Anda di halaman 1dari 9

Komplikasi Maternal dan Perinatal Akibat Preeklamsia Berat di Tiga

Rumah Sakit Rujukan di Yaoundé, Kamerun


Jean Dupont Kemfang Ngowa1,2*, Jean Marie Kasia1,2, Jean Alima2, Joel Fokom Domgue2, Anny
Ngassam2, Jean Baptiste Bogne3, Sebastien Mba4
1
Unit Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Umum Yaoundé, Yaoundé, Kamerun
2
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Biomedis, Universitas Yaoundé I,
Yaoundé, Kamerun
3
Departemen Pediatri, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Biomedis, Universitas Yaoundé I, Yaoundé,
Kamerun
4
Unit Anestesia dan Perawatan Intensif, Rumah Sakit Umum Yaoundé, Yaoundé, Kamerun
*
Email: jdkemfang@yahoo.fr
*Corresponding Author

Abstrak
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menentukan komplikasi kehamilan maternal dan perinatal yang
dipersulit oleh preeklamsia berat di tiga pusat perawatan tersier di Kamerun. Metode: Kami menggunakan
metode studi deskriptif cross-sectional dari 1 Juni 2012 hingga 31 Juni 2014 pada wanita hamil dengan
preeklampsia berat yang ditindaklanjuti di tiga rumah sakit tingkat tersier di Yaoundé, Kamerun: Rumah
Sakit Umum Yaoundé, Rumah Sakit Pusat Yaoundé, dan Rumah Sakit Universitas Yaoundé. Analisis statistik
dilakukan menggunakan EPI 3.5.5.Data dideskripsikan dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi, persentase
dan angka. Uji tepat Chi-square dan Fisher akan digunakan jika diperlukan.Hasil: Dari 2500 kelahiran yang
terdaftar selama masa studi, ditemukan 111 kasus (8,49%) preeklamsia berat. Empat pasien menolak untuk
berpartisipasi sehingga dikeluarkan dari penelitian. Sebagian besar pasien ini adalah non-pekerja (58,0%),
pluriparous (61,7%) dan berusia muda (usia median 27,47 tahun ± 6,46). Eklampsia (12,14%), abruptio
placentae (11,21%) dan retinopati hipertensi (7,47%) merupakan komplikasi maternal yang paling sering
terjadi. Dua kasus (1,86%) kematian ibu terjadi pada pasien yang mengalami eklamsia. Prematuritas
(48,6%), kematian janin intrauterin (13,1%) dan oligoamnios (11,2%) adalah komplikasi janin yang paling
sering terjadi. Empat kematian neonatal terjadi pada wanita yang diagnosis preeklamsia berat dilakukan
antara 28 dan 33 minggu kehamilan.Kesimpulan: Kehamilan dengan komplikasi preeklamsia berat memiliki
morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal yang tinggi secara signifikan di Kamerun. Komplikasi
preeklamsia berat dapat dicegah dengan penggunaan perawatan antenatal yang lebih luas, pelatihan
tenaga medis primer, diagnosis cepat pasien berisiko tinggi dan rujukan tepat waktu ke pusat medis tersier.

Kata kunci:
Kehamilan, Hipertensi, Preeklampsia Berat, Komplikasi Maternal dan Perinatal, Kamerun

