Anda di halaman 1dari 21

BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa,dan tugas guru adalah

sebagian besar terjadi dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan

menyediakan kondisi belajar yang optimal.Kondisi belajar yang optimal di

capai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta

mengendalikannya dalam situasi yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pelajaran.

Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar

dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar di maksudkan secara langsung

mengingatkan siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa,

menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada sisiwa,

mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah

contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud

menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan

mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran

dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa,

mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-

contoh kegiatan mengelola kelas.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Membahas tentang bagaimana pengelolaan dalam kelas

2. Membahas suatu program khusus dalam kelas

3. Membahas tentang pola tingkah laku dalam kelas

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mahasiswa diharapkan untuk dapat pengelolaan dalam proses belajar dan

mengajar

2. Mengetahui program-progran khusus dan menglola dalam sebuah kelas

3. Memahami dan mengetahui pola tingkah laku dalam sebuah kelas

2
BAB ll

PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Kata menajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata manus yang

berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabungkan

menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere

diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,

dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan

manajemen atau pengelolaan.

Menurut Oemar Hamalik menjelaskan, kelas adalah suatu kelompok

orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran

dari guru. Sedangkan menurut Ahmad kelas adalah ruangan belajar atau

rombongan belajar. Sulaiman mengartikan bahwa kelas dalam arti umum

menunjukan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas

dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah

suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi

unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.

Definisi pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang di petik dari

informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan

sebagaimana berikut ini.

3
1) Pengelolaan kelas yang bersifat otoritaif, yakni seperangkat kegiatan guru

untuk menciptakan dan menpertahakan ketertiban suasana kelas, disiplin

sangat di utamakan.

2) Pengelolaan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini

menekankan bahwa tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan

kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas

melekukan hal yang diinginkan dilakukannya. Berbuat sebaiknya berarti

guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.

3) Pengelolan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengebuahan tingkah

laku (behapioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk

mengembangkan tingkah laku siswa secara singkat, guru membantu siswa

dalam pelajaran tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip

yang di ambil dari teori penguatan (rainporcoment)

4) Pengelolan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang

positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa

kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang

beriklim positif, yaitu suasana hubungan internasional yang baik antara

guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana

seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru adalah

mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui

pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian,

pengelolan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk

4
mengembangakan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas

yang positif.

5) Pengelolan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan

sistem sosial dengan proses kelompok (grup process) sebagai intinya.

Dalam kaitan ini dipakainkan anggapan dasar bahwa pengajaran

berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian,

kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang

berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai

proses individual. Peranan guru adalah mendorong berkembangnya dan

berprestasinya sistem kelas yang efektif.

Dengan demikian, pengelolan kelas adalah seperangakat kegiatan guru

untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Jadi disimpulkan bahwa pengelolan kelas adalah berbagai jenis

kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan

menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar dikelas.

Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan

perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian

ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan

norma kelompok yang produktif, didalamnya mencakup pengaturan orang

(peserta didik) dan fasilitas yang ada.

Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif.

Seorang manajer yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan

menyusun kegiatan untuk menentukan tujuan dan sasaran khusus. Di samping

5
itu, harapan orangtua dan masyarakat supaya anak-anak atau jaman dulu

dalam sejarah. Mengelola kelas adalah suatu keterampilan yang

memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Guru kelas mengatur

sejumlah tugas secara rinci selamat mengajar setiap hari. Berikut adalah

beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari:

1. Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran

2. Melanjutkan interaksi dengan siswa

3. Melaksanakan pengajaran

4. Menggerakan siswa melalui kgatan yang berbeda

5. Mengembangkan tata tertib

6. Menciptakan lingkungan ntuk belajar

7. Termasuk mendisiplinkan siswa yang menggangu dalam proses belajar

8. Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran

9. Membuat tes dan melakukan penilaian

2. Tujuan Pengeloaan Kelas

Tujuan pengeloaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam

tujuan pendidikan. Secara umum pengelolan kelas adalah penyedia fasilitas

bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,

emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu

memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang

memberikan keputusan, suasana disiplin, perkembamgan intelektual,

emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. Tujuan pengelolaan kelas

6
adalah agar anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan

pengajaran secar efektif dan efisien.

