Bab 1-6
Bab 1-6
PENDAHULUAN
Pemberian MPASI pada bayi sebelum usia enam bulan yang masih tinggi
disebabkan karena beberapa faktor. Faktor biologi meliputi faktor ibu, paritas,
pemakaian kontrasepsi, serta kesehatan bayi dan ibu. Faktor sosial budaya yaitu
pengaruh langsung budaya barat, urbanisasi, sikap terhadap payudara, pegaruh iklan,
pengaruh petugas kesehatan, tingkat pendidikan ibu, pekerjan ibu, dan pengetahuan
ibu. Faktor ekonomi yaitu pendapatan (Dahlia, M Ruslianti 2008). Pemberian MPASI
salah satunya ditentukan dari pengetahuan dan pendidikan serta pekerjaan ibu.
Pekerjaan ibu menentukan pemberian ASI eksklusif, karena pemberian MPASI yang
tepat dipengaruhi oleh kesibukan dan aktifitas yang dimiliki ibu tersebut. Semakin
tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, semakin tinggi pengetahuan seseorang.
1
Dengan pendidikan yang tinggi berpotensi memiliki wawasan serta pengetahuan.
Semakin tinggi pengetahuan akan mempengaruhi seseorang untuk bertindak atau
berperilaku, sehingga dapat dianalogikan semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan
ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan MPASI akan mempengaruhi ibu untuk
memutuskan pemberian MPASI secara tepat (Tamuji, 2008).
Pemberian MPASI di bawah usia enam bulan di Indonesia masih tinggi. Secara
nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33% (Kemenkes, 2017). Ini
berarti pemberian MPASI dini atau tidak ASI eksklusif masih tinggi. Di propinsi Jawa
Tengah persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2017
sebesar 54,4 persen, sedikit meningkat jika dibandingkan persentase pemberian ASI
eksklusif tahun 2016 yaitu 54,2 persen, dengan presentasi tertinggi dicapai oleh kota
Magelang sebesar 87,2 % dan terendah Kab. Temanggung sebanyak 8,4 % . Di
kabupaten Kendal, angka pemberian asi eksklusif hanya mencapai 46% (Dinkes,
2017).
2
1.1.2 Puskesmas
Puskesmas sesuai dengan Permenkes 75 Tahun 2014 merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan sendiri merupakan suatu tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 2 pada Permenkes 75 Tahun 2014 Tujuan Puskesmas
sendiri adalah :
a. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
i. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
ii. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
iii. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
iv. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengadakan kegiatan yang berjudul
Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi.
3
masih tinggi. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%
(Kemenkes, 2017)
Ini berarti pemberian MPASI dini atau tidak ASI eksklusif masih tinggi. Di
propinsi Jawa Tengah persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada
tahun 2017 sebesar 54,4 persen, sedikit meningkat jika dibandingkan persentase
pemberian ASI eksklusif tahun 2016 yaitu 54,2 persen, dengan presentasi tertinggi
dicapai oleh kota Magelang sebesar 87,2 % dan terendah Kab. Temanggung sebanyak
8,4 % . Di kabupaten Kendal, angka pemberian asi eksklusif hanya mencapai 46%
(Dinkes, 2017).
Berdasarkan laporan bulanan program gizi tahun 2019, cakupan pemberian
ASI eksklusif di wilayah PuskesmasRowosari II pada bulan April 2019 sebesar 40 %
dihitung hanya berdasarkan bayi yang mendapatkan ASI saja sampai dengan 6 bulan.
Angka ini sedikit meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu pada bulan
Januari sebesar 31%, Februari 42 % dan Maret 25%. Cakupan Asi eksklusif di tiap tiap
desa pada bulan April 2019 adalah sebagai berikut : desa Wonotenggang mencapai
50%, desa Pojoksari mencapai 33%, desa Randusari mencapai 100%, desa Karangsari
mencapai 50%, desa Parakan mencapai 100%, desa Tambaksari mencapai 33%, desa
Tanjungsari mencapai 20% dan desa Tanjung anom mencapai 33%.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
a. Melaksanakan kegiatan mini project dalam rangka Program Internsip Dokter
Indonesia.
b. Berperan serta dalam upaya pengumpulan data pemberian ASI eksklusif
khususnya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rowosari II, Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah.
4
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
Membantu puskesmas dalam pengumpulan data pemberian ASI eksklusif
sehingga dapat mengetahui. gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rowosari II, Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan
dalam membuat instrumen penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pemaparan
teori tentang ASI eksklusif akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan
memaparkan mengenai teori yang berkaitan dengan ASI dan ASI eksklusif.
Selanjutnya secara berurutan, teori bagian kedua dan ketiga akan membahas tentang
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
6
2.1.1 Kandungan ASI
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi enam bulan karena kandungan
gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat menampung
cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki kandungan gizi yang sesuai
serta volume yang tepat sesuai dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas
(Depkes, 2009).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang
terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI berbeda-beda
sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa gestasi janin saat lahir
(Olds et all, 2000). Berdasarkan faktor yang telah disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi (transitional milk), dan ASI matang (mature
milk).
Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-
kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin
yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum
sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi akan Iminoglobulin A (IgA)
sebagai sumber imun pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk
membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai pada
masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya
kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran
bayi (Olds et all, 2000; Roesli, 2003; Brown, 2004).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai
kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi
semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan semakin
meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lama
menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000; Roesli, 2003).
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian
yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi
menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk
mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak
empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000; Roesli, 2003).
7
Kandungan ASI secara rinci, serta perbandingannya dengan kolostrum dan susu
formula dapat dilihat pada tabel 2.1.
8
9
2.1.2 Manfaat Menyusui
Proses menyusui berarti memberikan susu pada bayi (KBBI, 2003). Susu yang
dimaksud dalam pengertian ini adalah ASI. Pemberian ASI memiliki manfaat karena
ASI mengandung nutrisi optimal untuk bayi yang memberikan berbagai kebaikan.
Manfaat menyusui tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapai juga oleh ibu. Manfaat
tersebut diantaranya manfaat imunologis, nutrisi, dan psikologis.
Manfaat imunologis yang diberikan ASI mencangkup perlindungan dari infeksi
respirasi dan gastrointestinal, otitis media, meningitis, sepsis, dan alergi.
Perlindungan ini didapat bayi mulai dari periode neonatal sampai immunoglobulin
pada bayi aktif pada usia 18 bulan. Immunoglobulin seperti secretory IgA
mengandung antivirus dan antibakteri. Secretory IgA berperan dalam mengurangi
permiabilitas usus halus terhadap makromolekul antigenik. Kandungan lain dalam
kolostrum seperti Lactobacillus bifidus, lisosim, laktoperoksidase, laktoferin,
transferin, dan berbagai immunoglobulin dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dan virus (Olds et all, 2000).
Manfaat nutrisi ASI salah satunya diperoleh dari kolesterol dan mineral.
Kadar kolesterol yang tinggi dan asam amino yang seimbang dalam ASI sangat baik
untuk pembentukan myelin dan perkembangan saraf bayi. Tingginya kadar
kolesterol pada ASI dapat merangsang produksi enzim yang membuat metabolisme
kolesterol menjadi efisien dengan cara menurunkan efek jangka panjang yang buruk
pada sistem kardiovaskuler (Lawrence (1994) dalam Olds et all, 2000)).
ASI mengandung mineral dengan jumlah yang lebih sesuai dibandingkan
dengan susu formula. Meskipun jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih
rendah dari susu formula, zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan cukup untuk
memenuhi kebutukan zat besi bayi pada usia empat sampai enam bulan (Olds et all,
2000).
Keuntungan lain dari menyusui yaitu semua komponen dalam ASI diberikan
pada bayi dalam bentuk yang tidak berubah. Vitamin yang terdapat pada ASI tidak
hilang jika dipanaskan. Jika ibu mengonsumsi multivitamin, bayi hanya
membutuhkan vitamin D dan fluoride sampai bayi berusia lebih dari enam bulan
11
(Olds et all, 2000).
Manfaat psikologis yang diperoleh dari menyusui yaitu menyusui dapat
meningkatkan rasa kasih sayang antara ibu dan bayi karena selama proses menyusui
terjadi kontak secara langsung antara keduanya. Kemampuan bayi dalam merasakan
sentuhan berkembang pesat setelah bayi lahir dan menjadi bentuk utama dalam
berkomunikasi. Hal ini dapat memberikan kehangatan, kedekatan, dan kenyamanan,
juda meningkatnya kedekatan antara ibu dan bayi (Olds et all, 2000).