1. Pendahuluan
Gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu
dan menyebabkan sekitar 10%-15% kematian ibu di seluruh dunia terutama di negara berkembang
[1].Preeklamsia dan eklamsia merupakan jenis hipertensi pada kehamilan yang paling parah dan
merupakan penyebab utama kematian ibu di berbagai negara [2].
Sekitar 30% hipertensi pada kehamilan dikaitkan dengan hipertensi kronis, sementara 70% kasus
terjadi pada wanita hamil tanpa riwayat hipertensi [3].Preeklamsia adalah gangguan multisistem yang unik
dan tidak diketahui etiologinya pada kehamilan [4] - [6].Preeklamsia mempersulit 6%-10% dari semua
kehamilan di Amerika Serikat, insiden ini diyakini bahkan lebih tinggi di negara-negara berkembang [7]. Di
Kamerun, preeklamsia terjadi pada 4,9% hingga 7,7% kehamilan [8].
Preeklamsia dikategorikan sebagai ringan atau berat berdasarkan tingkat hipertensi, proteinuria,
adanya gejala yang dihasilkan dari keterlibatan ginjal, otak, hati, dan sistem kardiovaskular [9]. Abruptio
plasenta, gagal ginjal akut, pendarahan otak, koagulasi intravaskular diseminata, gagal hati, dan kolaps
sirkulasi merupakan konsekuensi mematikan pada pasien preeklamsia berat/eklampsia [10].Pembatasan
pertumbuhan janin intrauterine (IUGR), kematian janin intrauterin dan prematuritas adalah masalah
obstetrik terkait lainnya pada pasien preeklampsia berat [11].
Semua kondisi klinis ini mengharuskan diagnosa yang cepat dan manajemen yang tepat untuk
meningkatkan keselamatan kelahiran bagi ibu dan perinatal yang terkadang tidak cukup optimal di negara
berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komplikasi maternal dan perinatal dari
kehamilan yang dipersulit oleh preeklampsia berat di tiga rumah sakit rujukan di Yaoundé, ibu kota
Kamerun.

2. Metode
Kami melakukan studi deskriptif cross-sectional dari 1 Juni 2012 hingga 31 Juni 2014 pada wanita
hamil dengan preeklampsia berat yang dirujuk di tiga rumah sakit tingkat tersier di Yaoundé, Kamerun:
Rumah Sakit Umum Yaoundé, Rumah Sakit Pusat Yaoundé, dan Yaoundé Rumah Sakit Universitas.
Rumah sakit tersebut menerima wanita hamil dari semua bagian negara, yang sebagian besar
merupakan masyarakat dari Yaoundé.Tenaga kesehatan dari unit bersalin dari rumah sakit tersebut
termasuk dokter kandungan/ginekolog, dokter residen dan bidan.Di ketiga rumah sakit tersebut, kasus
kehamilan berisiko tinggi dikelola oleh dokter kandungan atau dokter residen di bawah pengawasan
seorang dokter kandungan.
Manajemen pasien dengan preeklamsia berat termasuk rawat inap, bed rest, obat antihipertensi
(Nicardipine atau Nifedipine), pemberian Magnesium Sulfat untuk mencegah eklamsia (4 g intramuskular
ke setiap pantat dan dosis awal sebesar 4 g intravena diikuti oleh dosis pemeliharaan sebesar 4 g
intramuskular setiap 4 jam); infus larutan laktat ringer pada tingkat 60 ml/jam dilakukan untuk ekspansi
volume plasma dan pemantauan materno-fetal secara dekat. Kehamilan akan segera diakhiri apabila
kehamilan berusia 34 minggu atau lebih. Namun, untuk kehamilan yang berusia di bawah 34 minggu,
keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat ditunda dan sering didiskusikan berdasarkan kasus per kasus
dengan neonatologis. Pemberian kortikosteroid (Betametason dengan dosis 12 mg intramuskular diulang
setelah 24 jam atau Dexamethasone pada 6 mg intramuskular diulang tiga kali setiap 12 jam) untuk
mempercepat pematangan paru janin merupakan manajemen perawatan yang sistematis untuk kehamilan
di bawah 34 minggu.
Diagnosis hipertensi pada kehamilan di Kamerun didasarkan pada kriteria yang ditetapkan oleh
Kelompok Kerja Program Pendidikan Tekanan Darah pada Tekanan Darah Tinggi di Kehamilan [11].
Preeklampsia berat didefinisikan dengan adanya satu atau lebih kriteria berikut: tekanan darah ≥ 160/110
mmHg, proteinuria ≥ 3,5 g/24 jam, oliguria (<600 ml/24 jam), IUGR (<10 persentil), oligoamnios; gejala yang
menunjukkan kegagalan organ akhir seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium;
komplikasi medis termasuk edema paru, edema serebral, gagal ginjal akut, hematoma hati, sindrom HELLP
(hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah). Terjadinya kejang yang tidak
disebabkan oleh kondisi lain pada pasien dengan preeklamsia dianggap sebagai eklamsia. Kami mencatat
data demografi, usia kehamilan (ditentukan oleh periode menstruasi terakhir ketika kehamilan diketahui
atau trimester pertama USG kehamilan), kondisi medis seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
merokok, munculnya tanda dan gejala tekanan darah pada saat masuk rumah sakit, evaluasi laboratorium
pada saat masuk rumah sakit (darah lengkap, enzim hati, urea, kreatinin, asam urat, profil koagulasi) dan
proteinuria selama 24 jam.
Komplikasi obstetrik termasuk kelahiran prematur dan plasenta abruptio; komplikasi materno-fetal
termasuk kematian ibu, kematian perinatal, berat lahir rendah (<2500 gram), dan skor Apgar rendah (<7
pada menit ke-5) juga dikumpulkan dari data yang tersedia pada rekam medis.Angka kematian perinatal
didefinisikan sebagai jumlah semua janin (pada kehamilan 28 minggu dan lebih) dan kematian neonatal (7
hari pertama setelah lahir)/1000 kelahiran hidup.
Analisis statistik dilakukan menggunakan EPI 3.5.5.Data dipresentasikan dalam bentuk rata-
rata±standar deviasi, persentase dan angka.Uji Chi-square dan Fisher digunakan jika diperlukan. Nilai P
<0,05 dianggap signifikan secara statistik.

