Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi adalah zat zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya
dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan
Wartonah, 2006). Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan
kelangsungan fungsinya. Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan
manusia, namun jumlah nutrisi yang diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan
karakteristik, seperti jenis kelamin, usia, aktivitas, dan lain-lain.

Nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal,
faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Nutrisi sangat penting
bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk
hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit
dikemudian hari

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di


dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ
asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian distal.
Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas. Nutrisi
sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada
gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk
oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Angka Kecukupan Nutrisi yang dibutuhkan setiap orang?


2. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan Nutrisi?
3. Apa saja kebutuhan konsumsi zat Nutrisi?
4. Bagaimana masalah umum yang berkaitan dengan gangguan pemenuhan
Nutrisi?
5. Apa saja Faktor yang mempengaruhi kebutuhan Nutrisi?

1
6. Bagaimana prosedur tindakan pemenuhan Nutrisi?

1.3. Tujuan penyusunan

1. Untuk mengetahui angka kecukupan nutrisi setiap orang.


2. Untuk mengetahui cara untuk mencukupi kebutuhan nutrisi.
3. Untuk mengetahui zat konsumsi kebutuhan Nutrisi.
4. Untuk mengetahui permasalah yang muncul mengenai gangguan
kebutuhan Nutrisi.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan Nutrisi.
6. Untuk mengetahui prosedut tindakan apa saja yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan Nutrisi dikaitkan dengan Tindakan Keperawatan.

2
BAB II

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

2.1. Angka kecukupan Nutrisi

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan


tubuh setiap hari dalam jumlah tetentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi.
Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama alan berakibat buruk
terhadap kesehatan. Kebutuhan akan enegri dan zat-zat gizi bergantung pada
berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktivitas fisik. Oleh
karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk
rata-rata penduduk yang yang hidup di daerah tertentu. Angka kecukupan gizi
yang dianjurkan digunakan sebagai standar guba mencapai status gizi optimal
bagi penduduk.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali


ditetapkan tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang
diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini
kemudian ditinjau diselengarakan kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara
berkala tiap lima tahun sekali,

2.2. Pengertian dan Bahan Penggunaan

Angka Kecukupan Gizi yang dianjukan (AKG) atau Recommended


Dietary Allowances (RDA) adalah taraf komsumsi zat-zat gizi eswnsial, yang
berdasarkan pengetahuan Ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan
hamper semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan angka
kebutuhan gizi (Dietary requirement). Angka Kecukupan adalah banyaknya zat-
zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk memepertahankan status gizi
adekuat.

AKG yang dianjurkan berdasarkan pada patokan berat badan untuk


masing-masing kelompok umur,gender,aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis
tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaanya, bila kelompok
penduduk yang dihadapi. Mempunyai rata-rata berbeda dengan patokan yang
digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok
penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdassarkan berat
idealnya.AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan.

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud


berikut:

1 .Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau


kelompok penduduk. Untuk itu perlu diketahui pola pangan dan distribusi

3
penduduk. Karena AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan pada tingkat
faali, maka dalam merancang produksi pangan tertentu perlu diperhitungkan
bahwa pangan yang digunakan pada masing-masing tahap pascapanen.

2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau


kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam menentukan berat
badan, misalnya pria dewasa 62 kg dan perempuan dewasa 55 kg. Bila hasil survei
menunjukkan bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari berat badan yang
sedang, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap angka kecukupan. Demikian pula
penyesuaian angkan kecukupan perlu dilakukan bila nilai asam amino dan nilai
kecernaan hidangan yang berbeda dengan nilai yang dalam penetapan AKG yang
dianjurkan. Peneyesuaian perlu dilakukan dalam hal kecukupan energi dan
vitamin yang berkaitan dengan penggunaan energi kelompok sebenarnya.

3.Perencanan pemberian makanan di instirusi, seperti rumah sakit,


sekolah, industri / per-kantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga
pemasyarakatan. Juga dalam hal ini perlu diperhatikan beban rata-rata, kegiatan
yang dilakukan dan untuk rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan.
Institusi yang tidak menyediakan makanan lengkap yang membutuhkan perhatian
yang diperlukan untuk melalui penyedian makanan.

4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat:


membantu para transmigran dan penduduk yang ditimpa bencana alam dan
memberikan makanan untuk balita, anak-anak sekolah, dan ibu hamil.
Pertimbangan yang dikemukakan pada butir 2 perlu diperhatikan.

5. Nilai kecukupan persiapan pangan nasional. Perhatikan pertimbangan


pada butir 1

6. Merencanakan program penyuluhan gizi.

7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.

8. Menetapkan agenda untuk keperluan pelabelan gizi pangan. Biasanya


dicukupkan untuk mengukur AKG yang dapat diakses oleh sari makanan tertentu.

2.3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG)

AKG adalah jumlah zat-sat giai yang hendaknya dikomsumsi untuk


jangka wakru sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Karena itu,
pernu memperlengkapi semua faktor yang berhubungan dengan absorpsi zat-zat
gizi atau efisien dalam tubuh. Untuk sebagian zat giti, sebagian dari kebutuhan

4
mungkin dapat dilakukan dengan mengkomsumsi suatu zat menjadi zat gini
esensial. Misalnya. Karotenoid tertentu merupakan prekursor vitamin A ; karena
sebagian atau seluruh kecukupan akan vitamin A dapat dipecahkan oleh karoten-
oid yang perlu diposisikan zat yang di dalam tubuh yang kemudian dapat
diekstrak oleh vitamin yang berasal dari makanan, yang kemudian digantikan oleh
vitamin A perlu ditimbangkan . AKG untuk protein menjadi jumlah kebutuhan
yang berbeda akan asam. amino yang ada dalam pilihan yang berbeda dalam
berbagai zat, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, tein makanan. Pada
kondisi AKG yang mengalami harus memperishungkan bagian zat gizi yang tidak
diabsorpsi ini. Misalnya absorpsi zat besi hem dan nonhem yang berbeda, yaitu
oleh makanan yang perlu diperhitungkan dalam zat AKG. Sampai sejauh mana
AKG seharusnha melebihi yang dibutuhkan faal ntuk berbeda antar berbagai zat
gizi.

2.4. Cara Memenuhi AKG

Karena masih minim pengetahuan, AKG belum dapat menentukan untuk


semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang
telah ditentukan dapat di jadikan pedoman, sehingga menu yang bervariasi yang
AKG untuk zat-zat yang diperlukan untuk zat zat gizi lainnya. Oleh sebab itu,
agar menu sehari-hari terdiri atas bahan makanan yang bervariasi dari bahan
makanan (bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan juga diperhitungkan
kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. Di Indonesia
menu pola seimbang tergambar disesuaikan dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan
Pedoman Umum Seimbang (PUGS). Dalam menyusun menu, selain AKG perlu
pula menampung aspalk akseptabiliras ain sebagai zat-zat gizi, malanan dan
memiliki nilai sosial dan emosional.

2.5. Kebutuhuan komsumsi Zat Nutrisi

Seperti telah diuraikan sebelumnya, zat-zat gizi dapat digolongkan


menjadi dua golongan, yaitu golongan makromolekul (karbohidrat, protein dan
lemak) serta mikromolekul (vitamin dan mineral). Meskipun merupakan
komponen yang paling vital untuk kehidupan, air tidak akan dibahas lebih lanjut.
Yang merupakan sumber semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh adalah
makanan dan minuman (pangan) yang dlikonsumsi. Umumnya bahan pangan
dapat diperoleh dari hasil tanaman maupun hewan, karena itu dikenal bahan
pangan nabati dan bahan pangan hewani.

Bahan pangan nabati dapat berupa serealia (beras, jagung gandum/terigu,


sorgum, barley oats, millets dan lain-lain); kacang kacangan dan bij-bijian
berminyak (kedelai, kacang tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang babi,
kacang jogo, kelapa, dan lain- lain); serta sayur-sayuran dan buah-buahan.
Sedangkan bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau, kambing,

5
babi, ayam dan unggas lainnya, kelinci, dan lain-lain); ikan (ikan darat ikan laut,
termasuk juga udang, kepiting, lain-lain); susu (sapi, kerbau, kambing, dan lain-
lain).

Tergantung dari komposisi kimianya, bahan pangan tersebut digolongan


juga sebagai sumber karbohidrat (pati), misalnya serealia dan umbi-umbian;
sumber protein, misalnya kacang- ngan dan semua bahan pangan hewani; sumber
lemak isalnya kacang-kacangan, bij-bijian, berminyak, dan beberapa bahan
hewani serta sumber vitamin dan mineral misalnya bahan makanan hewani; dan
juga vitamin dan mineral bahan makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-
buahan.

Fungsi masing-masing zat gizi yang berbeda-beda. Meskipur Sepert


makromolekul (karbonidrat, protein dan lemak) dapat digunakan sebagai energi,
namun masing-masing memiliki juga fungsi yang khas. Demikian juga vitamin
dar mineral yang berbeda, akan memiliki fungsi yang berbeda. Oleh karena itu
pengukuran lebih baik dilakukan satu per satu

KARBOHIDRAT

Meskipun karbohidrat (pati, gula) sebagai energi yang dapat diganti oleh,
protein atau lemak, seperti yang tidak diinginkan akan muncul karena tidak
tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Gejalanya sama dengan terjadi pada
penderita kelaparan. Terjadi kehilangan jumlah besar natrium (Na) dan udara dari
tubuh, yang tidak dapat mengeluarkan dengan jelas sebab-sebabnya. Hal ini yang
sangat berat dengan diet orang-orang yang menerapkan diet yang memiliki
kandungan karbohidrat yang sama sekali.