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti
biologis, kognitif, dan afektif (William et al, 2011). Ketiga dimensi dalam faktor
internal ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi
biologis yang akan dibahas mencangkup usia dan kondisi kesehatan, kognitif
mencangkup pengetahuan, dan afektif yang mencangkup persepsi yang berkaitan
dengan ASI Eksklusif.
a. Usia
Produksi ASI berubah seiring dengan perubahan usia. Ibu yang berusia 19-23
tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih cukup dibanding ibu yang
berusia lebih tua. Hal ini teradi karena adanya pembesaran payudara setiap siklus
ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi
degenerasi payudara dan kelenjar penghasil ASI (alveoli) secara keseluruhan
setelah usia 30 tahun (Suraatmadja, 1997: Novita, 2008). Penelitian yang
dilakukan Asmijati (2001) menemukan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu
berusia sampai dengan 30 tahun lebih banyak dari ibu yang berusia lebih dari 30
tahun.
b. Pengetahuan
12
yang penting (DeLaune & Ladner, 2002); Potter & Perry, 2005).
Hal ini didukung oleh penelitian Nurjanah (2007) yang menemukan proporsi
pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar dari ibu yang
berpendidikan tinggi.
b. Status Pekerjaan
13
juga perempuan, tidak terkeculi ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui yang
bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar, 2004). Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004) menunjukkan kelompok ibu bekerja
memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayi secara eksklusif.
2.4 Puskesmas
Situasi geografis di wilayah kerja Puskesmas Rowosari II dapat dilihat pada gambar
di atas.
14
Tahun 1987 berdiri dengan nama Puskesmas Weleri 03
Tahun 1995 berganti nama menjadi Puskesmas Rowosari II
a. Nama instansi : UPTD. Puskesmas Rowosari II
b. Luas tanah : 18.700 m2
c. Luas bangunan: 2.946 m2
d. Alamat : Jalan Raya Soekarno Hatta Desa Wonotenggang,
Kec. Rowosari Kab. Kendal.
e. Telephone : (0294) 641541
f. Email : pkmsrowosari02@gmail.com
2 Pustu 2 Buah
3 Poskesdes 4 Buah
4 Posyandu 30 Buah
15
2.4.3 Visi dan Misi Puskesmas Rowosari II
1.Sopan
Hormat dan takzim dalam memberikan pelayanan baik kepada pasien maupun
masyarakat
2.Ikhlas
Tulus dalam memberikan pelayanan
3.Akuntabel
Sistem pengelolaan administrasi dan keuangan di puskesmas dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan yang ada
4.Profesional
Memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian.
16
3.Optimalisasi SOP menuju pelayanan bermutu.
4.Meningkatkan infrastruktur dan manajemen puskesmas.
5.Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
6.Optimalisasi lintas sektoral melalui rapat koordinasi.
1. Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan
paling rendah Sarjana Kesehatan, memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat, masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun, dan telah
mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
17
4. Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan
masyarakat yangmembawahi:
i. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS
ii. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
iii. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
iv. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM
v. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
5. Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas, antara lain:
18
Jarak
Luas
ke Waktu Jml Jml KK JmlPenduduk
Wilaya Jml
No Desa Puske Tempuh RT/R
h Rmh
smas (Menit) W (Jiwa) (Jiwa)
(KM²)
(KM²)
L P JML
Wonotenggan
1 1.14 1 5 12/3 544 580 956 1006 1962
g
19
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,
bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh
dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
- Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan
fasilitas yang tersedia
- Mengoptimalkan peran SDM sesuai tupoksi pelayanan yang
ada
- Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara
bertahap sesuai perkembangan jaman
- Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
- Meningkatkan koordinasi antar unit pelayanan.
c. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui
pendanaan yang ada di puskesmas dan masyarakat
- Mendorong masyarakat untuk mendukung pendanaan
kesehatan yang bersumber dari masyarakat
- Merencanakan anggaran kegiatan kesehatan yang sesuai
dengan permasalahan yang ada di masyarakat
- Mendukung pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimal)
MDG’s (Millennium Development Goals).
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM
kesehatan yang merata dan bermutu.
- Melaksanakan transfer ilmu (kalakarya) dari SDM yang
mengikuti pelatihan kepada rekan-rekan lainnya.
- Membuat peta jabatan sesuai dengan kompetensi yang ada
- Melaksanakan analisis beban kerja dan mutasi internal
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat,
kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan.
- Mengoptimalkan peran apotek dan gudang obat dalam
pelayanan kesehatan
20
- Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi penggunaan obat
pelayanan kesehatan
- Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan obat dan alkes
- Merencanakan kebutuhan obat dan alkes secara rutin
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel,
transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan
pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi terpadu setiap bulan
- Menanggapi dengan segera setiap keluhan konsumen yang
disampaikan
- Melaksanakan lokmin bulanan
0 – Jiwa Tidak
50, / padat
km2
51 – Sedang
250 Jiwa
Padat
/
251
21
km2
– Jiwa
400 /
Sangat
km2
> padat
400 Jiwa
/
km2
Tabel 4.4 Data Wilayah dan Jumlah Penduduk Desa Kecamatan Rowosari
Tahun 2018
Jarak
Luas ke Waktu Jml Jml KK Jml Penduduk
Jml
No Desa Wilayah Puskes Tempuh RT/
Rumah
(KM²) mas (Menit) RW (Jiwa) (Jiwa)
(KM²)
L P JML
Wonotenggan 12/
1 1.14 1 5 544 580 956 1006 1962
g 3
19/
2 Pojoksari 0.98 3 10 632 680 942 935 1877
5
11/
3 Randusari 1.18 4 10 445 473 787 804 1591
3
13/
4 Karangsari 1.38 3 10 606 874 1459 1520 2979
4
22
6
30/
7 Tambaksari 1.39 6 15 851 1328 2167 2179 4346
6
13/
8 Parakan 0.95 3 10 358 404 715 699 1414
3
Jumlah
pendudu
Sex
k laki-
Ratio x 100
laki
=
Jumlah penduduk
perempuan
23
9938 jiwa penduduk laki laki dan 10043 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 9938KK (Kepala Keluarga).
No DIAGNOSA Total
1 ISPA 3055
3 FEBRIS 479
4 ANC 357
5 HIPERTENSI 348
6 DYPEPSIA 312
7 DM 256
8 CEPALGIA 252
9 GASTRITIS 238
10 DIARE 203
24
2.5 Kerangka Teori
29
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif. Pokok bahasan yang akan disajikan mencangkup desain penelitian,
populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, etika, alat pengumpulan data,
metode pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta jadwal kegiatan.
3.2.1 Populasi
30
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel peneitian ini terdiri dari seluruh populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah ibu yang memiliki anak
terakhir berusia 0-24 bulan yang bersedia menjadi responden.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik
non-probability sampling yaitu quota sampling. Sampel ditentukan dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang dinginkan. Pada
penelitian ini sampel yang diharapkan berjumlah 30 responden.
31
kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama dan
hanya meniliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang
disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua
informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
32
sebelum diberikan ASI, dan ruangan ibu bayi setelah melahirkan.
Kuesioner nomor 1-10 yang mengukur tingkat pengetahuan tentang
pemberianASI eksklusif dimodifikasi dari kuesioner penelitian lupa. Bagian ini
terdiri dari pertanyaan dengan skala likerts berupa pilihan ganda ya atau tidak.
Penilaian masing-masing pilihan jawaban dilakukan ya =1 tidak =2.
33
mengisi kuesioner.
Populasi
Ibu yang memiliki bayi 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Rowosari II Kendal
Sampel penelitian
Pengumpulan data
Pembahasan
Kesimpulan
34
No. Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala Data
Operasional
35
ketenagakerjaan)
BAB 4
36
HASIL PENELITIAN
37
PNS/TNI/POLRI 1 3,33%
lain-lain 0 0%
Saat ini hamil Ya 1 3,33%
Tidak 29 96,73%
Jumlah anak ≤2 21 70%
>2 9 30%
Pendidikan SD 8 26,67%
SMP 15 50%
SMA 6 20%
Sarjana 1 3,33%
Pada tabel 4.1 diperoleh gambaran usia yaitu, 5 orang (16,67%) berusia
20-24 th, 9 orang (30%) berusia 30-35 th, dan 3 orang (10%) berusai > 35 tahun.