3. Hasil
Selamat masa penelitian, 2.500 kelahiran terjadi di rumah sakit yang dipilih dan 111 kasus kelahiran
(4,44%) dipersulit oleh adanya preeklamsia berat. Empat pasien menolak untuk berpartisipasi dan
dikeluarkan dari penelitian.Sehingga, 107 wanita membentuk populasi penelitian. Usia pasien berkisar
antara 16 hingga 45 tahun dengan rata-rata 27,47 ± 6,46 tahun.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik sosiodemografi dari populasi penelitian. Sekitar setengah
(49,5%) pasien yang diteliti memiliki tingkat pendidikan menengah, sekitar dua pertiga populasi penelitian
(64,5%) belum menikah dan 58% pasien adalah non-pekerja (ibu rumah tangga atau siswa).
Tabel 2 menunjukkan karakteristik klinis populasi penelitian. Sebanyak 43,92% merupakan wanita
primipara. Namun, riwayat preeklamsia berat ditemukan pada 14,95% pasien dan 10,89% pasien memiliki
riwayat hipertensi kronis. Proteinuria berat (100%), tekanan darah tinggi (92%) dan gejala neurologis
seperti sakit kepala berat, gangguan penglihatan (62%), adalah tanda preeklamsia berat yang paling sering
pada populasi penelitian kami.

Tabel 1.Karakteristik sosiodemografi dari populasi penelitian; N = 107.

Variabel n %

Rentang usia (tahun)


16 - 20 18 16.9
21 - 30 56 52.3
31 - 40 30 28
>40 3 2.8
Tingkat Pendidikan
Dasar 14 13.08
Sekunder 53 49.5
Universitas 40 37.4
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 25 23.4
Siswa/Mahasiswa 37 34.57
Karyawan yang digaji 45 42.05
Status Pernikahan
Menikah 38 35.5
Belum menikah 69 64.48

Tabel 2. Karakteristik klinis populasi penelitian; N = 107.

Karakteristik Klinis n %

Paritas
Nulipara 18 16.82
Multipara 42 39.25
Riwayat hipertensi
Riwayat pre-eklamsia 16 14.95
Riwayat hipertensi kronis 11 10.29
Menormalkan tekanan darah dengan perawatan 54 50.46
Tanda-tanda preeklampsia berat
BP> 160/110 mmHg 99 92.52
Gejala neurologis 66 61.68
IUGR atau oligoamnios yang parah 16 14.95
Jumlah trombosit rendah <100.000 / ml 8 07.47
Proteinuria> 3,5 g / 24 jam 107 100
Enzim hati meningkat tiga kali dari nilai normal 2 01.86
Masa diagnosis preeklamsia berat
Antepartum 54 50.46
Per partum 48 44.85
Post-partum 5 04.67
Usia kehamilan saat diagnosis
28 - 33 minggu 40 37.4
34 - 36 minggu 12 11.2
≥37 minggu 55 51.4
Mode Persalinan
Vaginal/Normal 62 57.94
Bedah sesar 45 42.6
Interval waktu dari diagnosis hingga persalinan, n = 102
<24 jam 77 75.40
>24 jam 25 24.50
IUGR: Pembatasan pertumbuhan janin intrauterine