Terkait dari penjelaan di atas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula

ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru di tuntut

mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi di dalam kelas saat

pembelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara

guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar

dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

sekalian meringankan tugas guru atau wali kelas.

3. Konsep Dasar Pengelolaan Kelas

Menurut LOIS V Jonson dan Maria bani (class room menajement)

yang di ikhtibarkan oleh DR.Made Pidarta (1970) :

1. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep lama adalah mempertahankan

ketertiban kelas

2. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep moderen adalah proses seleksi

dan penggunaan alat-alat yamg tepat terhadap problem dan situasi kelas

3. Konsep dasar pengelolaan kelas sangat perlu dan penting di pahami oleh

seorang pendidik karena konesp dasar pengelolaan kelas berperan penting

dalam menciptakan suasana kelas yang konduksif.

7
B. PERATURAN TINGKAH LAKU DI DALAM KELAS

Kegiatan pada tahun ajaran baru adalah penting karena guru dapat

merumuskan sistem aturan-aturan dan prosedur-prosedur, dan siswa-siswa

dapat mengembangkan harapan-harapan tentang tingkah laku mereka di

kelas. Evertson dan Emmer menyarankan prosedur untuk minggu-minggu

pertama masuk di kelas, yaitu :

1. Sisihkan beberapa waktu pada hari-hari pertama atau pada pertemuan

pertama di kelas untuk membicarakan aturan-aturan.

2. Beritahukan kepada siswa-siswa mengenai tata cara dalam kelas

sistematis

3. Beritahukan prosedur atau tata cara seperti yang di butuhkan oleh siswa-

siswa untuk menghadapi aspek-aspek khusus dalam kelas sehari –hari.

4. Libatkan anak dalam tugas-tugas yang mudah dan pujilah keberhasilan

mereka dalam sehari-hari pertama sekolah.

5. Gunakan kegiatan-kegiatan hanya dengan memutuskan pada seluruh

kelompok atau yang memurlukan prosedur secara sederhana, paling

sedikit beberapa hari pada hari-hari pertama masuk sekolah.

6. Jangan mengasumsikan siswa-siswa mengerti bagaimana pelaksanaan

prosedur atau tata cara dalam satu kali percobaan

Aspek pendekatan Evertson dam Emmer dalam merumuskan sistem

pengelolaan yang efektif adalah mengembangkan tanggungjawab siswa

(accountability). Fase ini meliputi beberapa tingkah laku penting yaitu:

8
1. Komunikasikan tugas-tugas sehingga tiap siswa tahu secara tepat apa

yang harus dilakukan dan bagaimana prosedur menyusun tugas.

2. Monitoring pekerjaan siswa selama di kelas dengan berkeliling diantara

siswa dan mengecek seacara sistematis kemajuan setiap siswa.

3. Periksa tugas siswa untuk memberikan umpan baik terhadap tugas yang

diberikan dan untuk memperbaiki tugas yang akan datang.

4. Berikan umpan balik kepada siswa dengan mengembalikan pekerjaan

siswa secepat mungkin.

Tanggung jawab yang utama adalah mengkomunikasikan kepada

siswa apa yang betul-betul guru maksudkan, apa yang guru katakan, dan

prosedur atau aturan-aturan apa yang telah guru buat untuk dikembalikan

pada hari-hari pertama pada tahun ajaran baru.

C. PROGRAM KHUSUS UNTUK PENGELOLAAN KELAS

Ada tiga macam program khusus yang di gunakan dalam pengolahan

kelas, yaitu konsekuensi atau tanggung jawab kelompok (group

responsibility) program token ( token reinforcement programs ), dan program

kontrak ( contingency contract program ).

1. Tanggung Jawab Kelompok Penguatan ( Reinforcement )

Dapat didasarkan pada tingkah laku seluruh kelas dengan cara

menjumlahkan tingkah laku masing-masing siswa. Permainan tingkah laku

baik adalah contoh dari pendekatan ini. Satu kelas di pisah menjadi dua

tim. Aturan khusus untuk tingkah laku baik di tetapkan. Setiap kali

9
seorang siswa melanggar satu aturan, tim dari siswa itu diberikan angka.