Kehilangan natrium (Na) Biasa dikuti oleh rugi kalium (K) dari sel-sel
tubuh, dan hal ini akan dikuti oleh gejala lemah badan. Pada saat yang sama,
tubuh tidak mampu lagi menahan protein tubuh, kecuali jika orang tersebut
mengonsumsi protein dalam jumlah banyak; hal ini juga menyebabkan penuruna
berat badan. Hal yang lebih gawat adalah bahwa penggunaan lemak sebagai
energi yang terblokir pada proses, menghasilkan produk terakumulasinya antara
(intermediet) lemak yang dikenal sebagai "senyawa keton" (badan keton)

Karena senyawa keton menumpuk, senyawa ini akan menjadi komponen


abnormal darah dan air seni. Karena senyawa inilah yang mengubah konsentrasi
ion hidrogen atau keseimbangan asam dalam jaringan, maka fungsi tubuh yang
normal akan terganggu. Orang-orang yang menderita hal ini disebut penderia
"ketosis", yang biasanya memiliki gejala alami, dehidrasi dan kehilangan energi.
Semua pengaruh yang tidak diinginkan tersebut dapatt dihilangkan apabila kepada
penderita diberikan karbohidrat(pati, gula); yang memberikan indikasi bahwa
karbohidrat (pati, gula) ebut merupakan zat gizi esensial.

6
Meskipun disebutkan bahwa karbohidrat (pati, gula) tersebut esensial bagi
tubuth, namun kita tidak mengetahui berapa jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh,
karena sulit untuk menentukannya Seperti telah disebutkan sebelumnya, glukosa
dapat dibentuk dalam tubuh dari sumber bukan pati atau glikogen, tetapi dari
lemak atau protein, melalui proses yang disebut sebagai glukoneogenesis.

Terdapat jenis karbohidrat lain yang digolongkan sebaga karbohidrat yang


tidak dapat dicerna (misalnya selulosa hemiselulosa, lignin, pektin dan lain-lain).
Meskipun nilai gizinya nol (karena tidak dapat dicerna dan diserap, sehingga tidak
digunakar oleh tubuh), namun golongan karbohidrat ini berguna untuk
melancarkan pembuangan kotoran (feses) dan mencegah timbulnya berbagai
macam penyakit degeneratif .

Individu yang tidak atau kurang mengkonsumsi golongan karbohidrat ini


akan mengalami sembelit (konstipasi) atau sulit buang air besar. Selain itu,
golongan karbohidrat ini dapat memodifikasi sirkulasi enterohepatik asam
empedu, karena dapat mengikat sebagian asam empedu dan membuangnya
bersama feses. Karena itu, golongan karbohidrat ini (dikenal dengan sebutan
"dietary fiber atau serat pangan) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol
darah. Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak
yang berwenang, tetapi anjuran konsumsi enetapkan konsumsi serat pangan untuk
orang dewasa sehat h sekitar 20-30 g per hari. Perbandingan serat larut dan serat
plasma adala tidak larut yang dikonsumsi sebaiknya satu banding tiga (1:3).

Selain itu, terdapat pula golongan karbohidrat lain yang tidak t dicerna
oleh sistem pencernaan manusia, yaitu golongan ligosakarida (panjang rantai
kabon antara tiga sampai 10). Tetapi osakarida tersebut terbukti dapat
meningkatkan pertumbuhan dan ah mikroba "baik" dalam saluran pencernaan.
Sekarang igosakarida tersebut banyak dikonsumsi sebagai "prebiotik", karena
dapat meningkatkan populasi bakteri Lactobacillus sp dan Bifidus sp dalam usus.
Belum diketahui secara pasti berapa jumla oligosakarida yang sebaiknya
dikonsumsi agar dapat berfungsi sebagai pre-biotik di dalam usus. Konsumsi
oligosakarida yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya "kembung perut"
(flatulensi)

PROTEIN

Di atas telah disebutkan bahwa protein dapat berfungsi sebagai salah satu
sumber energi bagi tubuh. Hal ini akan terjadi bila sumber utama energi, yaitu
karbohidrat (pati, gula) atau lemak, tidak terdapat dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh. Fungsi protein sebagai zat pembangun
tubuh adalah karena protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru yang
selalu terjadi di dalam tubuh. Pada bayi dan anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan, pembentukan jaringan baru tersebut terjadi secara besar-besaran;

7
demikian pula pada ibu hamil dan yang sedang menyusui dan orang yang baru
sembuh dari sakit Oleh karena itu, kebutuhan akan protein bagi golongan ini lebih
besar dibandingkan dengan orang dewasa sehat (Tabel 28). Tabel 28.

Tabel 28 . Kecukupan konsumsi protein per kg

Grup populasi Umur Kecukupan


protein (g/kg
berat badan)
Bayi 0-6 bulan 2,2
6-12 bulan 2,0
Anak-anak 1-3 tahun 1,8
4-6 tahun 1,5
7-10 tahun 1,2
Remaja 11-14 tahun 1,0
15-18 tahun 0,9
Dewasa Lebih dari 18 tahun 0,8

Nilai gizi protein yang dikomsumsi akan menentukan jumlah yang harus
di komsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein, protein dengan
nilai gizi rendah harus di komsumsi dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan protein yang bernilai gizi tinggi. Nilai gizi protein
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) daya cernanya, serta (2) jumlah dan
komposisi asam-asam amino esensial. Pada umurnnya nilai gizi protein nabati
lebih rendah dibandingkan dengan protein hewani.

Meskipun secara teoritis dapat disusun campuran protein nabati sehingga


nilai gizinya sama dengan protein hewani, namun konsumsi protein hewani
memberikan beberapa keuntungan tambahan, antara lain: membantu penyerapan
zat gizi lain (misalnya zat besi), dan dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan
vitamin dan mineral, karena produk pangan hewani juga merupakan sumber
vitamin dan mineral yang baik.

Kebutuhan akan protein bagi orang dewasa telah dihitung berdasarkan


studi mengenai jumlah nitrogen yang hilang dari subyek yang mengonsumsi
makanan yang tidak mengandung protein atau mengandung sedikit sekali protein.
Metode ini dikenal sebagai "metode faktorial" (factorial method atau factorial
approach). Dalam metode ini kehilangan nitrogen dari tubuh diduga dengan cara
menghitung jumlah nitrogen yang terdapat dalam urine, feses dan keringat serta
saluran minor lainnya, setelah subyek memperoleh ransum bebas protein (lihat
Tabel 29). Jumlah nitrogen yang hilang tersebut menunjukkan jumlah minimum
protein yang diperlukan oleh tubuh.

8
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata jumlah
nitrogen yang hilang tersebut adalah seba berikut: 37 mg/kg berat badan per hari
dalam urine, 12 mg/kg b badan per hari dalam feses, 3 mg/kg berat badan per hari
pada (terkelupas), dan sekitar 2 mg/kg berat badan per hari dalam salur minor
lainnya. Sehingga jumlah nitrogen yang hilang adalah seki 54 mg/kg berat badan
per hari; dengan kata lain sekitar 0,34 g protein/kg berat badan per hari
diperlukan untuk kompensasi nitro yang hilang tersebut, agar terdapat
keseimbangan nitrogen da tubuh.

Tesis tersebut di atas telah diuji dengan cara memberikan an nitrogern.


protein telur utuh atau albumin telur pada subyek oreing dewasa dalam jumlah
yang cukup untuk memberikan keseimbang Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, meskipun dengan memberikan protein bermutu tinggi seperti telur, lebih
banyak protein diperlukan untuk memperoleh keseimbangan nitrogen daripada
estimasi 54 mg nitrogen/kg berat badan per hari. Untuk subyek yang diberi
ransum protein bermutu tinggi seperti telur, susu, kasein atau ransum campuran
protein hewani, jumlah nitrogen yang diperlukan untuk memperoleh
keseimbangan adalah sekitar 70 mg/kg berat badan per hari, atau sekitar 0,44 g
protein/kg berat badan per hari .

Dengan memperhitungkan semua faktor yang dapat mempengaruhi,


misalnya variasi mutu protein dan variasi individu, Komite Para Ahli di
FAOWHO akhirnya menetapkan angka 0,57 g protein/kg berat badan per hari
untuk laki-laki dewasa dan 0,52 g protein/kg berat badan per hari untuk wanita
dewasa. Angka-angka tersebut hanya didasarkan pada hasil-hasil penelitian jangka
pendek Hasil penelitian jangka panjang menemukan bahwa angka 0,89 protein/kg
berat badan per hari merupakan angka rata-rata yang leblh dapat diterima (lihat
Tabel 28)

Kebutuhan akan protein dan asam-asam amino untuk dapat diestimasi dari
jumlah protein dan pola asam-asam amino yang terdapat dalam air susu ibu (ASI).
Nilai yang diperoleh dianggap sesuai untuk pertumbuhan bayi yang optimal.
Untuk anak-an biasanya digunakan metode faktorial yang menyangkut estima
jumlah semua nitrogen yang dengan hilang melalui urine, feses, kulit dan saluran
minor lainnya, ditambah dengan kebutuhan untuk pertumbuhan.

Untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, diperlukan


jumlah konsumsi protein per kg berat badan per hari yang lebih tinggi dari orang
dewasa. Misalnya, untuk bayi sampai kehamilan 3 bulan diperlukan rata-rata 2,4 g
protein / kg berat badan per hari; 1,85 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi
3-6 bulan; 1,6 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi berdiri 6-9 bulan, dan
1,4 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi berdiri 9 - 11 bulan. Hal yang
harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan bayi dan anak kecil akan protein,

9
selain nutrisi protein (daya cerna dan kelengkapan asam-asam amino esensial),
juga status gizi dan kesehatan bayifanak tersebut. Karena penyakit infeksi atau
diare misalnya, akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan protein. Protein
kecukupan per orang per hari yang dianjurkan untuk orang Indonesia. Dalam
angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004 (Tabel 30). Kecukunan protein vana
unggul di Indonesia

Kelebihan komsumsi protein tidak baik untuk kesehatan ginjal, karena


apabila proses protein digunakan sebagai sumber energi, maka grup NH3^- nya
harus dilepaskan melalui proses deaminasi, dan kemudian disintesis menjadi urea.
Urea yang berlebih dalam darah akan membahayakan kesehatan, sehingga harus
dibuang dalam bentuk urin. Makin banyak protein yang dikonsums banyak urea
yang terbentuk, dan meningkatkan jumlah urea yang terbentuk, dan makin keras
kerja ginjal untuk membuang urea tersebut.

Kekurangan komsumsi protein terjadi di kalanham bayi dan anak anak


kecil terutama akibat kemiskinan. Kekurangan kalori-protein (KKP) yang muncul
dalam bentuk "marasmus kwasiorkor" pada bayi dan anak-anak kecil masih
dilarang di negara lain. Hal ini menyebabkan pertumbuhan otak dan anak-anak
terhambat tetapi juga otaknya, maka akan berakiba terbentuknya daya manusia
dengan kualitas rendah.

LEMAK

Di samping untuk kebutuhan tubuh asam linoleat dan linolenat, manusia


tidak membutuhkan lemak. Hal ini dapat dilakukan karena setiap kelebihan atau
protein yang dikonsumsi, dapat menjadi lemak di dalam tubuh. Suatu ransum
yang dapat memberikan 2% dari jumlah total kebutuhan energi, yang terdiri dari
asam linoleat dan linolenat, dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

Akan tetapi, karena lemak atau minyak dapat meningkatkan palatabilitas


makanan, maka minyak atau lemak yang banyak dikonsumsi Selain itu, lemak
atau minyak dalam makanan dapat digunakan sebagai pelarut (pembawa) vitamin
alami lemak (vitamin A, D, E, K) dan pro-vitamin lemak lemak (misalnya
karotenoid) dan antioksidan alami (misalnya karotenoid, klorofil dan lain-lain).

Para dokter ahli penyakit jantung di Amerika Serikat merekomendasikan


komsumsi minyak atau lemak dibatasi maksimum 30% dari total kalori yang
dikonsumsi per hari. Dari jumlah 30% tersebut, disarankan 10% berupa lemak
atau minyak yang mengandung asam lemak jenuh (asam lemak jenuh), 10% berup
lemak atau minyak yang mengandung asam lemak tidak jend tunggal (asam lemak
tak jenuh tunggal), dan 10% ainnya beru lemak atau minyak asam lemak tidak
jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids)

VITAMIN

10
Sudah terbukti sebelum kekurangan atau kelebihan -konsumsi vitamin
tidak baik untuk kesehatan tubuh Kekurangan asupan vitamin akan menyebabkan
defisiensi, sedangkan kelebihan vitamin akan menyebabkan keracunan, meskipun
berupa vitamin larut udara. Kecukupan asupan vitamin alami lemak (vitamin A,
D, E dan K) diberikan pada Tabel 31, sedangkan kecukupan asupan vitamin
nutrisi udara .

Vitamin A

Gejala defisiensi akan nampak jika cadangan vitamin A dalam hati telah
berkurang. Kekurangan asupan protein dan seng (Zn) akan mengurangi pelepasan
vitamin A dari hati, kemudian timbu gejala yang sama seperti defisiensi vitamin
A. Penyebab defisiensi vitamin A antara lain: (a) menambah vitamin A (karoten,
pro-vitamin A) rendah, ( b) gangguan dalam proses penyerapan dalam usus,(c)
gangguan proses penyimpanan dalam hati, dan (d) gangguan dalam konversi pro-
vitamin A (karoten) menjadi vitamin A. Gejala yang muncul dari peran vitamin A
dalam kesehatan sel -sel epitel, serta dalam proses penglihatarn sebagai berikut:

(1) Rabun Senja. Dampak yarg terjadi akibat defisiensi vitamin A adalah
Rendahnya penyaluran vitarmin A akan menurunkan jumlah vitamin A dalam
hati kadar Vitarnin A dalam darah dan menurun. Hal ini akan mengubah
jumlah vitamin A yang tersedia untuk retina (untuk pembentukan rhodopsin,
yang menggunakan dalam proses penglihatan).

(2) Perubahan pada mata


Kornea mata merupakan organ yang yang pertama-tama terpengaruh
akibat defisiensi vitamin A. Mula-mila kelejar air mata tidak dapat
mengeluarakan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mongering.
Selanjutnya sel-sel epitel kornea mengalami mongering, opacity(menjadi
tidak transparan) dan pengelupasan, sehingga kornea mata pecah, infeksi pada
mata, lalu mata mengeluarkan darah dan nanah. Timbulan kebutaan

(3) Inteksi pada saluran pernafasan atas

Vitamin A merupakan vitamin anti infeksi, antara lain untuk mencegah


infeksi pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA).

(4) Perubahan pada kulit

Kulit, terutama pada bahu, menjadi kasar dan kaku. Selain itu dapat terjadi
foliculosis, yaitu benjolan-benjolan kecil pada dasar kantong rambut yang
kemudian mengeras (keratinisasi)

Keracunan vitamin A Sehat dapat terjadi pada tingkat konsumsi 16.000


RE / hari. Namun, ada juga yang disebut keracunan pada tingkat konsumsi lebih

11
rendah, yaitu 6.000 RE / hari. Pada orang lain baru terjadi keracunan ketika
tingkat konsumsi vitamin A mencapai 40.000-55.000 RE / hari.

Pada semua golongan umur, periode awal mulailah dosis tinggi sampai
timbulnya keracunan antara 6 sampai 15 bulan. Penulis keracunan pada orang
dewasa adalah: sakit kepala, mengantuk, mual-mual, rambut rontok, kulit
mengering dan diare. Pada anak-anak, gejala yang timbul adalah: dermatitis, berat
badan menurun, dan sakit pada tulang rangka. Anak kecil (bayi) dapat menderita
keracunan pada doses 8000 RE/hari, dalam periode komsumsi. Gejalanya adalah:
kepala yang terkemuka dan berair, tekanan di dalam tengkorak meningkat dan
mudah marah.

Vitamin D

Tiga jenis keadaan yang dapat dialami oleh penderita defisiensi vitamin D,
adalah sebagai berikut: (a) Riketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai dengan
kaki bengkok (bentuk O): (b Tetani, yang ditandai oleh bengkoknya tangan dan
sendi, aki D atau rusaknya gangguan paratiroid; dan (c) Osteomalasia, yang
diderita oleh orang dewasa akibat defisiensi vitamin D dan Ca Terjadi pada
penderita sakit ginjal kronis.

Konsumsi vitamin D yang berlebihan akan menyebabkarn hypercalciurea


dan hypercalcemia yang ditandai oleh berkurangnya selera makan, rasa haus
berlebihan, terus menerus buang udara kecil muntah, lemas, diare dan
pertumbuhan terhambat. Pada umumnya asupan vitamin D dari makanan dan
suplemen tidak akan melebihi batas aman (upper intake level) . Di Amerika
Serikat tolerable upper intake level untuk orang dewasa ditetapkan ditetapkan 50
ug atau 2000 IU / hari. Di Indonesia tidak ada jumlah yang sangat tinggi
mengkonsumsi vitamin D yang dapat menyebabkan toksisitas.Namun perkiraan
konsumsi lebih tinggi dari 50 ug per hari sudah akan menyebabkan toksisitas.

Vitamin E

Vitamin E banyak ditemukan dalam bahan makanan berlemak


(mengandung minyak), oleh karena itu sangat jarang terjadi defisiensi vitamin E.
Pada manusia, defisiensi vitarmin E dapat terjadi pada bavi prematur dan pada
orang yang mengalami malabsorbsi (gangguan vitamin E. Pada keadaan kadar
vitamin E dalam darah, gejala yang terlihat adalah peningkatan tekanan darah
tinggi. PUFA dalam jumlah banyak akan menghasilkan radikal lipid (peroksida),
sedangkan vitamin E bertindak sebagai semut ioksidan yang bisa lipid radikal
(scavenger). Defisiensi mungkin terjadi jika tidak mengonsumsi vitamin E dalam
jangka waktu lama, misalnya lebih dari satu tahun.

Pada bayi prematur, defisiensi terjadi akibat kesulitan vitamin E.


Dalam kasus seperti ini, vitamin E dapat diberikan secara lisan atau oral dalam

12
bentuk air-miscible bentuk ini merupakan vitamin yang siap diserap. Berdasarkan
kadar vitamin E di dalam plasma, katakan defisiensi jika kadar vitamin E kurang
dari 6,5 ug / ml, defisiensi margatif bila kadar vitamin dalam plasma sekitar 6,5
8,6 ug / ml, kadar vitamin saat normal dalam plasma sekitar 8, 6 10,8 ug / ml dan
optimum jika kadar vitamin dalam plasma sama dengan 10,8 ug / ml .