Preeklamsia berat didiagnosis pada sekitar separuh (51%) wanita. Tingkat bedah sesar dalam
populasi penelitian adalah 42,6% dan 75% wanita melahirkan dalam 24 jam setelah diagnosis preeklamsia
berat dengan angka bedah sesar sebesar 75%. Interval waktu rata-rata antara diagnosis dan persalinan
adalah 4,67 hari +/− 4,5 untuk mereka yang didiagnosis antara 28 dan 32 minggu kehamilan dan 3,58 hari ±
1,5 untuk mereka yang didiagnosis antara 33 dan 34 minggu kehamilan. Setelah 34 minggu kehamilan,
interval waktu rata-rata antara diagnosis dan persalinan adalah satu hari.
Tabel 3 menunjukkan komplikasi maternal preeklamsia berat. Eclampsia (12,14%); abruptio
plasenta (11,21%) dan retinopati hipertensi (7,47%) merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Kami
mencatat dua kasus kematian ibu yang terjadi pada pasien yang mengalami eklamsia.
Persalinan preterm mempersulit 48,6% kehamilan dalam populasi penelitian. Berat lahir rata-rata
adalah 2454,07 gram ± 881 dan 46,72% dari bayi yang baru lahir menunjukkan berat lahir rendah (berat
lahir <2.500 gram).

Tabel 3. Komplikasi maternal preeklamsia berat pada populasi penelitian

Komplikasi Maternal n %

Eklampsia 13 12.14
Retinopati hipertensi 8 7.47
CVA 3 2.80
Sindrom HELLP 2 1.86
Gagal ginjal akut 2 1.86
Abruptio plasenta 12 11.21
DIC 1 0.93
Pendarahan postpartum 7 6.54
Anemia berat 6 5.60
Ascitis berat 1 0.90
Kematian ibu 2 1.86
CVA: kecelakaan serebrovaskular; HELLP: DIC: koagulasi intravaskular diseminata.

Tabel 4 menunjukkan komplikasi perinatal berdasarkan usia kehamilan pada wanita dengan
preeklampsia berat dalam populasi penelitian. IUFD (kematian janin dalam kandungan) dan oligoamnios
adalah komplikasi janin yang paling sering terjadi. Selain itu, kejadian oligoamnios secara statistik lebih
sering terjadi dalam 28-33 minggu kelompok usia kehamilan daripada pada kelompok usia kehamilan ≥34
minggu. Keempat kematian neonatal terjadi pada kelompok usia kehamilan 28-33 minggu.