Tim dengan sedikit angka akan menerima hadiah khusus atau hak-hak

istimewa (istirahat lebih lama, diberikan ekstra waktu dalam membuat

eksperimen dan sebagainya) pada akhir periode. Jika kedua tim

mendapatkan lebih sedikit dari jumlah angka yang sudah di tetapkan

sebelumnya, maka kedua tim mendapatkan hadiah. Wilsone dan Hopkin (

1983 ) memimpin suatu penelitian dengan menggunakan tanggung jawab

kelompok untuk mengurangi kegaduhan, peringatan. Dalam banyak cara,

program menggunakan konsekuen atau tanggung jawab kelompok telah

sukses berdasarkan konsekuen individu.

2. Program Token Reinforcement Sistem Token Reinforcement

Penguat sekunder seperti mata uang yang dapat ditukarkan untuk

membeli kepuasaan primer dapat membantu menyelesaikan masalah ini

dengan membiarkan semua siswa mendapatkan token untuk pekerjaan

akademik dan tingkah laku positif di kelas. Token mungkin berupa angka,

check, kartu, mainan yang berbentuk uang, atau apa saja yang mudah di

indetifikasi sebagai milik siswa. Secara periodik siswa menukar token

yang telah mereka dapat untuk beberapa hadiah yang mereka inginkan.

Menurut O’Leary dan Drabmant(1981), Program token telah sukses

mengurangi tingkah laku yang mengacau, menambah belajar, dan

mengarah pada prestasi akademi yang lebih besar dalam berbagai kelas.

Siswa diberikan token untuk tingkah laku positif, dalam hal ini adalah

kartu hadiah. Dalam beberapa program siswa dilatih untuk menjadi

10
managemen, membagikan token, dan membebaskan guru untuk

memusatkan pada kegiatan lain. Variasi lain adalah membiarkan siswa

untuk mendapatkan token di kelas dan saling menukar hadiah di rumah.

Rencana ini sangat sukses ketika orang tua bersedia untuk bekerja sama.

Catatan atau laporan tertulis selalu dikirim kerumah setiap hari atau dua

kali seminggu. Pedoman akan diberikan pada orang lain.

3. Program Kontrak

Guru menyusun kontrak indipidu dengan setiap siswa untuk

menjelaskan secara tepat apa yang harus siswa lakukan untuk

mendapatkan hak-hak khusus atau hadiah. Proses negosiasi dapat menjadi

pengalaman pendidikan itu sendiri sebagai siswa yang belajar untuk tujuan

yang pantas dan patuh pada aturan. Di kelas, sebaiknya kita mencari

nasihat dari seorang professional. Seiring konselor sekolah, pisikolog atau

kepala sekolah dapat membantu. Sebaliknya, kita harus tetap hati-hati

menggunakan program hadiah ini. Penerapan yang tidak tepat dan metode

yang diberikan hadiah eksternal, dapat mengurangi motivasi instrinsik

siswa untuk belajar. Tujuan pengajaran adalah untuk membantu siswa

menjadi belajar yang mandiri .

4. Disiplin Kelas

Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan

dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Sedangkan

The Liang Gie memberikan pengartian disiplin adalah suatu keadaan tertib

11
dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.

Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur

prilaku anak dalam mencapai tujuan pendidikan, sedangkan prilaku yang

harus dicegah atau dilarang, dan sebaliknya harus dilakukan. Pembentukan

disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan

taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu

saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline).

Artinya ia berprilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena

paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.

Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah

ketaatan pada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah

sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Siswapun bertanggung jawab

untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang tidak

tegang, ada kebebasan tapi ada pula karena mematuhi peraturan dan tata

tertib sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin

adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara

dasar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan

dimana suatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada

suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak

langsung .

12
Disiplin kelas merupakan bagian yang penting dalam dinamika

kelas, disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya

pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah

disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian

hukuman pada seorang atau sekelompok orang dapat dihindari. Disiplin

kelas dapat diartikan juga sebagai suasana tertib dan terpaut akan tetapi

penuh dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam

mewujudkan proses belajar mengajar.

a. Menggunakan Teknik Penanganan Disiplin Kelas

Dalam melakukan disiplin kelas diperlukan pula teknik

penanganan disiplin kelas. teknik-teknik tersebut meliputi :

1) Persuasif

Guru hendaknya mampu melakukan bujukan kepada

murid,misalnya mengerjakan tugas,mendorong hadir lebih awal,serta

tindakan disiplin lainya,karena bujukan atau rayuan yang diberikan

kepada siswa cenderung akan memberikan pengaruh sikap

patuh,dibandingkan dengan menggunakan pemaksaan langsung yang

dapat menimbulkan sikap memberontak.