Vitamin E dianggap relatif aman untuk orang sehat, namun asupan vitamin
E dosis tinggi tidak disarankan untuk pasien yang sedang mengonsumsi vitamin K
(untuk pembekuan darah ata pengobatan antikoagulan). Suplemen vitamin E juga
tidak disarankan dikonsumdi selama 1-2 minggu sebelum dan setelah operasi,
karenadarah Vitamin K nkan dikonsumsi selama 1 2 minggu sebelum dan setelah
rasi, karena dikhawatirkan akan mengganggu kerja koagulan.

Vitamin K

Manifasi defisensi adalah lamanya proses pembekuan (koagulasi) darah,


oleh karena itu orang yang mengalami defisiensi vitamin K mudah terkena
hemorrhage (pendarahan). Pada orang normal jarang terjadi defisien vitamin K
Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi antibiotik,
antara lain akibat efek antibiotik pada kinerja enzim karboksilase yang
memerlukan vitamin K.

Defisiensi vitamin K pada orang dewasa antara lain ditandai oleh lamanya
pembekuan darah, rendahnya kadar vitamin K dalam plasma, rendahnya ekskresi
y-carboxy glutamyl residue (Gla) dalam urin serta rendahnya aktivitas faktor VIl
(yang terkait dengan agregasi keping-keping darah).

Apabila asupan vitamin K hanya berasal dari makanan sehari- hari, maka
tidak akan terjadi kelebihan vitamin K dan tidak akan terjadi efek samping.
Pemberian vitamin K dengan dosis 10 20 mg (beberapa ratus kali kecukupan) di
klinik, diamati tidak memberikan efek samping. Namun konsumsi vitamin K
berlebihan sebaiknya dihindari. Kelebihan vitamin K (sebagai menadione) yang
diberikan ada bayi menyebabkan meningkatnya kejadian anemia hemolitik,
erbilirubinemia dan kerusakan hati, terutama pada bayi premature hip yang
menderita erythroblastosis

Tiamin (Vitamin Bi)

Apabila terjadi detisiensi vitamin B, maka selera makan akan


sistem syarat (neuromusculan turun, depresi dan gangguan pada Bila defisiensi
berlanjut akan timbui penyakit beri-beri. Gejala beri- beri adalah sebagai berikut:
(a) sistem syaraf dan kardiovaskuler terpengaruh, (b) mental confusion, (c) lemah
otot, (d) hilangnya "sentakan" lutut dan sikut, (e) nyeri pada otot kepala, (f)

13
kelumpuhan,(g) oedema( wet beri-beri), (h) otot mengerut ( dry beri-beri), dan (i)
jantung membesar.

Gejala neurologis disebabkan oleh sintesis asetilkollin menurun, karena


menurunya produksi asetil-koA sebagai akibat dari menurunnya aktivitas enzim
piruvat dehidrogenase.

Riboflavin (Vitamin B2)

Awal terjadinya kekurangan riboflavin ditandai oleh cheilosis,


yaitu pandangan pada sudut mulut dan bibir. Defisiensi yang berlanjut dapat
menyebabkan glossitis, yaitu lidah menjadi halus dan berwarna merah keunguan,
serta peradangan kulit yang bersisik. Pada umunya penderita beri-beri dan
defisiensi protein juga mengalami defisiensi riboflavin.

Riboflavin merupakan vitamin yang relatif tidak toksik. Jumlah yang bisa
diserap sangat terbatas. Menahan, manusia untulk nyerap vitamin B2 secara lisan
tidak lebih dari 20 mg dosis tungga Segera setelah diserap, ribofiavin
diekskresikan melalui urine. Oleh sebab itu asupan yang tinggi tidak dapat
menyebabkan risiko kesehatan .

Niasin
Defisiensi niasin menyebabkan timbulnya pellagra. Istilah pellagra berasal
dari bahasa Italia, pelle (kulit) dan agra (kasar). Penyakit pellagra stadiurm lanjut
dicirikan oleh tiga d's pellagra yaitu: dermatitis, diare dan depresi. Gejala awal
defisiensi niasin adalah: Gangguan seperti terbakar, lidah merah dan bengkak
yang sering terjadi dengan defisiensi riboflavin. Gejala neurologik berhubungan
dengan degenerasi jaringan syaraf, dan gejalanya adalah: insomnia, iritasi, vertigo,
nanah dan halusinasi (pada kondisi kronis).

Niasin sebenarnya tidak toksik. Asam nikotinat sebagai vasodilator,


sehingga komsumsi 50-100 mg dapat menyebabkan kemerahan pada kulit, tetapi
reaksi ini hanya berlangsung sekitar 20 menit.. Bentuk nikotinamid yang biasa
digunakan sebagai suplemen tidak menyebabkan reaksi tersebut.

Asam Folat
Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh asupan yang tidak cukup,
tidak sempurna, tinggi badan atau badan selama proses penggunaan makanan
asam folat. Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan toksemia kehamilan,

14
infeksi, scurvy dan meumatoid arthritis. Toxemia kehamilan adalah kondisi yang
terjadi saat akhir kehamilan, termasuk juga curah darah tinggi, proteinuria, dan
edema. Konsumsi alkohol yang dapat membantu menghilangkan asam folat.
Individu yang beresiko defisiensi asam folat antara lain wanita hamil, orang lanjut
usia, alkoholik, dan orang yang minum obat-obatan tertentu dan oralepsi oral.

Piridoksin

Tanda-tanda defisiensi vitamin B6 pada manusia kuran spesifik.Gejalanya


adalah lemah, mudah tersinggung, insomnia dan kesulitan berjalan.Cheilosis
muncul tetapi tidak sembuh dengan pemberian biotin atau riboflavin.Pada bayi,
kekurangan piridoksin akan menyebabkan kejang-kejang yang akan segera
sembuh dengan pemberian piridoksin intravena.Defisiensi vitamin ini akan
menyebabkan gangguan metabolisme triptofan yang menimbulkan gejala seperti
pellagra.Selain itu juga menimbulkan perubahan perilaku seperti depresi dan
irritabilitas.

Kelebihan piridoksin jarang terjadi.Apabila terjadi, gejala yang timbul


ialah sensory neuropathy dan ataxia pada dosis yan sangat tinggi (1000
mg).Dilaporkan bahwa asupan 100 mg/hari tidak menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.

Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia sebagai akibat
dari: konsumsi rendah atau gangguan dalam proses penyerapan (misalnya
defisiensi intrinsic factor).Anemia pernicious dicirikan oleh terbentuknya
megaloblast (macrocytes).Erythroblast merupakan cikal bakal sel darah merah,
dibentuk di dalam sumsum tulang belakang.Vitamin Bi2 sebagai koenzim
menyediakan grup metil untuk sintesis DNA.Apabila defisiensi vitamin B12,
maka DNA tidak dapat diproduksi sehingga sel tidak dapat membelah diti
Sedangkan produksi RNA tetap normal, dan sintesis protein berlanjut terus,
sehingga ukuran sel darah merah bertambah besar, menjadi megaloblast
(macrocytes)

Vitamin C (Asam Askorbat)

15
Gejala awal defisiensi vitamin C, dalam perannya mernpertahankan
integritas kapiler adalah: (a) gusi berdarah dan (b) pintpoint hemorrhage
(pecahnya urat darah kapiler di bawah kult) Apabila defisiensi berlanjut, akan
terjadi: (a)sintesis kolagen terhambat, (b) pendarahan berlanjut, (c) otot, termasuk
otot jantung melemah, (d) Kulit menjadi kasar, kecoklatan dan kering, (e) luka
sulit disembuhkan, (0) pembentukan tulang terhambat, ujung tulang melunak dan
sakit, (g) gigi cepat tanggal, (h) defisiensi zat besi yang dapat menyebabkan
anemia.

MINERAL

Seperti halnya pada vitamin, kekurangan atau kelebihan pemberian


mineral tidak baik untuk kesehatan tubuh. Kekurangan konsumsi akan
menyebabkan konsumsi akan menghasilkan keracunan. Kecukupan konsums
bermacam-macam makro-mineral (Ca, P dan Mg) ditampilkan pada Tabel 33,
sementara kecukupan memasok beberapa macam mikro-mineral (Fe, I, Zn, Se dan
F) .

Kalsium (Ca)
Kekurangan atau kelebihan komsumsi kalsium akan menyebkan terjadinya
metabolisme kalsium yanh tidak normal. Contoh defisiensi kalsium adalah
osteoporosis dan osteomalacia, sedangkan contoh kelebihan kalsium adalah
hiperkalasemia, tetany, dan rigor kalsium.

Magnesium
Defisiensi Mg dapat terjadi akibat kelaparan, muntah-muntah luka akibat
operasi, transit time makanan dalam usus singkat, sehingga penyerapan
magnesium rendah. Hal-hal berikut ini dapat timbul bila terjadi defisiensi
magnesium: (a) low magnesium tetany gejala awal yang timbul pada kondisi
tersebut adalah uncontrol neuro muscular tremors (gemetaran) dan kejang-kejang;
(b) kalsifikasi yang tidak diinginkan pada jaringan lunak, yang merupakan
manifestasi dari peningkatan penyerapan kalsium, jika terjadi defisiensi
magnesium, dan pada saat yang sama terjadi mobilisasi kalsium dari tulang; dan
(c) vasodilatasi (pelebaran diameter pembuluh darah) dan perubahan kulit.

