LP Pneumonia
LP Pneumonia
Disusun oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar (KD) yang di
berikan oleh Dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang Asuhan
Keperawatan Pada Penyakit Pneumonia dengan pertimbangan materi yang ada merupakan bahan
Ujian Akhir Semester dan bekal ketika praktek di rumah sakit sehingga dapat membantu untuk
lebih memahami materi Asuhan Keperawatan.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik
dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman
sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini,kami membahas tentang Tindakan Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pada kasus penyakit Pneumonia
yang membahas :
1. Bagaimana Melakukan pengkajian pada pasien pneumonia??
2. Bagaimana melakukan analisa data pada pasien pneumonia??
3. Bagaimana merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul??
4. Bagaimana merumuskan intervensi keperawatan ??
5. Bagaimana melakukan tindakan keperawatan ??
6. Bagaimana melakukan evaluasi tindakan??
C. Tujuan Penulisan
1. Umum
Tujuan umum dari karya tulis ini ilmiah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata
kepada penulis dalam pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan keperawatan pada
pasien pneumonia.
2. Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien pneumonia
b. Melakukan analisa data pada pasien pneumonia
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul
d. Merumuskan intervensi keperawatan
e. Melakukan tindakan keperawatan
f. Melakukan evaluasi tindakan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya
ilmu keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi institusi
Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literature atau referensi
pembuatan makalah selanjutnya
b. Manfaat bagi mahasiswa
Kepada mahasiswa diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam membuat
dokumentasi asuhan keperawatan.
E. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode yang dijelaskan sebagai berikut:
1. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam makalah ini, penulisan menggunakan kajian pustaka (Library Research)
dimana data-data yang diperlukan dalam penyusunan diperoleh melalui sumber-sumber
tertulis berupa buku-buku serta mesin pencari informasi dalam internet yang berkaitan
dengan pokok permasalahan yang diajukan dan mendukung pembahasan sehingga
validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.
2. JENIS DATA
Data yang dipergunakan adalah data sekunder, baik berupa data kuantitatif maupun
kualitatif yang diambil dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok bahasan,
sehingga penulis meringkas langsung suatu sumber dengan tidak menggandakan
keseluruhan isi buku tapi menyelipkan beberapa tanggapan penulis.
3. SIFAT TULISAN
Penulisan ini menggambarkan tentang skema dokumentasi keperawatan. Selain itu
juga belajar untuk menerapkannya dalam kehidupan keprofesian kelak yang akan dihadapi.
4. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : KONSEP TEORITIS KDM OKSIGENISASI
Dalam bab ini dibahas mengenai definisi oksigenasi, jenis oksigenisasi, faktor-
faktor yang mempengaruhi oksigenisasi dalam tubuh, dan pengukuran kebutuhan
oksigenisasi dalam tubuh.
BAB III : KONSEP TEORITIS PENYAKIT
Dalam bab ini diuraikan tentang anatomi fisiologi sistem pernafasan, definisi
pneumonia, etiologi pneumonia, patofisiologi pneumonia, manisfestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan, woc (web of
coution), dan cara pembuatan asuhan keperawatan secara teoritis.
BAB IV : TINJAUAN KASUS
bab ini menampilkan pembahasan dari hasil pengkajian. diagnosa
keperawatanperencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang dicapai.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis.
BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT
Sinus Paranasalis
Daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia
berada, terdiri dari sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus
maksilaris. Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,
meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara manusia dengan ruang
resonansi.
Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Laring
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakhea di bawahnya.
Saluran pernafasan bagian bawah ( lower airway )
Ditinjau dari fungsinya secara umum, saluran pernafasan bagian bawah terbagi menjadi
dua komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Saluran udara konduktif
Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis, terdiri atas trakea, bronki dan
bronkioli.
b. Satuan respiratorius terminal (kadang kala disebut dengan acini).