2) Pemberian Contoh

Guru sebagai fasilitator utama harus dapat memberikan contoh

atau teladan bagi siswanya. Contoh tersebut bukan hanya diberikan

sekali atau dua kali saja tetapi harus dilakukan secara berulang kali

tanpa bosan. Disiplin bagi guru memang hendaknya sudah menjadi

13
bagian dari sikap hidupnya, sehingga jika apa yang dicontohkan

belum ditiru oeh siswanya, maka guru tersebut tidak akan merasa

frustasi atau menyerah begitu saja.

3) Curah Pendapat

Curah pendapat dapar dilakukan dengan cara mensosalisasi

tata tertib/peraturan dengan mengadakan curah pendapat dengan

siswa, sehingga siswa menjadi lebih mengenal dan akrab dengan tata

tertib tersebut dan merasa bahwa tata tertib tersebut merupakan hasil

kesepakatan bersama. Pada akhirnya mereka akan merasa memiliki

dan ikut berperan serta.

4) Penegakan tata tertib

Tata tertib dan peraturan kelas merupakan sesuatu yang di

gunakan untuk mengatur prilaku yang di harapkan terjadi pada siswa.

Peraturan dan tata tertib menunjuk pada patokan atau setandar yang

sifatnya umum yng harus di taati siswa. Oleh karena itu, tata tertib dan

peraturan perlu di tegakan untuk bisa mencapai tujuan yang di

harapkan. Tata tertib yang berlaku secara umum meliputi tiga unsur:

 Perbuatatn atau perilaku yang di haruskan dan yang di larang

 Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau

pelanggar peraturan

 Cara atau perosedur untuk menyampaikan peraturan kepada

subjek yang di kenai aturan

14
b. Melakukan upaya-upaya pengembangan disiplin kelas

Dalam mendisplinkan kelas, juga di perlukan adanya upaya-

upaya untuk mengembangkan disiplin kelas. Upaya-upaya tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Preventif

Upaya preventif merupakan upaya yang bersifat pencegahan.

Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membuat tata tertib dan

peraturan, menetapkan sanksi natau hukuman bagi yang melanggar

peraturan, memberikan kesadaran pada murud mengenai arti penting

disiplin, dan memberikan hadiah (reward) atau penguatan bagi yang

dapat menaati tata tertib sebagai bentuk motivasi, misalnya dengan

memberikan pujian,mengacungkan jempol.

2) Kuaratif

Upaya kuaratif merupakan upaya yang dilakukan apabila telah

terjadi pelanggaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara

melakukan bimbingan terhadap siswa, memberikan hukuman yang

sesuai, dan menuliskan skor pelanggaran hingga batas maksimal yang

ditentukan.

D. MENGIDENTIFIKASI MASALAH-MASALAH DI KELAS

Masalah-masalah pengelolaan kelas terdapat dua macam masalah

pengelolaan kelas, yaitu:

15
1. Masalah individual

1) Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian)

2) Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukan kekuatan)

3) Revenge seeking beharviors (polaperilaku menunjukan balas

dendam)

4) Helpessness (peragaan ketidak mampuan)Keempat masalah

individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan

atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya vakan merugikan

dirinya sendiri tetapijuga dapat merugikan orang lain atau kelompok.

2. Masalah Kelompok

1) Kelas kurang kohesif karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan

social ekonomi dan sebagainya

2) Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah di sepakati

3) Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya

4) “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelomppok

5) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatianya dari tugas yang

tengah

Dalam mengidentifikasi masalah-masalah dalam kelas terdapat

beberapa dimensi pengelolaan kelas,yaitu:

1. Dimensi pencegahan (preventif)

Merupakan tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format

belejar mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di

sekolah kita dapat menempuh berbagai usaha antara lain:

16
1) Meningkatkan kesadaran tinggi dari guru

2) Meningkatkan kesadaran siswa

3) Sikap tulus dari guru

4) Menemukan dan pengenalan alternative pengelolaan

2. Dimensi penyembuhan (action)

Merupakan kegitan yang dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan.

