 (6)
HIR; Alasan yang digunakan upaya hukum luar biasa Derden
Verzet adalah karena pada dasarnya suatu putusan hanya mengikat
pihak yang berperkara saja (pihak penggugat dan tergugat) dan
tidak mnegikat pihak ketiga (tapi dalam hal ini, hasil putusan akan
mengikat orang lain/pihak ketiga, oleh sebab itu dikatakan luar
biasa).
4. Contoh Putusan Perkara Ekonomi Syariah
 Penetapan PA Jakarta Pusat Nomor: 792/Pdt.G/2009/PA.JP
tentang Penetapam Akta Perdamaian Sengketa Pembiayaan
Murabahah antara PT.ATM dan PT.BSM.

Anda mungkin juga menyukai