Saluran udara konduktif, fungsi utamanya sebagai penyalur (konduksi) gas masuk
dan keluar dari satuan respiratorius terminal, yang merupakan tempat pertukaran gas
yang sesungguhnya. Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratorius terminal.
Gambar 1-2:laring
Sumber: : http://sistem-pernafasan-manusia.html
Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter panjangnya. Trakea berjalan
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronkus (bronkhi).
Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafragma. Diafragma adalah sekat rongga
badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut.
Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru sebelah kiri dan paru-paru
sebelah kanan. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri terdiri
atas 2 gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang disebut selaput pleura. Selaput
pleura sebelah luar yang berbatasan dengan dinding bagian dalam rongga dada disebut
pleura parietal, sedangkan yang membungkus paru-paru disebut pleura visceral. Diantara
kedua selaput terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk
mengatasi gesekan pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.
Fisiologi pernafasan
Proses respirasi dapat dibagi dalam tiga proses mekanis utama yaitu sebagai berikut:
a. Ventilasi pulmonal, yaitu keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-
paru
b. Difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
c. Transportasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel-sel.
Proses fisiologis respirasi yang memindahkan oksigen dari udara ke dalam jaringan
dan karbon dioksida yang dikeluarkan ke udara dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu
sebagai berikut:
1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) serta antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus-alveolus.
3. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
B. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau
tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium.
(secara anatomis dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.
Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan irama dan terapi
radiasi.( Dongoes, Marilynn E. 1999. Hal-164)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak
didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Indonesia
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen
Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan
penyakit yang banyak dijumpai.
C. Etiologi Pneumonia
Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi dapat juga oleh bahan-bahan
lain, sehingga dikenal:
1. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti berilium
3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen,
seperti debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes
thermofilik.
4. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
5. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
6. Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik
pneumonia
7. Microorganisma
Reaksi sistemis,
bakterimia/viremia,
anoreksia, mual, demam,
Edema trakea/
penurunan berat badan dan
faringeal
Penurunan jaringan efektif paru dan kerusakan kelemahan
Peningkatan
membrane alveolar-kapiler
produksi sekret
Sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, pola Peningkatan laju metabolism
nafas tidak efektif umum
Bentuk produktif
Sesak nafas Intake nutrisi tidak adekuat
Penurunan Tubuh makin kurus
kemampuan Ketergantungan aktivitas
batuk efektif sehari-hari
Gangguan pertukaran gas Kurangnya pemenuhan
istirahat dan tidur
Kecemasan
Pemenuhan informasi
Ketidak efektifan
bersihan jalan
nafas
Perubahan pemenuhan gizi kurang dari
kebutuhan
Gangguan pemenuhan ADL (activity daily
living)
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
Kecemasan
(Arif Mutaqin, 2008. Hal 101 Ketidaktahuan/ pemenuhan informasi
gambar 3-12) hipertermi
E. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi pneumonia sangat berpariasi dari yang sangat ringan sampai
berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian tapi hal itu sangat jarang terjadi. Infeksi
pneumonia yang sangat ringan atau sub klinis biasanya manifestasinya klinik
apapun.sedangkan infeksi yang berat dapat menimbulkan bermacam manifestasinya atau
komplikasinya baik respiratorik maupun non respiratorik . diantara yang terkena infeksi
pneumonia hanya kira-kira 5-10% yang perlu rawat mondok. Paru adalah merupakan tempat
infeksi yang terutama.
Penyakit ini termasuk self limited, tapi pada keadaan tertentu atau adanya
immunodesfisiensi dapat mengalami komplikasi yang berat tanpa adanya pengobtan, infeksi
saluran nafas atas (ISNA) sembuh 1-3 minggu dan pneumonia dapat menetap sampai 4-6
minggu tapi dengan pengobatan yang cepat dan tepat dapat memeperpendek manifestasi
klinik,kira-kira setengah kali lebih cepat gejala yang umum pada infeksi pneumonia dan
yang kepala,malaise.