Adapun hal yang bisa di jadikan pertimbangan bagi guru adalah:

1) Lakukan tindakan dan bukan ceramah

2) Do not bargain

3) Gunakan control kerja

4) Nyatakan peraturan dan konsekuensinya

3. Dimensi penyembuhan

Dimaksud untuk membina kontrak social yang tidak jalan. Bentuk dari

situasi ini:

1) Siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah

2) Siswa menolak konsekuensi

3) Siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah di buat

17
E. PEMANFAATAN WAKTU

1. Cara mengatur waktu belajar

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau siswa

adalah banyak pelajar atau siswa yang mengeluh kekurangan waktu untuk

belajarnya, tetapi mereka sebenernya kurang memiliki keteraturan dan di

siplin untuk mempergunakahn waktu secara efisien. Banyak waktu yang

terbuang buang di sebabkan karna mengobrol omongan-omongan yang tidak

ada habis-habisnya. Sikap yang demikian itu harus ditinggaklkan oleh siswa

karena yang demikian itu tidak bermanfaat baginya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai

kesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan

berdisplin memanfaatkan waktunya. Dalam ajaran Islam disiplin dalam

memanfaatkan waktu sangat di anjurkan, disiplin bukan hanya dalam

memenfaatkan waktu sangat dianjurkan,disiplin bukan hanya dalam

pemanfaatan waktu begitu saja,tetapi disiplin perlu juga di lakukan oleh

setiap orang dalam setiap waktu dan kesempatan.

Dalam belajar pemanfaatan waktu secara baik dan di kerjakan dengan

baik dan tepat waktu adalah merupakan hal yang terpuji. Dari uraian di atas

dapat di pahami bahwa penggunaan atau pemanfaatan waktu dengan baik

menumbuhkan disiplin dalam mempergunakan waktu secara efisien.

2. Pengelompokan waktu

Banyak siswa yang belajarnya yang kurang dapat memanfaatkan

waktunya dengan sebaik baiknya Karena tidak dapat membagi-bagi waktunya

18
untuk macam-macam keperluan, oleh karena itu, berbagai segi dan teknik

untuk mengatur pemakaian waktu perlu di pahami sebagai langkah untuk

mengenbangkan keterampilan mengelola waktu study.

3. Penjatahan waktu belajar

Setiap siswa perlu mengadakan belajar secara teratur setiap hari harus

mempunyai rencana kerja.Agar siswa tidak banyak membuang waktu untuk

memikirkan mata pelajaran yang akan di pelajari suatu saat dan apa yang

harus dikerjakannya.Oleh karena itu agar siswa tidak dihindapi keraguan-

keraguan terhadap apa yang hendak dipelajarinya maka ia harus punya

rencana kerja atau daptar waktu dalam belajar.

Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik adalah sebagai berikut.

1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur,

belajar, makan, mandi, olahraga dan lain-lain.

2) Manyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari.

3) Merencanakan pengguanaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-

jenis mata pelajaran dan urutan-urutan yang harus dipelajari.

4) Menyelidiki waktu –waktu mana yang dapat di pergunakan untuk belajar

dengan hasil terbaik.

5) Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu untuk memulai

pekerjaan, terrmasuk juga belajar.

19
BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja

dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya

proses belajar-mengajar kelas.Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya-

upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar(penghentian prilaku peserta didik yang menyelewangkan

perhatian kelas,pemberian ganjaran,penyelesaian tugas oleh peserta didik secara

tepat waktu), penetapan norma kelompok yang produktif , didalamnya mencakup

pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

Majid,Perencanaan Pembelajaran,Bandung:Rosda Karya,2005

Drs,Syaiful Bahri Djamarah & Drs.Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar,

Jakarta:Asdi Mahasatya,2006

[1] Majid.Perencanaan Pembelajaran,(Bandung:Rosda Karya,2005)Hal.244

[2] Drs.Syaiful Bahri Djamarah & Drs.Aswan Zain,Strategi Belajar

Mengajar,(Jakarta:Asdi Mahasatya,2006),Hal.327

[3] Mesjid, Perencanaan Pembelajaran, ( Bandung: Rosda Karya,2005) Hal.213

[4] Drs. Syaiful Bahri Djamarah & Drs. Aswan Zain,Strategi Belajar

Mengajar,(Jakarta:Asdi Mahasatya,2006),Hal.344

21

Anda mungkin juga menyukai