4. Diskusi
Kami melakukan pemeriksaan hasil maternal dan perinatal pada wanita hamil dengan preeklamsia
berat dan eklamsia di tiga rumah sakit referensi Yaoundé, ibu kota Kamerun. Kami menemukan bahwa: 1)
Median usia kehamilan saat diagnosis adalah 37 minggu. 2) Angka bedah sesar adalah 42,6% dan masing-
masing 75% untuk populasi penelitian umum dan untuk wanita yang melahirkan dalam 24 jam setelah
diagnosis preeklamsia berat. 3) Eklampsia (12,14%), abruptio plasenta (11,21%) dan retinopati hipertensi
(7,47%) adalah komplikasi maternal yang paling sering terjadi. 4) Persalinan preterm, IUFD dan oligoamnios
adalah komplikasi janin yang paling sering terjadi. 5) Semua kematian ibu (dua) terjadi pada pasien dengan
eklamsia, dan semua kematian neonatal (empat) terjadi pada kelompok usia kehamilan 28-33 minggu.
Wanita muda primipara dengan status sosioekonomi rendah merupakan pasien dengan kasus
preeklamsia yang paling umum.Penelitian kami juga mengungkapkan adanya kemiripan data klinis dan
sosiodemografi dengan profil pasien dalam literatur yang ada [12]. Sebagian besar pasien dalam penelitian
adalah bukan pekerja (58,0%), pauciparous (61,7%) dan berusia muda (median usia 27,47 tahun ± 6,46).
Selain itu, kami menemukan riwayat preeklampsia pada 14,95% pasien dan riwayat hipertensi kronis pada
10,89% wanita dengan preeklamsia berat. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan masyarakat harus
diperkuat untuk meningkatkan kesadaran penduduk tentang faktor risiko hipertensi pada kehamilan,
terutama preeklamsia.
Kehamilan dengan komplikasi preeklamsia berat dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas ibu.Komplikasi yang menyebabkan morbiditas ibu termasuk perdarahan hebat dari abruptio
plasenta, sindrom HELLP, edema paru, ARF, perdarahan serebrovaskular, dan ruptur hati. Komplikasi ini
biasanya terlihat pada wanita yang mengalami preeklamsia berat sebelum usia kehamilan mencapai 32
minggu [13]. Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa eklampsia (12,14%); abruptio plasenta
(11,21%) dan retinopati hipertensi (7,47%) merupakan komplikasi maternal yang paling sering terjadi. Hal
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kamerun oleh Mboudou et al., yang melaporkan
abrutio plasenta dan eklampsia merupakan komplikasi preeklampsia yang paling umum [8].
Semua kasus kematian ibu terjadi pada pasien dengan eklampsia, hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mboudou et al. [8].Kunjungan antenatal yang tidak teratur atau tidak ada
kunjungan, terlambat ke fasilitas medis dan profilaksis antikonvulsif yang tidak tepat di unit perawatan
primer, mungkin bertanggung jawab untuk diagnosis yang terlambat dan hasil kehamilan atau persalinan
yang buruk.Data ini mendukung pentingnya deteksi dini dan manajemen hipertensi pada kehamilan yang
memadai untuk mencegah komplikasi yang mungkin mematikan bagi pasien.Karena sebagian besar pasien
yang diterima di rumah sakit tingkat tersier ini dirujuk dari fasilitas kesehatan primer atau sekunder, upaya
penurunan angka kematian ibu harus fokus pada pelatihan bidan dan tenaga kesehatan primer lainnya
tentang skrining dan manajemen hipertensi pada kehamilan yang tepat.

Tabel 4. Komplikasi perinatal yang berhubungan dengan usia kehamilan pada wanita dengan preeklamsia
berat.
Usia Kehamilan
Komplikasi Perinatal ≥28 minggu 28-33 minggu ≥34 minggu
(N = 107) (N = 40) (N = 67) P
n % n % n %
Komplikasi janin
IUFD 14 13.0 8 20 6 08.9 0.179
IUGR 10 09.3 9 22.5 1 01.4 0.001
Oligoamnios 12 11.2 7 17.5 5 07.4 0.202
Gangguan janin akut 6 05.6 4 10 2 02.9 0.274
Komplikasi neonatal
Skor APGAR <7 pada
menit ke-5 24 22.4 13 32.5 11 16.4 0.090
Gangguan pernapasan 16 14.9 14 35 2 02.9 0.000
Infeksi neonatal 13 12.1 9 22.5 4 03.7 0.0067
Perdarahan
intraventrikular 1 0.9 1 02.5 0 0 NA
Kematian neonatal 4 03.7 4 10 0 0 NA
IUFD: kematian janin dalam kandungan;IUGR: Pembatasan pertumbuhan janin intrauterine