Demam merupakan manifestasi pederita mengalami demam,tapi biasanya jarang lebih
dari batuk juga ditemukan hampir 100% pada penderita pneumonia yang bersifat proxismal
dan non produktif dan biasanya menjadi prominen 2 atau 3 dari setelah demam. Keadaan ini
sering memerlukan obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan
sputum yang encer berwarna putih,tapi jarang terjadi sputum yang purulent.
Malaise kira-kira dari penderita dan sakit kepala sering terjadi mengawali dari gejala.
Beberapa pasien juga ada yang mengeluh sakit dada,pilek,serak,gemetar. Infeksi saluran
nafas atas juga dapat menyertai infeksi pneumonia yaitu faringitis hampir 50% dari
penderita.infeksi telinga kira-kira 20% terdiri dari otitis media,otitis eksterna dan bullous
myringitis,semua keadaan ini telah pernah dijumpai berhubungan dengan infeksi pneumonia
.menderita pneumonia akan selalu menderita demam ditambah infeksi saluran nafas atas
disertai myringtis,faringitis,bronchitis atau kombinasi ketiganya.
Pada pemeriksaan fisik auskultasi ditemui ronki basah hampir 75%dari kasus yang
biasnya di sebelah bawah paru kanan. Laporan beberapa kasus dengan gejala yang tidak
spesifik yang diduga mempunyai latar belakang belakang infeksi pneumonia yaitu paru
destruktif yang kronik dan bronchitis,dimana gambaran radiolagik paru tidak sesuai dengan
gambaran klinik yang ada dan ditemuinya pinggian titer antibody terhadap pneumonia.
Insidens asma yang meningkat pada infeksi pneumonia diduga bahwa pneumonia
berpengaruh terhadap tonus bronkus yang menyebabkan bronkokontruksi.jadi dengan
seiringnya infeksi yang berulang dari pneumonia ada kemungkinan bahwa organisme ini
dapat berperan dalam menimbulkan problem paru kronis.
F. Komplikasi
Penyebaran dari infeksi di dalam paru-paru adalah pleural effuse ringan merupakan
komplikasi pulmonal yang paling sering komplikasi yang berat dapat terjadi pada keadaan
tertentu tapi jarang, misalnya swyerjames syndrome atau mc leod syndrome,massive pleural
effuse,pulmonary fibrosis.
Bronkiolitis obliterans dan respiratori distress syndrom pada dewasa-dewasa yang dapat
menyebabkan kematian .komplikasi extra pulmonal biasanya terjadi sebagai komplikasi dan
penyakit pulmonal,tapi pada beberapa kasus tidak ditemui gejala pneumonia. Disini
diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur yang positif dari pneumonia atau
adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer antibody komplemen fiksasi terhadap
pneumonia.
Gastrointestinal
Komplikasi gastrointestinal jarang gejala yang ringan dapat berupa diare,mual,muntah
dan anoreksia.masel dkk pernah menemui kasus dengan hepatomegali dan
hepatosplenomegali pada penelitian.
Kulit
Komplikasi pada kulit jarang dan biasanya bersifat sementara terlihat rash yang
bervariasi dari macular,vesicular sampai eritmea multiforme mayor.beberapa pasien
dengan pneumonia mendapat lesi yang melepuh pada mulut,mata,kulit .umumnya lesi ini
akan sembuh semopurna tanpa meninggalkan cacat apabila diobati dengan baik tapi
apabila lesi sudah mengenai cornea dapat menyebabkan kebutaan.
Darah
Hemolitik anemid dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer aglutamin dingin yang
sangat tinggi.yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat,penurunan angka
hematokrit,sampai 50%,keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari perjalanan
penyakit.