Zat Besi (Fe)


Tubuh sangat efisien dalam mengkonservasi asupan zat besi sehingga
defisiensi zat besi hanya terjadi dalam masa pertumbuhan kekurangan asupan zat
besi setelah kehilangan darah atau ketika wanita hamil atau melahirkan. Detisiensi

16
zat besi dalam waktu lama akan mengakibatkan terjadinya anemia (anemia gizi
besi).

Siderosis atau hemosiderosis adalah kondisi kelebihan zat besi cadangan


(hemosiderin) di dalam hati. Biasanya hal ini terjadi karena individu tersebut
gagal dalam mengatur jumlah Fe yang telah diserap. Hal lain yang dapat terjadi
adalah hemochromatosis, yaitu kondisi di mana tingkat penyerapan zat besi oleh
individu sangat tinggi.

Iodium
Defiensi iodium dapat menyebabkan timbulnya gondok , yaitu
kondisi yang ditandai dengan membesarnya bagian leher akibat pembesaran
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid merupakan kompensasi terhadap
keterbatasan jumlah iodium yang penting untuk sintesis hormon tiroksin.
Kritinisme dapat terjadi pada anak yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan iodium, dan hidup di daerah endemic golter, anak penderita
kritinismne terganggu pert8umbuhan fisiknya(kerdil) dan mengalami gangguan
mental.

Myxedema merupakan kondisi yang terjadi akibat kekurangan hormon


tiroksin dalam jangka waktu lama.Myxedema ditandai oleh rambut yang menipis
dan kasar;kulit kering dan kekuningan;tidak tahan kedinginan;suara parau dan
lemah.Hal ini dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan pada kelenjar tiroid
atau kelenjar pituitary.

Hipertiroidisme adalah kondisi di mana laju metabolik basal meningkat


hingga 100 % di atas normal , disebut juga sebagai exophthalmic goiter atau
penyakit Graves.Orang yang mengalami aktivitas kelenjar tiroid berlebihan
terlihat gugup, kehilangan berat badan, tidak toleran terhadap panas, gemetaran
(tremor) dan bola matanya menonjol.

Seng (Zn)
Kekurangan Zn dapat menyebabkan timbulnya kekurangan
tembaga (Cu), hambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan organ
reproduksi, anemia, kurang selera makan dan daya tahan tubuh terhadap infeksi
rendah.

Kelebihan Zn menimbulkan gejala mirip dengan kekurangan Zn, yaitu


menurunnya status tembaga (Cu), anemia dan menurunnya imunitas.Kelebihan Zn
juga dapat menyebabkan gangguan syaraf dan kelemahan otot

17
Selenium (Se)
Kekurangan selenium dapat menyebabkan timbulnya penyakit Keshan
yang banyak terjadi di Cina.Ciri penyakit tersebut ialah mudah lelah walau hanya
melakukan aktivitas fisik ringan dan hilang selera makan.Penyakit lain yang dapat
timbul akibat kekurangan Se adalah Kashin Beck yang juga banyak terjadi di Cina
dan negara- negara bekas Uni Sovyet.Pada tahap lebih lanjut dapat terjadi
pembengkakan dan perubahan bentuk sendi tulang.Hasil penelitian terakhir
menunjukkan bahwa kekurangan selenium dapat menyebabkan menurunnya
jumlah enzim 5'deiodinase yang bertanggung jawab pada pembentukan T3
(triodothyronin) dari T4 (tiroksin).Hal ini merupakan hubungan yang nyata antara
iodium dan selenium.

Kelebihan Seujud keracunan yang dikenal sebagai selenosis. Gejala


selenosis adalah: mual, muntah, cepat lelah, rambut rontok dan pertumbuhan kuku
tidak normal.

Fluor (F)
Defisiensi fluor sangat jarang terjadi. Bila terjadi defisiensi fluor akan
menyebabkan karies (membawa) gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak
mencapai jumlah normal

Kelebihan fluor disebut sebagai fluorosis, yang mulai terlihat pada awal
tahun 6 tahun. Laki-laki lebih sering terkena fluorosis dari wanita. Enamel gigi
yang menjadi burik atau kehitamar adalah tanda-tanda awal fluorosis, mengalami
lebih banyak lagi gangguan, kesabaran, sakit persendian, deformasi tulang
belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium yang rendah dan
Molibdenum yang tinggi akan memperparah sindroma Asupan fluor yang tinggi
juga akan mempengaruhi metabolisme, yang menyebabkan timbulnya
hipotroidisme.

2.6. Masalah Gizi di Indonesia

Pada saat ini, Indonesia menghadapi dapi masalah gizi ganda, yaitu
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi,
menu seimbang dan kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi (iodium).
Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan.

18
Masalah Gizi Kurang

Keberhasilan pemerintah dalam peningkatan produksi dalam


Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) dengan peningkatan biaya, dan
peningkatan daya beli masyarakat telah memperbaiki masalah gizi, dan, masalah-
masalah yang ada sejak awal Pelita IL , hingga saat ini masih ada meskipun dalam
taraf jauh berkurang.

Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan energi.


Pada anak-anak, KEP dapat mendorong gangguan, kerentanan terhadap gangguan.
Pada orang dewasa, KEP mengurangi produktivitas dan kesehatan tubuh yang
rentan terhadap penyakit. KEP diklarisifikasi dalam gizi buruk, gizi kurang dan
gizi baik.

KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada saat
ini su ada lagi. KEP berat pada orang dewasa yang dikenal sebagai honger
oedeem. KEP saat ini terutama pada anak balita. Hasil analisis data antro melalui
Susenans di seluruh provinsi pada tahun 1989 sampai dengan tahun 20 pada Tabel
13.3. Analisis data dilakukan oleh Direktorat Bina Gi partemen Kesehatan dengan
pria yang dikenal dengan istilah Z.score.

Prevalensi gizi buruk (<-3,0 SB) mencari peningkatan dari tahun 1989
hingga tahun 1989 untuk tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2002 dan 2003.
Prevalensi gizi kurang (-3,0 SB hingga -2,0 SB) cenderung menurun dari tahun
2002 sampai tahun 2003, untuk sedikit meningkat pada tahun 2001 dan pada
tahun 2002 dan 2003. Prevalensi gizi buruk / KEP berat tertinggi (> 10%) pada
tahun 1999 ter- dapat di 5 propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, NTB, NTT dan Kalimantan Selatan. KEP lebih banyak jumlahnya di
daerah pedesaan daripada perkotaan. Di samping kemiskinan, faktor yang lain
adalah, pengetahuan tentang faktor-faktor yang diperlukan yaitu, pengetahuan
masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan / atau memberikan
makanan setelah bayi disapih juga tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat.

Menurunnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara rata-rata,


meskipun Indonesia mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, dan sebagai
program diselenggarakannya Jaringan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang
dikembangkan sejak tahun 1998, antara lain dengan tambahan makanan tambahan
(PMT) untuk balita bermasalah melalui rumah sakit-rumah sakit dan Puskesmas.

Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan


kekurangan zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui

19
survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70%.
SKRT tahun 1992 mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan
balita 55,5%.

Data tersebut menunjukan bahwa tahun 1995 Angka AGB tinggi untuk
semua golongan, yaitu untuk semua umur serta Ibu hamil dan menyusui,
sedangkan SKRT tahun 2001, hanya mencatat prevalensi AGB untuk balita dan
ibu hamil, yaitu meningkat dari 40,5% pada tahun 1995 menjadi 48,1% pada
balita, dan menurun dari 50,9% pada tahun 1995 menjadi 40,1% pada ibu hamil

Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 1995 angka AGB untuk semua
golongan, yaitu berkisar sekitar 40,5%-57,9% Prevalensi AGB tertinggi (remaja)
dan pendapatan pada usian > 64 tahun (setengah tua), yaitu masing-masing
sebesar 57,9%, berikutnya pada usia 10-14 tahun (remaja) dam usia 55-64 tahun(
setengah tua), yaitu masing masing sekitar 57,7 dan 51,1%. Prevalensi AGB
tinggi tersedia baik pada laki-laki dan perempuan.Prevalensi GB untuk ibu hamil
pada tahun 1995 turun bila di bandingkan dengan tahun 1992, yaitu dari 63.5%
menjadi 50.9%.

Penyebab masalah AGB adalah orang-orang yang suka untuk mengisi


makanan, terutama dengan masalah biologik tinggi (asal hewan), dan pada wanita
ditambah dengan uang melalui haid atau pada persalinan . langannya dilakukan
melalui pemberian tablet atau sirup besi untuk kelompok sasaran.

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana daerah


tanah kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang Bukit
dibarisan Sumatera, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Di daerah tersebut GAKI ada secara endemik.
Pada pemetaan GAKI pada anak-anak sekolah yang dilakukan secara periodik
sejak tahun 1989 melalui Survei Nasional GAKI oleh Departemen Kesehatan,
tampak kecenderungan turun rata-rata prevalensi total gondok / Total Goitre Rate
(TGR). Bila pada tahun 1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada
tahun 1992 turun menjadi 27,7%, pada tahun 1995 turun menjadi 18,0%, pada
tahun 1998 turun menjadi 9,8% , dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,1%.
Aneka gondok nyata Visible Goitre Rate (VGR) pada tahun 1989 tercatat sebesar
9,3% dan pada tahun 1992 turun menjadi 6,8%. Prevelensi GAKI berat (TGR
30%) pada survey tercacat tahun 1998 di NTT dan Maluku, GAKI sedang (TGR
20,0% -29,9%) di Sumatera Barat dan Sulawesi Tenggara. GAKI tidak
merupakan masalah lagi ( TGR < 5%) di 9 provinsi, yaitu Riau,Jambi, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,

20
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Provinsi selebihnya menunjukan
prevalensi GAKI ringan ( TGR 5%-19,9%).

Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui


pemberian kapsul minyak beriodium/ Iodized oil capsule kepada semua wanita
usian subur dan anak sekolah dasar di daerah endemic. Secara umum pencegahan
GAKI dilakukan melalui iodisai garam dapur.

GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (Tiroid). Pada


anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental .
ini menampakan diri berupa keadaan tubuh cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.

Kurang Vitamin A

Kekurangan vitamin A yang menyebabkan kebutaan. Pada akhir


pembangunan jangka panjang PJP I sudah hamper tidak ada lagi. Hasil Susenans
di 15 provinsi rawan defesiensi vitamin A menunjukan, bahwa prevalensi KVA
dengan indicator beercak Bitot (X1B), yang pada tahun 1978 ada sekitar 1,3%.
Namun sejak tahun 1992 sudah tidak ditemukan lagi. Survey ulang dilakukan 4
bulan kemudian menunjukan perlakuan penurunan prevalensi bercak bitot (X1B)
hingga 0%. Hal ini dilakukan karena memberikan dosis tinggi di daerah-daerah
kantong rawan

Xeroftalmia. KVA dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya yahan


tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian pada
anak anak. Penyebab masalah KVA adalah kemiskinan dan kurangnya
pengerahuan tentang gizi

Penanggulangan Masalah Gizi Kurang

Penanggulangan masalah gizi yang kurang perlu dilakukaa secara terpadu


antardepartemen dan kelompok profesi, melalui upaya peninglaran pengadaan
pangan, penganekaragaman suatu produksi dan konsumsi makanan, peningkatan
status sosial ekonomi, pendidikan dan keseharan masyarakat, penaisasi hasil
pertanian dan teknologi ini dimaksudkan untuk melangsungkan perbaikar pola
konsurmsi pangan masyarakat ang beraneka-ragam, dan dalam kualitas gizi.

Upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan secara terpadu antara


(1) upaya pemenuhan persiapan berancka ragam pangan; (2) peningkaran usaha
perbaikan giai kcluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga: (3) Peningkatan pelayanan gizi dan sistem kesehatan dari
tingkat Posyandu, hingga Puskcsmas dan. Rumah Sakit; (4) Peningkatan daya
tarik pangan dan gizi melalui Sistern Kewaspadaan Panigan dan Gizi (SKPG): (5)
Peningkatan komunikasi, infotmasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat: (6) peningkaran teknologi pangan untuk mengsmbangkan berbugai

21
produk pangan yang tepat dan terjangkau oleh masyarakat luas, (7) intervensi
langsung terhadap makanan tambahan (PMT), penyeberangan vitanitasi Sebuah
dosis tinggi, rabler dan sirop besi serra menjaga minyak beriodium; (8) balik
keschatan lingkungan; (9) upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, zat
asam dan zat besi; (10) upaya pengawasan makanan dan makanan kesehatan
nasional terutama melalui peningkatan produicsi uman; dan (11) upaya penelitian
dan pengembangan pangan dan gizi.

Melalui Intruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan Gerakan N


nanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan pada: (1) pemberdaraan
keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga; (2)
pemberdayaan masya rakat untuk meningkatkan ruang, kualitas pencegahao dan
penanggulangan masalah pangan dan gizi di masyarakat; (3) pemantapan
kerjasama lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan masalah gizi
melalui SKTG; dan (4) Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan keschatan
(Azwar, A. 2000)

Masalah Gizi Lebih

Banyak Masalah yang lebih baru muncul pada tahun-tahun terakhir


PJP I, yaitu pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat tertentu terutama dalam gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola
makan tradisional yang tinggi tinggi, tinggi serat kasar, dan berat lemak berubah,
sangat rendah, kasar, kasar, dan berat. Tingkat kualitas tidak bisa seimbang.
Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya nakanan
asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi
ekonomi. Di samping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifiras
fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik ini berakibat
semakin banyak penduduk yang mengalami masalah gizi lebih seperti kegemukan
dan obesitas. Makanan sehat dengan tekanan hidup atau stress.

Data antropometri anak balita (BB / U) yang dianalisis melalui


Susenas dan dianalisis oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat (BGM) Depkes
dengan menggunakcan kriteria + 2,0 SB sebagai ambang batas gizi lebih /
kegemukan, menunjukkan yaitu dalam 10 tahun yaitu dari tahun 1989 sampai
1999 prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77% menjadi 4,48% . ( Dit
BGM Depkes,1999). Hasil pemantauan oleh Dirrektora BGM Dekpes pada tahun
l996 / 1997 terhadap 10,949 orang dewasa terdiri dari 3,661 laki-laki (34,9%) dan
6.833 perempuan (65,1% ) sepanjang 19-65 tahun yang dipilih secara acak 14
kota menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada laki-laki adalah sebesar
12,8% dan pada wanita 20,0% dengan rata-rata 17,5% (Saroto dkk 1998).
Prevalensi obesitas Pada laki - laki adalah sebesar 2,5% dan pada wanita 5,9%
dengan rata - rata 4,7% . Kriteria kegemukan adalah Indeks Masa Tumbuh (IMT)

22
25, I-30,0, sedang obesitas IMT> 30,0 .Data ini menunjukkan bahwa prevalensi
kegemukan dan ketepatan waktu pada 19-65 tahun lebih besar pada laki-laki laki-
laki

Dampak Masalah Lebih Sehat dengan penyakit degeneratif, seperti jantung


koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati. Data BPS tahun 1992 dan
1995 menunjukkan loncatan besar penyebab kematian. Bila tahun 1972, penyakit
jantung dan lingkaran darah ke-11 set penyebab kematian dengan morbidicas 1,1
per 1000 penduduk, pada tahun 1992 dan 1995 nyakit ini telah imenduduki urutan
pertama dalam penyebab kematian, yaitu masing-masing sebesar 15,5 % dan
18,9%. Penyakit inu menonjol pada orang-orang dewasa dan di seluruh dunia di
Sumatera, Jawa, dan Bali. Selain itu, penyakit endokrin dan terutama diabetes
melicus dan neoplasma (tumor dan kanker) menonjol di perkotaan, terutama di
antara pasien yang lebih tinggi.

Penanggulangan masalah gizi lebih

Masalah gizi lebig disebabkan oleh kebanyakan masukan enegeri dengan


pengekuran energy. Penangulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan
dan output energi. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan mengurangi
meminum konsumsi dan lemak serta menghilangkan konsumis alkohol. Untuk inu
diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Di samping itu, diperlukan
peningkatan teknologi pengolahan makanan tradisional Indonesia siap santap,
sehingga makanan tradisional yang lebih sehat ini disajkan dengan cara-cara dan
kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan yang dapat
menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat.

2.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi status Nutrisi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi.


1. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi
pola konsumsi makan. Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan informasi,
sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
dapat mempengaruhi status giziseseorang. Misalnya di beberapa daerah tempe
yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tetapi tidak digunakan
sebagai bahan makanan sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa
mengkonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan

23
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu
dapat juga mempengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah terhadap
larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal makanan
tersebut merupakan sumber vitamin yang baik. Adapula larangan makan ikan
bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan. Padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat gizi yang
dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus
malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh tubuh.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan
bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi
dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang yang status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi, sebaliknya orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang
bergizi.

2.8. Konsep Asuhan Keperawatan pemenuhan Nutrisi

Pengkajian

1.Riwayat keperawatan dan diet

a. Anggaran makanan, makan kesukaan, waktu makan.


b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar dan demam?
e. Adakah toleransi makanan/minuman tertentu?

2. Faktor yang mempengaruhi diet

a. Status kesehatan.
b. Kultur dan kepercayaan.
c. Status social dan ekonomi.
d. Faktor psikilogis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

3. pemeriksaan fisik

24
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badat: obesitas, kurus.
c. Otot : flaksi/lemahm tonus kurang, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf: binggung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun.
e. Fungsi gastointertesinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,
pemebsaran liver.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah tinggi/rendah.
g. Rambut: kusam,kering,pudar,kemerahan,tipis, pecah/patah-patah.
h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir: kering, pucat,pecah-pecah, bengkak,lesi, stomatitis, membrane
mukosa pucat.
j. Gusi : berdarah, peradangan.
k. Lidah: edema, hiperemis.
l. Gigi : karies, nyeri, kotor.
m. Mata : konjungtiva pucatm kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku: mudah patah.
o. Pengukuran antropemetri:
 Berat badan ideal:(TB-100)±10%
 Lingkar pergelangan tangan
 Lingkar lengan atas (MAC)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,8 cm
 Lipatan kulit otot Trisep(TSF)
Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm

4. Laboratorium

a. Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).


b. Transferin (N: 170-25 mg/100 ml)
c. Hb (N: 12 mg%)
d. BUN (N: 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: Laki-laki;0,6-1,3 mg/100 ml,
Wanita;0,5-1,0 mg/100 ml.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubh.


Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolism
tubuh.

Kemungkinanan berhubungan dengan:

25
a. Efek dari pengobatan.
b. Muntah/mual.
c. Gangguan intake makanan.
d. Radiasi/kemoterapi.
e. Penyakit kronis.

Kemungkinan data yang ditentukan:

a. Berat badan menurun.


b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
f. Ketidakseimbangan elektrolit.
g. Kulit kering.

Kondisi klinis kemungkinana terjadi pada:

a. Anoraksi nervosa.
b. Pembedahan.
c. Kehamilan.
d. Kanker.
e. Anemia.
f. AIDS.
g. Marasmus.

