Anda di halaman 1dari 10

Definisi

Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama, termasuk
kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William Campbell Syndrome), penyakit
akibat penimbunan mukus (Fibrosis kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang
berat pada anak, defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif). Pada
kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan
remodelling jalan nafas. 2

Diagnosis
Gambaran Klinis
Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum harian yang
mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum yang bercampur darah atau
hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut. 1
Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis episodik dengan sedikit atau
tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering biasanya merupakan sekuele (gejala sisa) dari
tuberculosis dan biasanya ditemukan pada lobus atas. 1
Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada pleuritik, wheezing,
demam, mudah lelah dan berat badan menurun. Pasien relatif mengalami episode berulang dari
bronkitis atau infeksi paru, yang merupakan eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering
membutuhkan antibiotik. Infeksi bakteri yang akut ini sering diperberat dengan onsetnya oleh
peningkatan produksi sputum yang berlebihan, peningkatan kekentalan sputum, dan kadang-
kadang disertai dengan sputum yang berbau. 1
Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi hampir 90% pasien.
Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan infeksi saluran pernafasan atas yang akut.
Tetapi sebaliknya, pasien-pasien itu mengalami infeksi yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat
berbagai macam, tergantung berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum
dapat berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum
menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan
untuk membagi karakteristik berat ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml
digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml perhari digolongkan
sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150 ml digolongkan sebagai bronkiektasis
1
berat. Namun sekarang, berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan
radiologis. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibanding
penyakit penyebab bronkiektasis lainnya. 1,2,5,8
Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Homoptisis mungkin terjadi
masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri bronkial. hemoptisis biasanya terjadi
pada bronkiektasis kering, walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.
1,2

Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan merupakan temuan
yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang terlihat pada
gambaran radiologisnya. 1,2
Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti oleh
destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan kondisi yang
mengiringi, seperti asma. 1,2
Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien pada sekali
observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi pada
eksaserbasi akut. 1,2
Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi yang berat. Hal ini
terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori berkaitan dengan peningkatan kerja pada
batuk dan pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik
disertai dengan penurunan berat badan. 1Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.1

Gambaran Radiologis

2
- Foto thorax
Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan gambaran
seperti dibawah ini:

 Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat mencapai diameter 1 cm).
dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk gambaran ‘honeycomb
appearance’ atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan yang
terjadi pada bronkus. 11,12,13,14

Tampak Ring Shadow yang pada bagian bawah paru yang menandakanadanyadilatasi bonkus

Tampak dilatasi bronkus yang ditunjukkan oleh anak panah

3
Tampak ring shadow yang menandakan adanya dilatasi bronkus

 Tramline shadow
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini terlihat terdiri
atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam.
Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline shadow
yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus. 11,12,13,14

Tramline shadow terlihat diantara bayangan jantung

 Tubular shadow
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm. gambaran ini
sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini jarang ditemukan,
namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis. 11,13

 Glove finger shadow


4
Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang terlihat seperti jari-jari pada
sarung tangan. 11,13

- Bronkografi

Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem
saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat
menentukan adanya bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang
dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler (kistik) dan varikosis. 12,13

Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita bronkiektasis yang akan di lakukan
pembedahan pengangkatan untuk menentukan luasnya paru yang mengalami bronkiektasis yang
akan diangkat. 12
Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena prosedurnya yang
kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan gangguan ventilasi, alergi dan reaksi tubuh
terhadap kontras media. 5
5
- CT-Scan thorax

CT-Scan Thorax menunjukkan adanya dilatasi bronkuspada lobus inferior kiri

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk mendiagnosis
bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat letak kelainan jalan nafas
yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi mempunyai sensitivitas
sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14
CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding
bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena, terutama penting
untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan.14

3. Patologi Anatomi
Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau luasnya bronkus yang
terkena maupun beratnya penyakit. 6
Perubahan morfologis bronkus yang terkena

6
a. Dinding bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa proses inflamasi yang
sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan
berbagai tingkatan keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan bronkus
yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemen elastis. 6
b. Mukosa bronkus
Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel epitel menghilang, terjadi
perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi
eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan. 6
c. Jaringan paru peribronkial
Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara lain berupa pneumonia,
fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat pleura. Pada keadaan yang berat, jaringan
paru distal bronkiektasis akan diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah. 6

Variasi kelainan anatomi bronkiektasis

Pada tahun 1950, Reid mengkasifikasikan bronkiektasis sebagai berikut :


a. Bentuk tabung (tubular, cylindrical, fusiform bronchiectasis)
Variasi ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering ditemukan pada
bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. 1,5,6

b. Bentuk kantong (saccular bronkiektasis)


Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan
penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista. 1,5,6
c. Varicose bronkiektasis
Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan kantong. Istilah ini
digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises pembuluh vena. 1,5,6

8. Diagnosa Banding4,6
Fibrosis Kistik

7
Kelainan yang ditemukan dapat bervariasi dari pasien yang satu ke pasien yang lain,
namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang memperlihatkan
bronkiektasis kronis disertai fibrosis kistik yang meliputi: hiperinflasi, penebalan dan
dilatasi bronkus, peribronkial cuffing, mucoid impaction, kistik radiolusen, peningkatan
tanda interstisial dan penyebaran nodul-nodul.

DAFTAR PUSTAKA

1. . O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7th Edition. Editor
James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia. 2004. hal 255-274.
2.. Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. www.merck.com last update
Januari 2008.
3. Rahmatullah P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Editor

8
Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal 861-871.
4. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press. Surabaya. 2006. hal 256-261
5. Barker AF. The New English Journal of Medicine : Bronkiektasis. 2002; 346:1383-1393.
6. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati,
dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740
7. Luhulima JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius. Bagian
Anatomi FKUH. Makassar. 2004. hal 13-14.
8. Meschan I. Obstrictive Pulmonary Disease. Synopsis of Analysis of Roentgen Signs in
General Radiology. Philadelphia. 1975. hal 55-56
9. Kusumawidjaja K. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan Ekayuda. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2006. hal 108-115.
10. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. Churchill livingstone. Tottenham.
2003. hal 45, 163, 164 & 168.
11. Patel PR. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 2005. hal 40-41
12. Eng P, Cheah FK. Interpreting Chest X-rays. Cambridge Univesrsity Press. New York.
2005. hal 67-68.
13. Greif J. Medical Imaging in Patients with Cystic Fibrosis. www.eradimaging.com. Last
update Februari 2008.

14. Ketai LH. Infectious Lung Disease. Fundamental of Chest Radiology, 2nd Edition, Loren H.
Ketai Richard Lofgren, Andrew J. Meholic, Elseiver.

9
10

Anda mungkin juga menyukai