Neurologi
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000 mm3. Dalam keadaan leucopenia,
laju endap darah biasanya meningkat hingga 100 mm/ jam. Saat dilakukan biakan
sputum, darah, atau jika dimungkinkan cairan efusi pleura, untuk biakan aerobic dan
nonaerobik, untuk selanjutrnya dibuat pewarnaan gram sebagai pegangan dalam
pemberian antibiotic. Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat dari sputum saluran
pernafasan bagian bawah. Selain contoh sputum yang diperoleh dari batuk,bahan dapat
diperoleh dari swap tenggorokan atau laring, pengisapan lewat trakea, bronkhoskopi,atau
pengisapan lewat dada bergantung pada indikasinya. Pemeriksaan analisa gas darah
(AGD/Astrup) menunjukkan hipoksemia sebab menunjukkna ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi di daerah pneumonia.
2. Pemeriksaan Radiologis
Sebaiknya dibuat foto thoraxs posterior-anterior dan lateral untuk melihat keberadaan
konsolidasi retrokardial sehingga lebih mudah untuk menentukan lobus mana yang
terkena karena setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus
inferior lebih sering terkena, lobus atas dan lobus bawah juga bisa terkena. Yang khas
adalah tampak gambaran konsolidasi homogeny sesuai dengan letak anatomi lobus yang
terkena
Densitasnya tergantung pada intensitas eksudat dan hamper selalu ada bronkhogram
udara. Pada masa akut, biasanya tidak ada pengecilan volume lobus yang terkena
sedangkan pada masa resolusi mungkin ada ateletaksis sebab eksudat dalam saluran
pernafasan dapat menyebabkan obstruksi. Kebanyakan lesi terbatas pada satu lobus,
tetapi juga dapat mengenai lobus lain. Mungkin ada efusi pleura yang dapat lebih mudah
dilihat dengan foto dekubitus lateral.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi lobus karena mulai dari perifer gambaran
konsolidasi hamper selalu berbatasan dengan permukaan pleura viseralis. Pada sisi yang
berbatasan dengan pleura viseralis gambaran batasnya tegas tapi ssi yang lainnya
mungkin tidak berbatas tegas. Gambaran radiologi yang tidak khas kadang-kadang bisa
didapatkan pada bronchitis menahun dan emfisema.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut :
1. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.
2. Latihan bentuk efektif dan fisiotheraphy paru.
3. Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).
4. mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).
5. pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi apabila penyakit
berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian antibiotik berdasarkan usia, keadaan
umum, kemungkinan penyebab, seperti pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.
6. penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan.
I. Pencegahan
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk
membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia
Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang
dewasa yang beresiko tinggi:
# Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus pneumoniae)
# Vaksin flu
# Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type b).
J. WOC (Web Of Coution)
Gangguan difusi
Bersihan jalan Mukus bronkus Peningkatan Peningkatan Edema paru
dalam plasma
nafas tidak meningkat peristaltik usus metabolisme
efektif
Gangguan
Bau mulut tidak Malabsorbrsi Evaporasi Pengerasan
pertukaran gas
sedap meningkat dinding paru
Intake kurang
Gangguan Suplai O2
keseimbangan menurun
cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari
Hipoksia
kebutuhan
Hiperventilasi
Metabolisme
anaeraob meningkat
Dispneu
Akumulasi asam
Retraksi dada /
laktat
nafas cuping
hidung
Fatigue
Gangguan pola
nafas
Intoleransi
aktivitas
K. Asuhan Keperawatan Teoritis
I. Pengkajian
Pola kebiasaan pasien
a. Bernafas
Sputum merah muda, berkarat, atau purulen, kesulitan bernafas, batuk kering.
b. makan dan minum
Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah.
c. Eliminasi
BAB dan BAK normal.
d. Gerak dan aktivitas
Kelemahan, kelelahan.
e. Istirahat dan tidur
Insomnia
f. Pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh meningkat
g. Rsa nyaman
Sakit kepala, nyeri dada
h. Rasa aman
Berkeringat, menggigil, dan gemetar
i. Data sosial
Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jaln nafas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, kelemahan pisik umum, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubngan dengan demam diaforesis
dan intake oral sekunder terhadap proses pneumoni
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru dan
kerusakan membrane alpiolar kapiler
5. Gangguan pola nafas berhubungan dengan skresi mukus yang kental yang
mengganggu jalan nafas
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas sekunder
terhadap pneumonia
III. PERENCANAAN
No Hari/ Diagnosa Rencana Tujuan & Rencana Tindakan Rasional Paraf
Tgl/ Keperawatan
Jam Kriteria Hasil
3. berikan posisi
3. posisi semi
semi fowler
fowler
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan
upaya bernafas.