Tujuan yang diharapkan:

a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu.


b. Peningkatan status nutrisi.
Intervensi rasional
1. Jaga kebersihan mulut 1. Mulut yang
bersih
meningkatka
n nafsu
makan
2. Bantu pasien makan jika tidak 2.membantu
mampu. pasien makan.
3. Sajikan makanan yang mudah 3.meningkataka
dicerna, dalam keadaan hangat, n selera makan
tertutup, dan diberikan sedikit dan intake
sedikit tapi sering. makan.
4. Selingi makanan dengan minum. 4.Memudahkan
makanan masuk.
5. Hindari makanan yang banyak 5.mengurangi
mengandung gas. rasa nyaman.

26
6. Lakukan latihan aktif dan pasif. 6.mencegah
nafsu makan.
7. Monitor hasi lab, seperti 7.memonitor
glukosa,elektrolit,hemoglobin,kolab status nutrisi
orasi dengan dokter.

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.


Definisi : pasien dengan risiko atau actual mengkonsumsi makanan
melebihi dari kebutuhan metabolism tubuh.

Kemungkinan berhubungan dengan:


a. Kelebihan intake.
b. Gaya hiduo.
c. Perubahan kultur.
d. Psikologi untuk komsumsi tinggi kalori.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Obesitas .
b. Hipotiroidesme.
c. Paisen dengan pemakaian kortikostreroid.
d. Imobilisasi yang lama.
e. Cushing syndrome.
f. Bumilia.

Tujuan yang diharapkam:

a. Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol.


b. Perencaan control berat badan untuk yang akan datang.
c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.

intervensi Rasional
1.Lakukan pengkajian kembali 1.informasi dasar untuk
pada pola makan pasien. merencanakan awal dan validasi
data.
2.Diskusikan dengan pasien 2.membantu mencapai tujuan.
tentang kelebihan makan.
3. diskusikan motivasi untuk 3.membantu memecahkan
menurunkan berat badan. masalah.
4.kolaborasi dengan ahli diet 4.menetukan makanan yang
yang tepat. sesuai dengan pasien.

27
5.ukur intake makanan selama 5. mengetahui jumlah kalori
24 jam. yang masuk.

BAB III

TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

3.1. Pengukuran Antrophometri

28
Antopometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antrometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumah air dalam tubuh.

3.2. Jenis-jenis Antrophometri.

Jenis jenis yang diukur

1. Berat Badan (BB)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran


massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air,
dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan
protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal.

2. Tinggi Badan (TB)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus,
tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel
pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks
disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi
badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks)
kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal

3. Lingkar Lengan Atas

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Lingkar lengan atas
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit.

29
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk
menilai keadaan gizi dan pertumbuhan.

Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :

a. Persiapkan pita pengukur.


b. Pilih lengan kiri (karena lengan kanan yang paling sering berfungsi).
c. Posisikan lengan 90 ° mengarah ke atas.
d. Tetapkan posisi bahu dan siku.
e. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku untuk menentukan titik
tengah lengan dengan cara membagi hasil ukuran panjanga antara
siku dan bahu.
f. Lingkarkan meteran pada titik tengah lengan.
g. Meteran jangan terlalu di ketatkan namun jangan juga terlalu longgar.

4. Lingkar Kepala

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif


konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa dan letak geografis. Saat
lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan
bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44cm. Pada
bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih
dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah
+ 10 cm.

Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :

a. Menyiapkan pita pengukur (meteran).


b. Melingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior.
Kemudian tentukan hasilnya,
c. Mencantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

5. Lingkar Dada

Pengukuran lingkar dada dilakukan pada saat bernapas biasa (mid


respirasi) pada tulang Xifoidius (insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada
ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada
bayi dengan posisi berbaring.

Cara pengukuran lingkar dada adalah :

30
a. Menyiapkan pita ukur.
b. Melingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
c. Mencatat hasil pengukuran

6. Panjang Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada
lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang,
bertambah bungkuk, sehimgga bertambah sukar untuk mendapatkan data tinggi
badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau
nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.

Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19

Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88

7. Lingkar Perut

Pengukuran lingkar erut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


obesitas abdominal/ sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus.

Cara pengukuran :

a. Responden membuka pakaian yang sekiranya perlu.


b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha atau pinggul.
d. Tetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/ panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis.
e. Minta reponden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal.
f. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai dari titik tengah kemudian
secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah diawal pengukuran.

8. Tekanan Darah

Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah tinggi pada


penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun.

Beberapa langkah pengukuran pemeriksaan tekanan darah adalah sebagai


berikut :

31
a. Pasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3 cm
dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat diatas
denyutan arteri di lipat siku.

b. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis

c. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan

d. Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg


setelah pulsasi arteri radialis menghilang

e. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan turun perlahan


dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik

f. Bila bunyi pertama terdengar, itu sebagai tekanan sistolik

g. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan


manset

9. Suhu

Nilai suhu tubuh dipengarui metabolism tubuh dan aliran darah, serta hasil
pengukuran akan berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Suhu tubuh dapat
diketahui dengan menggunakan alat thermometer. Pengukuran suhu dapat
dilakukan dengan cara :

1. Axiler

Cara pengukurannya adalah

a. Keringat pada ketiak dikeringkan.


b. Ujung thermometer diletakkan pada puncak ketia.
c. Tunggu sampai 5-10 menit.
d. Baca hasil pengukurannya

2. Oral

Cara pengukurannya

a. Ujung thermometer dibersihkan dengan alcohol.


b. Ujung thermometer diletakkan di bawah lidah.
c. Mulut ditutup.
d. Diamkan selama 5 menit.
e. Baca hasilnya

3. Rectal

Cara pengukurannya adalah

32
a. Ujung thermometer sedikit diberi pelican.
b. Ujung air raksa dimasukkan ke anus.
c. Pembacaan hasil dilakukan setalah 5 menit

3.3. Penghitungan kebutuhan Kalori

Rumus untuk Menghitung Kebutuhan Kalori

Adapun rumus hitungan untuk mengetahui kebutuhan kalori tubuh per


hari adalah = BMR x nilai level aktivitas.

sebelum bisa menghitung kebutuhan kalori tubuh per hari, Ada hal yang harus
bisa dulu mengetahui berapa BMR (basal metabolic rate) . BMR itu adalah
energi/kalori yang dibutuhkan selama sehari, dalam kondisi istirahat .

Rumus untuk mengetahui BMR laki-laki =


66,4730 + (13,7516 x BB kg) + (5,0033 x TB
cm) – (6,7550 x usia)

Rumus untuk mengetahui BMR perempuan =


655,0955 + (9,5634 x BB kg) + (1,8496 x TB
cm) – (4,6756 x usia)

Keterangan :

BB disitu adalah berapa berat badan dalam satuan kg.

TB disitu adalah berapa tinggi badan dalam satuan cm.

Dan x usia disitu adalah yah berapa usia sekarang.

Nilai perkiraan pengeluaran enegri pada kegiatan terentu.

Jenis kegiatan Kkal per menit


Pria Wanita
Istirahat
Tidur atau berbaring saja 1,1 0,9
Duduk tenang 1,4 1,1
Berdiri tenang 1,7 1,4
Bekerja
Pekerjaan kantor(belanja) 1,8 1,6

33
Perkerjaan rumah 3,0 2,4
Kerja ringan(menyapu) 2,6 2,0
Memasak,mencuci piring
Kerja ringan(Cuci piring) 4,6 3,4
Mengepel,mengelap kaca
Kerja berat(cuci karpet) 5,0 4,0

3.4. Menenghitung Berat Badan Ideal dengan Rumus BMI

Rumus BMI (Body Mess Index) atau biasa juga disebut IMT (Indek Massa Tubuh)
sering kali di jadiak acuan untuk mengetahui berat badan seseorang. Rumus ini
memadukan perhitungan antara tinggi dan berat badan seseorang. Sehingga
hasilnya akan menjadi berat badan ideal orang tersebut. Berukut ini rumusnya:

Berat Badan Ideal = Berat Badan (Kg) :


(Tinggi badan x Tinggi badan)

Sebagai Contoh: Berat badan Yani adalah 58 kg dengan tinggi badan 168 cm

IMT= 50 Kg: (1,68 m x 1,68 m) = 45 : 2,82 = 20,56 (Kategori Normal).

Standar BMI Wanita

Nilai BMI Kategori


BMI < 18 Under Weight/Kurus – Sebaiknya
mulai menambah berat badan dan
mengkonsumsi makanan berkarbohidrat
di imbangi dengan olah raga
BMI 18 – 25 Normal Weight/Normal – Bagus, berat
badan anda termasuk kategori ideal.
BMI 25 – 27 Over Weight/Kegemukan – anda sudah
masuk kategori gemuk. sebaiknya
hindari makanan berlemak dan mulailah
meningkatkan olahraga seminggu
minimal 2 kali

34
BMI > 27 Obesitas – Sebaiknya segera membuat
program menurunkan berat badan karena
anda termasuk kategori obesitas/ terlalu
gemuk dan tidak baik bagi kesehatan.

Standar BMI Laki-laki

Nilai BMI Kategori


BMI < 17 Under Weight/Kurus – Tambah
konsumsi makanan berkalori
BMI 17 – 23 Normal Weight/Normal – Selamat
berat badan anda termasuk ideal
BMI 23 – 27 Over Weight/Kegemukan – Harus
waspada
BMI > 27 Obesitas – Warning, sebaiknya memulai
program menurunan berat badan agar
lebih ideal.