Pada gambaran usia responden Desa Wonotenggang di dominasi usia 25-29 th
sebanyak 13 orang (43,33%).
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 18 orang (60%), sedangkan 11 orang (36,67%) sebagai
wiraswasta, dan 1 orang (3,33%) sebagai PNS.
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
29 orang (96,73%) tidak sedang hamil dan 1 orang (3,33%) sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 21 orang
(70%) dan 9 orang (30%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pendidikan responden Desa Wonotenggang paling banyak
berpendidikan tamat SMP sejumlah 15 orang (50%), kedua terbanyak adalah
tamat SD sejumlah 8 orang (26,67%), 6 orang (20%) tamat SMA, dan 1 orang
(3,33%) lulus sarjana.
38
4.1.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 25 83,33%
Tidak pernah 5 16,67%
Pengetahuan bahwa bayi 0-6 bulan
Tahu 30 100%
hanya konsumsi ASI
Tidak tahu 0 0%
Pengetahuan tentang komposisi ASI
Tahu 28 93,33%
dan sufor tidak sama
Tidak tahu 2 6,67%
39
Dukungan tenaga kesehatan N %
40
Tabel 4.5 Gambaran Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Karakteristik Desa
Wonotenggang
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 2 45,45% 12 54,54% 22 100%
Tua 6 75% 2 25% 8 100%
Pendidikan Rendah 14 58,33% 10 41,67% 24 100%
Tinggi 2 33,33% 4 67,67% 6 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 9 50% 9 50% 18 100%
Bekerja 7 58,33% 5 41,67% 12 100%
Pengetahuan Rendah 5 100% 0 0% 5 100%
Tinggi 11 44% 14 56% 25 100%
Dari hasil tabel 4.5 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih
banyak pada ibu usia muda yaitu 12 orang (54,54%), lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif responden yang berusia tua yaitu 2 orang (25%).
Meskipun jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif pada
pendidikan rendah lebih banyak dibandingkan pendidikan tinggi (10 > 4 orang),
namun bila dilihat dari proporsinya maka pemberian ASI eksklusif lebih banyak
pada ibu dengan pendidikan tinggi yaitu 67,67%, lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif responden yang berpendidikan rendah yaitu 41,67%.
Tabel 4.5 memberi gambaran bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki
proporsi yang seimbang (50%) antara pemberian asi eksklusif dan tidak, namun
41
proporsi tersebut masih lebih besar dari proporsi pemberian asi eksklusif ibu yang
bekerja yaitu 41,67%.
Berkaitan dengan pengetahuan, tabel 4.5 menunjukkan bahwa 100%
responden yang berpengetahuan rendah tidak memberikan ASI eksklusif,
sedangkan proporsi responden yang pengetahuannya tinggi dan memberikan asi
eksklusif yaitu 56%.
42
Buruh 0 0,00%
Wiraswasta 0 0,00%
PNS/TNI/POLRI 0 0,00%
lain-lain 0 0,00%
Pada tabel 4.6 diperoleh gambaran usia yaitu, 1 orang (3,33 %) berusia <
20 th, 5 orang ( 16,67 %) berusia 20-24 th, 8 orang (26,67 %) berusia 25-29 th,
10 orang ( 33,33 % ) berusia 30 – 35 tahun, dan 6 orang (20%) berusia > 35 tahun.
Berdasarkan pekerjaan semua responden ( 100 % ) tidak bekerja atau ibu
rumah tangga (IRT).
43
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
29 orang (96,67%) tidak sedang hamil dan 1 orang (3,33%) sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 21 orang
(70%) dan 9 orang (30%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pendidikan responden Desa Tanjungsari sebanyak 2 orang
(6,67%) berpendidikan tamat SD, 14 orang (46,67%) berpendidikan tamat SMP,
12 orang (40%) tamat SMA dan 2 orang ( 6,67% ) sarjana.
44
Pada tabel 4.7 didapatkan gambaran responden memperoleh informasi
tentang asi eksklusif sebanyak 25 orang (83,33 %), sedangkan 5 orang (16,67 %)
belum pernah mendapat informasi asi eksklusif sama sekali.
Pada gambaran responden yang mengetahui komposisi ASI dan susu
formula tidak sama yaitu sebanyak 27 orang (90%), sedangkan 3 orang (10%)
tidak mengetahui.
Berdasarkan tabel 5.2 tersebut seluruh responden 30 orang (100%)
mengetahui bahwa bayi 0-6 bulan seharusnya hanya konsumsi ASI.
45
Tidak 17 56,67%
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
6 42,86% 8 57,14% 14 100%
Umur Muda
11 68,75% 5 25,00% 16 100%
Tua
12 75,00% 4 25,00% 16 100%
Pendidikan Rendah
5 35,71% 9 64,29% 14 100%
Tinggi
17 56,67% 13 43,33% 30 100%
Pekerjaan Tidak bekerja
0 0,00% 0 0,00% 0 0%
Bekerja
3 100,00% 0 0,00% 3 100%
Pengetahuan Rendah
14 51,85% 13 48,15% 27 100%
Tinggi
46
Dari hasil tabel 4.9 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responde, didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih banyak
pada ibu usia muda yaitu 8 orang (57,14%), lebih besar dari proporsi pemberian
ASI eksklusif responden yang berusia tua yaitu 5 orang (25%).
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif memiliki
pendidikan tinggi yaitu 9 orang (64,29%), pada kelompok berpendidikan rendah
jumlah responden yang memberikan asi eksklusif sebanyak 4 orang (25%). 5
orang (35,71%) berpendidikan tingi namun tidak memberikan asi eksklusif, dan
sisanya yang 12 orang (75,00%) berpendidikan rendah tidak memberikan asi
eksklusif.
Tabel 4.9 memberi gambaran bahwa seluruh responden merupakan ibu
rumah tangga dengan proporsi pemberian asi eksklusif sebanyak 13 responden
(43,33 % ).
Pemberian asi eksklusif hanya pada kelompok yang memiliki
pengetahuan tinggi yaitu 13 orang, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang tidak
memberikan asi eksklusif, selanjutnya 3 orang dengan pengetahuan rendah tidak
memberikan asi eksklusif.
4.3 Hasil Penelitian Desa Parakan
4.3.1 Gambaran Karakteristik Responden
Berikut ini adalah informasi lengkap tentang karakteristik
responden Desa Parakan . Karakteristik yang dipaparkan terdiri dari
beberapa hal.
47
Tabel 4.10 Disribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden (N=30)
Karakteristik Responden Desa Parakan
Karakteristik Kategori N %
Umur ibu < 20 0
20-24 7 23,33%
25-29 8 26,66%
30-35 7 23,33%
> 35 8 26,66%
Pekerjaan Ibu IRT 29 96,66%
Buruh 0
Wiraswasta 0
PNS/TNI/POLRI 0
lain-lain 1 3,30%
Saat ini hamil Ya 2 6,66%
Tidak 28 93,33%
Jumlah anak ≤2 22 73,33%
>2 8 26,66%
Pendidikan 33,33%
SD 10
SMP 6 20%
SMA 14 46,66%
48
Pada tabel 4.10 diperoleh gambaran usia yaitu, 7 orang (23,33%) berusia
20-24 th, 8 orang (26,66%) berusia 25-29 th, 7 orang (23,33%) dan sebanyak 9
orang (30%) berusia 30-35 tahun. Gambaran usia ibu didesa parakan mayoritas
hampir sama.
49
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 29 orang (96,66%), sedangkan 1 orang (3,3%) sebagai
karyawan swasta.
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
28 orang (93,33%) tidak sedang hamil dan 2 orang (6,66%) sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 22 orang
(73,33%) dan 8 orang (26,66%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pengetahuan responden Desa Parakan 10 orang (33,33%)
berpendidikan tamat SD, 6 orang (20%) berpendidikan tamat SMP, 14 orang
(46,66%) tamat SMA.
4.3.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 27 90%
Tidak pernah 3 10%
50
Pada tabel 4.11 didapatkan gambaran responden memperoleh
informasi tentang asi eksklusif sebanyak 27 orang (90%), sedangkan 3
orang (10%) belum pernah mendapat informasi asi eksklusif sama sekali.
Pada gambaran responden yang mengetahui komposisi ASI dan
susu formula tidak sama yaitu sebanyak 27 orang (90%), sedangkan 3
orang (10%) tidak mengetahui.