4. ajarkan pasien 4.Ventilasi
untuk batuk maksimal
efektif membuka area
atelektaksis dan
meningkatkan
gerakan secret ke
jalan nafas besar
untuk dikeluarkan.
5. pertahankan 5. hidrasi yang
intake cairan adekuat
sedikitnya 2500 membantu
ml/hari kecuali mengencerkan
tidak secret dan
diindikasikan mengefektifan
pembersihan jalan
nafas
6. kolaborasi
6. pengobatan
pemberian
antibiotic yang
antibiotik
ideal berdasarkan
pada tes uji
resistensi bakteri
terhadap jenis
antibiotic sehingga
lebih mudah
mengobati
pneumonia
4.Menurunkan
4.tingkatkan
konsumsi oksigen
tirah baring,
selama periode
batasi aktivitas, penurunan
dan bantu pernapasan dan
kebutuhan dapat
perawatan diri menurunkan
sehari-hari beatnyan gejala
sesuai keadaan
klien.
5.Penurunan
5.kolaborasi
kadar O2 ( PO2)
Pemeriksaan dan atau satu rasi
AGD peningkatan PCO2
menunjukan
kebutuhan untuk
interpensi atau
perubahan
program terapi
4. Berikan 4. Untuk
penjelasan pada mengatasi demam
pasien dan dan menganjurkan
keluarga tentang pasien dan
hal-hal yang keluarga untuk
dilakukan untuk lebih kooperatif
menurunkan
suhu
5. Peningkatan
5. Anjurkan
suhu tubuh
pasien untuk
mengakibatkan
banyak minum
penguapan cairan
kurang lebih 2,5-
tubuh meningkat
3 liter/hari dan
sehingga perlu
jelaskan
diimabngi dengan
manfaatnya
asupan cairan
yang banyak
6. Memberikan 6. Antipiretik
antipiretik untuk adalah obat
menurunkan penurun suhu
suhu tubuh tubuh yang biasa
dipakai di RS,
IV. IMPLEMENTASI (DEFINSI TEORITIS)
V. EVALUASI
A. Pengkajian
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN M.T
DENGAN PNEUMONIA DI RUANG MELATI RSU STIKES BALI
TANGGAL 6-7 JANUARI 2012
Pengkajian dilakukan pada tangal 6 Januari 2012 pukul 08:00 WITA di Ruang Cempaka
RSU STIKES BALI dengan metode observasi langsung, wawancara, pemeriksaan fisik dan
catatan medik pasien.
Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
Nama : M.T RM
Umur : 50 th 45 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin Kawin
Suku bangsa/ Bangsa : WNI WNI
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : PNS PNS
Alamat : Br.Bumi Sari Br.Bumi Sari
Alamat terdekat : Br.Bumi Sari Br.Bumi Sari
Nomor telepon : - -
Diagnosa Medis : Pneumonia
Sumber biaya : Askes
Nomor register : 01485966
Tanggal MRS : 6 Januari 2012
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien menggatakan sebelum masuk rumah sakit mengeluh sesak nafas yang disertai
dengan batuk.
3. Pola Kebiasaan
a. Bernafas
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan sudah mengalami sesak sejak sebulan yang lalu
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan mengalami kesulitan saat bernafas RR=28 x/mnt, pasien batuk
berdahak. Pasien menggunakan breathing mask 02->8liter dan menggunakan
napas cuping hidung.