3.5. Pemberian makanan secara oral

PENGERTIAN

Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman

pada klien secara langsung melalui mulut.

TUJUAN

Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan

kebutuhan pasien.

INDIKASI

Pada pasien yang bias makan sendiri.

Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.

PERSIAPAN ALAT

o Piring

o Sendok

o Garpu

35
o Gelas dengan penutupnya

o Serbet

o Mangkok cuci tangan

o Pengalas

o Tempat cuci tangan

3.6. Pemasangan Nasogastric Tubes (NGT)


Pemasangan nasogastric tubes (NGT) Merupakan tindakan yang dilakukan
pada pasien dengan tujuan memasukkan makanan cair atau obat obatan,
mengeluarkan cairan dalam lambung, melakukan irigasi karena adanya
pendarahan lambung atau keracuanan, mengurangi mual atau muntah setelah
pembedahan dan mengambil spesimen dalam lambung untuk bahan pemeriksaan.
Nasogastric tubes (NGT) sering digunakan untuk menhisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukkan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan
hanya dalam waktu yang singkat ( Metheny dan Titler,2001).Pemberian nutrisi
melalui pipa penduga merupakan tindakan pada pasiean yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. (Musrifatul Dan A.Azis A,2008).
Memasang nasogastrik adalah melakukan pemasangan selang dari rongga hidung
ke lambung. (Eni Kusyati,2006).Inersi slang nasogastric adalah pemasangan slang
plastik lunak melalui nasofaring ke dalam lambung. (Anne Griffin dkk,2005 )
Tindakan ini dilakukan pada pasien tidak sadar, pasien tidak mampu
menelan, pasca operasi mulut / oesophagus, dan dan masalah saluran pencernaan
atas, seperti tumor mulut, stenosis esophagus, fraktur tulang rahang, tidak dapat
menelan karena paralisis tenggorokan, bayi prematur yang terlalu lemah untuk
menelan, pasien yang tidak mau makan sendiri seperti psikose, pemasangan pada
hidung dilakukan pada pasien dengan pernafasan reguler, dengan menggunakan
sonde ukuran kecil, sedang pasien yang mengalami pernafasan irreguler biasanya
dipasang dengan ukuran sonde yang lebih besar dan lain lain.
“Nasogastric” terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa
Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari
Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung. Gastik berasal dari bahasa
Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan
dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut
pada tahun 1942.
Sebagai pemasangan NGT , harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta
memperhatikan keunikan variasi didalam melaksanakan tindakan secara aman dan
nyaman ( Walley dan Wong,2001 ). Memberikan makanan melalui sonde adalah
memasukkan formula cairan makanan atau obat dalam perut dengan cara
memasukkan selang makanan lewat hidung atau mulut kedalam perut, pola pasien
yang tidak bisa menelan dan tidak sadar.
Memasang sonde adalah pemasangan selang plastik lunak melalui nasofaring
klien ke dalam lambung. (Perry Dan Potter,2000)

36
Menurut Siti Bandiyah (2009) Pemberian makanan melalui selang penduga
lambung (maagslang) dilakukan pada pasien :
1) Pasien yang tidak dapat makan, menelan, atau pasien yang tidak sadar.
2) Pasien yang terus menerus tidak mau makan sehingga membahayakan
jiwanya, misalnya pasien psikiatri (kelainan jiwa)
3) Pasien yang muntah terus menerus.
4) Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, atau dismature.

Tujuan dan Manfaat Tindakan

1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan
aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general
anaesthesia)

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


1. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien
2. Sebelum dihidangkan, makanan diperiksa dahulu, apakah sudah sesuai
dengan daftar makanan / diet pasien.
3. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra
indikasi
4. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit
5. Peralatan harus bersih.

Persiapan
Persiapan Alat Dan Bahan Bagi Petugas
Baki dan alas berisi :

1. Slang nasogastrik (NGT) steril sesuai kebutuhan (Bayi : no.5-8, Anak :


no.10-14, Dewasa : no.16-18)
2. Handschoon steril 1 pasang
3. Pinset anatomi steril 1 buah
4. Spuit 5 cc
5. Jelly / vaselin
6. Stetoskop
7. Plester perekat dan gunting
8. Cucing berisi kertas lakmus

37
9. Lidi watten atau cutton bud
10. Mangkok berisi air matang (bila tidak ada stetoskop)
11. Makanan dalam bentuk cair
12. Spuit 20-50 ml
13. Corong makan (bila perlu)
14. Gelas berisi air matang untuk membilas
15. Obat-obatan (bila ada)
16. Waskom berisi larutan clorin 0,5%
17. Sampah medis dan non medis
18. Buku catatan dan alat tulis

Persiapan Pasien
1. beri tahu pasien / orang tua (pada pasien bayi atau anak-anak) tindakan
yang akan dilakukan.
2. atur posisi pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari bidan atau posisi
semi fowler dengan bantuan bantal dibelakang dan dibahu, pasien yang
gelisah / tidak tenang sebaiknya diikat kaki dan tangannya.
3. bentangkan serbet atau pengalas di bawah dagu pasien,

Persiapan Ruangan
1. pasang sampiran atau penutup tirai
2. ruangan harus bersih

Prosedur kerja
Pemasangan sonde

1. Mengecek program terapi medik, Menyiapkan alat dan disusun secara


ergonomis (secara berurutan)
2. Bersihkan daerah hidung dengan cutton
3. Pasang pengalas di daerah dada
4. Letakkan bengkok di dekat pasien
5. Ukur selang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai titik
dengan plater kecil / klem. 2 metode standar pengukuran panjang adalah
sebagai berikut :
1. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung
prosesus xifoideus
2. Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik
tengah antara prosesus xifoideus dan umbilikus
3. Berikan jelly pada ujung selang dan tutp NGT / klem
4. Masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien
dianjurkan untuk menelan, dan perhatikan reaksi pasien (hentikan
tindakan bila pasien batuk / bersin / muntah)
5. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk kedalam
lambung dengan cara :
1. Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam wascom
berisi air, buka klem / tutup NGT dan perhatikan jika ada

38
gelembung berarti ujung NGT masuk ke dalam paru, dan
jika tidak ada gelembung berarti sudah masuk ke dalam
lambung. Setelah itu di klem/ dilipat kembali
2. Masukkan udara dengan spuit 3cc ke dalam lambung
melalui NGT dan dengarkan dengan stetoskop, bila
terdengar bunyi berarti sudah masuk ke lambung, setelah
itu tarik kembali spuit untuk mengekuarkan udara yang
sudah dimasukkan
6. Stabilkan selang dengan menahannya / memplesternya ke pipi,
bukan ke dahi karena kemungkinan terjadinya kerusakan pada
lubang hidung. Untuk mempertahankan letak yang tepat ukur dan
catat panjang selangyang dimasukkan dari hidung/ mulut ke lubang
bagian distal saat selang di pasang untuk pertamakalinya. Perksa
ulang pengukuran ini setiap kali sebelum pamberian makan
7. Setelah selesai maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan
cara pasang spuit pada ujung pipa
8. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia dengan cara
menghangatkan dulu makanan cair sesuai suhu ruangan. Untuk
memulai aliran, berikan dorongan lembut dengan plunger, tetapi
kemudian lepaskan plunger dan biarkan air mengalir ke dalam
lambung berdasarkan gravitasi.

Pelepasan sonde

1. Bilas selang dengan air steril (1/2 ml untuk selang kecil, 5-15 ml / lebih
untuk selang yang besar)
2. Tutup atau klem selang untuk mencegah hilangnya makanan
3. Catat reaksi pasien pasca pemberian makanan, rapikan alat, pasien dan
lingkungan.
Petugas mencuci tangan dengan teknik 7 langkah dan dokumentasikan tindakan.
Dokumentasi :

1. Tanggal dan waktu insersi selang


2. Warna dan jumlah drainase
3. ukuran dan tipe selang
4. Toleransi klien terhadap prosedur

Hasil yang diharapkan

1. Klien tidak mempunyai keluhan mual dan muntah


2. Klien berkurang rasa nyeri dari distensi abdomen
3. Distensi abdomen berkurang
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
5. Tidak terjadi aspirasi

39
BAB VI

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

40
Kita telah melihat dan mempelajari tentang kebutuhan nutrisi kita bisa
simpulkan bahwa kebutuhan nutrisi pada manusia sangatlah penting. Banyak
sekali risiko jika tidak terlalu memperhatikan nutrisi bagi tubuh kita. Kebutuhan
nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain daandapat dicapai jika terjadi
keseimbangan dengan aspek aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam
fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi
enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-
ancaman penyakit.Permasalahan kebutuhan Nutrisi harus segera diselesaikan
dengan tindakan-tindakan yang tepat.

Selain pemenuhan Nutrisi untuk orang yang sehat, kebutuhan Nutrisi


untuk oorang sakit sangat dibutuhkan, dengan memberikan makanan secara oral
pada pasien yaitu NGT diharapkan kebutuhan Nutrisi untuk pasien dengan
keadaan tertentu tetap dapat mendapat asupan Nutrisi untuk kebutuhan yang
dibutuhkan tubuh.

4.1. Saran

Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk


diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat
dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang dengan diimbangi
dengan keadaan hidup bersihn untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan
setiap hari,karena jika tidak dilakukan setiap hari maka tubuh kita bias terserang
penyakit akibat immune tubuh yang menurun.

41

Anda mungkin juga menyukai