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut seluruh responden 30 orang (100%)
mengetahui bahwa bayi 0-6 bulan seharusnya hanya konsumsi ASI.
51
Tidak 16 53,33%
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
6 40,00% 9 60,00% 15 100%
Umur Muda
10 66,66% 5 33,33% 15 100%
Tua
10 62,50% 6 37,50% 16 100%
Pendidikan Rendah
5 35,71% 9 64,28% 14 100%
Tinggi
16 55,17% 13 44,82% 29 100%
Pekerjaan Tidak bekerja
0 0,00% 1 10,00% 1 100%
Bekerja
14 87,50% 2 12,50% 16 100%
Pengetahuan Rendah
1 7,14% 13 92,85% 14 100%
Tinggi
52
Dari hasil tabel 4.13 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responde, didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih banyak
pada ibu usia muda yaitu 9 orang (60%), lebih besar dari proporsi pemberian ASI
eksklusif responden yang berusia tua yaitu 5 orang (33,33%).
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif memiliki pendidikan
tinggi yaitu 9 orang (64,28%), pada kelompok berpendidikan rendah jumlah
responden yang memberikan asi eksklusif sebanyak 6 orang (37,5%). 5 orang
(37,51%) berpendidikan tingi namun tidak memberikan asi eksklusif, dan sisanya
yang 10 orang (62,5%) berpendidikan rendah tidak memberikan asi eksklusif.
Tabel 4.5 memberi gambaran bahwa seluruh responden merupakan ibu
rumah tangga dengan proporsi pemberian asi eksklusif sebanyak 13 responden
(44,82 % ).
Pemberian asi eksklusif pada kelompok yang memiliki pengetahuan tinggi
yaitu 13 orang, sedangkan sebanyak 1 orang tidak memberikan asi eksklusif.
53
Tabel 4.14 Disribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden (N=30)
Karakteristik Responden Desa Tambaksari
Karakteristik Kategori N %
Umur ibu < 20 0
20-24 5 16,67%
25-29 10 33,33%
30-35 11 36,67%
> 35 4 13,33%
Pekerjaan Ibu IRT 29 96,67%
Buruh 0 0%
Wiraswasta 0 0%
PNS/TNI/POLRI 1 3,33%
lain-lain 0 0%
Saat ini hamil Ya 2 20%
Tidak 28 80%
Jumlah anak ≤2 26 86,67%
>2 4 13,33%
SD 5 16,67 %
Pendidikan
SMP 14 46,67%
SMA 10 33,33%
Sarjana 1 3,33%
Pada tabel 4.14 diperoleh gambaran usia yaitu, 5 orang (16,67%) berusia
20-24 th, 10 orang (33,33%) berusia 25-29 th, 11 orang (36,67%) berusia 30-35
th dan 11 0rang (36,67%) berusai > 35 tahun. Pada gambaran usia responden
Desa Tambaksari sebanyak 11 orang (36,67%) berusia 30-35 tahun.
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 29 orang (96,67%), dan 1 orang (3,3%) sebagai guru.
54
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
28 orang (93,33%) tidak sedang hamil dan 2 orang (6,67%) sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 26 orang
(86,67%) dan 4 orang (13,33%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pengetahuan responden Desa Tambaksari, jumlah responden
5 orang (16,67%) berpendidikan tamat SMP sebanyak 14 orang (46,67%), 10
orang (33,33%) tamat SMA, dan 1 orang (3,33%) lulus sarjana.
4.4.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 29 96,67%
Tidak pernah 1 3,33%
Pengetahuan bahwa bayi 0-6 bulan
Tahu 30 100%
hanya konsumsi ASI
Tidak tahu 0
Pengetahuan tentang komposisi ASI
Tahu 26 86,67%
dan sufor tidak sama
Tidak tahu 4 13,33%
Pada tabel 4.15 didapatkan gambaran responden memperoleh informasi
tentang asi eksklusif sebanyak 29 orang (96,67%), sedangkan 1 orang (3,33%)
belum pernah mendapat informasi asi eksklusif sama sekali.
Pada gambaran responden yang mengetahui komposisi ASI dan susu
formula tidak sama yaitu sebanyak 26 orang (86,67%), sedangkan 4 orang
(13,33%) tidak mengetahui.
55
Berdasarkan tabel 4.15 tersebut seluruh responden 30 orang (100%)
mengetahui bahwa bayi 0-6 bulan hanya konsumsi ASI.
4.4.3 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan
Tabel 4.16 Dukungan Tenaga Kesehatan Mengenai ASI Eksklusif
Dukungan tenaga kesehatan N %
56
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 5 35,71% 9 64,29% 14 100%
Tua 9 56,25% 7 43,75% 16 100%
Pendidikan Rendah 12 63,16% 7 36,84% 26 100%
Tinggi 7 63,64% 4 36,36% 4 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 17 58,62% 12 41,38% 29 100%
Bekerja 0 0% 1 100% 1 100%
Pengetahuan Rendah 1 100% 0 0% 1 100%
Tinggi 16 55,17% 13 44,83% 29 100%
Dari hasil tabel 4.18 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih
banyak pada ibu usia muda yaitu 9 orang (64,29%), lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif responden yang berusia tua yaitu 7 orang (43,75%).
Semua responden yang memberikan ASI eksklusif memiliki pendidikan
tinggi yaitu 4 orang (100%), dan sisanya yang 19 orang (73,08%) berpendidikan
rendah tidak memberikan asi eksklusif.
Tabel 4.18 memberi gambaran bahwa proporsi pemberian asi eksklusif
dominan pada ibu yang bekerja yaitu 1 orang (100%) lebih besar dari ibu tidak
bekerja yang memberi asi eksklusif 12 orang (41,38%).
Pemberian asi eksklusif pada responden yang pengetahuannya tinggi yaitu
13 orang, sedangkan 16 orang berpengetahuan tinggi namun tidak memberikan asi
eksklusif.
57
4.5 Hasil Penelitian Desa Tanjungsari
4.5.1. Gambaran Karakteristik Responden
Berikut ini adalah informasi lengkap tentang karakteristik responden
Desa Tanjnungsari. Karakteristik yang dipaparkan terdiri dari beberapa hal.
Karakteristik Responden Desa Tanjungsari
Karakter Umur N %
Umur ibu < 20 0
20-24 6 20%
25-29 6 20%
58
30-35 12 40%
> 35 6 20%
Pekerjaan Ibu IRT 26 86%
Buruh 1 3,30%
Wiraswasta 2 6,60%
PNS/TNI/POLRI 0
lain-lain 1 3,30%
Saat ini hamil Ya 3 10%
Tidak 27 90%
Jumlah anak ≤2 26 86%
>2 4 13,30%
Pendidikan SD 0 0,00%
SMP 20 67%
SMA 6 20%
Sarjana 4 13%
59
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 26 orang
(86%) dan 4 orang (14%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pendidikan responden Desa Tanjungsari lebih dari separuh
responden 20 orang (67%) berpendidikan tamat SMP, 6 orang (20%) tamat SMA,
dan 4 orang (13%) lulus sarjana.
60
Berdasarkan tabel 4.20 tersebut seluruh responden 30 orang (100%)
mengetahui bahwa bayi 0-6 bulan hanya konsumsi ASI.
61
Tabel 4.23 Gambaran Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Karakteristik Desa
Tanjungsari
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 10 83% 2 17% 12 100%
Tua 17 94% 1 6% 18 100%
Pendidikan Rendah 20 100% 0 0 20 100%
Tinggi 7 70% 3 30% 10 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 24 92% 2 8% 26 100%
Bekerja 3 75% 1 25% 4 100%
Pengetahuan Rendah 3 75% 1 25% 4 100%
Tinggi 24 92% 2 8% 26 100%
Dari hasil tabel 4.24 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih
banyak pada ibu usia muda yaitu 2 orang (17%), lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif responden yang berusia tua yaitu 1 orang (6%).
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif memiliki pendidikan
tinggi yaitu 3 orang (30%), 7 orang (70%) berpendidikan tingi namun tidak
memberikan asi eksklusif, dan sisanya yang 20 orang berpendidikan rendah tidak
memberikan asi eksklusif.
Tabel 4.24 memberi gambaran bahwa proporsi pemberian asi eksklusif
dominan pada ibu yang tidak bekerja yaitu 2 orang (8%) lebih besar dari ibu
bekerja yang memberi asi eksklusif 1 orang.