Minum
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan biasa minum air putih dengan jumlah 5-6 gelas per
hari dan juga tidak dirasakan keluhan dalam hal minum.
Saat pengkajian :
Pasien mengtakan ketika sakit hanya menghabiskan 3-4 (600 cc) gelas per
hari.
c. Eliminasi
Buang Air Besar
Sebelum sakit, pasien mengatakan biasa buang air besar 1 kali sehari.
Pada saat pengkajian, pasien mengatakan belum buang air besar dari
kemaren.
Buang Air Kecil
Saat di kaji pasien mengatakan baru buang air kecil sebanyak 1 kali
f. Kebersihan diri
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari,
menggosok gigi 2 kali sehari dan keramas tiap 3 hari sekali. Pasien mengatakan
mengganti pakaian setiap hari.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan pada saat sakit hanya di lap dengan kain basah dan hanya
berkumur.
i. Rasa Aman
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak merasakan kecemasan
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan sedikit khawatir akan keadaannya, namun dia yakin akan bisa
sembuh.
j. Data sosial
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan komunikasi dengan tetangga baik. Dan komunikasi dengan
keluarga cukup harmonis.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan hubungan antara keluarga baik dan komunikasi dengan
pasien lain kurang baik karena kesulitas berkomunikasi diakibatkan kesulitan
bicara karena sesak.
l. Rekreasi
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan sebelum sakit biasa menonton televisi di rumah bersama
anggota keluarga yang lain.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakansetelah sakit hanya dapat berbincang- bincang dengan
keluarganya.
m. Belajar
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang penyakitnya.
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan mengerti dengan tindakan yang di berikan serta bersedia
melaksanakan prosedur keperawatan.
n. Ibadah
Sebelum pengkajian:
Pasien mengatakan beragama hindu, sebelum masuk rumah sakit pasien biasa
sembahyang setiap hari,
Saat pengkajian:
Pasien mengatakan setelah sakit hanya dapat sembahyang di tempat tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran :Compos Mentis
Bangun tubuh :Gemuk
Postur tubuh :Tegak
Cara berjalan :Normal
Gerak Motorik :Normal
Keadaan kulit
1. Warna kulit :Sawo matang
2. Turgor kulit :Elastis
3. Kebersihan :Bersih
4. Luka :tidak ada luka
Gejala Kardinal
1. TD :140/90mmHg
2. N :100 x/menit
3. S :38o C
4. R :28 x/menit
Ukuran Lain
1. TB : 165
2. BB : 80
b. Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala bersih, warna rambut hitam, sudah uban dan
tidak kering .
c. Mata
Bentuk mata simetris , reflek mata baik, pupil isokor.
d. Hidung
Bentuk simetris,pasien tampak menggunakan O2 -> 8liter dengan breathing mask.
Pasien tampak menggunakan napas cuping hidung.
e. Telinga
Bentuk simetris,pendengaran baik,tidak ada nyeri tekan, kebersihan cukup,tidak ada
pembengkakan pada aurikel.
f. Mulut
Bentuk mulut simetris,mukosa bibir kering, lidah simetris dan bersih.
g. Leher
Bentuk simetris, tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid,arteri karotis teraba,
pembesaran vena jugularis (-)
h. Thorax
Bentuk simetris, Ronchii (+) ,gerakan dada terbatas, suara jantung s1 s2 tunggal
regular,
i. Abdomen
Frekuensi bising usus normal 8 x/menit, tidak ada lesi dan nyeri tekan Ascites (-)
j. Genetalia
Tidak terkaji
k. Anus
Tidak terkaji
l. Ekstremitas
- atas :Bentuk normal,jari-jari tangan lengkap, tidak terdapat edema,pergerakan
terkoordinasi, tangan kanan terpasang infuse IVFD RL 20 tts/menit,
sianosis (-), CRT < 3 detik
bawah :Bentuk simetris,kekuatan otot menurun, turgor kulit menurun.