Komplikasi janin terkait dengan preeklampsia berat ialah prematuritas, IUGR, oligoamnios, gawat
janin dan skor APGAR rendah saat lahir.IUGR dengan oligoamnios, gawat janin dan kelahiran prematur
janin mengakibatkan risiko tinggi kematian neonatal dini karena komplikasi prematuritas.Komplikasi janin
yang paling umum dari preeklampsia berat dalam penelitian kami adalah prematuritas, yang juga sesuai
dengan temuan oleh Mboudou et al. [8].Preeklampsia berat rata-rata bermanifestasi antara 32 dan 34
minggu kehamilan.Persalinan harus segera dilakukan pada kehamilan 32-34 minggu dengan komplikasi
preeklamsia berat, keputusan tersebut merupakan praktek klinis yang paling umum. Dalam penelitian ini,
rata-rata interval waktu antara diagnosis preeklampsia berat dan terminasi kehamilan ialah 3,58 hari±1,5
pada usia kehamilan 32-34 minggu kehamilan. Terminasi kandungan dilakukan karena kebutuhan dokter
kandungan untuk menstabilkan kondisi klinis pasien sebelum persalinan dan pemberian kortikosteroid
untuk pematangan paru janin [14].
Dalam penelitian kami, empat kematian neonatal dicatat dan semua terjadi pada usia kehamilan
antara 28-33 minggu. Hal tersebut mendukung hipotesis bahwa kematian neonatal akibat hipertensi pada
kehamilan biasanya karena kelahiran prematur.Pada umumnya, tingkat morbiditas dan mortalitas perinatal
dan neonatal meningkat pada kehamilan yang dipersulit oleh preeklampsia berat atau eklampsia.Angka
morbiditas dan mortalitas perinatal yang berbeda disajikan dalam literatur [15]-[16].
Persalinan operatif dilaporkan meningkat pada kasus hipertensi selama kehamilan [17].Persalinan
vagina dianjurkan pada pasien dengan preeklampsia berat tanpa indikasi obstetrik untuk dilakukan bedah
sesar. Persalinan abdomen elektif mungkin lebih disukai pada kasus yang kehamilannya berusia 30 minggu
dengan skor Bishop yang buruk atau kasus dengan usia kehamilan sebelum 32 minggu dengan IUGR dan
oligoamnios [18]. Coppage dkk.menyimpulkan bahwa persalinan abdomen yang dilakukan secepatnya tidak
meningkatkan hasil ibu dan neonatal pada pasien dengan preeklampsia berat dan induksi persalinan vagina
tidak menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas [19]. Dalam penelitian kami, persentase bedah
sesar mencapai 42,6%. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa fasilitas kesehatan yang digunakan sebagai
tempat penelitian adalah rumah sakit rujukan dan sebagian besar pasien yang datang adalah pasien dengan
komplikasi kehamilan yang mungkin telah mendorong ahli kandungan untuk melakukan operasi sesar.

5. Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa kehamilan yang dipersulit karena adanya preeklamsia berat memiliki
morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal yang tinggi secara signifikan di tempat penelitian kami.Efek
yang merusak dari gangguan hipertensi pada kehamilan dapat dicegah dengan tindak lanjut antenatal yang
dekat dengan pasien dan strategi manajemen yang sesuai. Deteksi dini individu berisiko tinggi dan kasus
ringan oleh para profesional medis yang terlatih baik di pusat kesehatan primer dan rujukan yang tepat
waktu ke rumah sakit tersier akan meningkatkan hasil perinatal dan maternal pada kelompok pasien kritis
ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Roberts, J.M., Pearson, G., Cutler, J. and Lindheimer, M. (2003) Summary of the NHLBI Working Group
on Research on Hypertension during Pregnancy. Hypertension, 41, 437-445.
http://dx.doi.org/10.1161/01.HYP.0000054981.03589.E9
[2] Villar, J., Say, L., Gulmezoglu, A.M., Marialdi, M., Lindheimer, M.D., Betran, A.P., et al. (2003) Pre-
Eclampsia Ec-lampsia: A Health Problem for 2000 Years. In: Critchly, H., MacLean, A., Poston, L. and
Walker, J., Eds., Preeclamp-sia, RCOG Press, London, 189-207.
[3] Bergström, S., Povey, G., Songane, F. and Ching, C. (1992) Seasonal Incidence of Eclampsia, Its
Relationship to Me-teorological Data in Mozambique. Journal of Perinatal Medicine, 20, 153-158.
[4] Odendaal, H.J., Pattinson, R.C., Bam, R., Grove, D. and Kotze, T.J. (1990) Aggressive or Expectant
Management for Patients with Severe Preeclampsia between 28 and 34 Weeks’ Gestation: A
Randomized Controlled Trial. Obstetricand Gynecologic,76, 1070-1075.
[5] Sibai, B.M., Akl, S., Fairlie, F. and Moretti, M. (1990) A Protocol for Managing Severe Preeclampsia in
the Second Trimester. American Journal of Obstetric and Gynecologic, 163, 733-738.
http://dx.doi.org/10.1016/0002-9378(90)91058-K
[6] Chua, S. and Redman, C.W. (1992) Prognosis for Preeclampsia Complicated by 5 g or More of
Proteinuria in 24 Hours. The European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive
Biology,43, 9-12. DOI: 10.1016/0028-2243(92)90236-R
[7] Oláh, K.S., Redman, C.W. and Gee, H. (1993) Management of Severe, Early Preeclampsia: Is
Conservative Manage-ment Justified? The European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology, 51, 175-180. http://dx.doi.org/10.1016/0028-2243(93)90032-8
[8] Mboudou, E.T., Foumane, P., Belley, Priso, E., Dohbit, J., Ze, Minkande, J., Nkengafac, W.M. and Doh,
A.S. (2009) Hypertension au cours de la grossesse: Aspects cliniques et épidémiologiques à l’Hôpital
Gynéco-Obstétrique et Pédiatrique de Yaoundé, Cameroun. Clinics in Mother and Child Health, 6,
1087-1093.
[9] Yalcin, O.T., Sener, T., Hassa, H., Ozalp, S. and Okur, A. (1998) Effects of Postpartum Corticosteroids in
Patients with HELLP Syndrome. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 61, 141-148.
http://dx.doi.org/10.1016/S0020-7292(98)00036-8
[10] ACOG Technical Bulletin. Hypertension in Pregnancy. Number 219--January 1996 (Replaces No. 91,
February 1986). Committee on Technical Bulletins of the American College of Obstetricians and
Gynecologists. International Journalof Gynecology & Obstetrics,53, 175-183.
[11] National High Blood Pressure Education Program Working Group (2000) Report of the National High
Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy. American
Journal of Obstetrics and Gyne-cology,183, S1-S22.http://dx.doi.org/10.1067/mob.2000.107928
[12] Yıldırım, G., Güngördük, K., Aslan, H., Gül, A., Bayraktar, M. and Ceylan, Y. (2011) Comparison of
Perinatal and Maternal Outcomes of Severe Preeclampsia, Eclampsia, and HELLP Syndrome. Journal of
the Turkish German Gy-necological Association,12, 90-96.http://dx.doi.org/10.5152/jtgga.2011.22
[13] Levine, R.J., Hauth, J.C., Curet, L.B., Sibai, B.M., Catalano, P.M., Morris, C.D., et al. (1997) Trial of
Calcium to Pre-vent Preeclampsia. The New England Journal of Medicine, 337, 69-76.
http://dx.doi.org/10.1056/NEJM199707103370201
[14] Kuschel, B., Zimmermann, A., Schneider, K.T.M. and Fischer, T. (2004) Prolongation of Pregnancy
Following Ec-lampsia. European Journal of Obstetrics and Gynecology, 113, 245-247.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejogrb.2003.06.005
[15] Yücesoy, G., Özkan, S., Bodur, H., Tan, T., Çalışkan, E., Vural, B., et al. (2005) Maternal and Perinatal
Outcome in Pregnancies Complicated with Hypertensive Disorder of Pregnancy: A Seven-Year
Experience of a Tertiary Care Center. Archives of Gynecology and Obstetrics, 273, 43-49.
http://dx.doi.org/10.1007/s00404-005-0741-3
[16] Gul, A., Cebeci, A., Aslan, H., Polat, I., Ozdemir, A. and Ceylan, Y. (2005) Perinatal Outcomes in Severe
Preeclamp-sia-Eclampsia with and without HELLP Syndrome. Gynecologic and Obstetric Investigation,
59, 113-118. http://dx.doi.org/10.1159/000082648
[17] Gofton, E.N., Capewell, V., Natale, R. and Gratton, R.J. (2001) Obstetrical Intervention Rates and
Maternal and Neo-natal Outcomes of Women with Gestational Hypertension. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 185, 798-803. http://dx.doi.org/10.1067/mob.2001.117314
[18] Sibai, B.M. (1996) Hypertension in Pregnancy. In: Gabbe, S.G., Niebyl, J.R. and Simpson, J.L., Eds.,
Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, 3rd Edition, Churchill Livingston, New York, 935-996.
[19] Coppage, K.H. and Polzin, W.J. (2002) Severe Preeclampsia and Delivery Outcomes: Is Immediate
Cesarean Delivery Beneficial? American Journal of Obstetrics and Gynecology, 186, 921-923.
http://dx.doi.org/10.1067/mob.2002.124041

Anda mungkin juga menyukai