62
Pemberian asi eksklusif paling besar pada responden yang
pengetahuannya tinggi yaitu 2 orang, sedangkan 1 orang berpengetahuan tinggi
namun tidak memberikan asi eksklusif.
63
Pekerjaan Ibu IRT 27 90,00%
Buruh 1 3,30%
Wiraswasta 2 6,70%
PNS/TNI/POLRI 0
lain-lain 0
Saat ini hamil Ya 0 0
Tidak 30 100,00%
Jumlah anak ≤2 23 76,67%
>2 7 23,33%
Pendidikan SD 10 33,33%
SMP 8 26,67%
SMA 12 40,00%
Sarjana 0 0
Pada tabel 4.25 diperoleh gambaran usia yaitu, 3 orang (10,00%) berusia
<20 tahun, 10 orang (33,33%) berusia 20-24 tahun, 10 orang (33,33%) berusia
25-29 tahun, 5 0rang (16,67%) berusia 30-35 tahun, berusai > 35 tahun dan 2
orang (6,67%) berusia >35 tahun.
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 27 orang (90,00%), sedangkan 1 orang (3,30%) sebagai
buruh, dan 2 orang (6,70%) sebagai wiraswasta.
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
30 orang (100%) tidak sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 23 orang
(76,67%) dan 7 orang (23,33%) memiliki > 2 anak.
64
Berdasarkan pendidikan responden di Desa Tanjunanom diperolah 10
orang (30,00%) berpendidikan SD, sebanyak 8 orang berpendidikan SMP, 12
orang (40,00%) tamat SMA.
4.6.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.26 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 28 93,33%
Tidak pernah 2 6,67%
Pengetahuan bahwa bayi 0-6 bulan
Tahu 30 100%
hanya konsumsi ASI
Tidak tahu 0
Pengetahuan tentang komposisi ASI
Tahu 28 93,33%
dan sufor tidak sama
Tidak tahu 2 6,67%
65
4.6.3 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan
Tabel 4.27 Dukungan Tenaga Kesehatan Mengenai ASI Eksklusif
Dukungan tenaga kesehatan N %
66
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 15 60,00% 10 40,00% 25 100%
Tua 4 80,00% 1 20,00% 5 100%
Pendidikan Rendah 10 83,33% 2 16,67% 12 100%
Tinggi 9 50,00% 9 50,00% 18 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 16 59,26% 11 40,74% 27 100%
Bekerja 3 100,00% 0 0% 3 100%
Pengetahuan Rendah 2 100,00% 0 0% 2 100%
Tinggi 17 60,71% 11 39,29% 28 100%
Dari hasil tabel 4.29 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu
usia muda yaitu 10 responden (40,00%), lebih besar dari proporsi pemberian ASI
eksklusif responden yang berusia tua yaitu 1 responden (20,00%).
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif memiliki pendidikan
tinggi yaitu 9 responden (50,00%) sama dengan 9 responden (50,00%)
berpendidikan tinggi namun tidak memberikan asi eksklusif, dan penyumbang
terbanyak yaitu responden yang berpendidikan rendah tidak memberikan asi
eksklusif sebanyak 10 responden (83,33%) dan hanya 2 responden (16,67%)
berpendidikan rendah yang memberikan asi ekslusif.
Tabel 4.29 memberi gambaran bahwa proporsi pemberian asi eksklusif
dominan pada ibu yang tidak bekerja yaitu 11 responden (40,74%) dan yang
67
bekerja sebanyak 3 responden (100,00%) tidak ada yang memberikan asi
eksklusif.
Pemberian asi eksklusif paling besar pada responden yang pengetahuannya
tinggi yaitu 11 responden (39,29%), sedangkan berpengetahuan rendah tidak ada
satupun yang memberikan asi eksklusif.
68
Buruh 1 3,3%
Wiraswasta 2 6,7%
PNS/TNI/POLRI 1 3,3%
lain-lain 0
Saat ini hamil Ya 0
Tidak 30 100%
Jumlah anak ≤2 28 93,3%
>2 2 6,7%
Pendidikan SD 4 13,3%
SMP 10 33,3%
SMA 15 50%
Sarjana 1 3,3%
Pada tabel 4.30 diperoleh gambaran usia yaitu, 4 orang (13%) berusia 20-
24 tahun, 6 orang (20%) berusia 25-29 tahun, 14 orang (47%) berusia30-35 tahun,
dan 6orang (20%) berusai > 35 tahun.
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 26 orang (86,7%), 1 orang (3,3%) sebagai buruh, 2 orang
(6,7%) sebagai wiraswasta dan 1 orang (3,3%) sebagai PNS.
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden tidak
sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 28 orang
(93,3%) dan 2 orang (6,7%) memiliki > 2 anak.
69
Berdasarkan pendidikan responden Desa Randusarisebanyak 4 orang
(13,3%) berpendidikan tamat SD,10 orang (33,3%) berpendidikan tamat SMP, 15
orang (50%) berpendidikan tamat SMA, dan1 orang (3,3%) lulus sarjana.
4.7.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.31 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
93%
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 28
Tidak pernah 2 7%
Pengetahuan bahwa bayi 0-6 bulan
Tahu 30 100%
hanya konsumsi ASI
Tidak tahu 0
Pengetahuan tentang komposisi ASI
Tahu 25 83%
dan sufor tidak sama
Tidak tahu 5 17%
70
Pada gambaran responden yang mengetahui komposisi ASI dan susu
formula tidak sama yaitu sebanyak 25 orang (83%), sedangkan 5 orang (17%)
tidak mengetahui.
4.7.3 Gambaran Dukungan Tenaga Kesehatan
Tabel 4.32 Dukungan Tenaga Kesehatan Mengenai ASI Eksklusif
Dukungan tenaga kesehatan N %
71
4.8 Hasil Penelitian Desa Pojoksari
4.8.1 Gambaran Karakteristik Responden
Berikut ini adalah informasi lengkap tentang karakteristik responden Desa
Pojoksari. Karakteristik yang dipaparkan terdiri dari beberapa hal.
Tabel 4.34 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden (N=30)
Karakteristik Responden Desa Pojoksari
Karakteristik Kategori N %
Umur ibu < 20 0
20-24 1 3,3%
25-29 10 33,3%
30-35 14 46,7%
> 35 5 16,7%
Pekerjaan Ibu IRT 24 80%
Buruh 2 6,7%
Wiraswasta 3 10%
PNS/TNI/POLRI 0
lain-lain 1 3,3%
Saat ini hamil Ya 2 6,7%
Tidak 28 93,3%
Jumlah anak ≤2 26 86%
>2 4 14%
Pendidikan SD 11 36,7%
SMP 9 30%
SMA 7 23,3%
Sarjana 3 10%
72
Pada table 4.34 diperoleh gambaran usia yaitu, 1 orang (3,3%) berusia 20-
24 tahun, 10 orang (33,3%) berusia 25-29 tahun, 14 orang (46,7%) berusia30-35
tahun, dan 15orang (16,7%) berusai > 35 tahun.
Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas tidak bekerja atau ibu rumah
tangga (IRT) sebanyak 24 orang (80%), 2 orang (6,7%) sebagai buruh, 3 orang
(10%) sebagai wiraswasta dan 1 orang (3,3%) sebagai perangkat desa.
Berdasarkan status kehamilan, dari gambaran seluruh responden terdapat
28 orang (93,3%) tidak sedang hamil dan 2 orang (6,7%) sedang hamil.
Bardasarkan jumlah anak, mayoritas memiliki ≤ 2 anak yaitu 26 orang
(86%) dan 4 orang (14%) memiliki > 2 anak.
Berdasarkan pendidikan responden Desa Pojoksarisebanyak 11 orang
(36,7%) berpendidikan tamat SD,9 orang (30%) berpendidikan tamat SMP, 7
orang (23,3%) berpendidikan tamat SMA, dan3 orang (13%) lulus sarjana.
4.8.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 4.35 Distribusi Pengetahuan Asi Eksklusif
Pengetahuan ASI eksklusif N %
87%
Informasi tentang ASI eksklusif Pernah 26
73
Pengetahuan tentang komposisi ASI
Tahu 27 90%
dan sufor tidak sama
Tidak tahu 3 10%
Pada tabel 4.35 didapatkan gambaran responden memperoleh informasi
tentang asi eksklusif sebanyak 26 orang (87%), sedangkan 4 orang (13%) belum
pernah mendapat informasi ASI eksklusif sama sekali.