Kekuatan otot
444 444
444 444
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Hematologi
Ph 7,480 7,350-7,450
H𝑐 − 27,000 32,000-48,000
6. Data Fokus
DS DO
7. Analisa Data
Analisa Data pada Pasien Tn. M.T. dengan pneumonia
di ruang Cempaka RSU Stikes Bali Tanggal 6 Januari 2012
9. Analisa Masalah
a. P : Jalan nafas tidak efektif
b. E : Peningkatan secret yang menyumbat jalan nafas
c. S : Pasien mengatakan sesak nafas
Proses Terjadinya: Ketidakefektifan bersih jalan nafas berhubungan dengan Sekresi yang
kental atau sekresi yang berlebihan sehingga menyumbat jalan nafas
dan menjadi sesak.
Akibat jika tidak ditanggulangi: Akan menganggu jalan nafas secara terus menerus
sehingga pasien mengalami sesak yang dikawatirkan
dapat mengancam nyawa. (Doenges, 1999 : 166)
Akibat jika tidak ditanggulangi: Jika pasien mengalami panas lebih tinggi dikawatirkan
mengalmi kejang dan mengganggu system kinerja otak
dan dapat menyebabkan kematian. (Doenges, 199 : 875)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektif.
2. Gangguan pertukaran gas
3. Hipertemia
C. Perencanaan
1. Prioritas Masalah
a. Jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Hiperthermia / Peningkatan suhu tubuh
2. Rencana keperawatan
No Hari/ Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan & Rencana Tindakan Rasional Paraf
Tgl/
Jam Kriteria Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah di berikan 1. kaji fungsi pernafasan yang 1. penurunan bunyi nafas
bersihan jalan nafas askep selama 2×24 meliputi bunyi nafas, irama, menunjukkan ateletaksis,
berhubungan dengan jam, diharapkan kedalaman, dan penggunaan otot ronkhi menunjukkan
Sekresi mukus yang nafas pasien lebih bantu nafas akumulasi secret dan
kental atau sekresi yang efektif dengan ketidakefektifan pengeluaran
berlebihan di tandai hasil: sekresi yang selanjutnya dapat
dengan pasien menimbulkan penggunaan
1. pasien tidak
mengeluh sesak nafas otot bantu nafas dan
tampak batuk dan
saat beraktivitas ringan peningkatan kerja pernafasan.
sesak
dan badan terasa lemah
2. kaji kemampuan pasien 2. Pengeluaran sulit bila secret
sulit untuk 2. bersihan jalan mengeluarkan sekresi. Lalu catat sangat kental (efek infeksi dan
mengeluarkan nafas kembali karakter dan volume sputum hidrasi yang tidak adekuat)
dahaknya, pasien sering efektif tanpa
batuk berdahak menggunakan otot
bantu nafas
3. berikan posisi semi fowler 3. posisi semi fowler
3. Pasien bisa memaksimalkan ekspansi paru
mengeluarkan dan menurunkan upaya
dahak bernafas.
4. Pasien bisa
3.Membuat tahanan melawan
bernapas dengan 3.ajarkan dan dukung pernapasan
udara luar untuk mencegas
hidung dengan bibir selama ekspirasi khususnya
kolap atau penyempitan jalan
biasa untuk klien dengan fibrosis dan
nafas sehingga membantu
kerusakan prenkim paru.
penyebaran udara melalui
paru dan mengurangi nafas
pendek.