Berdasarkan tabel 4.35 didapatkan gambaran responden mengetahui
bahwa bayi 0-6 bulan hanya konsumsi ASI28 orang (93,3%) sedangkan 2 orang
(6,7%) tidak mengetahui.
Pada gambaran responden yang mengetahui komposisi ASI dan susu
formula tidak sama yaitu sebanyak 27 orang (90%), sedangkan 3 orang (10%)
tidak mengetahui.
74
sedangkan 7 orang (23%) yang tidak memperoleh informasi dan dukungan dari
tenaga kesehatan.
4.8.4 Gambaran Pemberian ASI
Tabel 4.37 Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif N %
Ya 16 53%
Pemberian ASI eksklusif
Tidak 14 47%
Berdasarkan tabel 4.37 gambaran pemberian ASI sebanyak 16 orang
(53%) memberikan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, sedangkan 14 orang (47%)
memberikan ASI tidak eksklusif. Dari tabel tersebut didapatkan bahwa lebih
banyak responden memberikan ASI secara eksklusif.
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 2 15,4% 11 84,6% 13 100%
Tua 12 70,5% 5 29,5% 17 100%
Pendidikan Rendah 14 70% 6 30% 20 100%
75
Tinggi 0 10 100% 10 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 10 41,7% 14 58,3% 24 100%
Bekerja 4 66,7% 2 33,3% 6 100%
Pengetahuan Rendah 11 78,6% 3 21,4% 14 100%
Tinggi 3 18,7% 13 81,3% 16 100%
Dari hasil tabel 4.38 gambaran pemberian ASI eksklusif berdasarkan
karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI eksklusif lebih
banyak pada ibu usia muda yaitu 11 orang (84,6%), lebih besar dari proporsi
pemberian ASI eksklusif responden yang berusia tua yaitu 5 orang (29,5%)
sedangkan sisa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif terdiri dari 2 orang
(15,4%) usia muda dan 12 orang (70,5%) usia tua.
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak pada
ibu dengan pendidikan tinggi yaitu 10 orang (100%) sedangkan pada ibu dengan
Pendidikan rendah sebanyak6 orang (30%) memberikan ASI eksklusif, dan
sisanya yang 14 orang (70%) berpendidikan rendah tidak memberikan ASI
eksklusif.
Tabel 4.38 memberi gambaran bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif
dominan pada ibu yang tidak bekerja yaitu 14 orang (58,3%) lebih besar dari ibu
bekerja yang memberi ASI eksklusif 2 orang (33,3%), sedangkan sisa ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif terdiri dari 10 orang (41,7%) tidak bekerja dan 4
orang (66,7%) bekerja.
Pemberian ASI eksklusif paling besar pada responden yang
pengetahuannya tinggi yaitu 13 orang (81,3%), sedangkan 3 orang (18,7%)
76
berpengetahuan tinggi namun tidak memberikan ASI eksklusif.Responden yang
memberikan ASI eksklusif dengan pengetahuan rendah terdiri dari 3 orang
(21,4%) sedangkan 11 orang (78,6%) berpengetahuan rendah tidak memberikan
ASI eksklusif.
Pemberian ASI
Karakeristik Kategori Tidak Eksklusif Eksklusif Jumlah
N % N % N %
Umur Muda 0 11 100% 11 100%
Tua 2 10,5% 17 89,5% 19 100%
Pendidikan Rendah 2 10% 18 90% 20 100%
Tinggi 0 10 100% 10 100%
Pekerjaan Tidak bekerja 2 7,7% 24 92,3% 26 100%
Bekerja 0 4 100% 4 100%
Pengetahuan Rendah 2 14,3% 12 85,7% 14 100%
Tinggi 0 16 100% 16 100%
Dari hasil tabel 4.39 gambaran pemberian ASI eksklusif
berdasarkan karakteristik responden. Didapatkan proporsi pemberian ASI
eksklusif lebih banyak pada ibu usia tua yaitu 17 orang (89,5%), lebih besar dari
proporsi pemberian ASI eksklusif responden yang berusia muda yaitu 11 orang
77
(100%) sedangkan sisa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif hanya 2 orang
(10,5%) usia tua.
Mayoritas responden yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak pada
ibu dengan pendidikan tinggi yaitu 16 orang (100%) sedangkan pada ibu dengan
Pendidikan rendah sebanyak12 orang (85,7%) memberikan ASI eksklusif, dan
sisanya yang 2 orang (14,3%) berpendidikan rendah tidak memberikan ASI
eksklusif.
Tabel 4.39 memberi gambaran bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif
dominan pada ibu yang tidak bekerja yaitu 24 orang (92,3%) lebih besar dari ibu
bekerja yang memberi ASI eksklusif 4 orang (100%), sedangkan sisa ibu yang
tidak memberikan ASI eksklusif terdiri dari 2 orang (7,7%) tidak bekerja.
78
Penelitian ini menunjukan bahwa masalah ASI eksklusif perlu mendapat
perhatian. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah
memberikan peyuluhan mengenai pentingnya ASI Eksklusif pada saat kegiatan
yang melibatkan Ibu dan anak, bahkan masyarakat luas. Diharapkan dengan
adanya penyuluhan maka tingkat pengetahuan masyarakat akan meningkat dan
berdampak pada meningkatnya pemberian ASI Eksklusif.
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggambarkan proporsi ibu yang memberikan ASI
eksklusif masih rendah dibandingkan dengan ibu yang memberikan ASI secara
tidak eksklusif, dimana ibu sudah memberikan makanan dan minuman lain selain
ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Dapat dikatakan cakupan perilaku ibu
79
menyusui secara eksklusif di Desa Karangsari wilayah kerja Puskesmas Rowosari
2 masih rendah. Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini
kemungkinan karena pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini,
masih ada responden yang memberikan minuman selain ASI sejak 3 hari setelah
dilahirkan, diantaranya ada yang memberikan susu formula dan madu karena
dengan alasan air susunya belum keluar dan dikhawatirkan kondisi bayi menjadi
tidak sehat.
Hasil pada penelitian ini juga tidak jauh beda dengan cakupan nasional
bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33% bahwa bayi yang mendapat ASI
ekslusif selama 6 bulan masih rendah. Dari hasil yang didapatkan, perolehan
persentase pemberian ASI eksklusif pada tiap penelitian masih jauh lebih rendah
dari target nasional.
Berdasakan hasil penelitian ini ternyata rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif masih merupakan masalah yang harus diperhatikan semua pihak. Baik
itu pihak ibu, pihak keluarga terutama suami, pihak tenaga kesehatan maupun
pemerintah. Hal ini menjadi penting karena ASI eksklusif sangat berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia. Para ibu belum menyadarai
bahwa pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan dapat membahayakan
keselamatan bayi mengingat pencernaan bayi belum sempurna, makin banyak
makanan padat yang dikonsumsi bayi, maka semakin berkurang pula asupan
energi dan zat gizi mikro dari ASI. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas
ASI yang dikonsumsi bayi menjadi rendah.
80
Pendidikan adalah suatu usaha terencana untuk mewujudkan proses belajar
dan pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan kemampuan
dirinya yang berguna bagi dirinya maupun orang lain (Suardi, 2012). Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi mempunyai sikap yang tinggi dalam
pemberian ASI eksklusif sehingga tercapaianya pemberian ASI eksklusif
(Widiyanto, 2012).
81
meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia. Para ibu belum menyadarai
bahwa pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan dapat membahayakan
keselamatan bayi mengingat pencernaan bayi belum sempurna, makin banyak
makanan padat yang dikonsumsi bayi, maka semakin berkurang pula asupan
energi dan zat gizi mikro dari ASI. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas
ASI yang dikonsumsi bayi menjadi rendah.
Pendidikan adalah suatu usaha terencana untuk mewujudkan proses belajar
dan pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan kemampuan
dirinya yang berguna bagi dirinya maupun orang lain. Hasil penelitian yang
menunjukkan proporsi ibu berpendidikan tinggi yang memberikan ASI eksklusif
lebih tinggi (67,67%) dibandingkan ibu berpendidikan rendah (41,67%) sejalan
dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi mempunyai sikap yang tinggi dalam pemberian ASI eksklusif sehingga
tercapaianya pemberian ASI eksklusif.