4.Menurunkan konsumsi
4.tingkatkan tirah baring, batasi oksigen selama periode
aktivitas, dan bantu kebutuhan penurunan pernapasan dan
perawatan diri sehari-hari sesuai dapat menurunkan beatnyan
keadaan klien. gejala
3 Peningkatan suhu tubuh Setelah di berikan 1. Kaji saat timbulnya demam 1. Dapat didentifikasi pola/
(hipertermi) askep selama 2×24 tingkat demam
berhubungan dengan jam, diharapkan
2. tanda-tanda vital
proses infeksi suhu tubuh normal 2. Observasi tanda-tanda vital :
merupakan acuan untuk
penyakit (viremia) dan dengan hasil: suhu, nadi, tensi, pernafasan
mengetahui keadaan umum
peningkatan setiap
1. suhu tubuh kien
metabolism yang
normal (36,20C- 3. Berikan penjelasan tentang
ditandai dengan badan 3. Penjelasan tentang kondisi
37,20C) penyebab demam atau
panas. suhu pasien yang dialamai pasien dapat
380C, mukosa bibir peningkatan suhu tubuh
membantu mengurangi
kering. kecemasan pasien
1. Jumat/6
Januari
2012
Ronchii (-)
Masih bernapas
menggunakan cuping hidung
N : 90x/menit
RR:25x/menit
1 Sabtu/7
Januari
2012
S : 370C
N : 90x/menit
RR:24x/menit
N : 90x/menit
RR:24x/menit
ronchi (-)
O:
- Pasien batuk
- Pasien masih terlihat sesak
A:
Tujuan 2 tercapai, tujuan 1 & 3
belum tercapai. Tujuan
tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
O:
Pasien tampak tidak tersengal-
sengal
Ronchii (-)
Masih menggunakan otot
bantu napas
Pasien masih bernapas dengn
cuping hidung
A:
Tujuan 1 dan 2 teratasi. Tujuan
3&4 belum teratasi. Tujuan
tercapai sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi
3 Hipertermi S:
Pasien merasa suhu tubuhnya
masih tinggi
O:
Setelah dikaji suhu pasien
380C
A:
Tujuan tidak tercapai
P:
Lanjutkan intervensi kecuali
no.3 & no.4
Evaluasi pada Pasien Tn. M.T. dengan pneumonia
di ruang Cempaka RSU Stikes Bali Tanggal 7 Januari 2012
O:
- Pasien tidak nampak batuk
- Pasien tidak terlihat sesak
-Pasien bisa mengeluarkan
dahak
A:
Tujuan 1,2 &3 tercapai.
Tujuan tercapai sepenuhnya
P:
Hentikan intervensi
O:
Ronchi (-)
A:
Tujuan 1,2,3 &4 teratasi.
Tujuan tercapai sepenuhnya.
P:
Hentikan intervensi
3 Hipertermi S:
Pasien merasa suhu tubuhnya
sudah normal
O:
Setelah dikaji suhu pasien
370C
A:
Tujuan tercapai
P:
Hentikan intervensi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
. Setelah kami membahas makalah mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
pneumonia, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah menyatakan bahwa
pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alfeoli dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi
radiasi. Rencana keperawatan ini sesuai dengan pneumonia bacterial dan virus, misalnya:
pneumococcal pneumonia, pneumocystis carinni, haemofilus influenza, mioplasma, gram
negative.
5.2 Saran
Makalah ini disusun sesuai panduan yang ada dan bersumber dari berbagai pihak yang
professional, maka dari itu guna penggunaan makalah ini kami menyarankan untuk membaca
dan memahami tata cara pembuatan asuhan keperawatan sesuai dengan tata cara yang telah
ditentukan.
Daftar Pustaka
1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,2000 EGC Jakarta
2. Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan,
2008 Salemba Medika Jakarta
3. Sitorus, Ratna & Yulia. Model Keperawatn Profesional di Rumah Sakit, 2005 EGC
Jakarta
4. Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia, 2012 EGC
Jakarta
5. Gibson, John. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat, 2003 EGC Jakarta
6. International, NANDA. Diagnosis Keperawatan 2009-2011, 2011 EGC Jakarta
7. Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, 1997 EGC Jakarta
8. Tambayonmg, Jan. Patofisiologi untuk Keperawatan, 2000 EGC Jakarta
9. Price, Sylvia A. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, 1995 EGC Jakarta