Bila melihat status pekerjaan, ditemukan hasil ibu yang bekerja memiliki
proporsi pemberian asi eksklusif yang lebih kecil yaitu 41,67%. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Novita (2008) yang menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
kesibukan di luar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya. Namun
berbeda dengan hasil penelitian Novita yang menyebutkan ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga memiliki lebih
82
banyak kesempatan untuk menyusui bayinya, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki proporsi yang seimbang (50%) antara
pemberian asi eksklusif dan tidak. Hasil ini memberikan gambaran bahwa
pendidikan rendah belum bisa dijadikan patokan bahwa pemberian ASI eksklusif
akan lebih baik.
Pengetahuan ibu merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu terkait
dengan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 responden yang
berpengetahuan rendah, di mana semua responden tersebut tidak memberikan ASI
eksklusif. Sedangkan 25 responden yang berpengetahuan tinggi masih terdapat 11
responden (44%) yang tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian ini
kita bisa melihat bahwa tidak selamanya pengetahuan dapat mempengaruhi
perilaku. Hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat
pengetahuan dimana tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu
Tahu, Paham, Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini
kita bisa melihat bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu dalam pemberian ASI secara
Eksklusif berada pada tingkat tahu dan paham saja. Dimana Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui. Jadi, Ibu-ibu Menyusui di Desa Wonotenggang tahu dan paham
tentang ASI eksklusif tetapi untuk mengaplikasikannya tidak dilakukan.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
83
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
84
Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan teori Ratna Wati (2009), dimana orang yang kurang
berinteraksi kurang dalam arti lebih sering di rumah, akan lebih sedikit
mendapatkan informasi ataupun saling bertukar informasi yang mengakibatkan
pada kurangnya pengetahuan.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 26 responden tetapi
yang memberikan ASI secara eksklusif hanya sebesar 8 % (2 responden) dan
sebesar 24 responden (92%) yang berpengetahuan baik tidak memberikan ASI
ekslusif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baik
atau kurang tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya atau tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
85
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Dari hasil penelitian ini kita bisa
melihat bahwa tidak selamanya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Hal
ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat pengetahuan
dimana tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu Tahu, Paham,
Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat
bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif berada
pada tingkat tahu dan paham saja. Dimana Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah pelajari sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Jadi,
Ibu-ibu Menyusui di Desa Karangsari tahu dan paham tentang ASI eksklusif tetapi
belum sampai pada tahap aplikasi. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukukan oleh Sriningsih (2012) , dimana ada hubungan antara pengetahuan
ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, dan penelitian ini
juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013) dimana tingkat
pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
86
Status pekerjaan seluruh responden dalam penelitian di desa ini adalah Ibu
tidak bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga yang waktu terbanyaknya berada di
rumah untuk mengurus anak dan keluarganya. Dari hasil wawancara dengan
responden diperoleh keterangan bahwa walaupun mereka tidak bekerja diluar
rumah atau hanya mengurus rumah tangga, mereka tidak dapat memberikan ASI
secara eksklusif dikarenakan banyak penyebabnya seperti: ASI keluar setelah dua
sampai tiga hari pasca melahirkan, ibu menganggap ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi dikarenankan bayi selalu menaggis dan susah untuk tidur, serta
produksi ASI yang kurang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mamahit (2011), Rahmawati A,
Burhanuddin Bahar, Abdul Salam (2012), Siallagan, dkk (2013) dimana pekerjaan
merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan teori Ratna Wati (2009), dimana orang yang kurang
berinteraksi kurang dalam arti lebih sering di rumah, akan lebih sedikit
mendapatkan informasi ataupun saling bertukar informasi yang mengakibatkan
pada kurangnya pengetahuan.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 14 responden tetapi
87
yang memberikan ASI secara eksklusif hanya sebesar 13 responden dan sebesar 1
responden yang berpengetahuan baik tidak memberikan ASI ekslusif. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baik atau kurang tidak
mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya atau
tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Dari hasil penelitian ini kita bisa
melihat bahwa tidak selamanya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Hal
ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat pengetahuan
dimana tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu Tahu, Paham,
Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat
bahwa tingkat pengetahuan Ibu-ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif berada
88
pada tingkat tahu dan paham saja. Dimana Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah pelajari sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Jadi,
Ibu-ibu Menyusui di Desa Parakan tahu dan paham tentang ASI eksklusif tetapi
belum sampai pada tahap aplikasi. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukukan oleh Sriningsih (2012) , dimana ada hubungan antara pengetahuan
ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, dan penelitian ini
juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013) dimana tingkat
pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
89
ASI secara eksklusif dikarenakan banyak penyebabnya seperti: ASI keluar setelah
dua sampai tiga hari pasca melahirkan, ibu menganggap ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi dikarenankan bayi selalu menaggis dan susah untuk tidur, serta
produksi ASI yang kurang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mamahit (2011), Rahmawati A,
Burhanuddin Bahar, Abdul Salam (2012), Siallagan, dkk (2013) dimana pekerjaan
merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 29 responden tetapi
yang memberikan ASI secara eksklusif hanya sebesar 44,83 % (13 responden) dan
sebesar 16 responden (55,17%) yang berpengetahuan baik tidak memberikan ASI
ekslusif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baik
atau kurang tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya atau tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
90
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012) , dimana ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, dan
penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013) dimana
tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
91
masih ada responden yang memberikan minuman selain ASI dari 3 hari setelah
dilahirkan, diantaranya ada yang memberikan susu formula dan madu karena
dengan alasan air susunya belum keluar dan dikhawatirkan kondisi bayi menjadi
tidak sehat.
Hasil pada penelitian ini juga tidak jauh beda dengan cakupan nasional
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 sebesar 61,33% bahwa bayi yang
mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan masih rendah. Dari hasil yang didapatkan,
perolehan persentase pemberian ASI eksklusif pada tiap penelitian masih jauh
lebih rendah dari target nasional.
Berdasakan hasil penelitian ini ternyata rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif masih merupakan masalah yang harus diperhatikan semua pihak. Baik
itu pihak ibu, pihak keluarga terutama suami, pihak tenaga kesehatan maupun
pemerintah. Hal ini menjadi penting karena ASI eksklusif sangat berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia. Para ibu belum menyadarai
bahwa pemberian makanan pada bayi kurang dari 6 bulan dapat membahayakan
keselamatan bayi mengingat pencernaan bayi belum sempurna, makin banyak
makanan padat yang dikonsumsi bayi, maka semakin berkurang pula asupan
energi dan zat gizi mikro dari ASI. Hal ini menyebabkan kuantitas dan kualitas
ASI yang dikonsumsi bayi menjadi rendah.
Pendidikan adalah suatu usaha terencana untuk mewujudkan proses belajar
dan pembelajaran agar peserta didik aktif dalam mengembangkan kemampuan
dirinya yang berguna bagi dirinya maupun orang lain (Suardi, 2012). Hasil
92
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa ibu yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi mempunyai sikap yang tinggi dalam
pemberian ASI eksklusif sehingga tercapaianya pemberian ASI eksklusif
(Widiyanto, 2012).
Status pekerjaan dalam penelitian ini adalah sebagian besar Ibu tidak
bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga yang waktu terbanyaknya berada di rumah
untuk mengurus anak dan keluarganya tetapi sebagian besar ibu rumah tangga 24
responden ini tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya. Hanya 2
orang ibu rumah tangga yang memberikan ASI eksklusif. Dari hasil wawancara
dengan responden diperoleh keterangan bahwa walaupun mereka tidak bekerja
diluar rumah atau hanya mengurus rumah tangga, mereka tidak dapat memberikan
ASI secara eksklusif dikarenakan banyak penyebabnya seperti: ASI keluar setelah
dua sampai tiga hari pasca melahirkan, ibu menganggap ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi dikarenankan bayi selalu menaggis dan susah untuk tidur, serta
produksi ASI yang kurang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mamahit (2011), Rahmawati A,
Burhanuddin Bahar, Abdul Salam (2012), Siallagan, dkk (2013) dimana
pekerjaan merupakan faktor yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
93
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 26 responden tetapi
yang memberikan ASI secara eksklusif hanya sebesar 8 % (2 responden) dan
sebesar 24 responden (92%) yang berpengetahuan baik tidak memberikan ASI
ekslusif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baik
atau kurang tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya atau tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012), dimana ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, dan
penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013) dimana
94
tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
95
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan
tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 28 responden (93,33%) tetapi yang
memberikan ASI secara eksklusif hanya 11 responden (39,29%) dan sebesar 17
responden (60,71%) yang berpengetahuan tinggi tidak memberikan ASI ekslusif.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ibu sudah berpengetahuan baik atau kurang
tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
atau tidak. Keterangan sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi
sudah diberi susu formula dan makanan tambahan karena produksi ASI yang
sudah berkurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayinya serta kebiasaan
atau tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan air putih, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011).Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012) , dimana ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif, dan
penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013) dimana
tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013.
96
Status pekerjaan dalam penelitian ini adalah sebagian besar ibu tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang waktu terbanyaknya berada di rumah
untuk mengurus anak dan keluarganya dengan jumlah 24 responden. Sebagian
besar ibu rumah tangga 14 responden (58,3%) ini memberikan ASI secara
eksklusif kepada anaknya. Sedangkan 10 responden (41,7%) sebagai ibu rumah
tangga tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan 2 responden (33,3%) ibu yang
bekerja tetap memberikan ASI eksklusif meskipun sebagian besar ibu yang
bekerja 4 responden (66,7%) tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil
penelitian ini kita bisa melihat bahwa pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat
mepengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif
(Depkes RI, 2008). Ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu lebih untuk
menyusui bayinya, berbeda dengan ibu yang bekerja yang memiliki waktu lebih
sedikit untuk menyusui. Namun tidak selamanya pekerjaan dapat mempengaruhi
perilaku. Hal ini sejalan dengan teori menurut Roesli (2000), bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan
bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan.
Dari hasil wawancara dengan responden diperoleh keterangan bahwa
walaupun mereka tidak bekerja diluar rumah atau hanya mengurus rumah tangga,
mereka tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif dikarenakan banyak
penyebabnya seperti: ASI keluar setelah dua sampai tiga hari pasca melahirkan,
ibu menganggap ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi dikarenakan bayi selalu
menangis dan susah untuk tidur, serta produksi ASI yang kurang. Hasil penelitian
97
ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mamahit (2011), Rahmawati A, Burhanuddin Bahar, Abdul Salam
(2012), Siallagan, dkk (2013) dimana pekerjaan merupakan faktor yang tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2013.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 16 responden, yang
telah memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 13 responden (81,3%) dan sisa 3
responden (18,7%) yang berpengetahuan tinggi tidak memberikan ASI eksklusif.
Sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah terkait ASI eksklusif sebanyak 3
responden (21,4%) yang telah memberikan ASI secara eksklusif dan sebanyak 11
responden (78,6%) yang berpengetahuan rendah terkait ASI eksklusif tidak
memberikan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang sudah
berpengetahuan tinggi atau rendah tidak mempengaruhi ibu untuk tetap
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya atau tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
98
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Dari hasil penelitian ini kita bisa
melihat bahwa tidak selamanya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Hal
ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat pengetahuan
dimana tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu Tahu, Paham,
Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat
bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif berada
pada tingkat tahu, paham, dan mengaplikasikan. Dimana Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui. Jadi, ibu-ibu Menyusui di Desa Pojoksari tahu, paham, dan
mengaplikasikan tentang ASI eksklusif tetapi belum maksimal. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012), dimana ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif,
dan penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013)
dimana tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan
99
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun
2013.
100
pemberian ASI ekslusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mamahit (2011), Rahmawati A, Burhanuddin Bahar, Abdul Salam
(2012), Siallagan, dkk (2013) dimana pekerjaan merupakan faktor yang tidak
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan
Medan Tembung Tahun 2013.
Pengetahuan ibu adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh ibu
terkait dengan ASI eksklusif. ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah
berpengetahuan tinggi terkait ASI eksklusif yaitu sebesar 16 responden (100%)
yang seluruhnya telah memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan ibu yang
berpengetahuan rendah terkait pemberian ASI eksklusif sebanyak 12 responden
(85,7%) yang telah memberikan ASI secara eksklusif dan sisanya 2 responden
(14,3%) yang berpengetahuan rendah terkait ASI eksklusif tidak memberikan ASI
eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang sudah berpengetahuan tinggi atau
rendah tidak mempengaruhi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya atau tidak.
Berdasarkan penelitian ini didapat bahwa faktor kebudayaan dan keluarga
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif atau tidak. Ibu
yang pasca melahirkan pada hari pertama lebih percaya kepada kebiasaan atau
tradisi orangtuanya/keluarganya yang sudah dilakukan turun temurun seperti
memberikan madu, memberi makanan tambahan berupa pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan dengan alasan agar bayi tidak rewel dan kenyang. Keterangan
101
sebagian responden bahwa sebelum usia 6 bulan bayi sudah diberi susu formula
dan makanan tambahan karena produksi ASI yang sudah berkurang sehingga tidak
mencukupi kebutuhan bayinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Kemalasari (2008), Mamahit (2011). Dari hasil penelitian ini kita bisa
melihat bahwa tidak selamanya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Hal
ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo tentang tingkat pengetahuan
dimana tingkat pengetahuan seseorang terdiri dari 6 domain yaitu Tahu, Paham,
Aplikasi, Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Dari hasil penelitian ini kita bisa melihat
bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif berada
pada tingkat tahu, paham, dan mengaplikasikan. Dimana Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Memahami diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui. Jadi, ibu-ibu Menyusui di Desa Pojoksari tahu, paham, dan
mengaplikasikan tentang ASI eksklusif tetapi belum maksimal. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukukan oleh Sriningsih (2012), dimana ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang ASI (p=0,015) dengan pemberian ASI eksklusif,
dan penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Siallagan ,dkk (2013)
dimana tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun
2013.
102
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
a. Karakteristik umur responden di desa Wonotenggang sebanyak 73,33%,
Tanjungsari 60%, Karangsari 53,33%, Pojoksari 63,4%, Randusari 63,3%,
Parakan (50%), Tambaksari 50%, semua lebih banyak responden yang
berusia tua dan hanya di Tanjunganom sebanyak 83,33% yang berdominan
responden berusia muda.
b. Karakteristik pendidikan dari 8 desa tersebut semua lebih banyak
responden yang berpendidikan rendah yaitu Wonotenggang sebanyak
103
(80%), Tambaksari 63,33%, Tanjungsari 66,7%, Karangsari 53,33%,
Pojoksari 66,7%, Randusari 66,7%, Parakan 53,33% dan Tanjunganom
sebanyak 60,00%.
c. Karakteristik pekerjaan responden rata-rata ibu rumah tangga yaitu di
desa Wonotenggang sebanyak 60,00%, Tambaksari 96,67, Tanjungsari
86,7%, Karangsari 90,00%, Pojoksari 80%, Randusari 86,7%, Parakan
90,00% dan Tanjunganom sebanyak 90,00%.
d. Hasil penelitian dari 8 desa tersebut hanya desa Pojoksari sebanyak 53%
dan Randusari sebanyak 86,7% yang telah mencapai target kinerja
pembinaan Gizi Puskesmas Rowosari II Tahun 2019 sebesar 50%.
Sedangkan di desa Wonotenggang 46,67 %, Parakan 46,66%, Tambaksari
43,33%, Karangsari 43,33% dan Tanjunganom 36,67% responden tidak
memberikan asi secara eksklusif kepada bayinya, hasil ini menunjukkan
bahwa ke 6 desa tersebut belum mencapai target.
e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia muda ataupun tua tidak
mempengaruhi pemberian asi ekslusif, sedangkan pendidikan dan
pengetahuan yang tinggi lebih banyak terdapat pada kelompok
responden yang memberikan asi eksklusif.
6.2 Saran
6.2.1. Saran Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
104
Faktor dukungan keluarga, sosial budaya, pendidikan dan pekerjaan akan
mempengaruhi tingkat pemberian ASI eksklusif, untuk dinas kesehatan Kab.
Kendal perlu malkukan upaya upaya sebagai berikut :
a. Perlunya penyebaran informasi mengenai manfaat dan cara memberikan
ASI yang baik dan benar tidak hanya kepada ibu yang memiliki bayi dan
balita, namun juga kepada keluarga melalui berbagai seminar, penyuluhan,
konseling dan media
b. Mengusulkan kepada pemerintah kabupaten Kendal agar dibuat suatu
kebijakan kepada ibu yang bekerja agar diberikan waktu dan tempat
khusus untuk memerah ASI saat bekerja, sehingga ibu dapat memberikan
ASI pada anaknya
105
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif, dan subjek penelitian adalah ibu,
selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan subjek penelitian lain seperti
petugas kesehatan, keluarga, ataupun pemerintah
106